World Teacher Chap 27,5 B. Indonesia
Chapter 27.5 Selingan---Pencarian 3000 meter demi sebuah Pedang
Diterjemahkan oleh
☆☆☆☆
Ngomong-ngomong, laki-laki bau tanah itu mungkin sudah agak terlupakan. Tapi ayo kita membahas sebentar wacana Lior.
Sebenarnya, ia tidak tinggal di 'rumah' itu sekarang.
Cerita ini berlangsung satu bulan sebelum kami meninggalkan rumah.
Aku mendatanginya tanpa membawa Reus bersamaku.
"....Kau tiba ya?"
"Yah....seperti yang direncanakan"
Ini yaitu sesuatu yang kami telah putuskan terakhir kali saya berkunjung.
Untuk bertarung sungguh-sungguh pada waktu lain kami bertemu.
Sebagai bukti, Lior melengkapi baju zirah dan pedang favoritnya. Sementara diriku juga dilengkapi sepenuhnya dengan pedang yang kumiliki dari Dee, pisau mithril, pisau lempar, dan lain-lain. Kuputuskan untuk tidak menggunakan sihir pistol lantaran terkesan tidak adil.
"Ini mungkin yang terakhir kalinya. Tapi saya akan tetap meminta....jangan mati sebelum diriku, ya?"
"Kau juga, jangan mati"
Tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Setelah itu, kami berganti tempat dan mencoba serius saling membunuh.
Aku memasuki posisi tempur dan bersungguh-sungguh mengayunkan pedangku sementara Lior menghempaskan pedang besarnya, masing-masing dipenuhi niat tajam membunuh. Inilah yang disebut pertarungan mematikan.
....Aku tidak ingat bagaimana kejadiannya berlangsung, lantaran kami benar-benar karam dalam kegilaan.
Namun, jikalau berbicara wacana hasilnya....sekumpulan kawah telah tercipta di hutan, satu lengan Lior tertebas dan ia menjadi sekarat. Aku sangat lelah sampai-sampai tak bisa pulang, jadi hari itu merupakan pertama kalinya saya tidur di kediaman si laki-laki tua.
Jujur saja, tidak asing jikalau Lior meninggal ketika itu. Tapi, dengan insting bertahannya dan perawatan medisku, hidupnya terselamatkan. Entah bagaimana, saya bisa menyambungkam lengannya kembali dan kurasa bisa dipakai lagi sesudah istirahat yang cukup.
"HAHAHA!!!! Aku benar-benar mengira akan mati ketika itu!!"
"Jangan tertawa, akulah yang akan merasa tertekan ketika seorang laki-laki bau tanah sepertimu tewas"
"Maaf, maaf. Tapi....aku tetap takkan menang, bahkan jikalau kini yaitu masa jayaku"
Dia memperlihatkan ekspresi murung yang jarang. Namun, saya benar-benar berpikir bahwa dirinya luar biasa. Sampai bisa mendapat kembali kekuatan sebanyak ini di usianya, saya dari dunia sebelumnya bahkan takkan bisa melaksanakan itu.
"Apa? Kau benar-benar ingin pensiun kali ini?"
"....Itu sebaliknya!"
Meski sudah sekarat beberapa jam yang lalu, Lior mengepalkan tinju dan memperlihatkan senyuman ganas. Haahh, jikalau kamu mengepalkannya terlalu keras, pendarahan akan muncul lagi.
"Aku juga akan berangkat dalam sebuah perjalanan, bukan untuk mencari calon siswa....tapi untuk melatih diri!!"
"Hei hei, pikirkan usiamu!"
"Tidak masalah! Jika saya mati dalam prosesnya, maka kisahku akan berakhir, itu saja. Lagipula, kalau kamu berhenti berkunjung, saya tidak punya alasan untuk tinggal di rumah ini lagi"
Nah, dengan diriku yang pergi ke sekolah, saya kira jaraknya akan sangat merepotkan untuk pergi kesini dari sana. Itu sebabnya, sesudah berpikir ini akan menjadi yang terakhir, kami memutuskan untuk bertarung dengan serius. Tapi....begitu, ya?
"Aku mengerti. Ini yaitu hidupmu, kamu takkan mendengarkanku bahkan jikalau saya menyampaikan sesuatu, kan?"
"Tepat sekali! Ngomong-ngomong, berapa kali kamu bisa mampir lagi?"
"Hmm....kalau tak ada halangan, kurasa dua kali"
"Kalau begitu, bawalah siswamu, terutama Emilia!"
Kenapa Emilia? Anehnya, laki-laki bau tanah ini seolah kakek yang sangat mencintai cucunya.
'Sebagai kakaknya, saya ingin bertemu dengan orang yang telah merawat adikku' dengan alasan itulah Emilia bertemu dengan laki-laki bau tanah ini sebelumnya.
"(Senang bertemu dengan Anda, saya abang Reus, Emilia. Terima kasih lantaran selalu merawat adikku)"
"(Hoo? Betapa manis dan santunnya. Aku yaitu laki-laki bau tanah berjulukan Lior. Maaf untuk selalu membuat adikmu babak belur)"
"(Tidak, ia nampaknya menikmati itu juga, jadi tolong jangan keberatan. Apakah sulit bagi Lior-sama ketika mengurusnya?)"
"(Jangan khawatir, saya juga bersenang-senang, jadi ini bukan masalah. Di sini, tidak banyak, tapi apa kamu ingin minum teh? Ada juga beberapa jenis buah jikalau kamu menginginkan sesuatu yang manis)"
"(Ah, saya akan menyiapkan itu sendiri Lior-sama)"
"(Hmm....jangan terlalu formal, bicara saja menyerupai kamu sedang dengan keluargamu)"
"(Kalau begitu....Ojii-chan?)"
"(Ojii-chan?! O-Ooohh....perasaan suka cita apa ini yang memenuhi dadaku?!)"
"(A-Apa kamu baik-baik saja, Ojii-chan?)"
"(OOOHHH?!?! Ti-Tidak apa-apa!!! Jii-chan sudah menjadi tak terkalahkan!!!!)"
Dengan begitu, Lior mulai menganggap Emilia cucunya sendiri.
Meskipun Reus berada dalam situasi yang sama, namun laki-laki bau tanah ini berkata bahwa kami tak sanggup memperlakukannya dan Emilia dengan cara yang sama.
"(Bocah laki-laki itu* yaitu siswamu, sedangkan saya menyerupai guru sementara baginya. Dia memang lucu dengan caranya sendiri, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Emilia!!)"
[Reus, maksudnya]
....Atau begitulah katanya.
Pria bau tanah ini belum menikah. Dia dulunya punya beberapa siswa, tapi memperlakukan mereka menyerupai anak-anaknya sendiri.
Jika kita berpikir menyerupai itu, Reus dan Emilia yang bukan siswanya sendiri, akan nampak menyerupai cucu untuknya.
Dia mengajarkan cara bertarung menggunakan pedang kepada cucu tercintanya, betapa sederhananya laki-laki bau tanah ini.
"Boleh-boleh saja membawanya, tapi kenapa Emilia?"
"Karena saya ingin bertemu dengannya. Kalau Reus, saya memang ingin memperlihatkan sebuah gerakan tersembunyi....hanya saja bukan sekarang"
Hei, setidaknya baliklah urutannya. Reus akan menangis, kamu tahu.
Tanpa mengetahui itu, Reus terkagum-kagum ketika Lior memperlihatkan 'gerakan tersembunyi'nya.
☆
Terakhir kali saya menemui Lior yaitu beberapa hari sebelum kami meninggalkan rumah.
Saat itu, ia sudah menggunakan perlengkapan dan telah membersihkan tempat tinggalnya, bersiap untuk perjalanan. Kurasa ia ingin segera pergi sesudah selesai bicara.
