World Teacher Chap 31 B. Indonesia
Chapter 31 Metode Pertarungan Guru dan (Anjing peliharaan) Siswanya
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
Sebelum pertandingan dimulai, kami mengumpulkan sedikit informasi visual wacana lawan.
Tim lawan yaitu kelompok darah biru dengan Alstro sebagai pemimpin, terdapat tiga petugas yang menggunakan armor besi berat. Memang tak ada hal wacana armor besi yang tertulis di peraturan, tapi kami tidak keberatan meski hanya membawa pedang kayu dan tanpa menggunakan armor.
Ada seorang yang tak kami ketahui berada dalam kelompok itu, anehnya hanya ia yang seluruh bab tubuhnya terbungkus armor. Sambil memegang perisai besi dan tombak kayu yang terukir simbol rumah Alstro. Wajahnya tak sanggup dilihat alasannya yaitu terhalang helm. Namun saya bisa mencicipi intimidasi darinya yang berbeda dari para bangsawan. Mungkin memang bukan bangsawan....apa ia seorang tentara bayaran?
Tingginya tidak berbeda dengan kami, tapi lebar bahunya agak mengherankan. Nampaknya ia berasal dari ras kurcaci. Kupikir tidak mungkin ada tentara bayaran di kelas Gregory, jadi apa ia repot-repot mempekerjakannya demi kontes Trade? Ini juga tidak tertulis dalam peraturan, namun....bertindak sejauh ini sungguh menyegarkan.
Diantara mereka, Alstro berpakaian ringan. Yah, itu bukanlah problem alasannya yaitu ia berperan sebagai penyihir.
Penyerang depan jumlahnya empat, sedangkan dukungan yaitu satu*.
[Kalimat ini juga tidak ada dlm versi english, namun ada di versi Raw]
Mereka dipersenjatai dengan lengkap, dilain sisi kami hanya berpakaian ringan. Jubah sekolah ini memang mempunyai pertahanan, hanya saja sulit untuk bergerak, jadi kami melepasnya. Reus menyiapkan satu pedang di belakang armor kulit rajutan dan satu di pinggul, sedangkan saya bertangan kosong sambil mengenakan pakaian biasa yang gampang bergerak. Takkan mengejutkan kalau ada yang berpikir kami bertarung demi sanggup pujian.
Meski ada perbedaan terang pada peralatan dan jumlah orang, Reus dan saya tidak merasa akan kalah. Bahkan kalau lawan menggunakan armor besi, ada banyak cara untuk mengatasinya.
Aku memberikan kepada Reus suatu seni administrasi yang telah kuputuskan sebelumnya dengan sebuah isyarat tangan.
"Trade....DIMULAI!!!"
Pada ketika pertandingan diputuskan dengan bunyi Vile-sensei yang berperan sebagai wasit, Reus dan saya mulai berlari ke kiri dan kanan secara terpisah. Melesat ke arah yang tak terduga dari awal, membuat tim Alstro terlihat sangat kesal.
"Jangan panik! Bagaimanapun, kedua orang itu tidak mungkin menang melawan kita!"
Para petugas sempat kebingungan, berbeda dengan pemimpinnya, Alstore yang tampak tenang. Dia tampaknya bukan BONBON* biasa.
[ボンボン. Singkatnya itu, orang manja]
Kami terus berlari menyusuri tepian arena, membentuk deretan untuk menjepit tim lawan.
"Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, tapi itu anggun kalau mereka memisahkan diri. Pertama, prioritaskan pada si ras binatang! Baru setelahnya kita urus si Tidak kompeten!"
Tiga petugas terfokus pada Reus. Ketika saya menghadapi tentara bayaran berarmor besi, Alstro mulai melantunkan sihir. Dilihat dari gerak bibir, mantera panjang itu mungkin sihir ditingkat menengah. Dia agak lambat.
"Terbakar alasannya yaitu sihir Alstro-sama atau dihajar oleh kami, pilih yang kamu sukai!"
"Yang manapun, maaf alasannya yaitu kutolak. Hei, saya di sini"
"Guh! Tunggu, kamu 'Bukan manusia'!"
Ketiga petugas mendekat, namun Reus masih berlari sepanjang tepi arena dan menuju ke arahku. Akupun juga berlari dan kami berdua berkelompok lagi. Sambil menyesuaikan kecepatan, dengan begini lawan bisa dikecoh.
"Tunggu!!"
"....Mereka sama sekali bukan sekedar anak kecil, ya"
Sebuah bunyi bergairah keluar dari si pemakai armor badan penuh itu, kamu mungkin takkan mengira ada nada yang begitu kontras dengan figur kekanak-kanakannya. Jelas sekali kalau ia yaitu orang tua. Hanya saja, walaupun menggunakan armor badan penuh, orang ini bisa mengimbangi kecepatanku. Tak diragukan lagi kalau dialah musuh terberat di tim lawan.
Sambil memperhatikan musuh dan berlarian, Reus mengurus semua petugas didepan matanya . Disaat kurang beberapa langkah lagi kami berdua saling melewati....mata kami bertemu pandang.
"{Light}"
"Ha!!"
Aku melepaskan {Light} kearah belakang tanpa melihat kesana, Reus pun melompat tinggi diatasku pada ketika bersamaan.
{Light} yang saya lepaskan lebih terang dari biasanya, itu cukup untuk menyilaukan lawan. Meski menggunakan helm yang menutupi keseluruhan wajah, ini takkan bisa ia hindari alasannya yaitu matanya masih terbuka. Seketika, orang berarmor badan penuh itu harus berhenti dan melindungi pandangannya. Dan ketika {Light} di langit mulai lenyap....
"Tsuyoshi yabu ittou-ryuu! Shouha!!*"
[衝破. Tusukan pemecah. Mungkin]
Pukulan penentu dari Reus mendarat di ubun-ubun orang berarmor badan penuh, yang segera menjadi celah.
Memang tidak mungkin untuk memotong armor menggunakan pedang kayu, namun serangan Reus merupakan sejenis tebasan yang melepaskan dampak luas. Efek kuat itu menyebar ke seluruh tubuh, retakan dalam sekejap menjalar dari helm hingga pada tanah dibawahnya. Karena apa yang ia pakai tak bisa menahan serangan itu, laki-laki berarmor jatuh berlutut dan tersungkur. Aku sudah bilang padanya untuk jangan berlebihan. Yah, kurasa orang itu belum mati.
Di sisi lain, para petugas yang awalnya mengejar Reus, menuju kearahku. Tapi saya hanya melompati mereka dengan pinjaman {Boost} ketika berlari. Lompatanku mungkin akan terhalang kalau orang-orang ini menggunakan tombak, namun apa yang mereka pegang ketika ini yaitu pedang pendek. Sambil dengan hening terbang di atas para petugas, saya mengarahkan tangan kiri yang sudah tergambar dengan lingkaran sihir air kepada Alstro.
"{Aqua}"
"---Dari tombak api yang menusuk musuh---....buwaaa?!"
"""Alstro-sama!"""
Bola air yang dilepaskan dari tangan kiriku memukul eksklusif tepat di wajah Alstro ketika ia masih di tengah melantunkan mantra dan secara paksa menghentikan sihirnya. Para petugaspun meninggalkan kami alasannya yaitu khawatir dengan master yang penampilannya kini menyerupai tikus basah. Aku juga bergegas ke daerah Reus berada untuk bergabung dengan siswaku.
"K-Kau....Menjauh dariku!! Aku tidak percaya ia bisa menargetkanku!!!"
"Alstro-sama, badan Anda akan sakit kalau terus berair menyerupai ini. Ayo kita tunda pertandingan ini dan segera ganti baju!"
"Jangan konyol! Dipermalukan menyerupai ini dan kamu mau saya tetap diam?! Oi, lagipula kenapa dengan orang itu? Cepat panggil ia kemari!!"
"Te-Tentang dia...."
Magna-sensei dan tim medis mengelilingi orang yang armor dikeseluruhan tubuhnya telah pecah. Magna-sensei kemudian membuat tanda 'X' besar dengan lengannya sehabis memahami bahwa lawan ini tidak mungkin untuk melanjutkan.
"Aniki!"
"Ya, kamu berhasil"
Reus dan akupun saling menyatukan tinju kami dalam sukacita. Satu telah tumbang.
Sebelum memikirkan sasaran berikutnya, saya masih perlu menilik kondisi Reus yang sebelah matanya terpejam.
"Reus, bagaimana kondisi matamu?"
"Yah....sudah baikan, ini tidak problem lagi. Seperti biasa"
{Light} yang membutakan badan laki-laki berarmor juga mengenai Reus. Hanya saja anak ini sudah memperkirakannya, ia menutup satu mata tepat sebelum melompat untuk mempertahankan diri. Bila satu mata tidak bisa melihat, ia bisa membuka mata yang terpejam untuk memastikan serangannya mengenai target. Sepertinya ia telah memanfaatkan pengajaranku dengan benar.
"Ngomong-ngomong, Aniki. Apa menurutmu senjata mereka tidak aneh?"
"Jadi kamu menyadarinya? Yah, kelihatannya memang bukan pedang kayu biasa"
Ketika melompati para petugas tadi, bunyi di ketika pedang kayu mereka dengan keras berayun masih terngiang di telingaku. Pedang kayu biasa takkan mungkin mengeluarkan bunyi menyerupai itu. Jangan-jangan....
"Sesuatu yang lebih berat dari pada pedang kayu....kurasa ada baja yang tertanam di dalamnya. Ini memang hal yang menyusahkan, tapi sia-sia saja kalau tidak mengenai kita"
"Mereka sudah menggunakan cara licik semenjak awal. Seperti yang bisa diduga dari para bangsawan"
"Aku juga mengerti kalau gelar darah biru itu berafiliasi dengan problem ini, tapi kamu tahu. Ada juga orang baik diantara mereka. Sebagai contoh, Mark"
Meski Mark juga terlalu menjunjung tinggi nama keluarga, intinya ia merupakan orang yang baik, beretika dan sopan. Kurasa itulah sifat darah biru yang patut dicontoh, namun sayangnya ada terlalu banyak darah biru yang terlena akan kekuasaan di dunia ini. Jika para darah biru idiot yang terlahir sebagai mayoritas, maka sebuah revolusi akan timbul dan melibatkan dunia.
Ketika saya merasa cemas wacana masa depan yang tak berhubungan, Alstro yang balasannya pulih bersama para petugasnya tiba ke sini untuk menyerang.
"Ayo lanjutkan, kita akan melemahkan kekuatan mereka dulu. Tapi, kali ini jangan menggunakan teknik khusus, cukup gunakan ilmu pedang murni"
"Mengerti, Aniki!"
Ketiga petugaspun menyerang pada ketika yang sama dari depan. Reus menghadapi sendirian orang yang mulai menyodorkan pedangnya, hanya saja pedang besi mempunyai laba lebih daripada pedang kayu. Bunyi gemeretak kemudian timbul pada senjata Reus. Namun, ia tidak peduli dengan serangan serampangan itu dan hanya menghempaskan semua tebasan musuh. Petugas kedua, yang tiba agak terlambat kemudian mendekat dari sisi kanan.
"Rasakan ini, 'bukan manusia'!!"
"Itu terlalu jelas!!"
Tikaman pedang musuh dihindari dengan melengkungkan tubuh. Setelah memukul senjata petugas pertama semoga menjauh, Reus kemudian menggunakan bab belakang pedang kayunya dan menyodorkan itu ke perut petugas kedua. Karena telah mencapai batas ketahanan, senjata Reus pun patah.
"Kena kau!!"
"Reus, 'berbaring'!"
"Wan!*"
[Suara anjing....]
Petugas ketiga mengincar kesempatan itu, ia melupakan keberadaanku alasannya yaitu terlalu fokus pada satu hal. Menuruti seruanku, Reus membungkukan badan sambil menendang. Tendangannya eksklusif melanda ke perut petugas ketiga.
Walaupun ketiga orang itu terhempas mundur secara beriringan, tapi dampaknya berkurang alasannya yaitu mereka juga menggunakan armor besi.
Memanfaatkan celah dimana para petugas tersingkir, saya menembakkan {Aqua} pada Alstro untuk kedua kalinya. Hanya saja, kini ia lebih waspada dan bisa menghindari itu. Tapi ini sudah anggun alasannya yaitu tujuan sebenarnya hanyalah mengganggu perapalan mantranya. Alstro berhenti, tampak kesal. Harusnya ia mempelajari pemendekan mantra semoga tidak terlalu menyusahkan penyerang garis depan, atau setidaknya merapal mantra sambil bergerak.
Reus mengeluarkan pedang kayu cadangannya dan mengisyaratkan para petugas untuk menyerang lagi.
"Kalian bisa menyerang bersamaan kali ini!"
"'Tangan'!"
"Wan!*"
[Suara anjing]
"Guhaa?!"
"Kuu! Serang ia sekali lagi!!"
"'Lagi'!*"
[Okawari]
"Wan! Wan!"
"Uguu!"
Kenapa saya mau bertanding dalam kontes ini meski kondisinya kurang menguntungkan?
Meski harus memasak untuk kepala sekolah, tapi alasan utama yaitu saya ingin mengkonfirmasi tingkat kerjasama dengan Reus.
'Tangan' berarti mengalihkan perhatian ke arah kanan bila dilihat dari sudut pandang Reus, sedangkan 'Lagi' merupakan kebalikannya. Ngomong-ngomong, 'Berbaring' sebenarnya yaitu perintah untuk berbaring dengan perut di lantai, tapi yang ini dibentuk untuk mendisiplinkan kedua bersaudara....Itulah dasar pendidikan. Tubuh Emilia bergerak berkali-kali di sudut penglihatanku, tapi saya mengabaikannya.
