World Teacher Chap.47 B. Indonesia
Chapter 47 Mulai Serangan Balik
Diterjemahkan oleh
☆Reus☆
Kami mulai bergerak sehabis Aniki meninggalkan kelas.
Menurut informasi Aniki, kelas di tahun yang sama Demidorion....di singkat kelas Demi, sehabis para siswanya mengurus musuh dengan cara yang sama ibarat kami, mereka tetap membisu di dalam kelas. Makara kami kesana untuk menemui mereka.
Semua orang yang tiba juga waspada ketika di lorong. Saat tiba, ternyata kelas Demi terkunci dari dalam hingga menciptakan Nee-chan mengetuk dan memanggil para siswa di balik pintu.
"Permisi, saya yakni Emilia dari kelas Carlisle. Tolong, bisakah kalian membukakan pintu?"
"Emilia-san? Apakah disisi kalian baik-baik saja?"
"Para penyusup juga menyerang pihak kami, namun dengan cepat ditangkap dan mengamankan situasi. Jadi, kami tiba untuk menyidik keadaan di sini"
"Dimengerti. Kami akan buka sekarang"
Sisi lain pintu mendadak jadi ribut seolah ada sesuatu yang sedang digeret. Apa mereka menggunakan meja dan dingklik sebagai penghalang daripada menguncinya? Jika Aniki di sini, ia akan berkata tindakan ini yakni 'minus'. Bisa saja kami diancam untuk menyampaikan hal-hal itu, kalian dihentikan membukanya tanpa konfirmasi pasti. Aku tidak akan memberitahukannya kini lantaran itu merepotkan.
"Silakan masuk, Emilia-san"
"Terima kasih"
Karena kelas Demi terdiri dari sebagian besar rakyat jelata dan sedikit bangsawan, tak ada aristokrat udik yang mempunyai mata absurd disini.
Orang yang menyambut ketika pintunya terbuka yakni ketua kelas Demi. Dia mengucapkan terima kasih kepada Nee-chan dengan wajah memerah, apa ia jatuh cinta pada Nee-chan? Nee-chan milik Aniki, akan kuhancurkan kamu bila berani macam-macam.
Ketika saya memasuki kelas sambil melotot pada si ketua, saya melihat beberapa meja dan dingklik yang rusak, juga ada para prajurit bayaran yang roboh terikat di lantai. Selain itu, ada beberapa siswa yang terluka. Memang terdapat penyihir khusus penyembuhan disini, tapi lantaran jumlahnya sedikit, siswa yang belum sempat dirawat hanya bisa pasrah menunggu giliran.
"Kami entah bagaimana berhasil menundukkan para penyusup, namun ibarat yang kamu lihat, situasi disini tidaklah bagus"
"Apa yang akan kalian lakukan mulai sekarang?"
"Itu belum diputuskan. Seluruh kelas kami terbagi dalam dua pilihan, tinggal di kawasan yang kondusif dan menunggu atau bergerak untuk melawan para penyusup"
"Apa ada siswa yang tidak bisa bertarung?"
"Hanya ada beberapa. Jujur saja, kami memang berhasil menangkap para penyusup, namun sebagai gantinya guru kami pingsan dan para siswa juga menjadi takut"
Seperti yang dikatakan si ketua, seluruh kelas Demi diliputi suasana suram. Meskipun ada beberapa yang ekspresinya cerah ketika melihat kami, kebanyakan dari mereka duduk dengan depresi.
"Apa gurumu baik-baik saja? Jika tidak keberatan, saya bisa mencoba menyembuhkannya dengan sihirku"
"Maaf, tapi tolong. Kami jadi khawatir lantaran sihir kami sepertinya tidak berpengaruh"
Reese-ane populer luas di seluruh sekolah sebagai penyihir penyembuh yang menakjubkan. Dipercayakan dengan kiprah itu, Reese-ane berlari ke guru dan mulai menyidik kondisinya.
"Ini....gejala yang sama dengan guru kami. Apa ada yang menyidik tas prajurit bayaran? Mereka harusnya mempunyai obat penawar"
"O-Ouh"
Sementara beberapa orang dari kelas mulai menginterogasi para prajurit bayaran, Reese-ane menyembuhkan siswa terluka yang tersisa. Berkat training Aniki yang luar biasa, kami mulai mendapatkan kepercayaan kelas Demi.
"Kami cukup paham situasinya sekarang. Meski semua siswa disini baik-baik saja, guru kami diracuni dengan cara yang sama dan telah membuatnya tak bisa bergerak untuk sementara waktu"
"Apakah begitu? Akan manis kalau ada siswa senior tapi...."
"Kalian mungkin cemas lantaran banyak alasan, tapi tak ada yang akan berubah bila hanya duduk diam. Kami berencana untuk mengumpulkan siswa lain dan melawan para penyusup"
"Itu tidak masuk akal! Ada para prajurit bayaran cukup umur bersama golem-golem mereka! Kita hanya anak-anak, tidak mungkin bisa menang!!"
Sama ibarat di kelas kami, ada siswa yang menentang gagasan itu, tapi rasa takutnya terhalau ketika Nee-chan tersenyum pada mereka. Oi, ketua kelas di sana, jangan terpesona!
"Tidak, kita bisa menang. Sihir tingkat menengah sudah cukup untuk menghancurkan para golem. Bahkan prajurit bayaran sanggup diurus dengan mengepungnya"
Nee-chan memberikan informasi yang ia peroleh dari Aniki. Dia mengajari kami untuk selalu berbicara dengan percaya diri ketika ingin menerima kepercayaan seseorang, lantaran itulah Nee-chan tersenyum percaya diri selama berpidato. Aku ingin Aniki melihat bahwa ia lebih antusias daripada orang lain di sini, ia tumbuh jauh lebih kuat.
"Kita unggul dalam hal jumlah. Tak perlu memperlihatkan belas kasih atau bertarung secara adil melawan musuh yang menggunakan taktik tercela ibarat ini, kita akan berkelompok dan mengalahkan musuh langsung. Daripada hanya bersembunyi dan menunggu pertolongan, bukankah lebih baik mencoba untuk mengalahkan mereka dengan tangan kita sendiri?"
"Apakah itu....mungkin?"
"Tolong lihatlah ke koridor. Disana ada para siswa yang tidak hanya dari kelas kami, namun kelas lain juga sedang bertarung"
"Itu benar! Ayo lakukan! Jumlah kita akan bertambah, kan?"
"Aku akan melakukannya! Aku akan melindungi Emilia-san!"
"Terima kasih banyak. Namun diriku hanya untuk Sirius-sama"
"....Iya. Tidak, masih terlalu dini untuk menyerah!"
Meskipun si ketua ini sangat tertekan oleh penolakannya, ia eksklusif berdiri lagi. Kau keras kepala, tapi Nee-chan yakni dinding yang tidak mungkin ditembus. Tak ada celah bagimu untuk lewat.
Pokoknya, kelas Demi tampak bersedia membantu berkat pidato Nee-chan. Aku tidak akan kalah darinya.
"Aku akan memimpin pertarungan! Tidak peduli berapa banyak golem dan prajurit bayaran yang datang, saya akan menghempaskan mereka semua!!"
"Ooh! Aniki termotivasi!"
"Kami akan mengikutimu!"
Teman-teman dari kelas ini juga bersemangat dan bersiap bertarung.
Pada akhirnya, 60% kelas Demi bergabung dengan kami. Para siswa yang tak bisa bertarung diinstruksikan untuk pergi ke kelas kami bersama guru yang tidak bisa bergerak. Kami meningkatkan jumlah, dan menuju ke kelas berikutnya.
☆☆☆
Setelah itu, kami terus mengumpulkan sekutu.
Ada ruang kelas di mana aristokrat dan rakyat jelata bertengkar, tapi kami menenangkan mereka sehabis memasuki kelasnya. Kami membebaskan para siswa yang bersembunyi atau ditahan oleh para prajurit bayaran, dan terus meningkatkan jumlah.
Karena sebagian besar siswa belum diserang musuh hingga kami tiba, dilema yang kami hadapi hanya sedikit.
Setelah menuntaskan patroli sekolah....sekarang kami punya lebih dari 100 orang. Kami berhenti di luar sekolah untuk membagikan senjata yang kami sita, dan bersiap untuk serangan.
"Aku penasaran, apa kita sudah mempunyai cukup banyak orang?"
"Ini cukup, Emilia. Jika informasi Sirius-san benar, maka jumlah kita sudah lebih dari dua kali lipat jumlah musuh"
Aniki berkata ada sekitar empat puluh musuh di arena kawasan para siswa yang tertangkap berkumpul. Angka itu mengganda ketika para penyihir pemanggil golem dihitung, tapi kami masih melampaui jumlah tersebut.
Aniki juga memberitahu bahwa Gregory ada di sini. Kami hampir tidak berbicara dengannya, tapi ia yakni laki-laki menjijikkan yang telah melaksanakan hal-hal jelek kepada kami semenjak kami tiba ke kawasan ini. Aku sendiri ingin menebasnya, tapi....
"Andai saja saya membawa pedangku...."
Dengan pedang itu, saya bisa mengiris tanpa takut menjadi tumpul, tak peduli seberapa banyak golem yang di iris. Sangat gampang juga untuk mengaliri bilahnya dengan mana.
Tak ada dilema dengan pertarungan tangan kosong lantaran saya hampir setiap hari berlatih dengan Aniki hanya menggunakan tinju. Aku juga bersyukur mempunyai pedang dari barang sitaan prajurit bayaran. Hanya saja ini belum memuaskan lantaran bilahnya terlalu rapuh, seperti bisa pecah dalam satu ayunan bila dipakai dengan serius. Contohnya teknik dari Jii-chan* yang kebanyakan takkan bisa ditahan oleh sembarang pedang.
[Lior]
"Apa boleh buat kan, berjuanglah dengan menggunakan sihir sebagai serangan utama"
"Baiklah"
Aku akan menggunakan pedang melawan para prajurit bayaran, tapi akan menggunakan tinju ketika melawan golem.
Selagi saya beradaptasi dengan pedangnya, beberapa senior mendekati Nee-chan.
"Persiapan sudah selesai, Emilia. Kita bisa pergi kapan saja"
"Terima kasih banyak. Mengesampingkan itu, apa tidak dilema bagiku untuk memimpin?"
"Aku tidak keberatan. Kalian yakni orang-orang yang mengatur kelompok ini, dan dengan begitu kami sanggup berfokus untuk bertempur"
"Benar. Sebagai senior, saya akan menyingkirkan para penyusup di garis depan"
"Baiklah. Meski belum berpengalaman, saya akan bekerja keras. Namun demikian, izinkan saya menjelaskan sekali lagi"
Walaupun ada siswa senior disini, Nee-chan entah bagaimana malah dipilih untuk menjadi pemimpin.
Di sisi lain, mereka yang tidak bersedia bertarung dikirim kembali ke kelas kami untuk bertahan. Kekhawatiran perihal merekapun lenyap, menciptakan Nee-chan gampang untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin. Yah, dari dulu di kampung halaman kami di hutan, Nee-chan sering memimpin anak-anak. Dia juga berguru banyak dari mengawasi Aniki, hingga memperlihatkan kesan yang sama ketika berbicara. Apa ini karisma yang Aniki bicarakan?
Nee-chan mengumpulkan perhatian semua orang yang hendak bertarung, dan melaksanakan arahan sekali lagi.
"....Itu keseluruhannya. Musuh-musuh kita kuat, namun kita jauh lebih kuat! Ayo berusaha demi kembali ke rumah dengan selamat!"
Dia kemudian mengangkat tangannya dengan anggun dan menunjuk ke arena.
"Serbu!!"
""""OOOOHHHHH!!!!!!""""
Mengikuti di belakang para petarung terkuat yang sebagian besar terdiri dari para senior, kami semua berlari menuju arena.
Ketika bergerak sebagai kelompok, tentu saja akan menonjol bagi para prajurit bayaran maupun penyihir yang sedang berjaga. Mereka menjadi takut dengan jumlah kami dan memerintahkan golem terdekat untuk menyerang, sementara mereka mulai melarikan diri.