"Pertama-tama, terimakasih. Aku sangat menghargaimu lantaran sudah menjadi tujuan baruku. Terima kasih"
"Aku sudah menyampaikan ini berkali-kali, tapi jangan terlalu pedulikan itu. Aku juga bersyukur telah menjadi tujuan supaya kamu menjadi lebih kuat"
Setelah saling berjabat tangan, ia menyerahkanku sebuah tas kecil.
"Ini yaitu sesuatu yang saya buat dan ingin memberikannya kepada siswaku dulunya, sebuah bukti kelulusan. Jika kamu menganggap bahwa bocah laki-laki itu cukup pantas, saya ingin kamu menawarkan itu kepadanya"
Di dalam tas terdapat sepucuk surat dengan medali yang terukir pedang bersilangan.
"Tujuanmu Elysion, kan? Ada seorang laki-laki bau tanah eksentrik di sana dan merupakan orang yang telah menyebarkan pedang tercintaku. Ini merupakan surat pengantar dariku supaya ia mau menyebarkan pedang untuk Reus"
Lior yang 'aneh' menyebut seorang laki-laki bau tanah sebagai eksentrik. Aku bertanya-tanya, seberapa absurdnya orang yang dimaksud.
Tapi, dengan bukti kelulusan dan surat pengantar itu, kurasa Lior juga menganggap penting Reus.
Kekuatan anak ini sudah berada di atas Emilia tapi ia tidak pernah membanggakannya. Paling tidak, saya ingin ia mencicipi rasa superioritas wacana ilmu pedangnya.
"Yah, tentu saja senjata Emilia akan dibuatkan juga. Aku telah menulis 'Kalau kamu memprioritaskan Reus dibandingkan Emilia, saya akan tiba dan meninjumu'"
....Tak peduli seberapa kerasnya ia berlatih, tampaknya Reus takkan pernah menang dari kakaknya.
"Sampai jumpa ya!! Lain kali kita bertemu saya niscaya akan menang!!"
Dan dengan senyuman lebar, laki-laki bau tanah yang usianya hampir 60 tahun, pergi merantau sekali lagi.
☆☆☆☆
Setelah banyak hal terjadi, kini merupakan dua hari sebelum kami menetap di asrama siswa.
Kami bertiga berjalan-jalan mengelilingi kota, mencari laki-laki bau tanah eksentrik yang diceritakan Lior.
"Dia hanya memberitahuku nama tokonya. Di kota sebesar ini, bagaimana kita bisa menemukan orang bau tanah yang dimaksud?"
"Jii-chan berkata, laki-laki bau tanah ini sangat pendek dan agak gemuk. Selain mempunyai nada bunyi yang menjengkelkan, ia juga seorang eksentrik yang selalu mengomel"
Tanpa sepengetahuanku, penghinaan wacana orang ini meningkat?
"Jika tidak salah, nama tokonya yaitu Gekimetsu messatsu kongou kajiya*, kan?"
[Blacksmith penghancur pelenyapan vajra.... -_- ]
"Apa ada toko dengan nama menyerupai itu? Kurasa pemiliknya memang tak punya talenta penamaan"
"Ah, Sirius-sama. Bagaimana kalau kita bertanya pada orang-orang di warung itu? Warung itu tampaknya sudah tua, orang-orang yang ada disana niscaya tahu banyak wacana kawasan ini"
Tampaknya Emilia sudah memahami akan pentingnya informasi dan cara mengumpulkannya. Sementara menatap gadis ini dengan kagum, tak usang ia kembali dengan informasi sekaligus beberapa daging bakar tusuk*.
[Sate]
"Aku paham. Sepertinya kita perlu berbelok ke gang itu untuk hingga ke toko yang dimaksud"
"Ternyata dekat, ya. Ayo kita pergi sekarang"
Beberapa menit sesudah kami memasuki gang dan terus maju, papan bertuliskan Gekimetsu messatsu kongou kajiya terlihat. Kamipun masuk ke dalam toko.
Aku sudah memikirkan hal ini ketika melihat eksteriornya, tapi ketika melihat interiornya, saya agak mengerti. Bisnis di toko ini sedang tak berjalan dengan baik.
Papan namanya memudar, setumpuk debu menyelimuti tempat-tempat menyerupai rak dan pot. Tempat ini bagaikan rumah terlantar, tapi lantaran kami bisa mendengar bunyi pukulan palu dari dalam, kurasa ada seseorang di sini.
Dari tampilan sekilas, tempat ini terlihat tak mempunyai niat untuk berbisnis, tapi gairah pemiliknya akan senjata tak boleh diremehkan. Seluruh senjata yang dipajang di toko ini sudah dirawat secara teratur.
"Ini tempatnya, kan? Permisi!!"
Tak ada respon atas teriakan Reus. Bunyi palu dari dalam pun belum berhenti.
"Oiii!! Permisi!! Kami tiba sebagai pelanggan!!! "
Masih tak ada respon. Apakah indera pendengaran pemiliknya sudah tuli lantaran terlalu banyak mendengar bunyi pukulan logam?
"Keluarlah cepat!!! Orang idiot disana yang mempunyai penamaan buruk!!!! "
"Apa yang kamu katakan, kamu idiot?!?!"
Aku bisa mendengar cercaan menyerupai itu dari dalam. Kesampingkan itu, bukankah Emila tahu kelemahan dari tempat ini?
"Jii-chan berkata jikalau kamu berkata begitu ia akan menanggapinya"
Hubungan menyerupai apa yang dimiliki Lior dengan laki-laki ini?.
Lalu....Orang yang keluar dengan murka yaitu laki-laki bau tanah dengan tinggi tubuh tak berbeda dariku.
Rambut dan janggut yang panjang, tangan maupun kaki pendeknya tampak kokoh dan tubuh terlihat kuat. Pria bau tanah ini yaitu seorang Kurcaci.
Ras mereka menyukai alkohol dan aktivitas menempa. Dikatakan bahwa jikalau kamu menginginkan senjata yang luar biasa, carilah kurcaci. Para kurcaci itu tahu banyak wacana bijih dan penempaan.
"Akhirnya, bahagia bertemu denganmu, saya dipanggil Sirius---"
"Aku punya prinsip untuk tidak berurusan dengan bawah umur dan bangsawan. Lagi pula, jikalau kamu hanya ingin mengolok-olokku, pulanglah, idiot!"
"Hmm, kami tiba ke sini dengan surat pengantar Lior dan bukan untuk mengolok-olok"
"....Hah?"
Kurcaci itu hendak masuk kembali, namun mengalihkan pandangnya lagi ketika nama Lior disebutkan.
"Inilah surat pengantarnya, ia bilang kamu akan mengerti kalau membacanya"
"....Jika kamu berbohong saya akan memukul dan membunuhmu dengan palu, kamu dengar idiot?"
Orang ini, apa 'idiot' merupakan kata favoritnya?
Dia mengambil surat itu seakan-akan menyambarnya dan mulai membaca dengan tatapan seakan melihat musuh.
Tepat sesudah membaca itu, ia meremas dan membuangnya. Pria bau tanah ini kemudian membariskan beberapa pedang besar yang dipajang pada etalase dari ujung kiri dan menunjukkannya ke Reus.
"Pegang dan ayunkan. Cobalah semua pedang ini dan katakan yang mana yang paling gampang kamu gunakan"
"Aku mengerti!....Ohh, ini tidak sama dengan pedang di luar sana!"
Memang manis lantaran ada ruang tersendiri untuk mengayungkan pedang disini. Namun, saya tidak terlalu baiklah untuk mengayunkan pedang di dalam toko. Tapi lantaran pemiliknya tidak menyampaikan apapun, mungkin memang tidak masalah.
"Tidakkah berdasarkan Sirius-sama pisau ini luar biasa?"
Sementara Reus mengayunkan pedang itu dengan bahagia hati, Emilia menuju ke sisi lain. Dia memegang salah satu pisau yang dipajang dan terpesona.