Reus bergerak tepat sesuai perintah dan saya bertindak untuk menutup celahnya. Sepertinya takkan ada problem meski berurusan dengan ketiga petugas.
Namun, kupikir ini bukan kolaborasi kalau hanya dengan mendengar bunyi saja.
"Bagaimana dengan ini!!"
Yang ini bukanlah serangan. Alstro menggunakan seni administrasi untuk membuat dinding biasa yang bisa melancarkan perapalan mantranya. Dia berusaha keras dalam pertarungan ini meski telah gagal dua kali, kuharap kamu bisa begitu juga dalam hal lain.
Jika saya bergerak ke samping, akan ada petugas lain yang menghalangi jalur tembak {Aqua}. Tapi, sihir Alstro agak terlalu lama....tidak, apa perapalan mantranya sudah selesai? Apa ia menetapkan berali ke sihir tingkat pemula daripada tingkat menengah?
"---Hancurkanlah dengan dampak angin! Kalian melakukannya dengan baik, {Air Shot}!"
Para petugas kemudian bergegas lari ke samping sambil beruraian air mata, {Air Shot} yang dilepaskan menuju ke arah Reus. Itu merupakan bola angin yang tak terlihat. Meski lajunya tidak setingkat peluru, ini sudah cukup cepat. Aku bisa memahaminya dengan {Search}, biasanya sihir ini akan dihindari dengan melompat sejauh mungkin ke samping menyerupai yang dilakukan petugas tersebut.
Tapi, Reus malah berkonsentrasi pada sebuah posisi dengan pedang kayunya yang terangkat.
"INI DIAAAA!!!!"
---Tsuyoshi Yabu Ittou-Ryuu---Teknik pertama---Kekuatan Surga---
Dengan suatu hempasan, tebasan sederhana berayun turun. Reus memotong {Air Shot} memanfaatkan ketajaman pandangannya, badan kokoh dan intuisi yang terasah dengan latihan sehari-hari. Pada ketika itu, topan yang terbelah melewati Reus dari kedua sisi. Yang tersisa sehabis itu hanyalah Reus yang pedang kayunya masih menukik dan tirai debu yang mengambang disekitar.
"Mu---....Mustahil?!"
Suara siapa itu? Ada terlalu banyak insiden yang muncul di arena hingga semua orang yang menonton melupakanku.
Penebas sihir.
Ini disebut 'Tsuyoshi ken' oleh Lior ketika pertama kali digunakan, teknik yang hampir tidak pernah terlihat alasannya yaitu hanya ada sedikit penggunanya di dunia.
Wajar saja kalau bisa memotong sihir dengan kecepatan dan seni pedang yang terlatih, lengan orang itu sendiri juga harus benar-benar kokoh. Jika penggunanya ragu walaupun cuma sedikit, maka ketajaman pedangnya akan berkurang. Makara kesiapan juga dibutuhkan untuk menebas sihir.
Akan berbeda kalau seseorang berlindung di belakang si perapal sendiri, faktanya yaitu lebih baik menghindari sihir daripada membatalkan perapalan. Gambaran keterampilan ini bisa membuat masyarakat terkejut, itu juga alasannya yaitu hal wacana 'orang yang berkemampuan hebat akan naik statusnya'. Orang-orang yang menyaksikannya mungkin akan menganggap pemandangan ini sebagai suatu hal yang menakjubkan.
Terutama alasannya yaitu atribut angin mempunyai banyak versi sihir yang tak terlihat, sehingga tingkat kesulitannya tinggi. Hanya saja, Reus mempunyai ketajaman visual dan intiusi yang sangat baik, sebanding dengan binatang predator. Dan kalau ini wacana sihir ditingkat pemula, maka Reus sudah bisa mengurusinya. Kalau yang barusan itu, anak ini mengayunkan pedangnya alasannya yaitu mencicipi ada yang tiba akhir debu yang beterbangan oleh bola angin....yah, begitulah, mungkin?.
Ngomong-ngomong, dikatakan bahwa asal mula Penebas sihir ini yaitu Lior. Penguasaannya pada teknik ini telah hingga dimana ia bisa memotong {Flame Lance} sambil bersenandung. Meski saya telah menyampaikan ini berkali-kali, laki-laki renta itu benar-benar monster.
"Hehe, ini tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gaya bertarung ganas Nee-chan!"
"Apa yang kamu katakan?"
"Hiii!!! Maafkan aku, Nee-chan!!!"
Mungkin alasannya yaitu arena menjadi terlalu sunyi, ucapan Reus tampaknya hingga ke indera pendengaran sang kakak. Lagi pula, Emilia yang menembakkan {Air Shot} menggunakan cara yang ganas tidak sesuai dengan sikapnya.
Selain sikap konyol lawan, ketika melihat pertengkaran terjadi antara salah satu penantang dengan orang luar ketika pertandingan membuat nada sampaumur Alstro berkembang menjadi sesuai dengan nada untuk usianya, kemarahannya telah melampaui batas.
"Guuu! Kau....orang yang bukan manusia! Aku benar-benar takkan memaafkannmu dikarenakan telah menganggapku sebagai lelucon!---Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---...."
"Ini {Flame Lance} Alstro-sama! Ayo kita ulur waktu untuknya!"
""Ooo!!""
Mereka mencoba menawarkan waktu untuk si master, sayangnya mereka sudah kehabisan stamina duluan alasannya yaitu armor besi yang berat. Di sisi lain, Reus masih enerjik dan mulai mengurusi tindakan para petugas. Ketiganya takkan mungkin lagi untuk menghadapi anak ini.
"Reus, saya mengandalkanmu untuk mengulur waktu juga"
"Mengerti!!"
Jika saya berkonsentrasi pada 'persiapan', pastinya akan menjadi sasaran. Namun, ayunan pedang para petugas sudah tak mempunyai kekuatan alasannya yaitu kelelahan, semuanya dihentikan oleh pedang Reus. Meninggalkan problem pertahanan kepadanya, 'persiapan'ku berjalan dengan lancar.
"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah.....{Flame Lance}!!"
{Flame Lance} Alstro pun terpanggil. Namun, Mana yang ia masukkan kedalamnya terlalu banyak, membuat ukuran tombak itu beberapa kali lebih besar dari biasanya. Kontrol sihir juga tidak dilakukan dengan benar, kalau ia tak bisa mempertahankan bentuknya, ini kemungkinan akan meledak. Dan kalau hingga meledak, Alstro yang berada di dekatnya takkan bisa lolos dalam keadaan baik.
"Sihirnya sudah diluar kontrol!! Hentikan pertandingan ini sekarang!!!"
"Itu tidak perlu! Lakukan, Alstro!! Kalahkan si Tidak kompeten itu!!!"
"Hmmm....apa yang harus diperbuat wacana ini?"
Bahkan dalam situasi menyerupai ini, Vile-sensei masih bersikap santai. Magna-sensei yaitu satu-satunya guru yang mencoba menghentikan pertandingan malah dihalangi oleh Gregory.
Di lain sisi, Alstro masih memusatkan Mana hingga membuat wajahnya pucat sambil dibanjiri keringat. Aku telah mengalami apa yang dirasakannya berkali-kali, jadi saya bisa paham. Sedikit lagi, kolam Mana-nya akan kering. Beberapa detik lagi hingga Alstro pingsan, ketika kontrol sihirnya berhenti, tombak itu akan meledak.
"Aaa....AAAAAAA!!!!"
Entah alasannya yaitu harga diri darah biru atau kemarahan, ia menetapkan untuk meluncurkan {Flame Lance} yang belum sempurna. Meski begitu, ada rekan-rekan petugasnya di arah dimana tombak itu melaju.
"A-Alstro-sama?! Kenapa?!"
"Hentikan!! Tolong aku!!!"
"Hiii?! Tidaaakk!!!"
Jika {Flame Lance} sebesar itu mengenai mereka secara langsung, jangkauan ledakannya yang luas bahkan juga akan melibatkan kami. Reus dan saya memang yakin bisa menghindarinya, tapi ketiga petugas itu kelelahan, mereka takkan bisa bergerak dengan leluasa dan takkan bisa melarikan diri.
"Ayo kabur, Aniki!!"
"Yah, tunggu sebentar. Baiklah, ini selesai"
Aku kemudian berlutut untuk menggambar lingkaran sihir yang sedikit rumit di tanah. Ini yaitu lingkaran sihir yang saya temukan di perpustakaan tempo hari, tapi seharusnya sesuai untuk situasi sekarang. Setelah selesai, saya menuangkan Mana ke pola yang terbentuk dan melafalkan nama sihir itu.
"{Earth Shield}!"
Agak didepan kami, bumi membumbung dan dinding tanah besar muncul untuk melindungi kami. Karena bentuknya sudah di imajinasikan dengan tepat, dinding yang terbentuk pun anggun tanpa adanya bab yang bulat.
"Dinding ini terlalu tipis, Aniki!"
"Aku tahu"
Seperti yang dikatakan Reus, ketebalan dinding ini tidak berbeda dengan dinding rumah biasa. Karena serangan api itu begitu besar, dinding harusnya dibentuk lebih tebal. Tapi ini niscaya takkan bisa menahannya. Hanya saja, proses ini belum berakhir. Aku menuangkan Mana sekali lagi, membuat celah sekitar 30 cm dan membuat satu lagi dinding tanah yang sama.
"Sudah selesai!"
Begitu proses terakhir dari celah dinding tanah selesai, {Flame Lance} mencapai penghalang dan meledak diiringi bunyi menggelegar. Kejutan yang timbul mengguncang tanah, awan debu terhempas ke sekitar dan menghalangi pandangan.
"Wahai angin, {Windstorm}!"
Ketika Vile-sensei menerapkan sihirnya, hembusan angin berputar dan meniup debu dengan cepat. Meski kekuatannya telah ditekan secara signifikan, menggunakan sihir dengan mantra sependek itu sudah menakjubkan. Dia memang sang 'Master Sihir'.
"....Sepertinya ini sudah diputuskan"
Pada arena dimana pandangan sudah membaik, yang menang dan yang kalah telah terlihat.
Alstro ambruk alasannya yaitu kehabisan Mana, sedangkan para petugasnya yang terlindungi dari ledakan tetap tak bergerak alasannya yaitu memang sudah tak bisa lagi bertarung. Disisi lain, Reus dan saya masih berdiri tanpa cedera. Bukankah pemandangan semacam ini yaitu bukti kemenangan?
"Gregory-sensei. Apa hasil ini sudah jelas?"
"....Hmph!"
"Aku akan membuat sebuah dokumen resmi wacana pertandingan ini dan melaporkannya pada Kepala Sekolah. Lebih baik kamu tidak menyimpulkan ini sebagai hal yang aneh"
"Berisik! Lakukan apa yang kamu mau, saya akan pulang!!"
Bahkan ketika Vile-sensei bertanya, ia hanya memalingkan punggung sambil mendengus dan pergi. Memangnya tidak apa-apa membiarkan ia melaksanakan apa yang ia suka?
"Pemenangnya yaitu kelas Carlisle!!"
"Sirius-sama!!!"
Bersamaan dengan kemenangan yang diumumkan, Emilia secara harfiah terbang dari bangku penonton sambil dibanjiri sukacita. Lebih tepatnya, ia melompat sambil melepaskan sihir angin. Meski jelas-jelas ada yang menerapkan sihir dengan lompatan super itu, seluruh kelas segera mengabaikan gadis ini begitu kemenangan diumumkan.
Entah bagaimana, jubahnya tidak tergulung ke lututnya ketika ia mendarat. Ini mungkin juga merupakan keterampilan seorang petugas.
"Apa Sirius-sama baik-baik saja?! Apa ada bab yang terluka?! Aku percaya pada kemenanganmu!!"
"Ya, saya minta maaf alasannya yaitu membuatmu khawatir. Tapi, tenanglah"
"Nee-chan, saya juga bekerja keras!"
"Aku mempunyai sesuatu untuk dibahas denganmu nanti"
"Hiii?!"
Begitu saya selesai membelai kepala Emilia untuk menenangkannya, Vile-sensei tiba sambil tersenyum. Ngomong-ngomong, Magna-sensei beserta tim medis sedang membawa Alstro yang roboh dan para petugasnya.
"Selamat, Sirius-kun. Aku tidak sempat mengira dinding menyerupai itu bisa menghentikan {Flame Lance}"
"Tidak, saya bisa menghentikannya alasannya yaitu sihir itu tidaklah sempurna"
{Flame Lance} yang dipakai kali ini terlalu banyak diresapi Mana hingga bentuk tombaknya tak terlihat. Bentuknya tadi hampir bulat, ciri aslinya yang yaitu kekuatan penembus tak dimanfaatkan sama sekali.
"Di kondisi itu, dampaknya lah yang paling bermasalah. Jadi, sihir ini dibutuhkan untuk menyerap gelombang kejut. Lihat saja penggalan dinding yang awut-awutan itu"
Dia kemudian menoleh ke arah dinding yang telah rusak hingga tak terlihat bentuk aslinya. Hamburan dinding pelindung yang tersebar sudah bisa menjelaskan kekuatan {Flame Lance}. Kau akan eksklusif paham kalau melihatnya lebih teliti.
"....Ada beberapa bab dinding yang aneh. Apa itu rahasianya?"