"Ha! {Flame Knuckle}!"
Kepalanku yang terbalut api menghantam gugusan sihir di dada golem dan menghancurkannya berkeping-keping. Di sisiku, tiga senior mengganggu golem, membuatnya lengah dan menghancurkan gugusan sihir dengan senjata tumpul.
Golem yang kami lawan identik dengan yang ada di labirin, kelemahannya pun sama. Jika gugusan sihir dihancurkan, mereka akan lenyap. Tidak simpel menggunakan senjata fisik lantaran golem sangat kokoh, tapi sihir berfungsi dengan baik. Hanya saja, demi mempertahankan sihir yang disiapkan sebelum pertarungan, para siswa sepertiku harus menyerang ke tengah-tengah gerombolan musuh.
"Reus-kun, kita diberitahu untuk tidak menggunakan sihir terlalu banyak untuk menghemat mana. Apa kamu baik-baik saja?"
"Tidak masalah!! Bagiku ini masih normal, lagipula konsumsi mana sihirku jauh lebih rendah daripada yang terlihat!!"
Mark tampak cemas meski saya berkata begitu. Tapi ini hanyalah latihan ringan dibanding ketika berhadapan dengan Aniki. Selain itu, Aniki berkata bila saya bisa mengalahkan musuh, itu akan meningkatkan moral semua orang.
Tak peduli seberapa banyak pertarungan yang di lewati, saya terus mengalahkan musuh dengan satu serangan. Meski berada di garis depan, takkan ada yang mengeluh bila saya mengamuk ibarat ini. Semangat kami terus naik, bahkan Nee-chan tersenyum dan mengangguk pada tindakanku.
"Bagus, Reus. Bagaimana kondisimu?"
"Di kondisi puncak. Pemanasan juga selesai, jadi ini yakni kesempatan terbaik untuk menjadi serius"
Kondisi tubuhku tepat dan mana juga masih tersisa banyak. Di atas segalanya, saya dipenuhi motivasi sekarang.
Aniki percaya dan mengirim kami keluar. Aku tidak mempunyai sesuatu untuk disanggah terhadap kepercayaan itu.
Kegagalan yang saya alami di labirin tidak akan terjadi lagi. Intinya, saya terlalu gampang percaya diri ketika merasa unggul dalam pertarungan. Untuk menghindari kesalahan lantaran hal itu, saya menentukan untuk membatasi diri hingga mempunyai kontrol yang lebih baik atas situasi.
Kamipun segera tiba di depan arena, tetapkan untuk berhenti sebentar dan mendiskusikan strategi.
"Kita sudah sampai. Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan mulai sekarang?"
"Musuh disana niscaya sudah tau perihal serangan ini, jadi bukannya akan gawat kalau kita menyerbu eksklusif dari depan?"
Apa yang dikatakan senior ini benar, lantaran musuh sedang menunggu di arena, saya pikir mereka menyiapkan satu atau dua perangkap. Kami mendiskusikan kemungkinan alternatif, tapi Nee-chan hanya membisu dan melihat arena.
"Akan memakan waktu terlalu usang bila membahas hal-hal semacam itu. Kalau tidak segera diputuskan, musuh yang menyebar dari arena mungkin dipanggil kembali"
"Sia-sia saja bila kita ragu disini, jadi ayo minta pemimpin untuk menciptakan keputusan"
"Kau benar, bagaimana Emilia? Kami ingin mendengar pendapatmu"
Nee-chan yang sudah menciptakan keputusan, menjawab dengan satu kata.
"Serang"
☆☆☆
Ketika kami bergerak menuju pusat arena dan melihat sekeliling dengan teliti, para siswa lain tidak bisa menyembunyikan mulut murka mereka
Di sekeliling kami, duduk di dingklik penonton, yakni para siswa yang ditangkap. Mereka menatap kami dengan sunyi, tertahan oleh kerah budak dan hanya bisa memperlihatkan kesedihan di mata masing-masing.
Tanda-tanda pertempuran di arena masih ada. Ketika menoleh ke pojokan, saya bisa melihat para siswa yang memberontak sebelumnya kalah dan dipasangi kerah oleh para prajurit bayaran.
"Ada banyak siswa disana. Reese-ane, berapa menurutmu yang telah tertangkap?"
"Mungkin....sekitar dua ratus"
"Kenapa kalian begitu tenang?"
Seorang senior bertanya dengan ketidakpercayaan di wajahnya, tapi saya memang terbiasa dengan pemandangan mengerikan ini lantaran pernah mencicipi perbudakan. Adapun Reese-ane, mungkin ia baik-baik saja lantaran sudah mengalami banyak sekali hal semenjak bertemu Aniki.
Ketika berjalan, bulat sihir muncul di pusat arena dan aktif, memunculkan banyak golem. Jumlahnya sekitar tiga puluh, agak lebih sedikit dari kami.
"Selamat datang, para lelaki dan wanita yang berani sekaligus nekat"
Saat saya siap bertempur, sebuah bunyi nyaring menggelegar di arena.
Aku berbalik mencari asalnya, dan melihat laki-laki paruh baya berjenggot duduk di dingklik glamor berlagak hebat. 'Mengenakan embel-embel logam mahal dan sangat gemuk', ku pikir itulah yang akan dikatakan Aniki bila melihat laki-laki itu. Di sisinya, berdiri musuh kami, Gregory.
"Reese-ane. Aku tahu Gregory, tapi siapa laki-laki yang berlagak sok penting itu?"
"Golia Advend. Ane-sama memberitahuku bahwa ia yakni laki-laki kaya terkemuka di Elysion. Aku sempat heran darimana biaya untuk semua kerah ini....tidak absurd bila berasal darinya"
Di antara para aristokrat yang mendiskriminasi ras binatang, kelihatannya ia salah seorang yang pernah berdebat dengan ayah Reese-ane. Dan dikala itu, kabarnya ia telah kalah sambil membawa banyak masalah.
"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kalian hanya hiburan bagi revolusi ini. Makara segeralah bertarung!"
Aku bermaksud untuk bertarung bahkan bila tidak diminta, tapi kenapa kamu mempunyai tampilan angkuh di wajahmu?
"Sungguh orang yang menjijikkan"
"Reese-ane, kenapa kamu berkata ia menjijikkan?"
"Golia yakni orang yang memotivasi para siswa kalau revolusi yakni hal yang spektakuler. Dia mungkin memaksa kita bertarung disini untuk memperlihatkan pada mereka yang ditahan apa yang akan terjadi bila memberontak"
Menurut analisa Reese-ane, siswa-siswi yang ditahan oleh kerah memang sengaja dibiarkan ada disana, jadinya banyak yang berharap dukungan akan datang. Namun setiap kali para siswa dikalahkan, keinginan itupun sirna. Itulah sebabnya pandangan mereka tampak sedih.
"Mereka sudah menyiapkan antisipasi semacam ini, ya. Jangan ceroboh, Reus"
"Baiklah! Sebelum itu, saya harus menuntaskan kiprah Nee-chan"
Sebelum tiba ke arena, Nee-chan memintaku untuk mengulur waktu sambil mendapatkan lebih banyak informasi. Setelah melirik sebentar siswa-siswi di dingklik penonton, saya berbicara dengan si bajingan Golia.
"Katakanlah, Gorya-san. Meskipun saya berniat bertarung, kenapa kamu melaksanakan hal ibarat ini?"
"Bukan Gorya, tapi Golia! Jangan berani-berani menyebutku dengan cara itu!! Akulah pemimpin revolusi mulia ini!! Kami akan menggulingkan raja udik yang mentolerir ras binatang!!"
"Meski intinya tidak ada perbedaan antara kita dalam penampilan, kamu masih sangat membenci kami? Aku menyukai ras manusia, kamu tahu? Khususnya, Aniki, Reese-ane....dan Dee-nii juga!"
"Kau menyukai ras manusia?! Menjijikkan! Aku bahkan tidak ingin dipikirkan oleh ras hewan yang menjijikkan ibarat dirimu, apalagi disukai!"
Bukan berarti saya menyukai kalian, kamu ini ibarat diriku yang dulu.
Di masa kemudian ketika Nee-chan dan saya masih budak, kami sangat membenci ras insan alasannya sudah menculik dan menyiksa kami. Tapi sehabis bertemu Aniki, Dee-nii, dan dibesarkan oleh Erina-san, saya sadar bahwa tidak semua insan itu sama. Meskipun lebih renta dariku, ia tidak mengerti itu. Sebenarmya siapa yang cukup umur disini? Dibandingkan denganmu, Aniki jauh lebih dewasa*.
[Yah, bener sih....jika dihitung sama usia pikirannya]
"Telinga dan ekor yang kotor, berlagak murni sambil meningkatkan populasi mereka. Kalian lebih baik pergi dan tinggal di hutan. Setelah revolusi ini berakhir, semua ras hewan akan ditendang keluar, dan Elysion akan dirubah menjadi nirwana bagi hanya umat manusia!"
"Tidak perlu ada setetespun darah subhuman di nirwana kita! Mereka yang tidak kompeten juga termasuk! Setiap satu tanpa kecuali....akan dibasmi!"
Aku mendengar dari Aniki bahwa sumber kebencian Gregory yakni pembunuhan ayahnya oleh ras hewan dan orang tanpa warna. Aku bisa mengerti rasa sakit kehilangan keluarga, tapi saya tidak ingin memusnahkan siapa pun. Meski begitu dalam kasusku, para pelakunya yakni monster.
"Kalian sangat kekanak-kanakan. Apa kalian benar-benar dewasa?"
"Diam!! Buang senjatamu dan menyerahlah. Kalau tidak, saya akan menggunakan kerah untuk membunuh para siswa yang ditahan!"
Dia memerintahkan kami dengan mata setengah merah. Jika pemilik kerah memerintahkan, yakni mungkin untuk membunuh pemakainya. Banyak kerah budak dilengkapi dengan fungsi itu. Aku telah melihat eksklusif efeknya.
Teman-temanku murka perihal Gregory yang berkata bahwa ia akan membunuh para sandera, para siswa yang duduk di dingklik penonton menciptakan bunyi gemuruh pada dikala yang bersamaan.
Namun, seseorang yang menghentikan kecerobohan Gregory yakni Golia.
"Tolong tunggu sebentar, Gregory-dono. Membunuh para sandera akan menghalangi planning kita, bukankah begitu?"
"....Maaf. Aku lupa barusan lantaran terlalu fokus untuk membalas para subhuman itu"
"Tenanglah dulu. Bagaimanapun juga, pemilik kerah yakni aku, jadi kamu tidak diperbolehkan mengambil keputusan sendiri di sini"
Ini yakni percakapan kecil yang harusnya hanya bisa terdengar oleh mereka berdua.
Namun, pendengaranku telah diperkuat oleh {Boost} sesuai fatwa Aniki, oleh alasannya itu dialog mereka bisa terdengar terperinci oleh telingaku. Dan kemudian, tentu saja....
"Dorashaaaa–!"
Aku eksklusif menarik pedangku, dan menggunakan {Flame Knuckle} pada golem terdekat.
Kali ini saya dengan serius menghantamkan tinju terbungkus apiku, dan memporak-porandakan seluruh badan golem. Ini yakni pembuka yang manis untuk pertempuran.
"Ayo pergi!! SERBUUU!!!!!"
Dengan bunyi lantangku sebagai sinyal, para siswa yang berada di belakang bergegas ke depan. Jumlah golem secara sedikit demi sedikit menurun lantaran serangan kami melebihi jumlah mereka.
Dan kemudian, ketika ada sepuluh golem yang tersisa, gugusan sihir di tanah melahirkan golem baru. Ini melengkapi golem berdasarkan berapa banyak yang kami hancurkan.
Di suatu kawasan di arena ada para penyihir bumi yang bersembunyi, memanggil lebih banyak golem. Jika saya tidak memberantas asalnya, golem akan terus bermunculan hingga para penyihir kehabisan mana.