"Nona, kamu mengerti kualitas dari pisau itu?"
"Ya, ini tampak begitu tajam. Aku yakin daging sekeras apapun akan terpotong dengan lancar. Panjangnya juga sempurna"
"Begitu ya, saya tidak keberatan menjualnya kepada seseorang yang memahami nilai benda itu. Berapa anggaran yang kamu miliki?"
Emilia menoleh padaku. Aku hanya memberinya anggukan, mengisyaratkan supaya ia tidak ragu untuk melakukannya.
"Aku tidak punya banyak, hanya 5 koin perak"
"5 koin perak ya?....ini agak sulit"
Untuk pisau menyerupai itu, bahkan 1 koin emas pun akan dianggap murah olehku. Sebenarnya, abang beradik ini telah kuberi masing-masing 1 koin emas sebagai uang saku, tapi....ayo kita lihat dulu seberapa banyak Emilia bisa menawarnya.
"Aku melayani Sirius-sama di sini, namun saya tidak terlalu bisa diandalkan disaat keadaan darurat. Maukah Anda melihat ini?"
"Hah? Hmm....itu benar-benar mengerikan ya, idiot"
Apa yang Emilia tunjukkan pada si kurcaci bau tanah yaitu pisau yang selalu ia gunakan. Itu merupakan pisau murahan yang bisa dibeli di manapun, tak heran kalau seorang profesional menyebutnya 'mengerikan'.
"Aku ingin lebih mempunyai kegunaan bagi masterku. Untuk itu, saya sangat ingin mempunyai pisau yang indah menyerupai ini. Hanya saja, sebagai pelayan, saya tidak ingin membebani masterku dengan pembayaran barang pribadi"
"Aku mengerti maksudmu. Tapi ini yaitu bisnis, jadi...."
"Kumohon, Ojii-chan!!"
"Ojii-chan?! Perasaan suka cita apa ini yang memenuhi dadaku?!"
Ahh....reaksi yang sama persis menyerupai Lior.
"Aku juga memanggil Lior-sama 'Ojii-chan', jadi lantaran Anda merupakan kenalannya, kupikir harusnya sama....atau apakah itu tidak boleh?"
Emilia-san sungguh licik, ya. Dia memohon dengan mata menengadah, sebuah teknik perangkap madu yang ia pelajari untuk dipakai pada Lior sebelumnya.
"OOOHHH!!!!....Tidak masalah!!! Panggil saja saya semaumu!!! Aku akan memberikannya gratis, idiot!!!"
"Tidak, saya yakin memberikannya secara gratis terlalu berlebihan. Bagaimana dengan 5 koin perak?"
"Apa boleh buat. Jika nona bersikeras menyerupai itu, tidak apa-apa"
"Terima kasih, Ojii-chan"
"Idiot!! Ambil saja gratis!!"
Kurcaci bau tanah yang menarik.
Tapi, kamu tahu, pisau itu akan dipakai untuk memasak. Pisau yang gadis ini tadi tunjukkan padamu juga untuk memasak. Kalau ia tahu kebenarannya....Tidak, saya rasa ia akan memaafkan segalanya ketika mendengar Emilia menyebutnya 'Ojii-chan' lagi.
Karena ada banyak hal di dirinya yang menyerupai Lior, mungkin keduanya bisa disebut 'Rekan dengan selera yang sama tapi saling membenci'.
Ketika Emilia terus memaksa 5 koin perak ke laki-laki bau tanah yang bersikeras gratis, Reus yang mengayunkan pedang dari tadi memanggil.
"Oi, Occhan, saya sudah selesai mengayunkannya!"
"Haa? Lalu idiot, mana yang paling cocok untukmu?"
"Yang kelima dan keenam, kurasa? Keduanya gampang digunakan"
"Hmm....tampaknya kamu mempunyai kemampuan yang langka ya, idiot?"
"Aku bukan idiot! Namaku Reus!"
"Kau idiot! Kau benar-benar siswa Lior, kan? Pilih saja senjata yang sama dengannya"
"Aku Reus! Dan saya bukan siswanya, saya siswa Aniki. Dan, apa maksudnya dengan senjata yang sama?"
"Kau idiot!"
"Aku Reus!"
Pembicaraan takkan berkembang jikalau si eksentris dan si kepala angin bertemu.
Karena obrolan itu terlalu sia-sia, saya memutuskan untuk turun tangan dan meringkasnya.
"....jadi alasan Anda menyuruhnya mengayunkan aneka macam jenis pedang, yaitu untuk membedakan kemampuannya?"
"Benar! Setiap orang mempunyai kecocokan sendiri dengan sebuah pedang. Misalnya, pedang yang ringan dan tajam atau pedang berat yang berpusat pada kekuatan penghancur. Terdapat banyak jenisnya, idiot!"
"Aniki bukan idiot!"
"Tenanglah Reus, itu hanya kebiasannya. Jadi, tipe pedang mana yang cocok?"
"Pedang yang berat dan tajam, mungkin. Dengan melihat sentra gravitasinya, ia mempunyai kemampuan yang serupa dengan si bajingan Lior*. Astaga, ia hingga menamkan ajarannya sejauh itu, bocah ini niscaya sangat disukainya"
[Lio-Yarou....ku artikan aja Si Bajingan Lior]
Meski ia yaitu laki-laki bertubuh gempal dan aneh, tapi keahlian dan tatapannya merupakan hal yang serius.
Reus sering mengeluh wacana betapa ringan pedang miliknya, dan mempertimbangkan wacana kurcaci bau tanah ini---sebagai pencipta pedang besar Lior---, kurasa manis untuk menyerahkan pembuatan senjata Reus kepadanya.
"Kalau begitu, bisakah Anda menyebarkan pedang yang sesuai dengan Reus? Kami tidak mempunyai banyak uang sekarang, tapi kami niscaya akan membayar sisanya pada hari terakhir senjata itu selesai"
Aku mengambil 5 koin emas dari saku pakaianku dan meletakkannya di atas meja. Jujur saja, menurutku ini memang kurang, tapi memperlihatkan ketulusan yaitu yang terpenting disini.
"Ini dariku juga, tolong"
Emilia juga mengeluarkan 1 koin emas dari saku bajunya. Tunggu, Emilia? Keputusanmu memang baik. Tapi, dengan begini kamu bisa tertangkap lembap kalau mempunyai koin emas.
"Aniki....Nee-chan...."
"Hehh....Bajingan itu ternyata dikelilingi oleh orang-orang idiot, ya"
Tapi kelihatannya si kurcaci tak memperdulikannya. Karena kedua anak ini tampak tergerak oleh suasana, ayo kita dorong lebih jauh.
"Kami takkan meminta sebuah pedang indah menyerupai yang Anda buat untuk Lior. Melainkan sebuah pedang yang bisa menyaingi pertumbuhan anak ini, hingga ia semakin kuat"
"....Aku tidak ingin membuat pedang setengah hati menyerupai itu!"
"Jadi, itu tidaklah mungkin, ya?"
"Salah!! Aku hanya berkata tidak ingin membuat pedang setengah hati menyerupai itu! Yang akan kubuat yaitu sebuah pedang, senjata yang bisa mengiringi kemampuannya hingga ia dewasa!"
"Dengan kata lain....Anda akan membuatnya?"
"Benar! Sudah usang saya tidak menempa dengan kekuatanku yang sesungguhnya. Lenganku bergemuruh, idiot!!!"
Aku merasa sedikit cemas ketika membayangkan sosoknya mengayunkan palu di kedalaman toko dengan penuh antusiasme dan terengah-engah. Namun, belahan bagusnya yaitu persoalan pedang Reus telah terpecahkan.
"Kau bisa membayar ongkosnya kapanpun"
"Tapi, harusnya ada biaya untuk hidup atau bahan-bahannya kan?"