"Benar. Aku sebenarnya membuat dua dinding tipis dengan celah di antaranya. Celah itu dipenuhi kerikil. Dengan begitu, dampaknya menyebar dan bisa dihentikan oleh dua dinding tipis....itulah alasannya"
Ini merupakan metode barikade yang dipakai ketika berpartisipasi dalam acara gerilya dalam kehidupanku sebelumnya. Dinding pada waktu itu bahkan lebih tebal lagi, tapi yang ini sudah anggun untuk bertahan dari ayunan bola besi kendaraan derek.
"Bahkan kalau {Flame Lance} ini sempurna, kekuatan penembusnya niscaya akan menurun hingga ke tingkat tertentu"
"Sungguh menakjubkan bahwa ada dinding pelindung semacam itu. Baiklah....aku telah berguru sesuatu"
Sejujurnya, saya sempat berencana menggunakan {Earth Shield} untuk mengelilingi Alstro dalam bentuk kubah demi mengganggu tindakannya. Namun alasannya yaitu situasinya menjadi menyerupai ini, saya malah menggunakan metode asli.
Ketika Vile-sensei mengangguk dengan perasaan puas, Reese berlari dari sisi bangku penonton kelas Aion dengan rambut birunya yang berkibar.
"Sirius-kun!! Emilia!! Reus-kun!!"
Meski tahu fisiknya sendiri tidaklah kuat, ia masih bersikeras untuk mencapai daerah kami berada.
"Haaahh-haahhh....kalian berdua....tidak apa-apa....haaahh....ya kan?"
"Yah begitulah, Reus dan saya tidak terluka. Daripada itu, tenangkan dulu pernapasanmu"
Ketika hingga di sini, ia sudah tersengal-sengal, jadi saya menunggu Reese hening menyerupai Emilia. Setelah beberapa saat, gadis ini mendesah lega ketika memastikan bahwa kami aman.
"Syukurlah kalian baik-baik saja. Aku takkan tahu apa yang harus di lakukan kalau kalian berdua terluka alasannya yaitu diriku...."
"Sudah kubilang, kan? Jika mempercayakan ini pada Aniki dan aku, semuanya akan lancar!"
"Ya, itu memang benar. Sungguh menakjubkan alasannya yaitu kalian bisa mengalahkan lima orang hanya dengan dua penantang"
Sejujurnya, kami hanya mengalahkan satu orang yang berarmor badan penuh, tapi....yah, saya tidak akan menyampaikan hal setidak pengertian itu.
"Bagaimanapun, ini alasannya yaitu Reese merupakan sobat kami"
"Eh? Aku....teman?"
"Apa yang kamu katakan, Reese? Kau memang temanku, bukankah kita sobat alasannya yaitu sudah memakan makanan yang sama?"
"Mulai hari ini, kita juga akan memasuki kelas yang sama. Benar, kan?"
Butiran air mulai meluap dari mata Reese alasannya yaitu perkataan itu. Dia memeluk Emilia untuk menyembunyikan tangisan kegembiraannya.
"Terima kasih, Emilia. Tapi, tolong tunggu sebentar. Aku belum sempat memberi tahu hal yang terpenting"
Dia mengangkat kepalanya dari dada Emilia, dan kemudian berucap dengan wajah yang dipenuhi senyuman
"Sirius-kun, Reus-kun. Sungguh, terima kasih banyak!"
Disaat melihat wajahnya yang dilimpahi kebahagiaan itu, kupikir hasilnya lebih dari cukup untuk perjuangan yang dikeluarkan.
☆☆☆☆
Bagian 2
Setelah itu, Reese berbicara menggunakan nada biasanya. Magna-sensei yang telah selesai merawat orang-orang terluka pun muncul.
"Syukurlah, Reese-kun. Aku akan menanyakan ini lagi sebagai konfirmasi. Apa kamu tidak keberatan memasuki kelas Carlisle?"
"Y-Ya! Aku ingin bergabung dengan kelas Carlisle. Jadi....apa yang harus saya lakukan mulai sekarang?"
"Benar juga. Ada banyak hal berbeda yang harus diurus, menyerupai problem dokumen resmi. Tapi pertama-tama, ada suatu pekerjaan yang harus dilakukan"
Ketika Magna-sensei mengalihkan pandangannya ke samping, semua anggota kelas Carlisle turun dari bangku penonton dan mulai membuat keributan.
"Sungguh hebat, Sirius-kun! Kau menggunakan petugasmu dengan baik, dinding pelindung itu juga menakjubkan sampai-sampai bisa menahan serangan {Flame Lance}! Pertandingan itu menjadi materi pembelajaran yang bagus!"
"Aku tak pernah berpikir bisa menang dengan perbedaan kekuatan semacam itu!"
"""Seperti yang diharapkan dari Aniki dan Oya-bun!!!"""
Teman-teman sekelas memuji kami satu per satu, namun Magna-sensei mengumpulkan perhatian dengan bertepuk tangan.
"Baiklah, semuanya! Aku akan mengenalkan siswa gres yang memasuki kelas Carlisle mulai hari ini! Makara Reese-kun, silakan"
Magna-sensei mendorong punggungnya dengan lembut, membuat gadis ini berdiri di hadapan sobat sekelasnya yang baru. Dia sempat gundah oleh undangan pengenalan diri yang tiba-tiba dan melihat kami. Hanya saja, kepalanya kemudian mengangguk seakan memberi tanda bahwa ia tidak apa-apa, gadis itupun menetapkan dan menarik napas.
"Se-Senang bertemu kalian semua. Namaku Reese, saya masuk kelas ini alasannya yaitu 'Trade'. Atributku yaitu air dan saya cukup terpelajar dengan sihir penyembuhan. Jadi....salam kenal dan mohon bantuannya!!"
Setelah itu, dirinya disambut oleh tepuk tangan sobat sekelas, siswa barupun telah ditambahkan ke kelas kami.
☆☆☆☆
Seusai sekolah, saya dipanggil oleh Vile-Sensei untuk tiba sendirian ke ruangan Magna-sensei.
Ngomong-ngomong, Reese dan kedua bersaudara sedang berbelanja untuk pesta perayaan, saya memberitahu mereka bahwa saya akan eksklusif pergi ke Pondok Berlian segera sehabis urusan disini selesai.
"Sudah tiba ya. Silahkan, jangan sungkan dan duduklah"
Ketika duduk di sofa, saya memikirkan berapa kali diriku telah tiba ke sini hanya dalam jangka beberapa hari. Dengan cekatan, Magna-sensei menyeduhkan teh hitam. Meski sudah usang memikirkan hal ini, kemampuan Magna-sensei sebagai seorang petugas cukuplah tinggi.
"Jadi, untuk apa saya dipanggil ke sini? Apa menang melawan darah biru menjadikan suatu masalah?"
"Itu juga bab dari diskusi. Aku ingin kita membahas wacana hasil 'Trade' kemarin"
"Hanya saya yang merupakan satu-satunya siswa disini, apa boleh membicarakan itu?"
"Aku tidak menganggap dirimu hanya sekedar siswa. Gagasan dan tindakanmu begitu luar biasa....tidak, saya akan mengatakannya dengan terang sekarang. Mengawasi Sirius-kun itu sungguh menyenangkan. Jadi, saya akan memberimu informasi alasannya yaitu saya ingin kamu untuk menjadi asistenku. Apa ada hal yang tidak memuaskan wacana ini?"
"Tidak, saya mengerti kalau Anda senang mengawasiku, namun tahan itu pada tingkat yang masuk akal. Aku akan terbantu kalau Anda mau memberiku informasi. Jadi, tolong"
Aku tak sanggup memahami perasaan seorang elf yang hidup lebih dari empat ratus tahun, namun setidaknya saya paham kalau ia seorang elf serius yang tidak mengabaikan perjuangan dan masih terus berlatih sambil mendidik para siswa. Mungkin akan merepotkan untuk didukung oleh individu yang hebat menyerupai ini, tapi tidak akan ada orang selayak dirinya untuk memperoleh informasi. Awalnya saya berhati-hati, tapi kini saya agak berhutang budi alasannya yaitu problem Reese dan menjadi sedikit percaya padanya.
"Baiklah. Pertama yaitu wacana Reese-kun, kepindahannya ke kelas Carlisle telah selesai dengan lancar. Karena sudah ditetapkan dalam dokumen resmi, Gregory-sensei takkan bisa menyampaikan apapun lagi"
Seperti yang bisa diduga, saya agak terganggu kalau ada keluhan yang timbul dari hasil Trade. Dalam kasus terburuk, saya berpikir untuk bergerak dibelakang layar, tapi tampaknya problem Reese akan berakhir baik.
"Nah....masalahnya yaitu kabar wacana kamu yang mengalahkan seorang bangsawan, Alstro-kun. Aku mengenalnya semenjak dirinya lahir, ia memang suka menindas yang lemah"
"Itu kecenderungan yang jelek sebagai bangsawan, kan?"
"Tak diragukan lagi. Dia sendiri dibesarkan dengan pemikiran bahwa dirinya yaitu eksistensi khusus, seorang Double. Sikap arogannya terlalu menonjol, namun menyerupai yang di harapkan, ia tidak sepintar ayahnya"
Ayah Alstro yaitu seorang darah biru populer di Elysion, bertipikal seorang prajurit militer yang enerjik. Sepertinya ia terlalu memanjakan anaknya, kalau ia mendengar wacana pembicaraan hari ini, orang itu niscaya akan murka.
"Memakai armor baja sekaligus dilengkapi dengan pedang kayu yang mempunyai batang besi di dalamnya. Bahkan kalau ada perbedaan jumlah, anak itu tetap kalah alasannya yaitu kekeringan Mana tanpa bisa melanjutkan pertarungan. Dia akan senang menindas seseorang menyerupai dirimu yang merupakan Tak Berwarna, sayangnya insiden yang muncul malah berbanding terbalik dengan apa yang ia kira"
Untuk meringkasnya dalam satu kata, ia hanyalah seorang idiot.
"Selain sebagai bangsawan, kecurangan itu sudah tidak bisa ditolerir. Karena hanya terjadi di sekolah, ini takkan kuat pada keluarga dirumahnya. Tapi ia sudah tidak boleh untuk bertingkah seakan dirinya yaitu tokoh hebat di Akademi"
"Akan kah muncul suatu hukuman?"
"Apa saya perlu melakukannya alasannya yaitu diingatkan oleh si korban dari insiden ini?"
"Tidak, saya menolaknya, itu menyusahkan. Tak problem selama tidak melibatkan kami lebih jauh lagi"
"Kupikir kamu akan bilang begitu. Oleh karenanya, saya sendirilah yang akan menghentikan Alstro-kun kalau terjadi sesuatu"
Saat Alstro terbangun di sore hari, ia eksklusif dipanggil ke kamar kepala sekolah dan tampaknya diinterogasi. Dirinya agak membisu akhir kelelahan yang masih ada sehabis Trade, namun tampaknya ia masih menyimpan kemarahan terhadapku di dalam pikirannya.
Kepala sekolah yang mulai terlibat dengan kelas Carlisle ingin melaporkan termasuk kecurangan hari ini ke keluarganya. Dan itu efektif, membuat Alstro berkata bahwa dirinya akan menjadi lebih sampaumur asalkan hal itu tidak hingga bocor ke ayahnya.
"Akan muncul aneka macam dongeng seiring bertambahnya umur. Aku bisa saja eksklusif protes ke ayahnya. Lihat, saya bahkan punya komitmen tertulis disini"
Vile-sensei kemudian menyerahkan sebuah perkamen, dan menyuruhku membacanya. Kalimat panjang disertai tanda tangan Alstro tertera disana. Setiap kata yang tertulis disini seolah menggambarkan penyesalan anak itu. Ngomong-ngomong, ia menyusun kalimatnya dengan anggun hingga gampang untuk dimengerti.
{Saya, Alstore Elmeroy, bersumpah untuk tidak terlibat dengan kelas Carlisle mulai dari sekarang.
Selanjutnya, kalau saya melanggar sumpah, saya akan mengakui semua hal kepada ayah saya, Lord Elmeroy, dan bersedia mendapatkan eksekusi apapun. Bahkan kalau harus dikeluarkan dari sekolah.
'Alstro Elmeroy'}
"....Apa Anda yang membuat sumpah tertulis ini?"
"Jika tidak menerapkan ini, niat untuk membalas dendam mungkin akan muncul. Dia menuai apa yang dirinya tabur, dan tampaknya ini menjadi obat yang manjur untuk sifatnya itu"
Nah, perkataan kepala sekolah ada benarnya juga. Dia mengenal Alstro lebih baik dariku. Karena telah ada perjanjian untuk tidak terlibat lebih jauh, bisa dikatakan bahwa kami sudah diselamatkan.
"Hukuman memang hanya hingga di sini, tapi sejujurnya masih ada problem yang lebih mendasar"
"Ada lagi?"
"Ya....Sebenarnya, tindakan Alstro-kun kali ini alasannya yaitu imbas jelek dari seseorang"
"....Gregory-sensei?"
"Seperti yang bisa diduga, itu benar"
Ketika Alstro hampir kehilangan kesadaran disaat melepas {Flame Lance}, Gregory dengan terang berkata untuk mengalahkan kami tanpa peduli risikonya untuk para siswa. Karena insiden itu, mata orang-orang yang menatapku kini agak berubah ragu meski tahu bahwa diriku Tak Berwarna.
"Awalnya, ia membuat peraturan yang menguntungkan para bangsawan. Ketika hari untuk kontes tiba, Alstro-kun sadar bahwa terdapat perbedaan jumlah. Sebenarnya, alasannya yaitu harga diri bangsawan, ia memang ingin bertanding secara adil. Namun, hasutan Gregory malah membuat ini terjadi"
Yang kutahu adalah, anak itu suka menindas orang-orang lemah. Kupikir ia akan merasa luar bisa ketika merendahkan yang lain.