"Tiba-tiba menyerang, sungguh ras hewan yang barbar"
"Kita nikmati saja perkembangannya"
Goria dan Gregory tertawa sambil melihat para siswa yang mengalami kesulitan berurusan dengan kemunculan tanpa henti golem. Prajurit bayaran dan penyihir yang berada di dingklik penonton hanya melihat tanpa melaksanakan apapun. Saksikan saja dari saba, akan kubuat kalian tercengang.
Aku menghancurkan golem kesepuluh, dan dikala gelombang ketiga golem datang....situasinya berubah.
"Penyihir golem ada di sana!"
"Targetkan mereka! Gunakan sihir!"
"Jangan hingga mengenai siswa dengan kerah!"
Sambil mengintai di sekitar dingklik penonton, beberapa siswa berhasil menemukan para penyihir yang memanggil golem.
{Flame Lance} milik Mark menyingkirkan satu penyihir, dan beberapa abang kelas mengalahkan dan mengikat beberapa lagi. Setelah itu, kecepatan pemanggilan golem sangat menurun, dan kami menuntaskan gelombang tempur lebih cepat dari sebelumnya.
Gregory dan Golia sedang menggertakkan gigi, terperinci tidak bahagia dengan perubahan situasi. Golia mendorong tangannya ke depan dan mulai mengonsentrasikan mana.
"Sial, banyak orang yang merepotkan. Jika hingga begini, saya akan memerintahkan siswa yang menonton untuk menangkap mereka yang melawan...."
"Seolah saya akan membiarkanmu melakukannya"
"Apa?! Kapan kamu bajingan....guhoo?!"
Strategi kami kali ini yakni membagi menjadi dua kelompok, satu untuk menjadikan gangguan, dan satu lagi untuk mencari para penyihir bumi. Setelah tahu siapa yang mengendalikan kerah, Nee-san akan masuk dan menyerang mereka dari belakang.
Tugasku yakni pengalih perhatian. Aku bertanggung jawab untuk mencari tahu siapa yang mengendalikan kerah. Awalnya saya berpikir perihal metode cerdik, tapi lawan malah keceplosan. Itu keberuntunganku.
"Kau?! Kau yakni pengikut si tidak kompeten itu!! Aku memohon, nyala—...."
"Sirius-sama bukan tidak kompeten! {Air Shot}"
Sihir tanpa mantra Nee-chan eksklusif mengenai perut Gregory dikala ia masih melantunkan mantra. Dia mungkin tidak menentukan menghindar lantaran terlihat pelan, tapi itu niscaya tetap sakit. Aku hanya merasa bersimpati.
"Kalau begitu, ayo kita interogasi mereka nanti untuk mendapatkan kunci kerahnya---....?!"
Kupikir kami sudah selesai, tapi Nee-chan mencicipi sesuatu yang aneh. Dia mendongak dan meraih kerah Golia pada dikala yang sama, kemudian melompat ke arah kami dengan sekuat tenaga.
Pada dikala itu, kawasan di mana Nee-chan berdiri tertikam dengan pisau dan bunyi 'cih' pelan terdengar. Terampil memanipulasi sihir angin untuk mendarat di depan kami, Nee-chan berbalik dan menatap ke kawasan ia berada sebelumnya.
"....Hei gadis, kamu mempunyai persepsi yang sangat tajam"
"Ya, itu kawasan yang berbahaya"
Seorang laki-laki dengan badan besar berotot muncul dari dingklik penonton.
Memang tidak hingga sejauh Jii-chan, tapi ia niscaya mengasah tubuhnya dengan pedang itu. Sudah terperinci dari pakaiannya bahwa ia yakni seorang prajurit bayaran, hanya saja mengingat keterampilan dan aura yang ia berikan, ia mungkin yakni pemimpin kelompok.
Aku mengerti hanya dengan melihat dari kejauhan, ia kuat. Sangat kuat. Aku mencicipi tekanan yang sama dari yang saya rasakan melawan kelompok 'Dragon Fresh Blood'. Langkah kami berhenti di sini.
"Ayo keluar, kalian! Saatnya bekerja!"
Para prajurit bayaran yang tersembunyi di kedalaman muncul dan mulai bentrok dengan kelompok kami. Hanya ada dua puluh pulih atau lebih, tapi kami masih unggul dalan jumlah.
Beberapa golem terakhir hampir roboh, jadi keunggulan kami seharusnya tidak berubah, namun....
"Para golem muncul lagi! Bersiaplah!"
"Bukannya sudah berhenti tadi? Sial, jumlah mereka bertambah!"
Ada lebih banyak penyihir bumi di antara kelompok tentara bayaran gres ini, dan mereka memanggil lebih banyak golem daripada sebelumnya. Diatasnya, golem-golem ini jauh lebih kuat daripada kelompok barusan.
"Jangan samakan dengan para bangsawan, kalian mengerti? Sihir kami telah diasah dalam pertempuran hidup dan mati!"
"Jika itu masalahnya, targetkan pada para penyihirnya. {Flame Lance}!"
Meski Mark melempar {Flame Lance} ke salah satu penyihir yang menciptakan golem, laki-laki itu dengan gampang menghindar sambil tetap mengonsentrasikan mana.
"Sia-sia saja menggunakan sihir!"
Ketika Hart* akan menebas prajurit bayaran langsung, prajurit bayaran lain melompat masuk untuk menghalangi. Mungkin, ia tahu bahwa Hald terluka.
[Masih ingat? Hart Arcade, anak lelaki yg pernah menantang Reus untuk menuntaskan labirin/dungeon perguruan pas di Strongest Arc. Yang ujung2nya pingsan lantaran Dragon of Fresh blood]
Kelompok prajurit bayaran gres ini menggunakan taktik yang bagus, bekerja sama dengan baik, dan sanggup memantrai sambil bergerak. Tak diragukan lagi bahwa mereka yakni bawahan dari laki-laki yang muncul sebelumnya. Mereka berada di tingkatan yang berbeda dari prajurit bayaran tadi.
Walau kami mempunyai laba dalam jumlah, dengan situasi ibarat ini, takkan usang sebelum para siswa mulai lelah. Kami akan berada dalam banyak dilema dikala itu.
Haruskah kami mendukung mereka segera atau....
"....Nee-chan, saya meninggalkan semuanya untukmu. Aku akan berurusan dengan orang-orang ini"
"Hentikan. Kau harus bertarung bersama dengan yang lain"
"Tapi semuanya mengalami kesulitan dan akan menjadi jelek bila tidak ada yang mengawasi orang-orang Golia ini, kan?"
Pria itu memegang otoritas untuk membunuh atau menyakiti setiap siswa yang dipasangi kerah budak. Kami tidak bisa mengembalikannya kepada musuh. Nee-chan paling cocok untuk kiprah ini, lantaran ia mengkhususkan diri dalam sihir jarak jauh, jadi ia sanggup mendukung siswa lain sambil menjaga Golia.
"Serahkan padaku, Nee-chan! Ini akan baik-baik saja, musuhnya bukanlah Aniki atau Lior-Jiichan!"
Aku berbalik menghadap si pemimpin yang menuju ke sini dengan menghunus pedangnya.
Aku akan mengalahkannya dan menang kali ini. Kegagalan di labirin berdering terperinci di benakku, dan saya tidak akan membiarkan situasi itu terulang.
Aku benar-benar....harus menang.
"....Baiklah. Kau harus berhasil, dan mintalah Sirius-sama memujimu"
"Ya! Jika begitu, saya akan dipuji lebih dari Nee-chan, kan?"
"Aku tidak akan mengatakannya, lantaran saya pemimpin di sini, semua orang berpikir kontribusiku lebih besar"
"Hentikan, kalian berdua"
Bahaya, bahaya. Jika Reese-ane tidak menghentikannya, kami akan bertengkar. Seperti yang diharapkan, Reese-ane sangat penting bagi kami.
"Reus, kamu terluka. Kesinilah"
"Terima kasih, Reese-ane"
"Semoga berhasil"
"Ouu!"
Setelah Reese-ane menyembuhkan lukaku, saya melangkah maju untuk menghadapi laki-laki itu. Dia mencari pertarungan satu lawan satu sambil dengan sabar menunggu, berdiri dengan pedangnya. Dia siap untuk saya serang.
"Aku datang!"
Aku mengambil langkah cepat. Pertama, ayo kita coba tebang ia dengan pedang.
Si pemimpin menahan dengan pedangnya, tapi seranganku lebih kuat dari yang ia perkirakan hingga dipaksa mundur sedikit. Aku berniat terus menerapkan tekanan, hanya saja terdengar bunyi deritan dari pedangku, jadi saya menendangnya dan dengan enggan mundur beberapa langkah.
Sial. Aku memang sudah mengira, pedang miliknya jauh lebih baik daripada milikku. Punyaku niscaya akan hancur bila kami terus bertukar tebasan.
Aku bermaksud untuk membuatnya lengah dan menghantamnya dengan {Flame Knuckle}, tapi sebelum saya memulai serangan, laki-laki itu meletakkan pedangnya di bahu dan tertawa lebar.
"Ternyata ada seorang sehebat ini di sekolah yang berisi kebanyakan bocah. Untuk bahkan menyudutkan majikanku ke posisi yang sulit, saya takkan bosan dengan situasi ini!"
"Kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk bosan, saya akan menghancurkanmu!"
"Itu bagus, kata-kata barusan hanya terisi keyakinan pada kekuatan ya. Maukah kamu memberitahuku namamu?"
"Memberitahu namamu sendiri sebelum menanyakan nama orang lain termasuk sopan santun, itulah yang dikatakan Aniki"
"Begitu kah? Aku yakni pemimpin dari prajurit bayaran 'Gigantes', namaku Dominique"
"Murid terhebat Aniki, Reus!"
Mengambil langkah maju lagi, saya menggunakan teknik untuk melepaskan hempasan ke depan, {Tsuyoshi Yabu Itto-Ryu • Pelepas Dampak}. Teknik ini tidak dirancang untuk pedang yang saya gunakan, tapi itu tidak masalah. Dominique melompat ke udara, menghindarinya. Kemudian, ketika ia terjebak di udara, saya melompat ke arahnya dengan {Flame Knuckle}.
[衝破を放つ / Shouha o hanatsu. Pelepas Dampak]
"Ha ha! Hebat! Serangan itu benar-benar tidak ragu sama sekali, saya lebih suka ini!"
Saat masih di udara, ia melemparkan pisau ke wajahku tanpa menghiraukan {Flame Knuckle} yang datang. Akupun terpaksa menggunakan gelombang kejut yang tercipta untuk menghempaskan laju pisau. Tanpa berhenti, ia melemparkan pisau lain dan saya memblokirnya dengan pedang sementara ia dengan kondusif mendarat kembali di tanah.
"Sekarang giliranku!"
Aku mendapatkan serangan dari Dominique, tapi bila saya terus menahan dengan pedang, ini akan patah dan saya akan tertebas. Oleh karenanya, saya meminjam teknik yang sering dipakai Aniki dan memiringkan pedangku untuk mengarahkan momentum menjauh dari diriku. Ini membutuhkan sedikit keuletan untuk digunakan, tapi sangat mengurangi tekanan pada senjata. Aku menggunakan teknik ini berkali-kali melawannya sebelum ia mencoba untuk mengubah situasi pertempuran lagi.
"Oh oh, teknik pedangnya juga bagus! Tapi, bagaimana dengan ini?!"
Aku pikir ia akan menggunakan kesempatan untuk mundur dariku dan mencoba serangan lain, tapi ia malah meraih sesuatu du balik armornya dan melemparkan bungkusan kecil ke arahku.
Aku hendak memotongnya, namun eksklusif ingat training dengan Aniki, jadi saya berjongkok dan menghindar. Setelah lewat, saya berdiri sekali lagi dan bersiap untuk mengejar, tapi ia berdiri diam. Bertepuk tangan dengan mulut takjub.