"Aku mempunyai tabungan jadi tidak apa-apa. Tentang biaya hidup, kurasa kalianlah yang lebih membutuhkannya. Kalian, para bocah juga tidak harus mencemaskan biaya bahan-bahan dan sejenisnya, idiot!"
"Begitu ya. Jika Anda butuh sesuatu, tolong katakan saja. Walau terlihat menyerupai ini, kami sebetulnya cukup kuat. Jadi, setidaknya kami bisa membawakanmu bahan-bahan yang sederhana"
"Andalkan kami juga, Occhan!"
"....Aku gres teringat, surat ini juga menjelaskan sesuatu menyerupai itu ya? Ini mungkin yaitu takdir. Hei, kamu yang disana....beritahu namamu"
"Sirius. Anda sendiri?"
"Aku Grant. Si bajingan Lior menuliskan bahwa kamu merupakan anak kecil yang hebat dan cerdas. Aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu"
Karena ia mulai berbicara dengan ekspresi masam, saya memutuskan untuk mendengarkan dongeng Grant-san.
Sepertinya kurcaci bau tanah ini punya sedikit persoalan dalam mencari ide-ide baru. Dia menginginkan rangsangan supaya mendapat inspirasi.
"Bahkan jikalau saya bisa membuat senjata khusus, ada banyak orang yang juga bisa untuk membuatnya. Aku tidak merasa berkembang walaupun berhasil membuat sesuatu. Apa kamu punya ide yang menarik?"
"Hmm....untuk ketika ini, saya mempunyai senjata yang tidak biasa. Apa Anda ingin melihatnya?"
Aku kemudian menunjukkannya pedang ringan yang didapat dari Dee dan pisau mithril yang didapatkan dari Fia. Dia menatap keduanya dengan penuh perhatian, terutama pada pedang ini.
"Tak ada yang istimewa dari pisau ini kecuali bahannya yang dari mithril. Tapi....pedang ini aneh. Dugaanku yaitu pedang ini terbuat dari bijih itu"
"'Bijih itu'....jadi Anda tahu dari materi apa pedang ini dibuat?"
"{Graviton}, awalnya merupakan bijih yang sangat padat dan berat. Untuk pedang sependek ini, takkan asing jikalau beratnya bisa mencapai 30kg*. Tapi saya bahkan tidak bisa mencicipi beratnya"
[Jika kalian lupa, satu pedang Sirius yang diberikan Dee pada chap 7. Panjang bilah 50cm dengan sedikit ornamen]
"Kalau begitu, pedang ini memang mempunyai rahasia?"
"Aku yakin. Mungkin dari teladan yang terukir di bilahnya, atau mungkin ada sesuatu di pegangannya. Ini diluar pengetahuanku, jadi saya tidak begitu tahu, idiot"
"Terima kasih banyak. Mengetahui sebanyak ini sudah cukup bagiku"
Sepertinya Grant-san tidak terlalu mendapat banyak ransangan untuk ide, tapi bagiku ini memberi cukup rangsangan. Pedang ini mempunyai diam-diam melampaui perkiraanku. Ada nilai dalam menyelidikinya.
"Ini memang cukup menarik, tapi apakah ada hal lainnya, idiot?"
"Kalau begitu, bagaimana dengan yang menyerupai ini? "
Aku kemudian berbicara wacana teknik pembuatan katana.
Katana tidak dibentuk dengan hanya satu lapis besi. Melainkan dengan shintetsu/inti besi, yaitu besi lunak sebagai belahan pusatnya, dan kawatetsu/kulit besi, yaitu besi padat nan keras sebagai pembungkus untuk belahan luarnya. Itulah yang disebut katana. Dengan demikian, shintetsu yang lembut di dalam akan menyerap efek benturan dan mencegah katana pecah, sedangkan kawatetsu yang keras di belahan luar akan mencegahnya membengkok.
Sayangnya, saya hanya mempunyai informasi wacana pedang, bukan cara membuatnya. Aku merasa ini akan mempunyai kegunaan sebagai ide, tapi....
"KAU IDIOOTTTT!!!!!"
....Gendang telingaku sakit.
Diapun menghempaskan palu ke lantai hingga lantai kayunya pecah.
"Shintetsu dan Kawatetsu, ide yang konyol!!! Jika saya bisa memahaminya, ini akan menjadi hal yang menakjubkan!!!"
Ya ampun, si kurcaci bau tanah ternyata dilimpahi emosi. Namun, memecahkan lantai kayu terlalu berlebihan, kan?.
"Tapi, saya tidak tahu bagaimana membuatnya"
"Kau idiot!! Itu pekerjaanku untuk menemukan caranya!! Oohh....diriku terbakar!!!"
Dia sekali lagi mengayunkan palunya ke sekeliling, karam dalam kegembiraan.
Sekarang, jikalau Grant-san melihat persoalan kami yang lain, mungkin akan berakhir juga. Haruskah saya mengingatkannya?
"Hmm....dan jangan lupakan wacana pedang Reus, ya?"
"Aku tahu. Tapi, bahannya tidak cukup sekarang. Butuh waktu untuk mendapatkannya lagi. Tunggulah sebentar, idiot"
"Juga, lantaran belum bisa mendaftar di Serikat Petualang, kami belum bisa menjual hal-hal yang didapatkan dari monster. Jadi, kalau tidak keberatan, Grant-san bisa membeli materi yang diharapkan dari kami"
"Begitu ya? Boleh-boleh saja. Tapi jikalau itu yaitu materi yang remeh, saya tidak membutuhkannya. Namun, dalam masalah terburuk, kamu bisa menjualnya ke Serikat Petualang melalui diriku"
"Terima kasih banyak. Kalau begitu.... ummm, kami akan membawa materi itu ke Gekimetsu messatsu kongou kajiya"
"Kau idiot! Ini yaitu Gekimetsu massatsu kongou kajiya!!"
Hanya berbeda satu huruf, yaitu Messatsu Dan Massatsu....yah, terserahlah*.
[滅殺/Messatsu : pelenyapan. 抹殺/Massatsu : penghapusan]
"Si brengsek Lior juga, berkata bahwa Kyokuten Haou Guren Ken yang kuciptakan terlalu merepotkan untuk diucapkan, ia kemudian hanya menyebutnya Guren!! Dia lah yang tidak mengerti kualitas penamaanku, idiot!!!"
[Pedang Crimson sang Penguasa Agung Kutub]
Satu bunyi untuk Lior dariku.
Sepertinya Emilia mempunyai pendapat yang sama. Wajahnya menjadi kaku dengan memaksa diri untuk tersenyum.
"Aku pikir Kyokuten Haou Guren Ken yaitu nama yang bagus!"
"Kau mengerti ya, bajingan Reus!*"
[Tulisannya juga Reu-Yarou]
Reus....kau juga ya?.
Tidak apa-apa untuk mencar ilmu dari yang bau tanah tapi....Entah sifat gila bertarung Lior atau rasa eksentriknya Grant-san, saya merasa ia hanya menyerap hal-hal asing dari lingkungannya.
Pemikiran ini memang telah berulang kali muncul. Hanya saja, saya sangat khawatir wacana masa depan anak ini.
"Sirius-sama....ayo kita didik anak itu dengan baik"
"Kau benar, kita usahakan saja"
Sambil menyaksikan kedua orang yang tertawa, kami berjanji di kedalaman lubuk hati untuk tidak membiarkan Reus melenceng lebih jauh lagi.
☆☆☆Chapter 27.5 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis : Aku menulisnya sebanyak setengah hal yang biasanya kutulis.
Awalnya ini bukan dongeng utama melainkan dongeng singkat. Tapi, saya pikir ini agak berbeda lantaran berisi pembahasan sepele sebagai dongeng yang lucu. Jadi, saya akan dengan cepat beralih ke dongeng utama selanjutnya.