"Gregory juga berbohong, memberitahu bahwa tim Sirius akan menggunakan armor besi yang kuat untuk Trade. Dia kemudian menyiapkan pedang kayu yang telah dimodifikasi dan mempekerjakan tentara bayaran berarmor badan penuh"
Lawanpun membawa peralatan anggun ketika mendengar bahwa kami menggunakan armor besi. Sampai disini saja sudah terang kalau Gregory lah dalangnya. Aku jadi berpikir bahwa Alstro tidak seburuk itu.
"Lagipula, alasannya yaitu para petugasnya mendapatkan apapun keputusan Alstro, mereka juga akan menanggung eksekusi yang sama akhir bertanding dengan cara menyerupai itu. Janji tertulis ini merupakan tindakan yang tepat"
Bagaimanapun, Alstro memang orang idiot.
"Ini bisa dimengerti. Jadi....bagaimana dengan Gregory-sensei?"
"....Maaf. Dia orang yang terpelajar menyembunyikan bukti. Tanpa suatu bukti penting, dirinya tidak bisa dihukum"
Menurut ceritanya, perbedaan dalam peraturan diizinkan alasannya yaitu dokumen yang tidak memadai. Mereka tak tahu pedang-pedang kayu itu telah dimodifikasi alasannya yaitu diambil dari gudang. Sedangkan wacana si tentara bayaran, ia mempekerjakan orang ini dari serikat petualang dengan alasan untuk melindungi putra penting keluarga bangsawan. Aku kemudian mulai membayangkan sosok si tentara bayaran yang sebenarnya yaitu kurcaci. Dia ingin meminta maaf sehabis menyadari situasi sesungguhnya dan mengintrospeksi diri. Orang ini sangat serius ya.
Pada akhirnya, bujukan dan kebohongan yang ia sampaikan pada Alstro hanyalah kata-kata dan tak sanggup dianggap sebagai bukti. Itulah alasan ia tidak bisa dihukum.
"....Kenapa orang itu menganggapku sebagai musuh?"
"Entahlah. Membenci ras binatang merupakan sifat umum untuk bangsawan, tapi ia belum pernah berbicara hal yang berafiliasi dengan Tak berwarna. Apa kamu ingin berbincang dengannya?"
"Tidak juga"
"Ya. Bisa ditebak"
Vile-sensei dan saya saling melihat wajah masing-masing dan tertawa. Tunggu dulu, apa boleh baginya untuk bersikap menyerupai itu meski yaitu seorang berpangkat tinggi di sekolah?
"Karena situasi menjadi menyerupai ini, kami menetapkan untuk meningkatkan kewaspadaan. Mulai sekarang, saya juga akan memantaunya. Tapi tetap saja, kalau ada sesuatu yang terjadi, tolong segera beritahukan padaku. Aku yang akan mengurusnya kalau orang itu mengganggu Sirius-kun"
"Kalau begitu, mohon bantuannya"
"Yah, apapun yang mau kamu lakukan....kau bebas melakukannya. Aku akan mengizinkan itu"
"Bebas....ya?"
"Ya, bebas"
Sekali lagi, kami tertawa. Kali ini, dengan senyuman jahat.
"....Aku merasa mungkin telah memusuhi orang yang mengerikan"
Tidak ada yang membalas gumaman yang berasal dari Magna-sensei.
☆☆☆☆
"Kalau begitu, untuk merayakan kepindahan Reese ke dalam kelas Carlisle...."
"""Bersulanggg!!!"""
Pada malam hari, bertempat di Pondok Berlian.
Kami mengadakan pesta kecil untuk merayakan kemenangan di kontes Trade. Anggotanya yaitu aku, kedua bersaudara, dan tentu saja Reese. Kami menikmati aneka macam hidangan yang tersaji di atas meja.
"Aniki, bukannya daging ini masih mentah?"
"Hidangan ini disebut Roast Beef. Dari warnanya memang terlihat agak mentah, tapi ini sudah matang alasannya yaitu di bakar di atas asap api"
"Sangat lezat! Boleh saya mengambilnya lagi?"
"Jangan ragu dan makanlah. Ini juga sebagai bentuk penghargaan untuk Reus. Kau sudah melaksanakan yang terbaik!"
"Horeee!! Aniki memujiku!!!"
Kegembiraan Reus mencapai puncak. Sebaliknya, ekspresi Emilia terlihat tidak bagus.
"Aku juga....ingin bertarung"
Itu benar, walaupun ternyata petugas tidak dihitung sebagai peserta, pertempuran berakhir bahkan tanpa mengikutsertakan Emilia. Gadis ini menyadarinya sehabis bersulang dan berkembang menjadi kesal. Sekarang ia mengembungkan pipi, tampak tidak puas sambil memakan Roast Beef-nya.
"Maaf, Emilia. Aku masih ingin kamu menjadi rahasia di kelompok kita, saya tidak menginginkan tindakan selain sihir untuk bocor"
"Meski begitu....aku tetap ingin bersamamu"
Aku tidak mengikutsertakan Emilia alasannya yaitu ingin menyembunyikan hal hebat, tapi tampaknya perjuangan ini tidak berarti lagi alasannya yaitu kemampuan fisiknya terlihat ketika ia bisa melompat tinggi dari daerah duduk penonton ke depan kami. Ah sudahlah, apa yang mungkin terjadi kalau itu terungkap? Bahkan kalau hingga terlibat dengan orang-orang yang aneh, saya sudah mendapat izin dari kepala sekolah untuk menolak mereka. Jika dilakukan dengan benar, seharusnya akan baik-baik saja.
Tapi, walaupun saya sudah membelai kepalanya dari tadi, suasana hatinya masihlah tidak berubah. Tak ada pilihan lain, saya memang harus menggunakan cara itu, ya kan?
"Emilia, menurutmu apa ini?"
"Itu....sisir. Mungkinkah?!"
"Tepat sekali. Baiklah, arahkan kesini ekormu"
"Ya!!"
Ekspresi tak puas beberapa ketika yang kemudian mendadak lenyap begitu saja. Diapun dengan senang hati mengulurkan ekornya. Menaruh ekor lebat ini di pahaku, saya menyisirnya dengan lembut.
"Fufu....ufufu....ufufufu...."
Bagi ras binatang, ekor merupakan hal yang penting. Mereka hanya akan membiarkan orang-orang yang dipercaya dari lubuk hati untuk menyentuhnya. Apa yang kulakukan ini merupakan ungkapan kasih sayang yang biasanya dilakukan oleh keluarga atau kekasih. Berkat tindakan perawatan ini, suasana hati Emilia pulih.
Ini bukanlah sesuatu yang boleh dilakukan ketika makan, tapi yah, saya memang tidak sedang bertindak untuk dicontoh.
"Enaknya....Nee-chan"
"Lain kali yaitu giliranmu"
Meski hanya berlangsung beberapa menit, sehabis selesai, Emilia membelai ekornya dengan gembira.
"Bahagianya diriku...."
Ketika melihat gadis yang seakan bisa terbang alasannya yaitu rasa suka cita menyerupai ini, tiba-tiba tatapanku bertemu Reese yang berada di samping. Tadi ia masih tertawa, tapi kini malah terlihat aneh. Sepertinya ia sedang mencoba menetapkan sesuatu....penampilannya dipenuhi tekad.
"Emm....Sirius-kun"
"Ada apa? Makanannya tidak sesuai dengan seleramu?"
"Hal semacam itu tidaklah mungkin! Roast Beef ini sungguh lezat!"
Sesuai dengan apa yang dikatakannya, ia memakan daging itu dengan cepat. Dia kemudian menggelengkan kepala sambil bergumam 'Bukan begitu'.
"Dagingnya sangat yummy tapi bukan wacana itu. Sebenarnya....ada sesuatu yang ingin kutanyakan"
"Kenapa kamu takut-takut begitu?"
Reese menyesuaikan postur badan dan memfokuskan perhatian ke arah kedua bersaudara. Setelah ia melaksanakan kontak mata sekali dengan Emilia, ia membulatkan pilihannya dan membuka mulut.
"Aku....ingin menjadi muridmu!"
"Ha?"
Apa yang tiba-tiba ia katakan? Ketika menengok sekeliling, kedua saudara mengangguk puas. Apa? Apa mereka sudah tahu?
"Boleh saya mendengar alasannya?"
"Iya. Aku mendaftarkan diri ke Akademi alasannya yaitu ayahku memintanya, tapi saya masih belum punya tujuan. Melewati waktu sambil berlatih sihir dan merahasiakan kemampuanku melihat roh....aku kemudian menetapkan ini sehabis menyaksikan Sirius-kun dan Reus-kun hari ini. Aku telah dibantu oleh setiap orang, jadi saya juga ingin membantu orang lain....itulah yang kupikirkan"
Bagaikan kata-kata yang akan diungkapkan oleh seorang pahlawan, tatapannya yang tajam terkonsentrasi padaku.
"Tapi, saya lemah. Tanpa tahu sedikitpun bagaimana memperlakukan roh dengan baik, saya juga hanya terpelajar dalam sihir pemulihan. Karena itulah, saya ingin menjadi kuat. Bukan untuk bersembunyi di balik punggung, melainkan berbaris disamping kalian, saling bahu-membahu"
Sampai ucapannya selesai, ia masih menatapku seolah berdoa. Kamipun saling melihat, matanya terkesan serius tanpa mengalihkan pandangan. Ini bukan lelucon....kan?
"....Latihanku sangatlah ketat. Bahkan Reus hanya merengek pada awalnya"
"Hentikan itu, Aniki!"
"Aku telah mendengar dari Emilia wacana beratnya latihan darimu. Aku tidak yakin kapan bisa menyusul semua orang, tapi saya akan berusaha keras! Karena itulah, tolong terimalah diriku!!"
Kuharap kepalanya tak hingga terbentur di atas meja alasannya yaitu membungkuk terlalu berlebihan. Kedua bersaudara menatap Reese dengan cemas, pandangan mereka kemudian berbalik ke arahku. Apa-apaan dengan mata menyerupai anak anjing yang ditinggalkan itu? Khawatir hingga sejauh ini....kalian benar-benar sudah akrab dengannya, ya.
"Aku mungkin saja akan memanfaatkan kemampuan melihat roh milikmu, kamu tahu?"
"Tidak apa-apa kalau Sirius-kun yang melakukannya. Bahkan kalau harus dimanfaatkan, saya yakin itu bukan hal yang buruk"
Itu sudah buruk. Aku memang tidak punya niat untuk memanfaatkannya tapi, kira-kira apa yang bisa ia lakukan? Sihir air diperkuat alasannya yaitu adanya roh air, hal menyerupai membuat tsunami mungkin bisa---....ehh, tidak tidak. Cara berpikirku sudah mulai mengarah semoga mendapatkan gadis ini.
"....Baiklah. Aku menerimamu untuk menjadi siswaku"
"Benarkah?!"
"Ya. Namun, ini akan sangat sulit. Jadi, persiapkanlah dirimu"
"Aku akan berusaha yang terbaik! Tolong bimbing saya dari sekarang, Sirius-san!"
Sirius....san?
"Kenapa memanggilku dengan '-san'?
"Karena saya telah menjadi siswamu, kamu menyerupai senior untukku. Aku merasa ingin memanggilmu secara berbeda*"
[Ada kalimat yg terpotong dari RAW di obrolan ini pada versi english. Aku juga kebingungan ketika menerjemahkannya. Karena kupikir itu mungkin tidaklah penting, saya juga tidak menyertakannya]
"Tidak juga, saya lebih muda darimu. Bukannya kamu berumur sembilan tahun?"
"Itu memang benar. Tapi posisiku kini yaitu orang yang diajari. Jangan ragu untuk menganggapku begitu, Sirius-san!"
Yah....aku tidak mengerti, tapi apa ini boleh?
Ada sedikit keraguan yang masih tersisa, namun yang terpenting siswaku telah bertambah satu orang.
Namanya Reese.
Seorang gadis baik hati yang disukai oleh roh air.
Aku berencana membuatkan dirinya hingga ia cukup kuat setidaknya untuk melindungi diri sendiri, walaupun bahkan kalau kemampuan melihat rohnya ketahuan.
Sambil mengamatinya yang bangga bersama kedua bersaudara dan saling berpelukan, saya memikirkan planning latihan yang cocok untuknya.
Karena ia hebat dalam sihir daripada kekuatan fisik, saya harus membuat suatu metode khusus. Gawat, saya jadi bersemangat ketika memikirkan ini.
Sudah sekitar setengah bulan semenjak berada di dunia luar, hidup kami masihlah akan berlanjut dengan baik.
☆☆☆☆
Selanjutnya, hingga tiba di asrama, Emilia terus memegangi ekornya tanpa mau melepaskannya. Dia sempat memberi tahuku dengan suasana hati berbunga-bunga, 'Aku takkan pernah mencuci ekor ini lagi'.
"Emm, Sirius-sama. Maukah kamu sekali lagi menyisir ekorku?"
"Boleh saja, tapi kamu harus mandi dulu dan membasuhnya"
"Tiidaakk!!"
"Bukannya ini hanya percakapan biasa!"
Emilia....kau mau pergi kemana?
☆☆☆Chapter 31 berakhir disini☆☆☆
>Catatan Penulis : Agak lebih pendek dari biasanya, tapi inilah tamat dari Arc 5.
Update berikutnya mungkin berlangsung tiga hari dari sekarang.