"Kau menghindarinya dengan baik! Secara umum, kebanyakan orang akan panik dan memotongnya dengan senjata mereka"
"Aniki memperingatkanku perihal hal-hal ibarat ini. Dia berkata bahwa banyak hal yang bisa disembunyikan dalam bungkusan ibarat tadi, bubuk pelumpuh atau racun misalnya. Dia juga memperingatkan perihal pisau yang terikat di suatu kepingan pada pakaian lawan, atau proyektil ibarat jarum yang sanggup ditembakkan dari perangkat di pergelangan tangan"
"Kau mempunyai pengetahuan sejauh itu? Apa Aniki-mu itu guru atau sesuatu?"
"Benar. Dia yakni orang yang mengajariku segalanya!"
Aku mengerti sehabis melawannya sebentar, kalau laki-laki ini jauh lebih lemah dibandingkan Aniki dan Jii-chan, kupikir saya mungkin lebih kuat dalam hal kekuatan dan pedang. Sebagai bukti, saya bisa bertarung setara dengannya menggunakan pedang berkualitas lebih rendah.
Tapi....dia masihlah sulit untuk dilawan.
Pria ini mundur selangkah demi selangkah ketika saya mendekat dan bila saya mencoba mengejar, ia melempar pisau atau menggunakan trik kecil ibarat melempar bungkusan kecil. Perbedaan usia tidak bisa dibantah, ia mempunyai lebih banyak pengalaman bertarung daripada diriku.
Sementara saya kesulitan dalam tetapkan cara menyerang, Dominique menyarungkan pedangnya dan mengangkat tangan.
"Oi....kau bilang namamu Reus, kan? Apa kamu ingin menjadi rekan kami?"
"....Apa yang kamu katakan?"
"Akan sia-sia membunuhmu ketika mempunyai talenta ibarat ini di usiamu. Ditambah lagi, lantaran kami hidup di dunia bawah, kami tidak keberatan oleh hal-hal ibarat ras. Kami bahkan mempunyai banyak sekutu ras binatang. Tak perlu khawatir perihal diskriminasi"
"Majikanmu berencana untuk memusnahkan dan melarang semua ras binatang"
"Hadiah untuk misi ini cukup menarik. Namun, bila berbicara jujur, saya tidak mempunyai simpati kepada mereka. Aku berencana mengambil hadiah dan melarikan diri segera sehabis penghalangnya lenyap"
"Bukankah kamu hanya orang jahat? Aku tidak ingin menjadi sahabat seseorang semacam itu"
"Orang jahat? Kau benar-benar menyampaikan itu?"
Kenapa saya malah merasa kesal ketika ia tertawa mendengarnya? Jika kamu bukan orang jahat, kemudian apa?
"Bukankah Aniki-mu seseorang dari dunia yang sama dengan kami?"
"Haah?! Hal ibarat itu tidak mungkin, saya belum pernah melihatnya melaksanakan hal-hal semacam ini! Jangan bercanda denganku!"
"Aku tahu dari caramu memprediksi seranganku. Aniki mu telah mengajarkan hal-hal yang hanya seseorang yang pernah hidup di dunia bawah atau mengalaminya sendiri ketahui. Kenyataan bahwa ia paham perihal teknik-teknik ini hingga bisa mengajarkannya semakin menegaskan kecurigaanku. Hidupnya dan hidupku tidak jauh berbeda"
"Aniki....dan kamu mirip?"
Berpikir perihal ini, Aniki sering pergi sendirian di malam hari. Dia terkadang akan tercium basi darah ketika kembali. Beberapa tahun yang lalu, saya mendengar sesuatu dari seorang pencuri yang saya interogasi perihal Aniki.
Bahwa matanya ibarat seorang pembunuh dari dunia bawah yang tidak kuketahui hingga sekarang.
"Tak salah lagi. Sementara bersama dengannya, kamu ternyata tidak tahu kalau gurumu yakni orang yang ibarat itu. Kasihan, apakah sakit sekali mengetahui bahwa kamu telah dikhianati oleh orang yang paling kamu percayai?"
"....Itu tidak ada hubungannya"
"Haah?"
"Aku bilang itu tidak ada hubungannya! Apapun Aniki, aku...."
Benar. Setelah mengetahui bahwa saya yakni anak terkutuk, ia hanya tertawa dan berkata itu hanya dilema sepele. Ketika saya menyerang dan mencoba melarikan diri, ia yakni orang yang memukul dan membuatku melihat kenyataan.
Tak peduli seberapa banyak pertarungan yang saya miliki dengan Jii-chan, tak peduli berapa kali saya berpikir diriku akan mati, tak ada yang sesakit pukulan dari Aniki.
Memukulku sejauh itu, mengawasi Nee-chan dan aku....siapa pun dia, aku....
"Aku telah tetapkan untuk mengikutinya selama sisa hidupku!! Segala sesuatu yang lain hanyalah dilema sepele!!!"
"....Keh, bocah badung yang keterlaluan. Kau bahkan tidak ragu-ragu"
"....Apa kamu barusan berpura-pura?"
"Aku setengah serius. Aku meratapi ini, lantaran keahlianmu luar biasa"
"Tidak masalah. Aku akan mengalahkanmu dan Aniki akan memujiku"
"Itu tidak mungkin. Memang benar bahwa keahlian berpedangmu lebih baik daripada diriku, tapi saya telah berlatih dalam banyak sekali cara untuk menang sehingga sanggup bertahan hidup"
Dominique menarik sesuatu dari armornya lagi, dan beberapa tombak api muncul di udara, menembak ke langit dan meledak dengan keras hingga bergema ke seluruh arena. Pertempuran sejenak berhenti lantaran bunyi ledakan, namun segera berlanjut kembali.
Di tangannya ada beberapa batu, saya ingat kalau Aniki pernah menggunakan batu-batu itu sebelumnya. Itu yakni Mana Stone, yang mungkin diisi oleh sihir {Flame Lance}. Kurasa hanya barang sekali pakai lantaran ada yang hancur sehabis digunakan.
"....Kenapa kamu tidak menggunakan itu padaku?"
"Ini bukanlah serangan, tapi sinyal. Setiap prajurit bayaran yang mendengarnya akan segera kembali ke sini untuk mendukung"
"Apa?!"
"Meski saya mungkin menunggu lebih usang dari seharusnya, bagaimana kamu akan menanggapi ketika dirimu menghadapi serangan mendadak dari arah acak? Selanjutnya....oi!"
"Ya!"
Dominique memanggil temannya, yang melemparkan Mana Stone lain ke tengah arena.
Saat menyentuh tanah, gugusan sihir besar muncul dan diaktifkan. Dari sana, golem lain terpanggil. Golem ini jauh lebih besar dan lebih kuat dari yang sebelumnya.
"Golem besar ini ditambahkan ke pertarungan. Sekarang, apa yang akan kamu lakukan?"
Gawat, bila serangan golem ibarat itu, bukankah moral teman-teman kami akan jatuh? Lebih jelek lagi, bila para prajurit bayaran muncul juga....
"Nee-chan! Lakukan sesuatu perihal golem itu...."
"Kau harus mati! Ras hewan bodoh!"
"Karena Sirius-sama tidak mengizinkannya, saya tidak bisa mati!"
"Emilia, para ingusan di sisi kanan sedang mundur!"
Ini tidak mungkin. Nee-chan dan Reese-ane terlalu sibuk mendukung sekutu dan bertahan melawan anak buah Gregory. Sementara itu, golem besar lain muncul. Kesempatan kami untuk menang jadi semakin tipis.
"Jika begini, saya akan mengalahkanmu dulu!"
Agar bisa cepat mengalahkannya, saya melepaskan {Boost} dan menyerang. Kecepatanku meningkat drastis, begitu banyak sehingga ia tampak terkejut, tapi ia masih bisa beradu pedang denganku. Ini niscaya hasil dari naluri bertarungnya.
Aku akan mencoba langkah yang berbeda untuk menghindari pedangku patah, tapi saya terlambat menyadari betapa dengan serangan terakhir itu.
{Boost} yakni teknik yang tidak hanya meningkatkan kecepatan, tapi juga kekuatan. Kekuatanku dikala ini telah berkali-kali lipat dari yang sebelumnya, yang berarti tidak peduli seberapa ringan serangan, dampaknya akan terlalu berat untuk ditangani pedang ini....Tak bisa menahan beban serangan terakhirku, akhirnya patah.
"Pada dikala ibarat ini!!"
"Kau masih anak-anak. Kau tidak mempunyai cukup pengalaman di medan perang"
Aku tidak berdaya, namun Dominique tidak mencoba mengambil laba dan menyerang. Sebaliknya, tanpa pedang dan semua lawan yang harus saya hadapi, ia tampak puas dengan situasinya.
Sialan, bila saya mempunyai pedangku sendiri, saya bisa dengan gampang mengalahkannya bersama semua golem ini. Itu bahkan tidak tergores meski pertarungannya keras, tidak peduli berapa banyak golem yang harus saya potong. Tak mempunyai pedang manis bisa menciptakan frustrasi!!
Tapi....aku dihentikan menyerah!
Jika begini, saya akan menyerang dengan kekuatan penuh {Flame Knuckle}! Meski akan gawat kalau diriku juga ikut terbakar, tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan sekarang.
Ketika saya mulai menuangkan mana ke kedua tangan, tepat pada dikala itu...
(BAMMM!!!!)
Suatu bunyi keras bergema dan mendadak sebuah lubang muncul di kepala golem. Di sanalah gugusan sihir golem berada, membuatnya hancur berkeping-keping.
"Aa---? Golem itu....dengan satu serangan?"
"Ini...."
Suara yang lebih keras terdengar, dan masing-masing kepala golem kemudian hancur. Dalam sekejap, sebelum kami menyadarinya, semua golem pun lenyap.
Selama situasi ini, sesuatu menancap dengan keras di depanku, melontarkan angin ribut debu dan puing-puing.
Disaat tirai pasir lenyap, tepat di hadapanku adalah....
"Pedang....ku?"
Rekan bagiku yang dibentuk oleh Grant-occhan, ada di sana.
Mengalahkan semua golem dalam sekejap, dan membawa pedangku dari pondok berlian....itu hanya bisa dilakukan Aniki.
Baik Nee-chan dan saya melihat sekeliling, tapi tidak sanggup menemukan sosoknya. Jika Aniki serius bersembunyi, kami tidak akan pernah menemukannya. Kami sering berlatih bersama di hutan, namun masih belum sanggup menemukannya, bahkan ketika kami sanggup mencium aromanya.
Tetap saja....kenapa ia bersembunyi lagi?
Jika Aniki melibatkan dirinya, kami bisa dengan gampang mengalahkan para prajurit bayaran dan golem, kemudian benar-benar membalik posisi pada penyusup.
{Lakukan yang terbaik}
Akupun mendengar bunyi Aniki di kepalaku.
....Begitu kah? Dia niscaya sibuk membantu kami dengan cara lain, itu sebabnya tidak bisa muncul di sini.
Dia menyerahkannya padaku untuk mengalahkan orang ini.
Sungguh, meskipun situasinya bisa berubah bila itu dia....
....Berapa usang saya akan bertindak ibarat anak manja di depan Aniki?!
Aku minta maaf lantaran menjadi menyedihkan, Aniki.
Dan....terima kasih.
Aku akan mengalahkan orang ini.... tolong tunggulah.
Aku menggenggam pasanganku, menariknya keluar dari tanah dan memanggilnya.
"Kita lakukan, Silver Fang*!"
[ギンガ /Ginga. Atau 銀牙 / Gin Kiba = Taring perak]
☆☆☆Chapter 47 berakhir disini☆☆☆
Tambahan / Bonus 1
"Aku murid terbaik Aniki, Reus!"
"Murid terbaiknya yakni aku!"
Itu tidak terdengar oleh sebagian besar arena, lantaran kekacauan yang terjadi, tapi Emilia menolak untuk mundur dari pernyataan semacam itu.
Tambahan / Bonus 2
"Bukankah Aniki mu seseorang dari dunia yang sama dengan kami?"
"Aah....ini dia"
Sambil mengintip ke medan perang, abjad utama berkeringat dikala rahasianya terbongkar.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
☆Reus☆
Kami mulai bergerak sehabis Aniki meninggalkan kelas.