>Catatan penerjemah : Hmmm, berkutat di sekitar Flashback ya. Daripada pusing, saya ngasih tanda kurung () ke obrolan masa lalu. Yah, kayak dulu.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
☆☆☆☆
Ngomong-ngomong, laki-laki bau tanah itu mungkin sudah agak terlupakan. Tapi ayo kita membahas sebentar wacana Lior.
Sebenarnya, ia tidak tinggal di 'rumah' itu sekarang.
Cerita ini berlangsung satu bulan sebelum kami meninggalkan rumah.
Aku mendatanginya tanpa membawa Reus bersamaku.
"....Kau tiba ya?"
"Yah....seperti yang direncanakan"
Ini yaitu sesuatu yang kami telah putuskan terakhir kali saya berkunjung.
Untuk bertarung sungguh-sungguh pada waktu lain kami bertemu.
Sebagai bukti, Lior melengkapi baju zirah dan pedang favoritnya. Sementara diriku juga dilengkapi sepenuhnya dengan pedang yang kumiliki dari Dee, pisau mithril, pisau lempar, dan lain-lain. Kuputuskan untuk tidak menggunakan sihir pistol lantaran terkesan tidak adil.
"Ini mungkin yang terakhir kalinya. Tapi saya akan tetap meminta....jangan mati sebelum diriku, ya?"
"Kau juga, jangan mati"
Tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Setelah itu, kami berganti tempat dan mencoba serius saling membunuh.
Aku memasuki posisi tempur dan bersungguh-sungguh mengayunkan pedangku sementara Lior menghempaskan pedang besarnya, masing-masing dipenuhi niat tajam membunuh. Inilah yang disebut pertarungan mematikan.
....Aku tidak ingat bagaimana kejadiannya berlangsung, lantaran kami benar-benar karam dalam kegilaan.
Namun, jikalau berbicara wacana hasilnya....sekumpulan kawah telah tercipta di hutan, satu lengan Lior tertebas dan ia menjadi sekarat. Aku sangat lelah sampai-sampai tak bisa pulang, jadi hari itu merupakan pertama kalinya saya tidur di kediaman si laki-laki tua.
Jujur saja, tidak asing jikalau Lior meninggal ketika itu. Tapi, dengan insting bertahannya dan perawatan medisku, hidupnya terselamatkan. Entah bagaimana, saya bisa menyambungkam lengannya kembali dan kurasa bisa dipakai lagi sesudah istirahat yang cukup.
"HAHAHA!!!! Aku benar-benar mengira akan mati ketika itu!!"
"Jangan tertawa, akulah yang akan merasa tertekan ketika seorang laki-laki bau tanah sepertimu tewas"
"Maaf, maaf. Tapi....aku tetap takkan menang, bahkan jikalau kini yaitu masa jayaku"
Dia memperlihatkan ekspresi murung yang jarang. Namun, saya benar-benar berpikir bahwa dirinya luar biasa. Sampai bisa mendapat kembali kekuatan sebanyak ini di usianya, saya dari dunia sebelumnya bahkan takkan bisa melaksanakan itu.
"Apa? Kau benar-benar ingin pensiun kali ini?"
"....Itu sebaliknya!"
Meski sudah sekarat beberapa jam yang lalu, Lior mengepalkan tinju dan memperlihatkan senyuman ganas. Haahh, jikalau kamu mengepalkannya terlalu keras, pendarahan akan muncul lagi.
"Aku juga akan berangkat dalam sebuah perjalanan, bukan untuk mencari calon siswa....tapi untuk melatih diri!!"
"Hei hei, pikirkan usiamu!"
"Tidak masalah! Jika saya mati dalam prosesnya, maka kisahku akan berakhir, itu saja. Lagipula, kalau kamu berhenti berkunjung, saya tidak punya alasan untuk tinggal di rumah ini lagi"
Nah, dengan diriku yang pergi ke sekolah, saya kira jaraknya akan sangat merepotkan untuk pergi kesini dari sana. Itu sebabnya, sesudah berpikir ini akan menjadi yang terakhir, kami memutuskan untuk bertarung dengan serius. Tapi....begitu, ya?
"Aku mengerti. Ini yaitu hidupmu, kamu takkan mendengarkanku bahkan jikalau saya menyampaikan sesuatu, kan?"
"Tepat sekali! Ngomong-ngomong, berapa kali kamu bisa mampir lagi?"
"Hmm....kalau tak ada halangan, kurasa dua kali"
"Kalau begitu, bawalah siswamu, terutama Emilia!"
Kenapa Emilia? Anehnya, laki-laki bau tanah ini seolah kakek yang sangat mencintai cucunya.
'Sebagai kakaknya, saya ingin bertemu dengan orang yang telah merawat adikku' dengan alasan itulah Emilia bertemu dengan laki-laki bau tanah ini sebelumnya.
"(Senang bertemu dengan Anda, saya abang Reus, Emilia. Terima kasih lantaran selalu merawat adikku)"
"(Hoo? Betapa manis dan santunnya. Aku yaitu laki-laki bau tanah berjulukan Lior. Maaf untuk selalu membuat adikmu babak belur)"
"(Tidak, ia nampaknya menikmati itu juga, jadi tolong jangan keberatan. Apakah sulit bagi Lior-sama ketika mengurusnya?)"
"(Jangan khawatir, saya juga bersenang-senang, jadi ini bukan masalah. Di sini, tidak banyak, tapi apa kamu ingin minum teh? Ada juga beberapa jenis buah jikalau kamu menginginkan sesuatu yang manis)"
"(Ah, saya akan menyiapkan itu sendiri Lior-sama)"
"(Hmm....jangan terlalu formal, bicara saja menyerupai kamu sedang dengan keluargamu)"
"(Kalau begitu....Ojii-chan?)"
"(Ojii-chan?! O-Ooohh....perasaan suka cita apa ini yang memenuhi dadaku?!)"
"(A-Apa kamu baik-baik saja, Ojii-chan?)"
"(OOOHHH?!?! Ti-Tidak apa-apa!!! Jii-chan sudah menjadi tak terkalahkan!!!!)"
Dengan begitu, Lior mulai menganggap Emilia cucunya sendiri.
Meskipun Reus berada dalam situasi yang sama, namun laki-laki bau tanah ini berkata bahwa kami tak sanggup memperlakukannya dan Emilia dengan cara yang sama.
"(Bocah laki-laki itu* yaitu siswamu, sedangkan saya menyerupai guru sementara baginya. Dia memang lucu dengan caranya sendiri, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Emilia!!)"
[Reus, maksudnya]
....Atau begitulah katanya.
Pria bau tanah ini belum menikah. Dia dulunya punya beberapa siswa, tapi memperlakukan mereka menyerupai anak-anaknya sendiri.
Jika kita berpikir menyerupai itu, Reus dan Emilia yang bukan siswanya sendiri, akan nampak menyerupai cucu untuknya.
Dia mengajarkan cara bertarung menggunakan pedang kepada cucu tercintanya, betapa sederhananya laki-laki bau tanah ini.
"Boleh-boleh saja membawanya, tapi kenapa Emilia?"
"Karena saya ingin bertemu dengannya. Kalau Reus, saya memang ingin memperlihatkan sebuah gerakan tersembunyi....hanya saja bukan sekarang"
Hei, setidaknya baliklah urutannya. Reus akan menangis, kamu tahu.
Tanpa mengetahui itu, Reus terkagum-kagum ketika Lior memperlihatkan 'gerakan tersembunyi'nya.
☆
Terakhir kali saya menemui Lior yaitu beberapa hari sebelum kami meninggalkan rumah.
Saat itu, ia sudah menggunakan perlengkapan dan telah membersihkan tempat tinggalnya, bersiap untuk perjalanan. Kurasa ia ingin segera pergi sesudah selesai bicara.