>Catatan Penerjemah : Ingat!! Kata2 Update tepat diatas itu hanyalah pesan dari penulisnya yg ikut kuterjemahkan. XD ....Jadi....Kita sudah beralih ke Arc 6
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
Sebelum pertandingan dimulai, kami mengumpulkan sedikit informasi visual wacana lawan.
Tim lawan yaitu kelompok darah biru dengan Alstro sebagai pemimpin, terdapat tiga petugas yang menggunakan armor besi berat. Memang tak ada hal wacana armor besi yang tertulis di peraturan, tapi kami tidak keberatan meski hanya membawa pedang kayu dan tanpa menggunakan armor.
Ada seorang yang tak kami ketahui berada dalam kelompok itu, anehnya hanya ia yang seluruh bab tubuhnya terbungkus armor. Sambil memegang perisai besi dan tombak kayu yang terukir simbol rumah Alstro. Wajahnya tak sanggup dilihat alasannya yaitu terhalang helm. Namun saya bisa mencicipi intimidasi darinya yang berbeda dari para bangsawan. Mungkin memang bukan bangsawan....apa ia seorang tentara bayaran?
Tingginya tidak berbeda dengan kami, tapi lebar bahunya agak mengherankan. Nampaknya ia berasal dari ras kurcaci. Kupikir tidak mungkin ada tentara bayaran di kelas Gregory, jadi apa ia repot-repot mempekerjakannya demi kontes Trade? Ini juga tidak tertulis dalam peraturan, namun....bertindak sejauh ini sungguh menyegarkan.
Diantara mereka, Alstro berpakaian ringan. Yah, itu bukanlah problem alasannya yaitu ia berperan sebagai penyihir.
Penyerang depan jumlahnya empat, sedangkan dukungan yaitu satu*.
[Kalimat ini juga tidak ada dlm versi english, namun ada di versi Raw]
Mereka dipersenjatai dengan lengkap, dilain sisi kami hanya berpakaian ringan. Jubah sekolah ini memang mempunyai pertahanan, hanya saja sulit untuk bergerak, jadi kami melepasnya. Reus menyiapkan satu pedang di belakang armor kulit rajutan dan satu di pinggul, sedangkan saya bertangan kosong sambil mengenakan pakaian biasa yang gampang bergerak. Takkan mengejutkan kalau ada yang berpikir kami bertarung demi sanggup pujian.
Meski ada perbedaan terang pada peralatan dan jumlah orang, Reus dan saya tidak merasa akan kalah. Bahkan kalau lawan menggunakan armor besi, ada banyak cara untuk mengatasinya.
Aku memberikan kepada Reus suatu seni administrasi yang telah kuputuskan sebelumnya dengan sebuah isyarat tangan.
"Trade....DIMULAI!!!"
Pada ketika pertandingan diputuskan dengan bunyi Vile-sensei yang berperan sebagai wasit, Reus dan saya mulai berlari ke kiri dan kanan secara terpisah. Melesat ke arah yang tak terduga dari awal, membuat tim Alstro terlihat sangat kesal.
"Jangan panik! Bagaimanapun, kedua orang itu tidak mungkin menang melawan kita!"
Para petugas sempat kebingungan, berbeda dengan pemimpinnya, Alstore yang tampak tenang. Dia tampaknya bukan BONBON* biasa.
[ボンボン. Singkatnya itu, orang manja]
Kami terus berlari menyusuri tepian arena, membentuk deretan untuk menjepit tim lawan.
"Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, tapi itu anggun kalau mereka memisahkan diri. Pertama, prioritaskan pada si ras binatang! Baru setelahnya kita urus si Tidak kompeten!"
Tiga petugas terfokus pada Reus. Ketika saya menghadapi tentara bayaran berarmor besi, Alstro mulai melantunkan sihir. Dilihat dari gerak bibir, mantera panjang itu mungkin sihir ditingkat menengah. Dia agak lambat.
"Terbakar alasannya yaitu sihir Alstro-sama atau dihajar oleh kami, pilih yang kamu sukai!"
"Yang manapun, maaf alasannya yaitu kutolak. Hei, saya di sini"
"Guh! Tunggu, kamu 'Bukan manusia'!"
Ketiga petugas mendekat, namun Reus masih berlari sepanjang tepi arena dan menuju ke arahku. Akupun juga berlari dan kami berdua berkelompok lagi. Sambil menyesuaikan kecepatan, dengan begini lawan bisa dikecoh.
"Tunggu!!"
"....Mereka sama sekali bukan sekedar anak kecil, ya"
Sebuah bunyi bergairah keluar dari si pemakai armor badan penuh itu, kamu mungkin takkan mengira ada nada yang begitu kontras dengan figur kekanak-kanakannya. Jelas sekali kalau ia yaitu orang tua. Hanya saja, walaupun menggunakan armor badan penuh, orang ini bisa mengimbangi kecepatanku. Tak diragukan lagi kalau dialah musuh terberat di tim lawan.
Sambil memperhatikan musuh dan berlarian, Reus mengurus semua petugas didepan matanya . Disaat kurang beberapa langkah lagi kami berdua saling melewati....mata kami bertemu pandang.
"{Light}"
"Ha!!"
Aku melepaskan {Light} kearah belakang tanpa melihat kesana, Reus pun melompat tinggi diatasku pada ketika bersamaan.
{Light} yang saya lepaskan lebih terang dari biasanya, itu cukup untuk menyilaukan lawan. Meski menggunakan helm yang menutupi keseluruhan wajah, ini takkan bisa ia hindari alasannya yaitu matanya masih terbuka. Seketika, orang berarmor badan penuh itu harus berhenti dan melindungi pandangannya. Dan ketika {Light} di langit mulai lenyap....
"Tsuyoshi yabu ittou-ryuu! Shouha!!*"
[衝破. Tusukan pemecah. Mungkin]
Pukulan penentu dari Reus mendarat di ubun-ubun orang berarmor badan penuh, yang segera menjadi celah.
Memang tidak mungkin untuk memotong armor menggunakan pedang kayu, namun serangan Reus merupakan sejenis tebasan yang melepaskan dampak luas. Efek kuat itu menyebar ke seluruh tubuh, retakan dalam sekejap menjalar dari helm hingga pada tanah dibawahnya. Karena apa yang ia pakai tak bisa menahan serangan itu, laki-laki berarmor jatuh berlutut dan tersungkur. Aku sudah bilang padanya untuk jangan berlebihan. Yah, kurasa orang itu belum mati.
Di sisi lain, para petugas yang awalnya mengejar Reus, menuju kearahku. Tapi saya hanya melompati mereka dengan pinjaman {Boost} ketika berlari. Lompatanku mungkin akan terhalang kalau orang-orang ini menggunakan tombak, namun apa yang mereka pegang ketika ini yaitu pedang pendek. Sambil dengan hening terbang di atas para petugas, saya mengarahkan tangan kiri yang sudah tergambar dengan lingkaran sihir air kepada Alstro.
"{Aqua}"
"---Dari tombak api yang menusuk musuh---....buwaaa?!"
"""Alstro-sama!"""
Bola air yang dilepaskan dari tangan kiriku memukul eksklusif tepat di wajah Alstro ketika ia masih di tengah melantunkan mantra dan secara paksa menghentikan sihirnya. Para petugaspun meninggalkan kami alasannya yaitu khawatir dengan master yang penampilannya kini menyerupai tikus basah. Aku juga bergegas ke daerah Reus berada untuk bergabung dengan siswaku.
"K-Kau....Menjauh dariku!! Aku tidak percaya ia bisa menargetkanku!!!"
"Alstro-sama, badan Anda akan sakit kalau terus berair menyerupai ini. Ayo kita tunda pertandingan ini dan segera ganti baju!"
"Jangan konyol! Dipermalukan menyerupai ini dan kamu mau saya tetap diam?! Oi, lagipula kenapa dengan orang itu? Cepat panggil ia kemari!!"
"Te-Tentang dia...."
Magna-sensei dan tim medis mengelilingi orang yang armor dikeseluruhan tubuhnya telah pecah. Magna-sensei kemudian membuat tanda 'X' besar dengan lengannya sehabis memahami bahwa lawan ini tidak mungkin untuk melanjutkan.
"Aniki!"
"Ya, kamu berhasil"
Reus dan akupun saling menyatukan tinju kami dalam sukacita. Satu telah tumbang.
Sebelum memikirkan sasaran berikutnya, saya masih perlu menilik kondisi Reus yang sebelah matanya terpejam.
"Reus, bagaimana kondisi matamu?"
"Yah....sudah baikan, ini tidak problem lagi. Seperti biasa"
{Light} yang membutakan badan laki-laki berarmor juga mengenai Reus. Hanya saja anak ini sudah memperkirakannya, ia menutup satu mata tepat sebelum melompat untuk mempertahankan diri. Bila satu mata tidak bisa melihat, ia bisa membuka mata yang terpejam untuk memastikan serangannya mengenai target. Sepertinya ia telah memanfaatkan pengajaranku dengan benar.
"Ngomong-ngomong, Aniki. Apa menurutmu senjata mereka tidak aneh?"
"Jadi kamu menyadarinya? Yah, kelihatannya memang bukan pedang kayu biasa"
Ketika melompati para petugas tadi, bunyi di ketika pedang kayu mereka dengan keras berayun masih terngiang di telingaku. Pedang kayu biasa takkan mungkin mengeluarkan bunyi menyerupai itu. Jangan-jangan....
"Sesuatu yang lebih berat dari pada pedang kayu....kurasa ada baja yang tertanam di dalamnya. Ini memang hal yang menyusahkan, tapi sia-sia saja kalau tidak mengenai kita"
"Mereka sudah menggunakan cara licik semenjak awal. Seperti yang bisa diduga dari para bangsawan"
"Aku juga mengerti kalau gelar darah biru itu berafiliasi dengan problem ini, tapi kamu tahu. Ada juga orang baik diantara mereka. Sebagai contoh, Mark"
Meski Mark juga terlalu menjunjung tinggi nama keluarga, intinya ia merupakan orang yang baik, beretika dan sopan. Kurasa itulah sifat darah biru yang patut dicontoh, namun sayangnya ada terlalu banyak darah biru yang terlena akan kekuasaan di dunia ini. Jika para darah biru idiot yang terlahir sebagai mayoritas, maka sebuah revolusi akan timbul dan melibatkan dunia.
Ketika saya merasa cemas wacana masa depan yang tak berhubungan, Alstro yang balasannya pulih bersama para petugasnya tiba ke sini untuk menyerang.
"Ayo lanjutkan, kita akan melemahkan kekuatan mereka dulu. Tapi, kali ini jangan menggunakan teknik khusus, cukup gunakan ilmu pedang murni"
"Mengerti, Aniki!"
Ketiga petugaspun menyerang pada ketika yang sama dari depan. Reus menghadapi sendirian orang yang mulai menyodorkan pedangnya, hanya saja pedang besi mempunyai laba lebih daripada pedang kayu. Bunyi gemeretak kemudian timbul pada senjata Reus. Namun, ia tidak peduli dengan serangan serampangan itu dan hanya menghempaskan semua tebasan musuh. Petugas kedua, yang tiba agak terlambat kemudian mendekat dari sisi kanan.
"Rasakan ini, 'bukan manusia'!!"
"Itu terlalu jelas!!"
Tikaman pedang musuh dihindari dengan melengkungkan tubuh. Setelah memukul senjata petugas pertama semoga menjauh, Reus kemudian menggunakan bab belakang pedang kayunya dan menyodorkan itu ke perut petugas kedua. Karena telah mencapai batas ketahanan, senjata Reus pun patah.
"Kena kau!!"
"Reus, 'berbaring'!"
"Wan!*"
[Suara anjing....]
Petugas ketiga mengincar kesempatan itu, ia melupakan keberadaanku alasannya yaitu terlalu fokus pada satu hal. Menuruti seruanku, Reus membungkukan badan sambil menendang. Tendangannya eksklusif melanda ke perut petugas ketiga.
Walaupun ketiga orang itu terhempas mundur secara beriringan, tapi dampaknya berkurang alasannya yaitu mereka juga menggunakan armor besi.
Memanfaatkan celah dimana para petugas tersingkir, saya menembakkan {Aqua} pada Alstro untuk kedua kalinya. Hanya saja, kini ia lebih waspada dan bisa menghindari itu. Tapi ini sudah anggun alasannya yaitu tujuan sebenarnya hanyalah mengganggu perapalan mantranya. Alstro berhenti, tampak kesal. Harusnya ia mempelajari pemendekan mantra semoga tidak terlalu menyusahkan penyerang garis depan, atau setidaknya merapal mantra sambil bergerak.
Reus mengeluarkan pedang kayu cadangannya dan mengisyaratkan para petugas untuk menyerang lagi.
"Kalian bisa menyerang bersamaan kali ini!"
"'Tangan'!"
"Wan!*"
[Suara anjing]
"Guhaa?!"
"Kuu! Serang ia sekali lagi!!"
"'Lagi'!*"
[Okawari]
"Wan! Wan!"
"Uguu!"
Kenapa saya mau bertanding dalam kontes ini meski kondisinya kurang menguntungkan?
Meski harus memasak untuk kepala sekolah, tapi alasan utama yaitu saya ingin mengkonfirmasi tingkat kerjasama dengan Reus.
'Tangan' berarti mengalihkan perhatian ke arah kanan bila dilihat dari sudut pandang Reus, sedangkan 'Lagi' merupakan kebalikannya. Ngomong-ngomong, 'Berbaring' sebenarnya yaitu perintah untuk berbaring dengan perut di lantai, tapi yang ini dibentuk untuk mendisiplinkan kedua bersaudara....Itulah dasar pendidikan. Tubuh Emilia bergerak berkali-kali di sudut penglihatanku, tapi saya mengabaikannya.