Menurut informasi Aniki, kelas di tahun yang sama Demidorion....di singkat kelas Demi, sehabis para siswanya mengurus musuh dengan cara yang sama ibarat kami, mereka tetap membisu di dalam kelas. Makara kami kesana untuk menemui mereka.
Semua orang yang tiba juga waspada ketika di lorong. Saat tiba, ternyata kelas Demi terkunci dari dalam hingga menciptakan Nee-chan mengetuk dan memanggil para siswa di balik pintu.
"Permisi, saya yakni Emilia dari kelas Carlisle. Tolong, bisakah kalian membukakan pintu?"
"Emilia-san? Apakah disisi kalian baik-baik saja?"
"Para penyusup juga menyerang pihak kami, namun dengan cepat ditangkap dan mengamankan situasi. Jadi, kami tiba untuk menyidik keadaan di sini"
"Dimengerti. Kami akan buka sekarang"
Sisi lain pintu mendadak jadi ribut seolah ada sesuatu yang sedang digeret. Apa mereka menggunakan meja dan dingklik sebagai penghalang daripada menguncinya? Jika Aniki di sini, ia akan berkata tindakan ini yakni 'minus'. Bisa saja kami diancam untuk menyampaikan hal-hal itu, kalian dihentikan membukanya tanpa konfirmasi pasti. Aku tidak akan memberitahukannya kini lantaran itu merepotkan.
"Silakan masuk, Emilia-san"
"Terima kasih"
Karena kelas Demi terdiri dari sebagian besar rakyat jelata dan sedikit bangsawan, tak ada aristokrat udik yang mempunyai mata absurd disini.
Orang yang menyambut ketika pintunya terbuka yakni ketua kelas Demi. Dia mengucapkan terima kasih kepada Nee-chan dengan wajah memerah, apa ia jatuh cinta pada Nee-chan? Nee-chan milik Aniki, akan kuhancurkan kamu bila berani macam-macam.
Ketika saya memasuki kelas sambil melotot pada si ketua, saya melihat beberapa meja dan dingklik yang rusak, juga ada para prajurit bayaran yang roboh terikat di lantai. Selain itu, ada beberapa siswa yang terluka. Memang terdapat penyihir khusus penyembuhan disini, tapi lantaran jumlahnya sedikit, siswa yang belum sempat dirawat hanya bisa pasrah menunggu giliran.
"Kami entah bagaimana berhasil menundukkan para penyusup, namun ibarat yang kamu lihat, situasi disini tidaklah bagus"
"Apa yang akan kalian lakukan mulai sekarang?"
"Itu belum diputuskan. Seluruh kelas kami terbagi dalam dua pilihan, tinggal di kawasan yang kondusif dan menunggu atau bergerak untuk melawan para penyusup"
"Apa ada siswa yang tidak bisa bertarung?"
"Hanya ada beberapa. Jujur saja, kami memang berhasil menangkap para penyusup, namun sebagai gantinya guru kami pingsan dan para siswa juga menjadi takut"
Seperti yang dikatakan si ketua, seluruh kelas Demi diliputi suasana suram. Meskipun ada beberapa yang ekspresinya cerah ketika melihat kami, kebanyakan dari mereka duduk dengan depresi.
"Apa gurumu baik-baik saja? Jika tidak keberatan, saya bisa mencoba menyembuhkannya dengan sihirku"
"Maaf, tapi tolong. Kami jadi khawatir lantaran sihir kami sepertinya tidak berpengaruh"
Reese-ane populer luas di seluruh sekolah sebagai penyihir penyembuh yang menakjubkan. Dipercayakan dengan kiprah itu, Reese-ane berlari ke guru dan mulai menyidik kondisinya.
"Ini....gejala yang sama dengan guru kami. Apa ada yang menyidik tas prajurit bayaran? Mereka harusnya mempunyai obat penawar"
"O-Ouh"
Sementara beberapa orang dari kelas mulai menginterogasi para prajurit bayaran, Reese-ane menyembuhkan siswa terluka yang tersisa. Berkat training Aniki yang luar biasa, kami mulai mendapatkan kepercayaan kelas Demi.
"Kami cukup paham situasinya sekarang. Meski semua siswa disini baik-baik saja, guru kami diracuni dengan cara yang sama dan telah membuatnya tak bisa bergerak untuk sementara waktu"
"Apakah begitu? Akan manis kalau ada siswa senior tapi...."
"Kalian mungkin cemas lantaran banyak alasan, tapi tak ada yang akan berubah bila hanya duduk diam. Kami berencana untuk mengumpulkan siswa lain dan melawan para penyusup"
"Itu tidak masuk akal! Ada para prajurit bayaran cukup umur bersama golem-golem mereka! Kita hanya anak-anak, tidak mungkin bisa menang!!"
Sama ibarat di kelas kami, ada siswa yang menentang gagasan itu, tapi rasa takutnya terhalau ketika Nee-chan tersenyum pada mereka. Oi, ketua kelas di sana, jangan terpesona!
"Tidak, kita bisa menang. Sihir tingkat menengah sudah cukup untuk menghancurkan para golem. Bahkan prajurit bayaran sanggup diurus dengan mengepungnya"
Nee-chan memberikan informasi yang ia peroleh dari Aniki. Dia mengajari kami untuk selalu berbicara dengan percaya diri ketika ingin menerima kepercayaan seseorang, lantaran itulah Nee-chan tersenyum percaya diri selama berpidato. Aku ingin Aniki melihat bahwa ia lebih antusias daripada orang lain di sini, ia tumbuh jauh lebih kuat.
"Kita unggul dalam hal jumlah. Tak perlu memperlihatkan belas kasih atau bertarung secara adil melawan musuh yang menggunakan taktik tercela ibarat ini, kita akan berkelompok dan mengalahkan musuh langsung. Daripada hanya bersembunyi dan menunggu pertolongan, bukankah lebih baik mencoba untuk mengalahkan mereka dengan tangan kita sendiri?"
"Apakah itu....mungkin?"
"Tolong lihatlah ke koridor. Disana ada para siswa yang tidak hanya dari kelas kami, namun kelas lain juga sedang bertarung"
"Itu benar! Ayo lakukan! Jumlah kita akan bertambah, kan?"
"Aku akan melakukannya! Aku akan melindungi Emilia-san!"
"Terima kasih banyak. Namun diriku hanya untuk Sirius-sama"
"....Iya. Tidak, masih terlalu dini untuk menyerah!"
Meskipun si ketua ini sangat tertekan oleh penolakannya, ia eksklusif berdiri lagi. Kau keras kepala, tapi Nee-chan yakni dinding yang tidak mungkin ditembus. Tak ada celah bagimu untuk lewat.
Pokoknya, kelas Demi tampak bersedia membantu berkat pidato Nee-chan. Aku tidak akan kalah darinya.
"Aku akan memimpin pertarungan! Tidak peduli berapa banyak golem dan prajurit bayaran yang datang, saya akan menghempaskan mereka semua!!"
"Ooh! Aniki termotivasi!"
"Kami akan mengikutimu!"
Teman-teman dari kelas ini juga bersemangat dan bersiap bertarung.
Pada akhirnya, 60% kelas Demi bergabung dengan kami. Para siswa yang tak bisa bertarung diinstruksikan untuk pergi ke kelas kami bersama guru yang tidak bisa bergerak. Kami meningkatkan jumlah, dan menuju ke kelas berikutnya.
☆☆☆
Setelah itu, kami terus mengumpulkan sekutu.
Ada ruang kelas di mana aristokrat dan rakyat jelata bertengkar, tapi kami menenangkan mereka sehabis memasuki kelasnya. Kami membebaskan para siswa yang bersembunyi atau ditahan oleh para prajurit bayaran, dan terus meningkatkan jumlah.
Karena sebagian besar siswa belum diserang musuh hingga kami tiba, dilema yang kami hadapi hanya sedikit.
Setelah menuntaskan patroli sekolah....sekarang kami punya lebih dari 100 orang. Kami berhenti di luar sekolah untuk membagikan senjata yang kami sita, dan bersiap untuk serangan.
"Aku penasaran, apa kita sudah mempunyai cukup banyak orang?"
"Ini cukup, Emilia. Jika informasi Sirius-san benar, maka jumlah kita sudah lebih dari dua kali lipat jumlah musuh"
Aniki berkata ada sekitar empat puluh musuh di arena kawasan para siswa yang tertangkap berkumpul. Angka itu mengganda ketika para penyihir pemanggil golem dihitung, tapi kami masih melampaui jumlah tersebut.
Aniki juga memberitahu bahwa Gregory ada di sini. Kami hampir tidak berbicara dengannya, tapi ia yakni laki-laki menjijikkan yang telah melaksanakan hal-hal jelek kepada kami semenjak kami tiba ke kawasan ini. Aku sendiri ingin menebasnya, tapi....
"Andai saja saya membawa pedangku...."
Dengan pedang itu, saya bisa mengiris tanpa takut menjadi tumpul, tak peduli seberapa banyak golem yang di iris. Sangat gampang juga untuk mengaliri bilahnya dengan mana.
Tak ada dilema dengan pertarungan tangan kosong lantaran saya hampir setiap hari berlatih dengan Aniki hanya menggunakan tinju. Aku juga bersyukur mempunyai pedang dari barang sitaan prajurit bayaran. Hanya saja ini belum memuaskan lantaran bilahnya terlalu rapuh, seperti bisa pecah dalam satu ayunan bila dipakai dengan serius. Contohnya teknik dari Jii-chan* yang kebanyakan takkan bisa ditahan oleh sembarang pedang.
[Lior]
"Apa boleh buat kan, berjuanglah dengan menggunakan sihir sebagai serangan utama"
"Baiklah"
Aku akan menggunakan pedang melawan para prajurit bayaran, tapi akan menggunakan tinju ketika melawan golem.
Selagi saya beradaptasi dengan pedangnya, beberapa senior mendekati Nee-chan.
"Persiapan sudah selesai, Emilia. Kita bisa pergi kapan saja"
"Terima kasih banyak. Mengesampingkan itu, apa tidak dilema bagiku untuk memimpin?"
"Aku tidak keberatan. Kalian yakni orang-orang yang mengatur kelompok ini, dan dengan begitu kami sanggup berfokus untuk bertempur"
"Benar. Sebagai senior, saya akan menyingkirkan para penyusup di garis depan"
"Baiklah. Meski belum berpengalaman, saya akan bekerja keras. Namun demikian, izinkan saya menjelaskan sekali lagi"
Walaupun ada siswa senior disini, Nee-chan entah bagaimana malah dipilih untuk menjadi pemimpin.
Di sisi lain, mereka yang tidak bersedia bertarung dikirim kembali ke kelas kami untuk bertahan. Kekhawatiran perihal merekapun lenyap, menciptakan Nee-chan gampang untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin. Yah, dari dulu di kampung halaman kami di hutan, Nee-chan sering memimpin anak-anak. Dia juga berguru banyak dari mengawasi Aniki, hingga memperlihatkan kesan yang sama ketika berbicara. Apa ini karisma yang Aniki bicarakan?
Nee-chan mengumpulkan perhatian semua orang yang hendak bertarung, dan melaksanakan arahan sekali lagi.
"....Itu keseluruhannya. Musuh-musuh kita kuat, namun kita jauh lebih kuat! Ayo berusaha demi kembali ke rumah dengan selamat!"
Dia kemudian mengangkat tangannya dengan anggun dan menunjuk ke arena.
"Serbu!!"
""""OOOOHHHHH!!!!!!""""
Mengikuti di belakang para petarung terkuat yang sebagian besar terdiri dari para senior, kami semua berlari menuju arena.
Ketika bergerak sebagai kelompok, tentu saja akan menonjol bagi para prajurit bayaran maupun penyihir yang sedang berjaga. Mereka menjadi takut dengan jumlah kami dan memerintahkan golem terdekat untuk menyerang, sementara mereka mulai melarikan diri.
"Ha! {Flame Knuckle}!"