"Pertama-tama, terimakasih. Aku sangat menghargaimu lantaran sudah menjadi tujuan baruku. Terima kasih"
"Aku sudah menyampaikan ini berkali-kali, tapi jangan terlalu pedulikan itu. Aku juga bersyukur telah menjadi tujuan supaya kamu menjadi lebih kuat"
Setelah saling berjabat tangan, ia menyerahkanku sebuah tas kecil.
"Ini yaitu sesuatu yang saya buat dan ingin memberikannya kepada siswaku dulunya, sebuah bukti kelulusan. Jika kamu menganggap bahwa bocah laki-laki itu cukup pantas, saya ingin kamu menawarkan itu kepadanya"
Di dalam tas terdapat sepucuk surat dengan medali yang terukir pedang bersilangan.
"Tujuanmu Elysion, kan? Ada seorang laki-laki bau tanah eksentrik di sana dan merupakan orang yang telah menyebarkan pedang tercintaku. Ini merupakan surat pengantar dariku supaya ia mau menyebarkan pedang untuk Reus"
Lior yang 'aneh' menyebut seorang laki-laki bau tanah sebagai eksentrik. Aku bertanya-tanya, seberapa absurdnya orang yang dimaksud.
Tapi, dengan bukti kelulusan dan surat pengantar itu, kurasa Lior juga menganggap penting Reus.
Kekuatan anak ini sudah berada di atas Emilia tapi ia tidak pernah membanggakannya. Paling tidak, saya ingin ia mencicipi rasa superioritas wacana ilmu pedangnya.
"Yah, tentu saja senjata Emilia akan dibuatkan juga. Aku telah menulis 'Kalau kamu memprioritaskan Reus dibandingkan Emilia, saya akan tiba dan meninjumu'"
....Tak peduli seberapa kerasnya ia berlatih, tampaknya Reus takkan pernah menang dari kakaknya.
"Sampai jumpa ya!! Lain kali kita bertemu saya niscaya akan menang!!"
Dan dengan senyuman lebar, laki-laki bau tanah yang usianya hampir 60 tahun, pergi merantau sekali lagi.
☆☆☆☆
Setelah banyak hal terjadi, kini merupakan dua hari sebelum kami menetap di asrama siswa.
Kami bertiga berjalan-jalan mengelilingi kota, mencari laki-laki bau tanah eksentrik yang diceritakan Lior.
"Dia hanya memberitahuku nama tokonya. Di kota sebesar ini, bagaimana kita bisa menemukan orang bau tanah yang dimaksud?"
"Jii-chan berkata, laki-laki bau tanah ini sangat pendek dan agak gemuk. Selain mempunyai nada bunyi yang menjengkelkan, ia juga seorang eksentrik yang selalu mengomel"
Tanpa sepengetahuanku, penghinaan wacana orang ini meningkat?
"Jika tidak salah, nama tokonya yaitu Gekimetsu messatsu kongou kajiya*, kan?"
[Blacksmith penghancur pelenyapan vajra.... -_- ]
"Apa ada toko dengan nama menyerupai itu? Kurasa pemiliknya memang tak punya talenta penamaan"
"Ah, Sirius-sama. Bagaimana kalau kita bertanya pada orang-orang di warung itu? Warung itu tampaknya sudah tua, orang-orang yang ada disana niscaya tahu banyak wacana kawasan ini"
Tampaknya Emilia sudah memahami akan pentingnya informasi dan cara mengumpulkannya. Sementara menatap gadis ini dengan kagum, tak usang ia kembali dengan informasi sekaligus beberapa daging bakar tusuk*.
[Sate]
"Aku paham. Sepertinya kita perlu berbelok ke gang itu untuk hingga ke toko yang dimaksud"
"Ternyata dekat, ya. Ayo kita pergi sekarang"
Beberapa menit sesudah kami memasuki gang dan terus maju, papan bertuliskan Gekimetsu messatsu kongou kajiya terlihat. Kamipun masuk ke dalam toko.
Aku sudah memikirkan hal ini ketika melihat eksteriornya, tapi ketika melihat interiornya, saya agak mengerti. Bisnis di toko ini sedang tak berjalan dengan baik.
Papan namanya memudar, setumpuk debu menyelimuti tempat-tempat menyerupai rak dan pot. Tempat ini bagaikan rumah terlantar, tapi lantaran kami bisa mendengar bunyi pukulan palu dari dalam, kurasa ada seseorang di sini.
Dari tampilan sekilas, tempat ini terlihat tak mempunyai niat untuk berbisnis, tapi gairah pemiliknya akan senjata tak boleh diremehkan. Seluruh senjata yang dipajang di toko ini sudah dirawat secara teratur.
"Ini tempatnya, kan? Permisi!!"
Tak ada respon atas teriakan Reus. Bunyi palu dari dalam pun belum berhenti.
"Oiii!! Permisi!! Kami tiba sebagai pelanggan!!! "
Masih tak ada respon. Apakah indera pendengaran pemiliknya sudah tuli lantaran terlalu banyak mendengar bunyi pukulan logam?
"Keluarlah cepat!!! Orang idiot disana yang mempunyai penamaan buruk!!!! "
"Apa yang kamu katakan, kamu idiot?!?!"
Aku bisa mendengar cercaan menyerupai itu dari dalam. Kesampingkan itu, bukankah Emila tahu kelemahan dari tempat ini?
"Jii-chan berkata jikalau kamu berkata begitu ia akan menanggapinya"
Hubungan menyerupai apa yang dimiliki Lior dengan laki-laki ini?.
Lalu....Orang yang keluar dengan murka yaitu laki-laki bau tanah dengan tinggi tubuh tak berbeda dariku.
Rambut dan janggut yang panjang, tangan maupun kaki pendeknya tampak kokoh dan tubuh terlihat kuat. Pria bau tanah ini yaitu seorang Kurcaci.
Ras mereka menyukai alkohol dan aktivitas menempa. Dikatakan bahwa jikalau kamu menginginkan senjata yang luar biasa, carilah kurcaci. Para kurcaci itu tahu banyak wacana bijih dan penempaan.
"Akhirnya, bahagia bertemu denganmu, saya dipanggil Sirius---"
"Aku punya prinsip untuk tidak berurusan dengan bawah umur dan bangsawan. Lagi pula, jikalau kamu hanya ingin mengolok-olokku, pulanglah, idiot!"
"Hmm, kami tiba ke sini dengan surat pengantar Lior dan bukan untuk mengolok-olok"
"....Hah?"
Kurcaci itu hendak masuk kembali, namun mengalihkan pandangnya lagi ketika nama Lior disebutkan.
"Inilah surat pengantarnya, ia bilang kamu akan mengerti kalau membacanya"
"....Jika kamu berbohong saya akan memukul dan membunuhmu dengan palu, kamu dengar idiot?"
Orang ini, apa 'idiot' merupakan kata favoritnya?
Dia mengambil surat itu seakan-akan menyambarnya dan mulai membaca dengan tatapan seakan melihat musuh.
Tepat sesudah membaca itu, ia meremas dan membuangnya. Pria bau tanah ini kemudian membariskan beberapa pedang besar yang dipajang pada etalase dari ujung kiri dan menunjukkannya ke Reus.
"Pegang dan ayunkan. Cobalah semua pedang ini dan katakan yang mana yang paling gampang kamu gunakan"
"Aku mengerti!....Ohh, ini tidak sama dengan pedang di luar sana!"
Memang manis lantaran ada ruang tersendiri untuk mengayungkan pedang disini. Namun, saya tidak terlalu baiklah untuk mengayunkan pedang di dalam toko. Tapi lantaran pemiliknya tidak menyampaikan apapun, mungkin memang tidak masalah.
"Tidakkah berdasarkan Sirius-sama pisau ini luar biasa?"
Sementara Reus mengayunkan pedang itu dengan bahagia hati, Emilia menuju ke sisi lain. Dia memegang salah satu pisau yang dipajang dan terpesona.
"Nona, kamu mengerti kualitas dari pisau itu?"