Reus bergerak tepat sesuai perintah dan saya bertindak untuk menutup celahnya. Sepertinya takkan ada problem meski berurusan dengan ketiga petugas.
Namun, kupikir ini bukan kolaborasi kalau hanya dengan mendengar bunyi saja.
"Bagaimana dengan ini!!"
Yang ini bukanlah serangan. Alstro menggunakan seni administrasi untuk membuat dinding biasa yang bisa melancarkan perapalan mantranya. Dia berusaha keras dalam pertarungan ini meski telah gagal dua kali, kuharap kamu bisa begitu juga dalam hal lain.
Jika saya bergerak ke samping, akan ada petugas lain yang menghalangi jalur tembak {Aqua}. Tapi, sihir Alstro agak terlalu lama....tidak, apa perapalan mantranya sudah selesai? Apa ia menetapkan berali ke sihir tingkat pemula daripada tingkat menengah?
"---Hancurkanlah dengan dampak angin! Kalian melakukannya dengan baik, {Air Shot}!"
Para petugas kemudian bergegas lari ke samping sambil beruraian air mata, {Air Shot} yang dilepaskan menuju ke arah Reus. Itu merupakan bola angin yang tak terlihat. Meski lajunya tidak setingkat peluru, ini sudah cukup cepat. Aku bisa memahaminya dengan {Search}, biasanya sihir ini akan dihindari dengan melompat sejauh mungkin ke samping menyerupai yang dilakukan petugas tersebut.
Tapi, Reus malah berkonsentrasi pada sebuah posisi dengan pedang kayunya yang terangkat.
"INI DIAAAA!!!!"
---Tsuyoshi Yabu Ittou-Ryuu---Teknik pertama---Kekuatan Surga---
Dengan suatu hempasan, tebasan sederhana berayun turun. Reus memotong {Air Shot} memanfaatkan ketajaman pandangannya, badan kokoh dan intuisi yang terasah dengan latihan sehari-hari. Pada ketika itu, topan yang terbelah melewati Reus dari kedua sisi. Yang tersisa sehabis itu hanyalah Reus yang pedang kayunya masih menukik dan tirai debu yang mengambang disekitar.
"Mu---....Mustahil?!"
Suara siapa itu? Ada terlalu banyak insiden yang muncul di arena hingga semua orang yang menonton melupakanku.
Penebas sihir.
Ini disebut 'Tsuyoshi ken' oleh Lior ketika pertama kali digunakan, teknik yang hampir tidak pernah terlihat alasannya yaitu hanya ada sedikit penggunanya di dunia.
Wajar saja kalau bisa memotong sihir dengan kecepatan dan seni pedang yang terlatih, lengan orang itu sendiri juga harus benar-benar kokoh. Jika penggunanya ragu walaupun cuma sedikit, maka ketajaman pedangnya akan berkurang. Makara kesiapan juga dibutuhkan untuk menebas sihir.
Akan berbeda kalau seseorang berlindung di belakang si perapal sendiri, faktanya yaitu lebih baik menghindari sihir daripada membatalkan perapalan. Gambaran keterampilan ini bisa membuat masyarakat terkejut, itu juga alasannya yaitu hal wacana 'orang yang berkemampuan hebat akan naik statusnya'. Orang-orang yang menyaksikannya mungkin akan menganggap pemandangan ini sebagai suatu hal yang menakjubkan.
Terutama alasannya yaitu atribut angin mempunyai banyak versi sihir yang tak terlihat, sehingga tingkat kesulitannya tinggi. Hanya saja, Reus mempunyai ketajaman visual dan intiusi yang sangat baik, sebanding dengan binatang predator. Dan kalau ini wacana sihir ditingkat pemula, maka Reus sudah bisa mengurusinya. Kalau yang barusan itu, anak ini mengayunkan pedangnya alasannya yaitu mencicipi ada yang tiba akhir debu yang beterbangan oleh bola angin....yah, begitulah, mungkin?.
Ngomong-ngomong, dikatakan bahwa asal mula Penebas sihir ini yaitu Lior. Penguasaannya pada teknik ini telah hingga dimana ia bisa memotong {Flame Lance} sambil bersenandung. Meski saya telah menyampaikan ini berkali-kali, laki-laki renta itu benar-benar monster.
"Hehe, ini tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gaya bertarung ganas Nee-chan!"
"Apa yang kamu katakan?"
"Hiii!!! Maafkan aku, Nee-chan!!!"
Mungkin alasannya yaitu arena menjadi terlalu sunyi, ucapan Reus tampaknya hingga ke indera pendengaran sang kakak. Lagi pula, Emilia yang menembakkan {Air Shot} menggunakan cara yang ganas tidak sesuai dengan sikapnya.
Selain sikap konyol lawan, ketika melihat pertengkaran terjadi antara salah satu penantang dengan orang luar ketika pertandingan membuat nada sampaumur Alstro berkembang menjadi sesuai dengan nada untuk usianya, kemarahannya telah melampaui batas.
"Guuu! Kau....orang yang bukan manusia! Aku benar-benar takkan memaafkannmu dikarenakan telah menganggapku sebagai lelucon!---Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---...."
"Ini {Flame Lance} Alstro-sama! Ayo kita ulur waktu untuknya!"
""Ooo!!""
Mereka mencoba menawarkan waktu untuk si master, sayangnya mereka sudah kehabisan stamina duluan alasannya yaitu armor besi yang berat. Di sisi lain, Reus masih enerjik dan mulai mengurusi tindakan para petugas. Ketiganya takkan mungkin lagi untuk menghadapi anak ini.
"Reus, saya mengandalkanmu untuk mengulur waktu juga"
"Mengerti!!"
Jika saya berkonsentrasi pada 'persiapan', pastinya akan menjadi sasaran. Namun, ayunan pedang para petugas sudah tak mempunyai kekuatan alasannya yaitu kelelahan, semuanya dihentikan oleh pedang Reus. Meninggalkan problem pertahanan kepadanya, 'persiapan'ku berjalan dengan lancar.
"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah.....{Flame Lance}!!"
{Flame Lance} Alstro pun terpanggil. Namun, Mana yang ia masukkan kedalamnya terlalu banyak, membuat ukuran tombak itu beberapa kali lebih besar dari biasanya. Kontrol sihir juga tidak dilakukan dengan benar, kalau ia tak bisa mempertahankan bentuknya, ini kemungkinan akan meledak. Dan kalau hingga meledak, Alstro yang berada di dekatnya takkan bisa lolos dalam keadaan baik.
"Sihirnya sudah diluar kontrol!! Hentikan pertandingan ini sekarang!!!"
"Itu tidak perlu! Lakukan, Alstro!! Kalahkan si Tidak kompeten itu!!!"
"Hmmm....apa yang harus diperbuat wacana ini?"
Bahkan dalam situasi menyerupai ini, Vile-sensei masih bersikap santai. Magna-sensei yaitu satu-satunya guru yang mencoba menghentikan pertandingan malah dihalangi oleh Gregory.
Di lain sisi, Alstro masih memusatkan Mana hingga membuat wajahnya pucat sambil dibanjiri keringat. Aku telah mengalami apa yang dirasakannya berkali-kali, jadi saya bisa paham. Sedikit lagi, kolam Mana-nya akan kering. Beberapa detik lagi hingga Alstro pingsan, ketika kontrol sihirnya berhenti, tombak itu akan meledak.
"Aaa....AAAAAAA!!!!"
Entah alasannya yaitu harga diri darah biru atau kemarahan, ia menetapkan untuk meluncurkan {Flame Lance} yang belum sempurna. Meski begitu, ada rekan-rekan petugasnya di arah dimana tombak itu melaju.
"A-Alstro-sama?! Kenapa?!"
"Hentikan!! Tolong aku!!!"
"Hiii?! Tidaaakk!!!"
Jika {Flame Lance} sebesar itu mengenai mereka secara langsung, jangkauan ledakannya yang luas bahkan juga akan melibatkan kami. Reus dan saya memang yakin bisa menghindarinya, tapi ketiga petugas itu kelelahan, mereka takkan bisa bergerak dengan leluasa dan takkan bisa melarikan diri.
"Ayo kabur, Aniki!!"
"Yah, tunggu sebentar. Baiklah, ini selesai"
Aku kemudian berlutut untuk menggambar lingkaran sihir yang sedikit rumit di tanah. Ini yaitu lingkaran sihir yang saya temukan di perpustakaan tempo hari, tapi seharusnya sesuai untuk situasi sekarang. Setelah selesai, saya menuangkan Mana ke pola yang terbentuk dan melafalkan nama sihir itu.
"{Earth Shield}!"
Agak didepan kami, bumi membumbung dan dinding tanah besar muncul untuk melindungi kami. Karena bentuknya sudah di imajinasikan dengan tepat, dinding yang terbentuk pun anggun tanpa adanya bab yang bulat.
"Dinding ini terlalu tipis, Aniki!"
"Aku tahu"
Seperti yang dikatakan Reus, ketebalan dinding ini tidak berbeda dengan dinding rumah biasa. Karena serangan api itu begitu besar, dinding harusnya dibentuk lebih tebal. Tapi ini niscaya takkan bisa menahannya. Hanya saja, proses ini belum berakhir. Aku menuangkan Mana sekali lagi, membuat celah sekitar 30 cm dan membuat satu lagi dinding tanah yang sama.
"Sudah selesai!"
Begitu proses terakhir dari celah dinding tanah selesai, {Flame Lance} mencapai penghalang dan meledak diiringi bunyi menggelegar. Kejutan yang timbul mengguncang tanah, awan debu terhempas ke sekitar dan menghalangi pandangan.
"Wahai angin, {Windstorm}!"
Ketika Vile-sensei menerapkan sihirnya, hembusan angin berputar dan meniup debu dengan cepat. Meski kekuatannya telah ditekan secara signifikan, menggunakan sihir dengan mantra sependek itu sudah menakjubkan. Dia memang sang 'Master Sihir'.
"....Sepertinya ini sudah diputuskan"
Pada arena dimana pandangan sudah membaik, yang menang dan yang kalah telah terlihat.
Alstro ambruk alasannya yaitu kehabisan Mana, sedangkan para petugasnya yang terlindungi dari ledakan tetap tak bergerak alasannya yaitu memang sudah tak bisa lagi bertarung. Disisi lain, Reus dan saya masih berdiri tanpa cedera. Bukankah pemandangan semacam ini yaitu bukti kemenangan?
"Gregory-sensei. Apa hasil ini sudah jelas?"
"....Hmph!"
"Aku akan membuat sebuah dokumen resmi wacana pertandingan ini dan melaporkannya pada Kepala Sekolah. Lebih baik kamu tidak menyimpulkan ini sebagai hal yang aneh"
"Berisik! Lakukan apa yang kamu mau, saya akan pulang!!"
Bahkan ketika Vile-sensei bertanya, ia hanya memalingkan punggung sambil mendengus dan pergi. Memangnya tidak apa-apa membiarkan ia melaksanakan apa yang ia suka?
"Pemenangnya yaitu kelas Carlisle!!"
"Sirius-sama!!!"
Bersamaan dengan kemenangan yang diumumkan, Emilia secara harfiah terbang dari bangku penonton sambil dibanjiri sukacita. Lebih tepatnya, ia melompat sambil melepaskan sihir angin. Meski jelas-jelas ada yang menerapkan sihir dengan lompatan super itu, seluruh kelas segera mengabaikan gadis ini begitu kemenangan diumumkan.
Entah bagaimana, jubahnya tidak tergulung ke lututnya ketika ia mendarat. Ini mungkin juga merupakan keterampilan seorang petugas.
"Apa Sirius-sama baik-baik saja?! Apa ada bab yang terluka?! Aku percaya pada kemenanganmu!!"
"Ya, saya minta maaf alasannya yaitu membuatmu khawatir. Tapi, tenanglah"
"Nee-chan, saya juga bekerja keras!"
"Aku mempunyai sesuatu untuk dibahas denganmu nanti"
"Hiii?!"
Begitu saya selesai membelai kepala Emilia untuk menenangkannya, Vile-sensei tiba sambil tersenyum. Ngomong-ngomong, Magna-sensei beserta tim medis sedang membawa Alstro yang roboh dan para petugasnya.
"Selamat, Sirius-kun. Aku tidak sempat mengira dinding menyerupai itu bisa menghentikan {Flame Lance}"
"Tidak, saya bisa menghentikannya alasannya yaitu sihir itu tidaklah sempurna"
{Flame Lance} yang dipakai kali ini terlalu banyak diresapi Mana hingga bentuk tombaknya tak terlihat. Bentuknya tadi hampir bulat, ciri aslinya yang yaitu kekuatan penembus tak dimanfaatkan sama sekali.
"Di kondisi itu, dampaknya lah yang paling bermasalah. Jadi, sihir ini dibutuhkan untuk menyerap gelombang kejut. Lihat saja penggalan dinding yang awut-awutan itu"
Dia kemudian menoleh ke arah dinding yang telah rusak hingga tak terlihat bentuk aslinya. Hamburan dinding pelindung yang tersebar sudah bisa menjelaskan kekuatan {Flame Lance}. Kau akan eksklusif paham kalau melihatnya lebih teliti.
"....Ada beberapa bab dinding yang aneh. Apa itu rahasianya?"
"Benar. Aku sebenarnya membuat dua dinding tipis dengan celah di antaranya. Celah itu dipenuhi kerikil. Dengan begitu, dampaknya menyebar dan bisa dihentikan oleh dua dinding tipis....itulah alasannya"
Ini merupakan metode barikade yang dipakai ketika berpartisipasi dalam acara gerilya dalam kehidupanku sebelumnya. Dinding pada waktu itu bahkan lebih tebal lagi, tapi yang ini sudah anggun untuk bertahan dari ayunan bola besi kendaraan derek.