Kepalanku yang terbalut api menghantam gugusan sihir di dada golem dan menghancurkannya berkeping-keping. Di sisiku, tiga senior mengganggu golem, membuatnya lengah dan menghancurkan gugusan sihir dengan senjata tumpul.
Golem yang kami lawan identik dengan yang ada di labirin, kelemahannya pun sama. Jika gugusan sihir dihancurkan, mereka akan lenyap. Tidak simpel menggunakan senjata fisik lantaran golem sangat kokoh, tapi sihir berfungsi dengan baik. Hanya saja, demi mempertahankan sihir yang disiapkan sebelum pertarungan, para siswa sepertiku harus menyerang ke tengah-tengah gerombolan musuh.
"Reus-kun, kita diberitahu untuk tidak menggunakan sihir terlalu banyak untuk menghemat mana. Apa kamu baik-baik saja?"
"Tidak masalah!! Bagiku ini masih normal, lagipula konsumsi mana sihirku jauh lebih rendah daripada yang terlihat!!"
Mark tampak cemas meski saya berkata begitu. Tapi ini hanyalah latihan ringan dibanding ketika berhadapan dengan Aniki. Selain itu, Aniki berkata bila saya bisa mengalahkan musuh, itu akan meningkatkan moral semua orang.
Tak peduli seberapa banyak pertarungan yang di lewati, saya terus mengalahkan musuh dengan satu serangan. Meski berada di garis depan, takkan ada yang mengeluh bila saya mengamuk ibarat ini. Semangat kami terus naik, bahkan Nee-chan tersenyum dan mengangguk pada tindakanku.
"Bagus, Reus. Bagaimana kondisimu?"
"Di kondisi puncak. Pemanasan juga selesai, jadi ini yakni kesempatan terbaik untuk menjadi serius"
Kondisi tubuhku tepat dan mana juga masih tersisa banyak. Di atas segalanya, saya dipenuhi motivasi sekarang.
Aniki percaya dan mengirim kami keluar. Aku tidak mempunyai sesuatu untuk disanggah terhadap kepercayaan itu.
Kegagalan yang saya alami di labirin tidak akan terjadi lagi. Intinya, saya terlalu gampang percaya diri ketika merasa unggul dalam pertarungan. Untuk menghindari kesalahan lantaran hal itu, saya menentukan untuk membatasi diri hingga mempunyai kontrol yang lebih baik atas situasi.
Kamipun segera tiba di depan arena, tetapkan untuk berhenti sebentar dan mendiskusikan strategi.
"Kita sudah sampai. Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan mulai sekarang?"
"Musuh disana niscaya sudah tau perihal serangan ini, jadi bukannya akan gawat kalau kita menyerbu eksklusif dari depan?"
Apa yang dikatakan senior ini benar, lantaran musuh sedang menunggu di arena, saya pikir mereka menyiapkan satu atau dua perangkap. Kami mendiskusikan kemungkinan alternatif, tapi Nee-chan hanya membisu dan melihat arena.
"Akan memakan waktu terlalu usang bila membahas hal-hal semacam itu. Kalau tidak segera diputuskan, musuh yang menyebar dari arena mungkin dipanggil kembali"
"Sia-sia saja bila kita ragu disini, jadi ayo minta pemimpin untuk menciptakan keputusan"
"Kau benar, bagaimana Emilia? Kami ingin mendengar pendapatmu"
Nee-chan yang sudah menciptakan keputusan, menjawab dengan satu kata.
"Serang"
☆☆☆
Ketika kami bergerak menuju pusat arena dan melihat sekeliling dengan teliti, para siswa lain tidak bisa menyembunyikan mulut murka mereka
Di sekeliling kami, duduk di dingklik penonton, yakni para siswa yang ditangkap. Mereka menatap kami dengan sunyi, tertahan oleh kerah budak dan hanya bisa memperlihatkan kesedihan di mata masing-masing.
Tanda-tanda pertempuran di arena masih ada. Ketika menoleh ke pojokan, saya bisa melihat para siswa yang memberontak sebelumnya kalah dan dipasangi kerah oleh para prajurit bayaran.
"Ada banyak siswa disana. Reese-ane, berapa menurutmu yang telah tertangkap?"
"Mungkin....sekitar dua ratus"
"Kenapa kalian begitu tenang?"
Seorang senior bertanya dengan ketidakpercayaan di wajahnya, tapi saya memang terbiasa dengan pemandangan mengerikan ini lantaran pernah mencicipi perbudakan. Adapun Reese-ane, mungkin ia baik-baik saja lantaran sudah mengalami banyak sekali hal semenjak bertemu Aniki.
Ketika berjalan, bulat sihir muncul di pusat arena dan aktif, memunculkan banyak golem. Jumlahnya sekitar tiga puluh, agak lebih sedikit dari kami.
"Selamat datang, para lelaki dan wanita yang berani sekaligus nekat"
Saat saya siap bertempur, sebuah bunyi nyaring menggelegar di arena.
Aku berbalik mencari asalnya, dan melihat laki-laki paruh baya berjenggot duduk di dingklik glamor berlagak hebat. 'Mengenakan embel-embel logam mahal dan sangat gemuk', ku pikir itulah yang akan dikatakan Aniki bila melihat laki-laki itu. Di sisinya, berdiri musuh kami, Gregory.
"Reese-ane. Aku tahu Gregory, tapi siapa laki-laki yang berlagak sok penting itu?"
"Golia Advend. Ane-sama memberitahuku bahwa ia yakni laki-laki kaya terkemuka di Elysion. Aku sempat heran darimana biaya untuk semua kerah ini....tidak absurd bila berasal darinya"
Di antara para aristokrat yang mendiskriminasi ras binatang, kelihatannya ia salah seorang yang pernah berdebat dengan ayah Reese-ane. Dan dikala itu, kabarnya ia telah kalah sambil membawa banyak masalah.
"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kalian hanya hiburan bagi revolusi ini. Makara segeralah bertarung!"
Aku bermaksud untuk bertarung bahkan bila tidak diminta, tapi kenapa kamu mempunyai tampilan angkuh di wajahmu?
"Sungguh orang yang menjijikkan"
"Reese-ane, kenapa kamu berkata ia menjijikkan?"
"Golia yakni orang yang memotivasi para siswa kalau revolusi yakni hal yang spektakuler. Dia mungkin memaksa kita bertarung disini untuk memperlihatkan pada mereka yang ditahan apa yang akan terjadi bila memberontak"
Menurut analisa Reese-ane, siswa-siswi yang ditahan oleh kerah memang sengaja dibiarkan ada disana, jadinya banyak yang berharap dukungan akan datang. Namun setiap kali para siswa dikalahkan, keinginan itupun sirna. Itulah sebabnya pandangan mereka tampak sedih.
"Mereka sudah menyiapkan antisipasi semacam ini, ya. Jangan ceroboh, Reus"
"Baiklah! Sebelum itu, saya harus menuntaskan kiprah Nee-chan"
Sebelum tiba ke arena, Nee-chan memintaku untuk mengulur waktu sambil mendapatkan lebih banyak informasi. Setelah melirik sebentar siswa-siswi di dingklik penonton, saya berbicara dengan si bajingan Golia.
"Katakanlah, Gorya-san. Meskipun saya berniat bertarung, kenapa kamu melaksanakan hal ibarat ini?"
"Bukan Gorya, tapi Golia! Jangan berani-berani menyebutku dengan cara itu!! Akulah pemimpin revolusi mulia ini!! Kami akan menggulingkan raja udik yang mentolerir ras binatang!!"
"Meski intinya tidak ada perbedaan antara kita dalam penampilan, kamu masih sangat membenci kami? Aku menyukai ras manusia, kamu tahu? Khususnya, Aniki, Reese-ane....dan Dee-nii juga!"
"Kau menyukai ras manusia?! Menjijikkan! Aku bahkan tidak ingin dipikirkan oleh ras hewan yang menjijikkan ibarat dirimu, apalagi disukai!"
Bukan berarti saya menyukai kalian, kamu ini ibarat diriku yang dulu.
Di masa kemudian ketika Nee-chan dan saya masih budak, kami sangat membenci ras insan alasannya sudah menculik dan menyiksa kami. Tapi sehabis bertemu Aniki, Dee-nii, dan dibesarkan oleh Erina-san, saya sadar bahwa tidak semua insan itu sama. Meskipun lebih renta dariku, ia tidak mengerti itu. Sebenarmya siapa yang cukup umur disini? Dibandingkan denganmu, Aniki jauh lebih dewasa*.
[Yah, bener sih....jika dihitung sama usia pikirannya]
"Telinga dan ekor yang kotor, berlagak murni sambil meningkatkan populasi mereka. Kalian lebih baik pergi dan tinggal di hutan. Setelah revolusi ini berakhir, semua ras hewan akan ditendang keluar, dan Elysion akan dirubah menjadi nirwana bagi hanya umat manusia!"
"Tidak perlu ada setetespun darah subhuman di nirwana kita! Mereka yang tidak kompeten juga termasuk! Setiap satu tanpa kecuali....akan dibasmi!"
Aku mendengar dari Aniki bahwa sumber kebencian Gregory yakni pembunuhan ayahnya oleh ras hewan dan orang tanpa warna. Aku bisa mengerti rasa sakit kehilangan keluarga, tapi saya tidak ingin memusnahkan siapa pun. Meski begitu dalam kasusku, para pelakunya yakni monster.
"Kalian sangat kekanak-kanakan. Apa kalian benar-benar dewasa?"
"Diam!! Buang senjatamu dan menyerahlah. Kalau tidak, saya akan menggunakan kerah untuk membunuh para siswa yang ditahan!"
Dia memerintahkan kami dengan mata setengah merah. Jika pemilik kerah memerintahkan, yakni mungkin untuk membunuh pemakainya. Banyak kerah budak dilengkapi dengan fungsi itu. Aku telah melihat eksklusif efeknya.
Teman-temanku murka perihal Gregory yang berkata bahwa ia akan membunuh para sandera, para siswa yang duduk di dingklik penonton menciptakan bunyi gemuruh pada dikala yang bersamaan.
Namun, seseorang yang menghentikan kecerobohan Gregory yakni Golia.
"Tolong tunggu sebentar, Gregory-dono. Membunuh para sandera akan menghalangi planning kita, bukankah begitu?"
"....Maaf. Aku lupa barusan lantaran terlalu fokus untuk membalas para subhuman itu"
"Tenanglah dulu. Bagaimanapun juga, pemilik kerah yakni aku, jadi kamu tidak diperbolehkan mengambil keputusan sendiri di sini"
Ini yakni percakapan kecil yang harusnya hanya bisa terdengar oleh mereka berdua.
Namun, pendengaranku telah diperkuat oleh {Boost} sesuai fatwa Aniki, oleh alasannya itu dialog mereka bisa terdengar terperinci oleh telingaku. Dan kemudian, tentu saja....
"Dorashaaaa–!"
Aku eksklusif menarik pedangku, dan menggunakan {Flame Knuckle} pada golem terdekat.
Kali ini saya dengan serius menghantamkan tinju terbungkus apiku, dan memporak-porandakan seluruh badan golem. Ini yakni pembuka yang manis untuk pertempuran.
"Ayo pergi!! SERBUUU!!!!!"
Dengan bunyi lantangku sebagai sinyal, para siswa yang berada di belakang bergegas ke depan. Jumlah golem secara sedikit demi sedikit menurun lantaran serangan kami melebihi jumlah mereka.
Dan kemudian, ketika ada sepuluh golem yang tersisa, gugusan sihir di tanah melahirkan golem baru. Ini melengkapi golem berdasarkan berapa banyak yang kami hancurkan.
Di suatu kawasan di arena ada para penyihir bumi yang bersembunyi, memanggil lebih banyak golem. Jika saya tidak memberantas asalnya, golem akan terus bermunculan hingga para penyihir kehabisan mana.
"Tiba-tiba menyerang, sungguh ras hewan yang barbar"
"Kita nikmati saja perkembangannya"
Goria dan Gregory tertawa sambil melihat para siswa yang mengalami kesulitan berurusan dengan kemunculan tanpa henti golem. Prajurit bayaran dan penyihir yang berada di dingklik penonton hanya melihat tanpa melaksanakan apapun. Saksikan saja dari saba, akan kubuat kalian tercengang.