"Ya, ini tampak begitu tajam. Aku yakin daging sekeras apapun akan terpotong dengan lancar. Panjangnya juga sempurna"
"Begitu ya, saya tidak keberatan menjualnya kepada seseorang yang memahami nilai benda itu. Berapa anggaran yang kamu miliki?"
Emilia menoleh padaku. Aku hanya memberinya anggukan, mengisyaratkan supaya ia tidak ragu untuk melakukannya.
"Aku tidak punya banyak, hanya 5 koin perak"
"5 koin perak ya?....ini agak sulit"
Untuk pisau menyerupai itu, bahkan 1 koin emas pun akan dianggap murah olehku. Sebenarnya, abang beradik ini telah kuberi masing-masing 1 koin emas sebagai uang saku, tapi....ayo kita lihat dulu seberapa banyak Emilia bisa menawarnya.
"Aku melayani Sirius-sama di sini, namun saya tidak terlalu bisa diandalkan disaat keadaan darurat. Maukah Anda melihat ini?"
"Hah? Hmm....itu benar-benar mengerikan ya, idiot"
Apa yang Emilia tunjukkan pada si kurcaci bau tanah yaitu pisau yang selalu ia gunakan. Itu merupakan pisau murahan yang bisa dibeli di manapun, tak heran kalau seorang profesional menyebutnya 'mengerikan'.
"Aku ingin lebih mempunyai kegunaan bagi masterku. Untuk itu, saya sangat ingin mempunyai pisau yang indah menyerupai ini. Hanya saja, sebagai pelayan, saya tidak ingin membebani masterku dengan pembayaran barang pribadi"
"Aku mengerti maksudmu. Tapi ini yaitu bisnis, jadi...."
"Kumohon, Ojii-chan!!"
"Ojii-chan?! Perasaan suka cita apa ini yang memenuhi dadaku?!"
Ahh....reaksi yang sama persis menyerupai Lior.
"Aku juga memanggil Lior-sama 'Ojii-chan', jadi lantaran Anda merupakan kenalannya, kupikir harusnya sama....atau apakah itu tidak boleh?"
Emilia-san sungguh licik, ya. Dia memohon dengan mata menengadah, sebuah teknik perangkap madu yang ia pelajari untuk dipakai pada Lior sebelumnya.
"OOOHHH!!!!....Tidak masalah!!! Panggil saja saya semaumu!!! Aku akan memberikannya gratis, idiot!!!"
"Tidak, saya yakin memberikannya secara gratis terlalu berlebihan. Bagaimana dengan 5 koin perak?"
"Apa boleh buat. Jika nona bersikeras menyerupai itu, tidak apa-apa"
"Terima kasih, Ojii-chan"
"Idiot!! Ambil saja gratis!!"
Kurcaci bau tanah yang menarik.
Tapi, kamu tahu, pisau itu akan dipakai untuk memasak. Pisau yang gadis ini tadi tunjukkan padamu juga untuk memasak. Kalau ia tahu kebenarannya....Tidak, saya rasa ia akan memaafkan segalanya ketika mendengar Emilia menyebutnya 'Ojii-chan' lagi.
Karena ada banyak hal di dirinya yang menyerupai Lior, mungkin keduanya bisa disebut 'Rekan dengan selera yang sama tapi saling membenci'.
Ketika Emilia terus memaksa 5 koin perak ke laki-laki bau tanah yang bersikeras gratis, Reus yang mengayunkan pedang dari tadi memanggil.
"Oi, Occhan, saya sudah selesai mengayunkannya!"
"Haa? Lalu idiot, mana yang paling cocok untukmu?"
"Yang kelima dan keenam, kurasa? Keduanya gampang digunakan"
"Hmm....tampaknya kamu mempunyai kemampuan yang langka ya, idiot?"
"Aku bukan idiot! Namaku Reus!"
"Kau idiot! Kau benar-benar siswa Lior, kan? Pilih saja senjata yang sama dengannya"
"Aku Reus! Dan saya bukan siswanya, saya siswa Aniki. Dan, apa maksudnya dengan senjata yang sama?"
"Kau idiot!"
"Aku Reus!"
Pembicaraan takkan berkembang jikalau si eksentris dan si kepala angin bertemu.
Karena obrolan itu terlalu sia-sia, saya memutuskan untuk turun tangan dan meringkasnya.
"....jadi alasan Anda menyuruhnya mengayunkan aneka macam jenis pedang, yaitu untuk membedakan kemampuannya?"
"Benar! Setiap orang mempunyai kecocokan sendiri dengan sebuah pedang. Misalnya, pedang yang ringan dan tajam atau pedang berat yang berpusat pada kekuatan penghancur. Terdapat banyak jenisnya, idiot!"
"Aniki bukan idiot!"
"Tenanglah Reus, itu hanya kebiasannya. Jadi, tipe pedang mana yang cocok?"
"Pedang yang berat dan tajam, mungkin. Dengan melihat sentra gravitasinya, ia mempunyai kemampuan yang serupa dengan si bajingan Lior*. Astaga, ia hingga menamkan ajarannya sejauh itu, bocah ini niscaya sangat disukainya"
[Lio-Yarou....ku artikan aja Si Bajingan Lior]
Meski ia yaitu laki-laki bertubuh gempal dan aneh, tapi keahlian dan tatapannya merupakan hal yang serius.
Reus sering mengeluh wacana betapa ringan pedang miliknya, dan mempertimbangkan wacana kurcaci bau tanah ini---sebagai pencipta pedang besar Lior---, kurasa manis untuk menyerahkan pembuatan senjata Reus kepadanya.
"Kalau begitu, bisakah Anda menyebarkan pedang yang sesuai dengan Reus? Kami tidak mempunyai banyak uang sekarang, tapi kami niscaya akan membayar sisanya pada hari terakhir senjata itu selesai"
Aku mengambil 5 koin emas dari saku pakaianku dan meletakkannya di atas meja. Jujur saja, menurutku ini memang kurang, tapi memperlihatkan ketulusan yaitu yang terpenting disini.
"Ini dariku juga, tolong"
Emilia juga mengeluarkan 1 koin emas dari saku bajunya. Tunggu, Emilia? Keputusanmu memang baik. Tapi, dengan begini kamu bisa tertangkap lembap kalau mempunyai koin emas.
"Aniki....Nee-chan...."
"Hehh....Bajingan itu ternyata dikelilingi oleh orang-orang idiot, ya"
Tapi kelihatannya si kurcaci tak memperdulikannya. Karena kedua anak ini tampak tergerak oleh suasana, ayo kita dorong lebih jauh.
"Kami takkan meminta sebuah pedang indah menyerupai yang Anda buat untuk Lior. Melainkan sebuah pedang yang bisa menyaingi pertumbuhan anak ini, hingga ia semakin kuat"
"....Aku tidak ingin membuat pedang setengah hati menyerupai itu!"
"Jadi, itu tidaklah mungkin, ya?"
"Salah!! Aku hanya berkata tidak ingin membuat pedang setengah hati menyerupai itu! Yang akan kubuat yaitu sebuah pedang, senjata yang bisa mengiringi kemampuannya hingga ia dewasa!"
"Dengan kata lain....Anda akan membuatnya?"
"Benar! Sudah usang saya tidak menempa dengan kekuatanku yang sesungguhnya. Lenganku bergemuruh, idiot!!!"
Aku merasa sedikit cemas ketika membayangkan sosoknya mengayunkan palu di kedalaman toko dengan penuh antusiasme dan terengah-engah. Namun, belahan bagusnya yaitu persoalan pedang Reus telah terpecahkan.
"Kau bisa membayar ongkosnya kapanpun"
"Tapi, harusnya ada biaya untuk hidup atau bahan-bahannya kan?"
"Aku mempunyai tabungan jadi tidak apa-apa. Tentang biaya hidup, kurasa kalianlah yang lebih membutuhkannya. Kalian, para bocah juga tidak harus mencemaskan biaya bahan-bahan dan sejenisnya, idiot!"