"Bahkan kalau {Flame Lance} ini sempurna, kekuatan penembusnya niscaya akan menurun hingga ke tingkat tertentu"
"Sungguh menakjubkan bahwa ada dinding pelindung semacam itu. Baiklah....aku telah berguru sesuatu"
Sejujurnya, saya sempat berencana menggunakan {Earth Shield} untuk mengelilingi Alstro dalam bentuk kubah demi mengganggu tindakannya. Namun alasannya yaitu situasinya menjadi menyerupai ini, saya malah menggunakan metode asli.
Ketika Vile-sensei mengangguk dengan perasaan puas, Reese berlari dari sisi bangku penonton kelas Aion dengan rambut birunya yang berkibar.
"Sirius-kun!! Emilia!! Reus-kun!!"
Meski tahu fisiknya sendiri tidaklah kuat, ia masih bersikeras untuk mencapai daerah kami berada.
"Haaahh-haahhh....kalian berdua....tidak apa-apa....haaahh....ya kan?"
"Yah begitulah, Reus dan saya tidak terluka. Daripada itu, tenangkan dulu pernapasanmu"
Ketika hingga di sini, ia sudah tersengal-sengal, jadi saya menunggu Reese hening menyerupai Emilia. Setelah beberapa saat, gadis ini mendesah lega ketika memastikan bahwa kami aman.
"Syukurlah kalian baik-baik saja. Aku takkan tahu apa yang harus di lakukan kalau kalian berdua terluka alasannya yaitu diriku...."
"Sudah kubilang, kan? Jika mempercayakan ini pada Aniki dan aku, semuanya akan lancar!"
"Ya, itu memang benar. Sungguh menakjubkan alasannya yaitu kalian bisa mengalahkan lima orang hanya dengan dua penantang"
Sejujurnya, kami hanya mengalahkan satu orang yang berarmor badan penuh, tapi....yah, saya tidak akan menyampaikan hal setidak pengertian itu.
"Bagaimanapun, ini alasannya yaitu Reese merupakan sobat kami"
"Eh? Aku....teman?"
"Apa yang kamu katakan, Reese? Kau memang temanku, bukankah kita sobat alasannya yaitu sudah memakan makanan yang sama?"
"Mulai hari ini, kita juga akan memasuki kelas yang sama. Benar, kan?"
Butiran air mulai meluap dari mata Reese alasannya yaitu perkataan itu. Dia memeluk Emilia untuk menyembunyikan tangisan kegembiraannya.
"Terima kasih, Emilia. Tapi, tolong tunggu sebentar. Aku belum sempat memberi tahu hal yang terpenting"
Dia mengangkat kepalanya dari dada Emilia, dan kemudian berucap dengan wajah yang dipenuhi senyuman
"Sirius-kun, Reus-kun. Sungguh, terima kasih banyak!"
Disaat melihat wajahnya yang dilimpahi kebahagiaan itu, kupikir hasilnya lebih dari cukup untuk perjuangan yang dikeluarkan.
☆☆☆☆
Bagian 2
Setelah itu, Reese berbicara menggunakan nada biasanya. Magna-sensei yang telah selesai merawat orang-orang terluka pun muncul.
"Syukurlah, Reese-kun. Aku akan menanyakan ini lagi sebagai konfirmasi. Apa kamu tidak keberatan memasuki kelas Carlisle?"
"Y-Ya! Aku ingin bergabung dengan kelas Carlisle. Jadi....apa yang harus saya lakukan mulai sekarang?"
"Benar juga. Ada banyak hal berbeda yang harus diurus, menyerupai problem dokumen resmi. Tapi pertama-tama, ada suatu pekerjaan yang harus dilakukan"
Ketika Magna-sensei mengalihkan pandangannya ke samping, semua anggota kelas Carlisle turun dari bangku penonton dan mulai membuat keributan.
"Sungguh hebat, Sirius-kun! Kau menggunakan petugasmu dengan baik, dinding pelindung itu juga menakjubkan sampai-sampai bisa menahan serangan {Flame Lance}! Pertandingan itu menjadi materi pembelajaran yang bagus!"
"Aku tak pernah berpikir bisa menang dengan perbedaan kekuatan semacam itu!"
"""Seperti yang diharapkan dari Aniki dan Oya-bun!!!"""
Teman-teman sekelas memuji kami satu per satu, namun Magna-sensei mengumpulkan perhatian dengan bertepuk tangan.
"Baiklah, semuanya! Aku akan mengenalkan siswa gres yang memasuki kelas Carlisle mulai hari ini! Makara Reese-kun, silakan"
Magna-sensei mendorong punggungnya dengan lembut, membuat gadis ini berdiri di hadapan sobat sekelasnya yang baru. Dia sempat gundah oleh undangan pengenalan diri yang tiba-tiba dan melihat kami. Hanya saja, kepalanya kemudian mengangguk seakan memberi tanda bahwa ia tidak apa-apa, gadis itupun menetapkan dan menarik napas.
"Se-Senang bertemu kalian semua. Namaku Reese, saya masuk kelas ini alasannya yaitu 'Trade'. Atributku yaitu air dan saya cukup terpelajar dengan sihir penyembuhan. Jadi....salam kenal dan mohon bantuannya!!"
Setelah itu, dirinya disambut oleh tepuk tangan sobat sekelas, siswa barupun telah ditambahkan ke kelas kami.
☆☆☆☆
Seusai sekolah, saya dipanggil oleh Vile-Sensei untuk tiba sendirian ke ruangan Magna-sensei.
Ngomong-ngomong, Reese dan kedua bersaudara sedang berbelanja untuk pesta perayaan, saya memberitahu mereka bahwa saya akan eksklusif pergi ke Pondok Berlian segera sehabis urusan disini selesai.
"Sudah tiba ya. Silahkan, jangan sungkan dan duduklah"
Ketika duduk di sofa, saya memikirkan berapa kali diriku telah tiba ke sini hanya dalam jangka beberapa hari. Dengan cekatan, Magna-sensei menyeduhkan teh hitam. Meski sudah usang memikirkan hal ini, kemampuan Magna-sensei sebagai seorang petugas cukuplah tinggi.
"Jadi, untuk apa saya dipanggil ke sini? Apa menang melawan darah biru menjadikan suatu masalah?"
"Itu juga bab dari diskusi. Aku ingin kita membahas wacana hasil 'Trade' kemarin"
"Hanya saya yang merupakan satu-satunya siswa disini, apa boleh membicarakan itu?"
"Aku tidak menganggap dirimu hanya sekedar siswa. Gagasan dan tindakanmu begitu luar biasa....tidak, saya akan mengatakannya dengan terang sekarang. Mengawasi Sirius-kun itu sungguh menyenangkan. Jadi, saya akan memberimu informasi alasannya yaitu saya ingin kamu untuk menjadi asistenku. Apa ada hal yang tidak memuaskan wacana ini?"
"Tidak, saya mengerti kalau Anda senang mengawasiku, namun tahan itu pada tingkat yang masuk akal. Aku akan terbantu kalau Anda mau memberiku informasi. Jadi, tolong"
Aku tak sanggup memahami perasaan seorang elf yang hidup lebih dari empat ratus tahun, namun setidaknya saya paham kalau ia seorang elf serius yang tidak mengabaikan perjuangan dan masih terus berlatih sambil mendidik para siswa. Mungkin akan merepotkan untuk didukung oleh individu yang hebat menyerupai ini, tapi tidak akan ada orang selayak dirinya untuk memperoleh informasi. Awalnya saya berhati-hati, tapi kini saya agak berhutang budi alasannya yaitu problem Reese dan menjadi sedikit percaya padanya.
"Baiklah. Pertama yaitu wacana Reese-kun, kepindahannya ke kelas Carlisle telah selesai dengan lancar. Karena sudah ditetapkan dalam dokumen resmi, Gregory-sensei takkan bisa menyampaikan apapun lagi"
Seperti yang bisa diduga, saya agak terganggu kalau ada keluhan yang timbul dari hasil Trade. Dalam kasus terburuk, saya berpikir untuk bergerak dibelakang layar, tapi tampaknya problem Reese akan berakhir baik.
"Nah....masalahnya yaitu kabar wacana kamu yang mengalahkan seorang bangsawan, Alstro-kun. Aku mengenalnya semenjak dirinya lahir, ia memang suka menindas yang lemah"
"Itu kecenderungan yang jelek sebagai bangsawan, kan?"
"Tak diragukan lagi. Dia sendiri dibesarkan dengan pemikiran bahwa dirinya yaitu eksistensi khusus, seorang Double. Sikap arogannya terlalu menonjol, namun menyerupai yang di harapkan, ia tidak sepintar ayahnya"
Ayah Alstro yaitu seorang darah biru populer di Elysion, bertipikal seorang prajurit militer yang enerjik. Sepertinya ia terlalu memanjakan anaknya, kalau ia mendengar wacana pembicaraan hari ini, orang itu niscaya akan murka.
"Memakai armor baja sekaligus dilengkapi dengan pedang kayu yang mempunyai batang besi di dalamnya. Bahkan kalau ada perbedaan jumlah, anak itu tetap kalah alasannya yaitu kekeringan Mana tanpa bisa melanjutkan pertarungan. Dia akan senang menindas seseorang menyerupai dirimu yang merupakan Tak Berwarna, sayangnya insiden yang muncul malah berbanding terbalik dengan apa yang ia kira"
Untuk meringkasnya dalam satu kata, ia hanyalah seorang idiot.
"Selain sebagai bangsawan, kecurangan itu sudah tidak bisa ditolerir. Karena hanya terjadi di sekolah, ini takkan kuat pada keluarga dirumahnya. Tapi ia sudah tidak boleh untuk bertingkah seakan dirinya yaitu tokoh hebat di Akademi"
"Akan kah muncul suatu hukuman?"
"Apa saya perlu melakukannya alasannya yaitu diingatkan oleh si korban dari insiden ini?"
"Tidak, saya menolaknya, itu menyusahkan. Tak problem selama tidak melibatkan kami lebih jauh lagi"
"Kupikir kamu akan bilang begitu. Oleh karenanya, saya sendirilah yang akan menghentikan Alstro-kun kalau terjadi sesuatu"
Saat Alstro terbangun di sore hari, ia eksklusif dipanggil ke kamar kepala sekolah dan tampaknya diinterogasi. Dirinya agak membisu akhir kelelahan yang masih ada sehabis Trade, namun tampaknya ia masih menyimpan kemarahan terhadapku di dalam pikirannya.
Kepala sekolah yang mulai terlibat dengan kelas Carlisle ingin melaporkan termasuk kecurangan hari ini ke keluarganya. Dan itu efektif, membuat Alstro berkata bahwa dirinya akan menjadi lebih sampaumur asalkan hal itu tidak hingga bocor ke ayahnya.
"Akan muncul aneka macam dongeng seiring bertambahnya umur. Aku bisa saja eksklusif protes ke ayahnya. Lihat, saya bahkan punya komitmen tertulis disini"
Vile-sensei kemudian menyerahkan sebuah perkamen, dan menyuruhku membacanya. Kalimat panjang disertai tanda tangan Alstro tertera disana. Setiap kata yang tertulis disini seolah menggambarkan penyesalan anak itu. Ngomong-ngomong, ia menyusun kalimatnya dengan anggun hingga gampang untuk dimengerti.
{Saya, Alstore Elmeroy, bersumpah untuk tidak terlibat dengan kelas Carlisle mulai dari sekarang.
Selanjutnya, kalau saya melanggar sumpah, saya akan mengakui semua hal kepada ayah saya, Lord Elmeroy, dan bersedia mendapatkan eksekusi apapun. Bahkan kalau harus dikeluarkan dari sekolah.
'Alstro Elmeroy'}
"....Apa Anda yang membuat sumpah tertulis ini?"
"Jika tidak menerapkan ini, niat untuk membalas dendam mungkin akan muncul. Dia menuai apa yang dirinya tabur, dan tampaknya ini menjadi obat yang manjur untuk sifatnya itu"
Nah, perkataan kepala sekolah ada benarnya juga. Dia mengenal Alstro lebih baik dariku. Karena telah ada perjanjian untuk tidak terlibat lebih jauh, bisa dikatakan bahwa kami sudah diselamatkan.
"Hukuman memang hanya hingga di sini, tapi sejujurnya masih ada problem yang lebih mendasar"
"Ada lagi?"
"Ya....Sebenarnya, tindakan Alstro-kun kali ini alasannya yaitu imbas jelek dari seseorang"
"....Gregory-sensei?"
"Seperti yang bisa diduga, itu benar"
Ketika Alstro hampir kehilangan kesadaran disaat melepas {Flame Lance}, Gregory dengan terang berkata untuk mengalahkan kami tanpa peduli risikonya untuk para siswa. Karena insiden itu, mata orang-orang yang menatapku kini agak berubah ragu meski tahu bahwa diriku Tak Berwarna.
"Awalnya, ia membuat peraturan yang menguntungkan para bangsawan. Ketika hari untuk kontes tiba, Alstro-kun sadar bahwa terdapat perbedaan jumlah. Sebenarnya, alasannya yaitu harga diri bangsawan, ia memang ingin bertanding secara adil. Namun, hasutan Gregory malah membuat ini terjadi"
Yang kutahu adalah, anak itu suka menindas orang-orang lemah. Kupikir ia akan merasa luar bisa ketika merendahkan yang lain.