Aku menghancurkan golem kesepuluh, dan dikala gelombang ketiga golem datang....situasinya berubah.
"Penyihir golem ada di sana!"
"Targetkan mereka! Gunakan sihir!"
"Jangan hingga mengenai siswa dengan kerah!"
Sambil mengintai di sekitar dingklik penonton, beberapa siswa berhasil menemukan para penyihir yang memanggil golem.
{Flame Lance} milik Mark menyingkirkan satu penyihir, dan beberapa abang kelas mengalahkan dan mengikat beberapa lagi. Setelah itu, kecepatan pemanggilan golem sangat menurun, dan kami menuntaskan gelombang tempur lebih cepat dari sebelumnya.
Gregory dan Golia sedang menggertakkan gigi, terperinci tidak bahagia dengan perubahan situasi. Golia mendorong tangannya ke depan dan mulai mengonsentrasikan mana.
"Sial, banyak orang yang merepotkan. Jika hingga begini, saya akan memerintahkan siswa yang menonton untuk menangkap mereka yang melawan...."
"Seolah saya akan membiarkanmu melakukannya"
"Apa?! Kapan kamu bajingan....guhoo?!"
Sementara ia berkonsentrasi, Nee-san menggunakan sihir angin untuk melompat turun dari atap dan belakang layar mendarat di belakangnya. Dia menggunakan jarum yang sama yang meracuni para guru dan menusukkan ke leher, membuatnya jatuh pingsan.
Strategi kami kali ini yakni membagi menjadi dua kelompok, satu untuk menjadikan gangguan, dan satu lagi untuk mencari para penyihir bumi. Setelah tahu siapa yang mengendalikan kerah, Nee-san akan masuk dan menyerang mereka dari belakang.
Tugasku yakni pengalih perhatian. Aku bertanggung jawab untuk mencari tahu siapa yang mengendalikan kerah. Awalnya saya berpikir perihal metode cerdik, tapi lawan malah keceplosan. Itu keberuntunganku.
"Kau?! Kau yakni pengikut si tidak kompeten itu!! Aku memohon, nyala—...."
"Sirius-sama bukan tidak kompeten! {Air Shot}"
Sihir tanpa mantra Nee-chan eksklusif mengenai perut Gregory dikala ia masih melantunkan mantra. Dia mungkin tidak menentukan menghindar lantaran terlihat pelan, tapi itu niscaya tetap sakit. Aku hanya merasa bersimpati.
"Kalau begitu, ayo kita interogasi mereka nanti untuk mendapatkan kunci kerahnya---....?!"
Kupikir kami sudah selesai, tapi Nee-chan mencicipi sesuatu yang aneh. Dia mendongak dan meraih kerah Golia pada dikala yang sama, kemudian melompat ke arah kami dengan sekuat tenaga.
Pada dikala itu, kawasan di mana Nee-chan berdiri tertikam dengan pisau dan bunyi 'cih' pelan terdengar. Terampil memanipulasi sihir angin untuk mendarat di depan kami, Nee-chan berbalik dan menatap ke kawasan ia berada sebelumnya.
"....Hei gadis, kamu mempunyai persepsi yang sangat tajam"
"Ya, itu kawasan yang berbahaya"
Seorang laki-laki dengan badan besar berotot muncul dari dingklik penonton.
Memang tidak hingga sejauh Jii-chan, tapi ia niscaya mengasah tubuhnya dengan pedang itu. Sudah terperinci dari pakaiannya bahwa ia yakni seorang prajurit bayaran, hanya saja mengingat keterampilan dan aura yang ia berikan, ia mungkin yakni pemimpin kelompok.
Aku mengerti hanya dengan melihat dari kejauhan, ia kuat. Sangat kuat. Aku mencicipi tekanan yang sama dari yang saya rasakan melawan kelompok 'Dragon Fresh Blood'. Langkah kami berhenti di sini.
"Ayo keluar, kalian! Saatnya bekerja!"
Para prajurit bayaran yang tersembunyi di kedalaman muncul dan mulai bentrok dengan kelompok kami. Hanya ada dua puluh pulih atau lebih, tapi kami masih unggul dalan jumlah.
Beberapa golem terakhir hampir roboh, jadi keunggulan kami seharusnya tidak berubah, namun....
"Para golem muncul lagi! Bersiaplah!"
"Bukannya sudah berhenti tadi? Sial, jumlah mereka bertambah!"
Ada lebih banyak penyihir bumi di antara kelompok tentara bayaran gres ini, dan mereka memanggil lebih banyak golem daripada sebelumnya. Diatasnya, golem-golem ini jauh lebih kuat daripada kelompok barusan.
"Jangan samakan dengan para bangsawan, kalian mengerti? Sihir kami telah diasah dalam pertempuran hidup dan mati!"
"Jika itu masalahnya, targetkan pada para penyihirnya. {Flame Lance}!"
Meski Mark melempar {Flame Lance} ke salah satu penyihir yang menciptakan golem, laki-laki itu dengan gampang menghindar sambil tetap mengonsentrasikan mana.
"Sia-sia saja menggunakan sihir!"
Ketika Hart* akan menebas prajurit bayaran langsung, prajurit bayaran lain melompat masuk untuk menghalangi. Mungkin, ia tahu bahwa Hald terluka.
[Masih ingat? Hart Arcade, anak lelaki yg pernah menantang Reus untuk menuntaskan labirin/dungeon perguruan pas di Strongest Arc. Yang ujung2nya pingsan lantaran Dragon of Fresh blood]
Kelompok prajurit bayaran gres ini menggunakan taktik yang bagus, bekerja sama dengan baik, dan sanggup memantrai sambil bergerak. Tak diragukan lagi bahwa mereka yakni bawahan dari laki-laki yang muncul sebelumnya. Mereka berada di tingkatan yang berbeda dari prajurit bayaran tadi.
Walau kami mempunyai laba dalam jumlah, dengan situasi ibarat ini, takkan usang sebelum para siswa mulai lelah. Kami akan berada dalam banyak dilema dikala itu.
Haruskah kami mendukung mereka segera atau....
"....Nee-chan, saya meninggalkan semuanya untukmu. Aku akan berurusan dengan orang-orang ini"
"Hentikan. Kau harus bertarung bersama dengan yang lain"
"Tapi semuanya mengalami kesulitan dan akan menjadi jelek bila tidak ada yang mengawasi orang-orang Golia ini, kan?"
Pria itu memegang otoritas untuk membunuh atau menyakiti setiap siswa yang dipasangi kerah budak. Kami tidak bisa mengembalikannya kepada musuh. Nee-chan paling cocok untuk kiprah ini, lantaran ia mengkhususkan diri dalam sihir jarak jauh, jadi ia sanggup mendukung siswa lain sambil menjaga Golia.
"Serahkan padaku, Nee-chan! Ini akan baik-baik saja, musuhnya bukanlah Aniki atau Lior-Jiichan!"
Aku berbalik menghadap si pemimpin yang menuju ke sini dengan menghunus pedangnya.
Aku akan mengalahkannya dan menang kali ini. Kegagalan di labirin berdering terperinci di benakku, dan saya tidak akan membiarkan situasi itu terulang.
Aku benar-benar....harus menang.
"....Baiklah. Kau harus berhasil, dan mintalah Sirius-sama memujimu"
"Ya! Jika begitu, saya akan dipuji lebih dari Nee-chan, kan?"
"Aku tidak akan mengatakannya, lantaran saya pemimpin di sini, semua orang berpikir kontribusiku lebih besar"
"Hentikan, kalian berdua"
Bahaya, bahaya. Jika Reese-ane tidak menghentikannya, kami akan bertengkar. Seperti yang diharapkan, Reese-ane sangat penting bagi kami.
"Reus, kamu terluka. Kesinilah"
"Terima kasih, Reese-ane"
"Semoga berhasil"
"Ouu!"
Setelah Reese-ane menyembuhkan lukaku, saya melangkah maju untuk menghadapi laki-laki itu. Dia mencari pertarungan satu lawan satu sambil dengan sabar menunggu, berdiri dengan pedangnya. Dia siap untuk saya serang.
"Aku datang!"
Aku mengambil langkah cepat. Pertama, ayo kita coba tebang ia dengan pedang.
Si pemimpin menahan dengan pedangnya, tapi seranganku lebih kuat dari yang ia perkirakan hingga dipaksa mundur sedikit. Aku berniat terus menerapkan tekanan, hanya saja terdengar bunyi deritan dari pedangku, jadi saya menendangnya dan dengan enggan mundur beberapa langkah.
Sial. Aku memang sudah mengira, pedang miliknya jauh lebih baik daripada milikku. Punyaku niscaya akan hancur bila kami terus bertukar tebasan.
Aku bermaksud untuk membuatnya lengah dan menghantamnya dengan {Flame Knuckle}, tapi sebelum saya memulai serangan, laki-laki itu meletakkan pedangnya di bahu dan tertawa lebar.
"Ternyata ada seorang sehebat ini di sekolah yang berisi kebanyakan bocah. Untuk bahkan menyudutkan majikanku ke posisi yang sulit, saya takkan bosan dengan situasi ini!"
"Kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk bosan, saya akan menghancurkanmu!"
"Itu bagus, kata-kata barusan hanya terisi keyakinan pada kekuatan ya. Maukah kamu memberitahuku namamu?"
"Memberitahu namamu sendiri sebelum menanyakan nama orang lain termasuk sopan santun, itulah yang dikatakan Aniki"
"Begitu kah? Aku yakni pemimpin dari prajurit bayaran 'Gigantes', namaku Dominique"
"Murid terhebat Aniki, Reus!"
Mengambil langkah maju lagi, saya menggunakan teknik untuk melepaskan hempasan ke depan, {Tsuyoshi Yabu Itto-Ryu • Pelepas Dampak}. Teknik ini tidak dirancang untuk pedang yang saya gunakan, tapi itu tidak masalah. Dominique melompat ke udara, menghindarinya. Kemudian, ketika ia terjebak di udara, saya melompat ke arahnya dengan {Flame Knuckle}.
[衝破を放つ / Shouha o hanatsu. Pelepas Dampak]
"Ha ha! Hebat! Serangan itu benar-benar tidak ragu sama sekali, saya lebih suka ini!"
Saat masih di udara, ia melemparkan pisau ke wajahku tanpa menghiraukan {Flame Knuckle} yang datang. Akupun terpaksa menggunakan gelombang kejut yang tercipta untuk menghempaskan laju pisau. Tanpa berhenti, ia melemparkan pisau lain dan saya memblokirnya dengan pedang sementara ia dengan kondusif mendarat kembali di tanah.
"Sekarang giliranku!"
Aku mendapatkan serangan dari Dominique, tapi bila saya terus menahan dengan pedang, ini akan patah dan saya akan tertebas. Oleh karenanya, saya meminjam teknik yang sering dipakai Aniki dan memiringkan pedangku untuk mengarahkan momentum menjauh dari diriku. Ini membutuhkan sedikit keuletan untuk digunakan, tapi sangat mengurangi tekanan pada senjata. Aku menggunakan teknik ini berkali-kali melawannya sebelum ia mencoba untuk mengubah situasi pertempuran lagi.
"Oh oh, teknik pedangnya juga bagus! Tapi, bagaimana dengan ini?!"
Aku pikir ia akan menggunakan kesempatan untuk mundur dariku dan mencoba serangan lain, tapi ia malah meraih sesuatu du balik armornya dan melemparkan bungkusan kecil ke arahku.
Aku hendak memotongnya, namun eksklusif ingat training dengan Aniki, jadi saya berjongkok dan menghindar. Setelah lewat, saya berdiri sekali lagi dan bersiap untuk mengejar, tapi ia berdiri diam. Bertepuk tangan dengan mulut takjub.