"Begitu ya. Jika Anda butuh sesuatu, tolong katakan saja. Walau terlihat menyerupai ini, kami sebetulnya cukup kuat. Jadi, setidaknya kami bisa membawakanmu bahan-bahan yang sederhana"
"Andalkan kami juga, Occhan!"
"....Aku gres teringat, surat ini juga menjelaskan sesuatu menyerupai itu ya? Ini mungkin yaitu takdir. Hei, kamu yang disana....beritahu namamu"
"Sirius. Anda sendiri?"
"Aku Grant. Si bajingan Lior menuliskan bahwa kamu merupakan anak kecil yang hebat dan cerdas. Aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu"
Karena ia mulai berbicara dengan ekspresi masam, saya memutuskan untuk mendengarkan dongeng Grant-san.
Sepertinya kurcaci bau tanah ini punya sedikit persoalan dalam mencari ide-ide baru. Dia menginginkan rangsangan supaya mendapat inspirasi.
"Bahkan jikalau saya bisa membuat senjata khusus, ada banyak orang yang juga bisa untuk membuatnya. Aku tidak merasa berkembang walaupun berhasil membuat sesuatu. Apa kamu punya ide yang menarik?"
"Hmm....untuk ketika ini, saya mempunyai senjata yang tidak biasa. Apa Anda ingin melihatnya?"
Aku kemudian menunjukkannya pedang ringan yang didapat dari Dee dan pisau mithril yang didapatkan dari Fia. Dia menatap keduanya dengan penuh perhatian, terutama pada pedang ini.
"Tak ada yang istimewa dari pisau ini kecuali bahannya yang dari mithril. Tapi....pedang ini aneh. Dugaanku yaitu pedang ini terbuat dari bijih itu"
"'Bijih itu'....jadi Anda tahu dari materi apa pedang ini dibuat?"
"{Graviton}, awalnya merupakan bijih yang sangat padat dan berat. Untuk pedang sependek ini, takkan asing jikalau beratnya bisa mencapai 30kg*. Tapi saya bahkan tidak bisa mencicipi beratnya"
[Jika kalian lupa, satu pedang Sirius yang diberikan Dee pada chap 7. Panjang bilah 50cm dengan sedikit ornamen]
"Kalau begitu, pedang ini memang mempunyai rahasia?"
"Aku yakin. Mungkin dari teladan yang terukir di bilahnya, atau mungkin ada sesuatu di pegangannya. Ini diluar pengetahuanku, jadi saya tidak begitu tahu, idiot"
"Terima kasih banyak. Mengetahui sebanyak ini sudah cukup bagiku"
Sepertinya Grant-san tidak terlalu mendapat banyak ransangan untuk ide, tapi bagiku ini memberi cukup rangsangan. Pedang ini mempunyai diam-diam melampaui perkiraanku. Ada nilai dalam menyelidikinya.
"Ini memang cukup menarik, tapi apakah ada hal lainnya, idiot?"
"Kalau begitu, bagaimana dengan yang menyerupai ini? "
Aku kemudian berbicara wacana teknik pembuatan katana.
Katana tidak dibentuk dengan hanya satu lapis besi. Melainkan dengan shintetsu/inti besi, yaitu besi lunak sebagai belahan pusatnya, dan kawatetsu/kulit besi, yaitu besi padat nan keras sebagai pembungkus untuk belahan luarnya. Itulah yang disebut katana. Dengan demikian, shintetsu yang lembut di dalam akan menyerap efek benturan dan mencegah katana pecah, sedangkan kawatetsu yang keras di belahan luar akan mencegahnya membengkok.
Sayangnya, saya hanya mempunyai informasi wacana pedang, bukan cara membuatnya. Aku merasa ini akan mempunyai kegunaan sebagai ide, tapi....
"KAU IDIOOTTTT!!!!!"
....Gendang telingaku sakit.
Diapun menghempaskan palu ke lantai hingga lantai kayunya pecah.
"Shintetsu dan Kawatetsu, ide yang konyol!!! Jika saya bisa memahaminya, ini akan menjadi hal yang menakjubkan!!!"
Ya ampun, si kurcaci bau tanah ternyata dilimpahi emosi. Namun, memecahkan lantai kayu terlalu berlebihan, kan?.
"Tapi, saya tidak tahu bagaimana membuatnya"
"Kau idiot!! Itu pekerjaanku untuk menemukan caranya!! Oohh....diriku terbakar!!!"
Dia sekali lagi mengayunkan palunya ke sekeliling, karam dalam kegembiraan.
Sekarang, jikalau Grant-san melihat persoalan kami yang lain, mungkin akan berakhir juga. Haruskah saya mengingatkannya?
"Hmm....dan jangan lupakan wacana pedang Reus, ya?"
"Aku tahu. Tapi, bahannya tidak cukup sekarang. Butuh waktu untuk mendapatkannya lagi. Tunggulah sebentar, idiot"
"Juga, lantaran belum bisa mendaftar di Serikat Petualang, kami belum bisa menjual hal-hal yang didapatkan dari monster. Jadi, kalau tidak keberatan, Grant-san bisa membeli materi yang diharapkan dari kami"
"Begitu ya? Boleh-boleh saja. Tapi jikalau itu yaitu materi yang remeh, saya tidak membutuhkannya. Namun, dalam masalah terburuk, kamu bisa menjualnya ke Serikat Petualang melalui diriku"
"Terima kasih banyak. Kalau begitu.... ummm, kami akan membawa materi itu ke Gekimetsu messatsu kongou kajiya"
"Kau idiot! Ini yaitu Gekimetsu massatsu kongou kajiya!!"
Hanya berbeda satu huruf, yaitu Messatsu Dan Massatsu....yah, terserahlah*.
[滅殺/Messatsu : pelenyapan. 抹殺/Massatsu : penghapusan]
"Si brengsek Lior juga, berkata bahwa Kyokuten Haou Guren Ken yang kuciptakan terlalu merepotkan untuk diucapkan, ia kemudian hanya menyebutnya Guren!! Dia lah yang tidak mengerti kualitas penamaanku, idiot!!!"
[Pedang Crimson sang Penguasa Agung Kutub]
Satu bunyi untuk Lior dariku.
Sepertinya Emilia mempunyai pendapat yang sama. Wajahnya menjadi kaku dengan memaksa diri untuk tersenyum.
"Aku pikir Kyokuten Haou Guren Ken yaitu nama yang bagus!"
"Kau mengerti ya, bajingan Reus!*"
[Tulisannya juga Reu-Yarou]
Reus....kau juga ya?.
Tidak apa-apa untuk mencar ilmu dari yang bau tanah tapi....Entah sifat gila bertarung Lior atau rasa eksentriknya Grant-san, saya merasa ia hanya menyerap hal-hal asing dari lingkungannya.
Pemikiran ini memang telah berulang kali muncul. Hanya saja, saya sangat khawatir wacana masa depan anak ini.
"Sirius-sama....ayo kita didik anak itu dengan baik"
"Kau benar, kita usahakan saja"
Sambil menyaksikan kedua orang yang tertawa, kami berjanji di kedalaman lubuk hati untuk tidak membiarkan Reus melenceng lebih jauh lagi.
☆☆☆Chapter 27.5 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis : Aku menulisnya sebanyak setengah hal yang biasanya kutulis.
Awalnya ini bukan dongeng utama melainkan dongeng singkat. Tapi, saya pikir ini agak berbeda lantaran berisi pembahasan sepele sebagai dongeng yang lucu. Jadi, saya akan dengan cepat beralih ke dongeng utama selanjutnya.
>Catatan penerjemah : Hmmm, berkutat di sekitar Flashback ya. Daripada pusing, saya ngasih tanda kurung () ke obrolan masa lalu. Yah, kayak dulu.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/