"Gregory juga berbohong, memberitahu bahwa tim Sirius akan menggunakan armor besi yang kuat untuk Trade. Dia kemudian menyiapkan pedang kayu yang telah dimodifikasi dan mempekerjakan tentara bayaran berarmor badan penuh"
Lawanpun membawa peralatan anggun ketika mendengar bahwa kami menggunakan armor besi. Sampai disini saja sudah terang kalau Gregory lah dalangnya. Aku jadi berpikir bahwa Alstro tidak seburuk itu.
"Lagipula, alasannya yaitu para petugasnya mendapatkan apapun keputusan Alstro, mereka juga akan menanggung eksekusi yang sama akhir bertanding dengan cara menyerupai itu. Janji tertulis ini merupakan tindakan yang tepat"
Bagaimanapun, Alstro memang orang idiot.
"Ini bisa dimengerti. Jadi....bagaimana dengan Gregory-sensei?"
"....Maaf. Dia orang yang terpelajar menyembunyikan bukti. Tanpa suatu bukti penting, dirinya tidak bisa dihukum"
Menurut ceritanya, perbedaan dalam peraturan diizinkan alasannya yaitu dokumen yang tidak memadai. Mereka tak tahu pedang-pedang kayu itu telah dimodifikasi alasannya yaitu diambil dari gudang. Sedangkan wacana si tentara bayaran, ia mempekerjakan orang ini dari serikat petualang dengan alasan untuk melindungi putra penting keluarga bangsawan. Aku kemudian mulai membayangkan sosok si tentara bayaran yang sebenarnya yaitu kurcaci. Dia ingin meminta maaf sehabis menyadari situasi sesungguhnya dan mengintrospeksi diri. Orang ini sangat serius ya.
Pada akhirnya, bujukan dan kebohongan yang ia sampaikan pada Alstro hanyalah kata-kata dan tak sanggup dianggap sebagai bukti. Itulah alasan ia tidak bisa dihukum.
"....Kenapa orang itu menganggapku sebagai musuh?"
"Entahlah. Membenci ras binatang merupakan sifat umum untuk bangsawan, tapi ia belum pernah berbicara hal yang berafiliasi dengan Tak berwarna. Apa kamu ingin berbincang dengannya?"
"Tidak juga"
"Ya. Bisa ditebak"
Vile-sensei dan saya saling melihat wajah masing-masing dan tertawa. Tunggu dulu, apa boleh baginya untuk bersikap menyerupai itu meski yaitu seorang berpangkat tinggi di sekolah?
"Karena situasi menjadi menyerupai ini, kami menetapkan untuk meningkatkan kewaspadaan. Mulai sekarang, saya juga akan memantaunya. Tapi tetap saja, kalau ada sesuatu yang terjadi, tolong segera beritahukan padaku. Aku yang akan mengurusnya kalau orang itu mengganggu Sirius-kun"
"Kalau begitu, mohon bantuannya"
"Yah, apapun yang mau kamu lakukan....kau bebas melakukannya. Aku akan mengizinkan itu"
"Bebas....ya?"
"Ya, bebas"
Sekali lagi, kami tertawa. Kali ini, dengan senyuman jahat.
"....Aku merasa mungkin telah memusuhi orang yang mengerikan"
Tidak ada yang membalas gumaman yang berasal dari Magna-sensei.
☆☆☆☆
"Kalau begitu, untuk merayakan kepindahan Reese ke dalam kelas Carlisle...."
"""Bersulanggg!!!"""
Pada malam hari, bertempat di Pondok Berlian.
Kami mengadakan pesta kecil untuk merayakan kemenangan di kontes Trade. Anggotanya yaitu aku, kedua bersaudara, dan tentu saja Reese. Kami menikmati aneka macam hidangan yang tersaji di atas meja.
"Aniki, bukannya daging ini masih mentah?"
"Hidangan ini disebut Roast Beef. Dari warnanya memang terlihat agak mentah, tapi ini sudah matang alasannya yaitu di bakar di atas asap api"
"Sangat lezat! Boleh saya mengambilnya lagi?"
"Jangan ragu dan makanlah. Ini juga sebagai bentuk penghargaan untuk Reus. Kau sudah melaksanakan yang terbaik!"
"Horeee!! Aniki memujiku!!!"
Kegembiraan Reus mencapai puncak. Sebaliknya, ekspresi Emilia terlihat tidak bagus.
"Aku juga....ingin bertarung"
Itu benar, walaupun ternyata petugas tidak dihitung sebagai peserta, pertempuran berakhir bahkan tanpa mengikutsertakan Emilia. Gadis ini menyadarinya sehabis bersulang dan berkembang menjadi kesal. Sekarang ia mengembungkan pipi, tampak tidak puas sambil memakan Roast Beef-nya.
"Maaf, Emilia. Aku masih ingin kamu menjadi rahasia di kelompok kita, saya tidak menginginkan tindakan selain sihir untuk bocor"
"Meski begitu....aku tetap ingin bersamamu"
Aku tidak mengikutsertakan Emilia alasannya yaitu ingin menyembunyikan hal hebat, tapi tampaknya perjuangan ini tidak berarti lagi alasannya yaitu kemampuan fisiknya terlihat ketika ia bisa melompat tinggi dari daerah duduk penonton ke depan kami. Ah sudahlah, apa yang mungkin terjadi kalau itu terungkap? Bahkan kalau hingga terlibat dengan orang-orang yang aneh, saya sudah mendapat izin dari kepala sekolah untuk menolak mereka. Jika dilakukan dengan benar, seharusnya akan baik-baik saja.
Tapi, walaupun saya sudah membelai kepalanya dari tadi, suasana hatinya masihlah tidak berubah. Tak ada pilihan lain, saya memang harus menggunakan cara itu, ya kan?
"Emilia, menurutmu apa ini?"
"Itu....sisir. Mungkinkah?!"
"Tepat sekali. Baiklah, arahkan kesini ekormu"
"Ya!!"
Ekspresi tak puas beberapa ketika yang kemudian mendadak lenyap begitu saja. Diapun dengan senang hati mengulurkan ekornya. Menaruh ekor lebat ini di pahaku, saya menyisirnya dengan lembut.
"Fufu....ufufu....ufufufu...."
Bagi ras binatang, ekor merupakan hal yang penting. Mereka hanya akan membiarkan orang-orang yang dipercaya dari lubuk hati untuk menyentuhnya. Apa yang kulakukan ini merupakan ungkapan kasih sayang yang biasanya dilakukan oleh keluarga atau kekasih. Berkat tindakan perawatan ini, suasana hati Emilia pulih.
Ini bukanlah sesuatu yang boleh dilakukan ketika makan, tapi yah, saya memang tidak sedang bertindak untuk dicontoh.
"Enaknya....Nee-chan"
"Lain kali yaitu giliranmu"
Meski hanya berlangsung beberapa menit, sehabis selesai, Emilia membelai ekornya dengan gembira.
"Bahagianya diriku...."
Ketika melihat gadis yang seakan bisa terbang alasannya yaitu rasa suka cita menyerupai ini, tiba-tiba tatapanku bertemu Reese yang berada di samping. Tadi ia masih tertawa, tapi kini malah terlihat aneh. Sepertinya ia sedang mencoba menetapkan sesuatu....penampilannya dipenuhi tekad.
"Emm....Sirius-kun"
"Ada apa? Makanannya tidak sesuai dengan seleramu?"
"Hal semacam itu tidaklah mungkin! Roast Beef ini sungguh lezat!"
Sesuai dengan apa yang dikatakannya, ia memakan daging itu dengan cepat. Dia kemudian menggelengkan kepala sambil bergumam 'Bukan begitu'.
"Dagingnya sangat yummy tapi bukan wacana itu. Sebenarnya....ada sesuatu yang ingin kutanyakan"
"Kenapa kamu takut-takut begitu?"
Reese menyesuaikan postur badan dan memfokuskan perhatian ke arah kedua bersaudara. Setelah ia melaksanakan kontak mata sekali dengan Emilia, ia membulatkan pilihannya dan membuka mulut.
"Aku....ingin menjadi muridmu!"
"Ha?"
Apa yang tiba-tiba ia katakan? Ketika menengok sekeliling, kedua saudara mengangguk puas. Apa? Apa mereka sudah tahu?
"Boleh saya mendengar alasannya?"
"Iya. Aku mendaftarkan diri ke Akademi alasannya yaitu ayahku memintanya, tapi saya masih belum punya tujuan. Melewati waktu sambil berlatih sihir dan merahasiakan kemampuanku melihat roh....aku kemudian menetapkan ini sehabis menyaksikan Sirius-kun dan Reus-kun hari ini. Aku telah dibantu oleh setiap orang, jadi saya juga ingin membantu orang lain....itulah yang kupikirkan"
Bagaikan kata-kata yang akan diungkapkan oleh seorang pahlawan, tatapannya yang tajam terkonsentrasi padaku.
"Tapi, saya lemah. Tanpa tahu sedikitpun bagaimana memperlakukan roh dengan baik, saya juga hanya terpelajar dalam sihir pemulihan. Karena itulah, saya ingin menjadi kuat. Bukan untuk bersembunyi di balik punggung, melainkan berbaris disamping kalian, saling bahu-membahu"
Sampai ucapannya selesai, ia masih menatapku seolah berdoa. Kamipun saling melihat, matanya terkesan serius tanpa mengalihkan pandangan. Ini bukan lelucon....kan?
"....Latihanku sangatlah ketat. Bahkan Reus hanya merengek pada awalnya"
"Hentikan itu, Aniki!"
"Aku telah mendengar dari Emilia wacana beratnya latihan darimu. Aku tidak yakin kapan bisa menyusul semua orang, tapi saya akan berusaha keras! Karena itulah, tolong terimalah diriku!!"
Kuharap kepalanya tak hingga terbentur di atas meja alasannya yaitu membungkuk terlalu berlebihan. Kedua bersaudara menatap Reese dengan cemas, pandangan mereka kemudian berbalik ke arahku. Apa-apaan dengan mata menyerupai anak anjing yang ditinggalkan itu? Khawatir hingga sejauh ini....kalian benar-benar sudah akrab dengannya, ya.
"Aku mungkin saja akan memanfaatkan kemampuan melihat roh milikmu, kamu tahu?"
"Tidak apa-apa kalau Sirius-kun yang melakukannya. Bahkan kalau harus dimanfaatkan, saya yakin itu bukan hal yang buruk"
Itu sudah buruk. Aku memang tidak punya niat untuk memanfaatkannya tapi, kira-kira apa yang bisa ia lakukan? Sihir air diperkuat alasannya yaitu adanya roh air, hal menyerupai membuat tsunami mungkin bisa---....ehh, tidak tidak. Cara berpikirku sudah mulai mengarah semoga mendapatkan gadis ini.
"....Baiklah. Aku menerimamu untuk menjadi siswaku"
"Benarkah?!"
"Ya. Namun, ini akan sangat sulit. Jadi, persiapkanlah dirimu"
"Aku akan berusaha yang terbaik! Tolong bimbing saya dari sekarang, Sirius-san!"
Sirius....san?
"Kenapa memanggilku dengan '-san'?
"Karena saya telah menjadi siswamu, kamu menyerupai senior untukku. Aku merasa ingin memanggilmu secara berbeda*"
[Ada kalimat yg terpotong dari RAW di obrolan ini pada versi english. Aku juga kebingungan ketika menerjemahkannya. Karena kupikir itu mungkin tidaklah penting, saya juga tidak menyertakannya]
"Tidak juga, saya lebih muda darimu. Bukannya kamu berumur sembilan tahun?"
"Itu memang benar. Tapi posisiku kini yaitu orang yang diajari. Jangan ragu untuk menganggapku begitu, Sirius-san!"
Yah....aku tidak mengerti, tapi apa ini boleh?
Ada sedikit keraguan yang masih tersisa, namun yang terpenting siswaku telah bertambah satu orang.
Namanya Reese.
Seorang gadis baik hati yang disukai oleh roh air.
Aku berencana membuatkan dirinya hingga ia cukup kuat setidaknya untuk melindungi diri sendiri, walaupun bahkan kalau kemampuan melihat rohnya ketahuan.
Sambil mengamatinya yang bangga bersama kedua bersaudara dan saling berpelukan, saya memikirkan planning latihan yang cocok untuknya.
Karena ia hebat dalam sihir daripada kekuatan fisik, saya harus membuat suatu metode khusus. Gawat, saya jadi bersemangat ketika memikirkan ini.
Sudah sekitar setengah bulan semenjak berada di dunia luar, hidup kami masihlah akan berlanjut dengan baik.
☆☆☆☆
Selanjutnya, hingga tiba di asrama, Emilia terus memegangi ekornya tanpa mau melepaskannya. Dia sempat memberi tahuku dengan suasana hati berbunga-bunga, 'Aku takkan pernah mencuci ekor ini lagi'.
"Emm, Sirius-sama. Maukah kamu sekali lagi menyisir ekorku?"
"Boleh saja, tapi kamu harus mandi dulu dan membasuhnya"
"Tiidaakk!!"
"Bukannya ini hanya percakapan biasa!"
Emilia....kau mau pergi kemana?
☆☆☆Chapter 31 berakhir disini☆☆☆
>Catatan Penulis : Agak lebih pendek dari biasanya, tapi inilah tamat dari Arc 5.
Update berikutnya mungkin berlangsung tiga hari dari sekarang.
>Catatan Penerjemah : Ingat!! Kata2 Update tepat diatas itu hanyalah pesan dari penulisnya yg ikut kuterjemahkan. XD ....Jadi....Kita sudah beralih ke Arc 6
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/