"Kau menghindarinya dengan baik! Secara umum, kebanyakan orang akan panik dan memotongnya dengan senjata mereka"
"Aniki memperingatkanku perihal hal-hal ibarat ini. Dia berkata bahwa banyak hal yang bisa disembunyikan dalam bungkusan ibarat tadi, bubuk pelumpuh atau racun misalnya. Dia juga memperingatkan perihal pisau yang terikat di suatu kepingan pada pakaian lawan, atau proyektil ibarat jarum yang sanggup ditembakkan dari perangkat di pergelangan tangan"
"Kau mempunyai pengetahuan sejauh itu? Apa Aniki-mu itu guru atau sesuatu?"
"Benar. Dia yakni orang yang mengajariku segalanya!"
Aku mengerti sehabis melawannya sebentar, kalau laki-laki ini jauh lebih lemah dibandingkan Aniki dan Jii-chan, kupikir saya mungkin lebih kuat dalam hal kekuatan dan pedang. Sebagai bukti, saya bisa bertarung setara dengannya menggunakan pedang berkualitas lebih rendah.
Tapi....dia masihlah sulit untuk dilawan.
Pria ini mundur selangkah demi selangkah ketika saya mendekat dan bila saya mencoba mengejar, ia melempar pisau atau menggunakan trik kecil ibarat melempar bungkusan kecil. Perbedaan usia tidak bisa dibantah, ia mempunyai lebih banyak pengalaman bertarung daripada diriku.
Sementara saya kesulitan dalam tetapkan cara menyerang, Dominique menyarungkan pedangnya dan mengangkat tangan.
"Oi....kau bilang namamu Reus, kan? Apa kamu ingin menjadi rekan kami?"
"....Apa yang kamu katakan?"
"Akan sia-sia membunuhmu ketika mempunyai talenta ibarat ini di usiamu. Ditambah lagi, lantaran kami hidup di dunia bawah, kami tidak keberatan oleh hal-hal ibarat ras. Kami bahkan mempunyai banyak sekutu ras binatang. Tak perlu khawatir perihal diskriminasi"
"Majikanmu berencana untuk memusnahkan dan melarang semua ras binatang"
"Hadiah untuk misi ini cukup menarik. Namun, bila berbicara jujur, saya tidak mempunyai simpati kepada mereka. Aku berencana mengambil hadiah dan melarikan diri segera sehabis penghalangnya lenyap"
"Bukankah kamu hanya orang jahat? Aku tidak ingin menjadi sahabat seseorang semacam itu"
"Orang jahat? Kau benar-benar menyampaikan itu?"
Kenapa saya malah merasa kesal ketika ia tertawa mendengarnya? Jika kamu bukan orang jahat, kemudian apa?
"Bukankah Aniki-mu seseorang dari dunia yang sama dengan kami?"
"Haah?! Hal ibarat itu tidak mungkin, saya belum pernah melihatnya melaksanakan hal-hal semacam ini! Jangan bercanda denganku!"
"Aku tahu dari caramu memprediksi seranganku. Aniki mu telah mengajarkan hal-hal yang hanya seseorang yang pernah hidup di dunia bawah atau mengalaminya sendiri ketahui. Kenyataan bahwa ia paham perihal teknik-teknik ini hingga bisa mengajarkannya semakin menegaskan kecurigaanku. Hidupnya dan hidupku tidak jauh berbeda"
"Aniki....dan kamu mirip?"
Berpikir perihal ini, Aniki sering pergi sendirian di malam hari. Dia terkadang akan tercium basi darah ketika kembali. Beberapa tahun yang lalu, saya mendengar sesuatu dari seorang pencuri yang saya interogasi perihal Aniki.
Bahwa matanya ibarat seorang pembunuh dari dunia bawah yang tidak kuketahui hingga sekarang.
"Tak salah lagi. Sementara bersama dengannya, kamu ternyata tidak tahu kalau gurumu yakni orang yang ibarat itu. Kasihan, apakah sakit sekali mengetahui bahwa kamu telah dikhianati oleh orang yang paling kamu percayai?"
"....Itu tidak ada hubungannya"
"Haah?"
"Aku bilang itu tidak ada hubungannya! Apapun Aniki, aku...."
Benar. Setelah mengetahui bahwa saya yakni anak terkutuk, ia hanya tertawa dan berkata itu hanya dilema sepele. Ketika saya menyerang dan mencoba melarikan diri, ia yakni orang yang memukul dan membuatku melihat kenyataan.
Tak peduli seberapa banyak pertarungan yang saya miliki dengan Jii-chan, tak peduli berapa kali saya berpikir diriku akan mati, tak ada yang sesakit pukulan dari Aniki.
Memukulku sejauh itu, mengawasi Nee-chan dan aku....siapa pun dia, aku....
"Aku telah tetapkan untuk mengikutinya selama sisa hidupku!! Segala sesuatu yang lain hanyalah dilema sepele!!!"
"....Keh, bocah badung yang keterlaluan. Kau bahkan tidak ragu-ragu"
"....Apa kamu barusan berpura-pura?"
"Aku setengah serius. Aku meratapi ini, lantaran keahlianmu luar biasa"
"Tidak masalah. Aku akan mengalahkanmu dan Aniki akan memujiku"
"Itu tidak mungkin. Memang benar bahwa keahlian berpedangmu lebih baik daripada diriku, tapi saya telah berlatih dalam banyak sekali cara untuk menang sehingga sanggup bertahan hidup"
Dominique menarik sesuatu dari armornya lagi, dan beberapa tombak api muncul di udara, menembak ke langit dan meledak dengan keras hingga bergema ke seluruh arena. Pertempuran sejenak berhenti lantaran bunyi ledakan, namun segera berlanjut kembali.
Di tangannya ada beberapa batu, saya ingat kalau Aniki pernah menggunakan batu-batu itu sebelumnya. Itu yakni Mana Stone, yang mungkin diisi oleh sihir {Flame Lance}. Kurasa hanya barang sekali pakai lantaran ada yang hancur sehabis digunakan.
"....Kenapa kamu tidak menggunakan itu padaku?"
"Ini bukanlah serangan, tapi sinyal. Setiap prajurit bayaran yang mendengarnya akan segera kembali ke sini untuk mendukung"
"Apa?!"
"Meski saya mungkin menunggu lebih usang dari seharusnya, bagaimana kamu akan menanggapi ketika dirimu menghadapi serangan mendadak dari arah acak? Selanjutnya....oi!"
"Ya!"
Dominique memanggil temannya, yang melemparkan Mana Stone lain ke tengah arena.
Saat menyentuh tanah, gugusan sihir besar muncul dan diaktifkan. Dari sana, golem lain terpanggil. Golem ini jauh lebih besar dan lebih kuat dari yang sebelumnya.
"Golem besar ini ditambahkan ke pertarungan. Sekarang, apa yang akan kamu lakukan?"
Gawat, bila serangan golem ibarat itu, bukankah moral teman-teman kami akan jatuh? Lebih jelek lagi, bila para prajurit bayaran muncul juga....
"Nee-chan! Lakukan sesuatu perihal golem itu...."
"Kau harus mati! Ras hewan bodoh!"
"Karena Sirius-sama tidak mengizinkannya, saya tidak bisa mati!"
"Emilia, para ingusan di sisi kanan sedang mundur!"
Ini tidak mungkin. Nee-chan dan Reese-ane terlalu sibuk mendukung sekutu dan bertahan melawan anak buah Gregory. Sementara itu, golem besar lain muncul. Kesempatan kami untuk menang jadi semakin tipis.
"Jika begini, saya akan mengalahkanmu dulu!"
Agar bisa cepat mengalahkannya, saya melepaskan {Boost} dan menyerang. Kecepatanku meningkat drastis, begitu banyak sehingga ia tampak terkejut, tapi ia masih bisa beradu pedang denganku. Ini niscaya hasil dari naluri bertarungnya.
Aku akan mencoba langkah yang berbeda untuk menghindari pedangku patah, tapi saya terlambat menyadari betapa dengan serangan terakhir itu.
{Boost} yakni teknik yang tidak hanya meningkatkan kecepatan, tapi juga kekuatan. Kekuatanku dikala ini telah berkali-kali lipat dari yang sebelumnya, yang berarti tidak peduli seberapa ringan serangan, dampaknya akan terlalu berat untuk ditangani pedang ini....Tak bisa menahan beban serangan terakhirku, akhirnya patah.
"Pada dikala ibarat ini!!"
"Kau masih anak-anak. Kau tidak mempunyai cukup pengalaman di medan perang"
Aku tidak berdaya, namun Dominique tidak mencoba mengambil laba dan menyerang. Sebaliknya, tanpa pedang dan semua lawan yang harus saya hadapi, ia tampak puas dengan situasinya.
Sialan, bila saya mempunyai pedangku sendiri, saya bisa dengan gampang mengalahkannya bersama semua golem ini. Itu bahkan tidak tergores meski pertarungannya keras, tidak peduli berapa banyak golem yang harus saya potong. Tak mempunyai pedang manis bisa menciptakan frustrasi!!
Tapi....aku dihentikan menyerah!
Jika begini, saya akan menyerang dengan kekuatan penuh {Flame Knuckle}! Meski akan gawat kalau diriku juga ikut terbakar, tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan sekarang.
Ketika saya mulai menuangkan mana ke kedua tangan, tepat pada dikala itu...
(BAMMM!!!!)
Suatu bunyi keras bergema dan mendadak sebuah lubang muncul di kepala golem. Di sanalah gugusan sihir golem berada, membuatnya hancur berkeping-keping.
"Aa---? Golem itu....dengan satu serangan?"
"Ini...."
Suara yang lebih keras terdengar, dan masing-masing kepala golem kemudian hancur. Dalam sekejap, sebelum kami menyadarinya, semua golem pun lenyap.
Selama situasi ini, sesuatu menancap dengan keras di depanku, melontarkan angin ribut debu dan puing-puing.
Disaat tirai pasir lenyap, tepat di hadapanku adalah....
"Pedang....ku?"
Rekan bagiku yang dibentuk oleh Grant-occhan, ada di sana.
Mengalahkan semua golem dalam sekejap, dan membawa pedangku dari pondok berlian....itu hanya bisa dilakukan Aniki.
Baik Nee-chan dan saya melihat sekeliling, tapi tidak sanggup menemukan sosoknya. Jika Aniki serius bersembunyi, kami tidak akan pernah menemukannya. Kami sering berlatih bersama di hutan, namun masih belum sanggup menemukannya, bahkan ketika kami sanggup mencium aromanya.
Tetap saja....kenapa ia bersembunyi lagi?
Jika Aniki melibatkan dirinya, kami bisa dengan gampang mengalahkan para prajurit bayaran dan golem, kemudian benar-benar membalik posisi pada penyusup.
{Lakukan yang terbaik}
Akupun mendengar bunyi Aniki di kepalaku.
....Begitu kah? Dia niscaya sibuk membantu kami dengan cara lain, itu sebabnya tidak bisa muncul di sini.
Dia menyerahkannya padaku untuk mengalahkan orang ini.
Sungguh, meskipun situasinya bisa berubah bila itu dia....
....Berapa usang saya akan bertindak ibarat anak manja di depan Aniki?!
Aku minta maaf lantaran menjadi menyedihkan, Aniki.
Dan....terima kasih.
Aku akan mengalahkan orang ini.... tolong tunggulah.
Aku menggenggam pasanganku, menariknya keluar dari tanah dan memanggilnya.
"Kita lakukan, Silver Fang*!"
[ギンガ /Ginga. Atau 銀牙 / Gin Kiba = Taring perak]
☆☆☆Chapter 47 berakhir disini☆☆☆
Tambahan / Bonus 1
"Aku murid terbaik Aniki, Reus!"
"Murid terbaiknya yakni aku!"
Itu tidak terdengar oleh sebagian besar arena, lantaran kekacauan yang terjadi, tapi Emilia menolak untuk mundur dari pernyataan semacam itu.
Tambahan / Bonus 2
"Bukankah Aniki mu seseorang dari dunia yang sama dengan kami?"
"Aah....ini dia"
Sambil mengintip ke medan perang, abjad utama berkeringat dikala rahasianya terbongkar.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/