World Teacher Chap 50 B. Indonesia
Chapter 50 Berakhirnya Revolusi Pendek dan Bodoh
Diterjemahkan oleh
☆Sirius☆
"....Kalian telah menjadi lebih berpengaruh ya"
Aku menyaksikan usaha murid-murid dari jauh dengan alat yang ibarat teleskop, dan berpikir kalau itu ialah pertarungan yang bagus.
Sayangnya, Reus terlalu naif di final pertarungannya. Si prajurit bayaran itu....memang andal beliau bisa mengalahkan Dominique. Hanya saja, begitu selesai menghempaskannya, beliau eksklusif pergi untuk mendukung yang lain tanpa memastikan kondisi musuh. Aku sudah terlanjur senang, mungkin salah kalau terburu-buru memujinya. Yah....tapi saya takkan mengeluh lantaran setidaknya beliau berhasil.
Pada akhirnya, bukan hanya Dominique, tapi orang penting yang mempunyai otoritas atas kerah budak juga telah lolos. Terlepas dari itu, pihak Rodwell bisa dibilang telah melaksanakan kesalahan fatal.
Namun, kamu masih muda dan belum mempunyai banyak pengalaman*. Kegagalan yang kini itu wajar, lebih baik kamu mempelajarinya dan jadilah lebih kuat.
[Yg dimaksud disini Reus]
Untuk membersihkan sisa kekacauan....adalah tugasku.
☆☆☆
"Kemana kamu pikir akan pergi?"
Aku terbang di langit untuk mengejar kemudian berdiri di depan Gregory dan Dominique sambil mengeluarkan niat membunuh.
Saat saya meningkatkan sedikit niat membunuh, Dominique eksklusif menyingkirkan laki-laki yang beliau bawa kemudian bergeser ke perilaku bertarung sambil menghunus pedangnya. Reaksi yang cepat menandakan bahwa prajurit bayaran ini telah berada dalam banyak situasi hidup dan mati. Sebaliknya, Gregory sudah tertelan oleh niat membunuhku, tak mengucap mantra dan hanya tercengang disana.
"Kau....siapa?"
"Canis Major*....kalian sebut saja begitu"
[Salah satu rasi bintang. Mungkin saya lupa menyebutnya tapi nama Sirius berasal dari sebuah bintang paling terang yang juga mendiami rasi ini]
"Ooh Canis? Aku belum pernah mendengar nama itu"
Ini memang pertama kalinya saya menggunakan nama tersebut, masuk akal saja kalau tak ada yang tahu. Ketika saya bersiap dengan mengambil pisau Mithril dari balik pakaian di dada, saya sadar kalau Dominique tidak hanya mengulur waktu, beliau berbalik dan memukul Gregory untuk menyadarkannya.
"Oi danna! Berapa usang lagi kamu akan berdiri di sana?"
"Haa?! Apa-apaan dia?! Meski penampilannya aneh, kenapa bisa ada niat membunuh setingkat ini?!"
"Mana kutahu! Tapi, naluriku memberitahu bahwa beliau monster! Kita akan terbunuh kalau ceroboh!"
Akhirnya begitu memahami situasi, Gregory eksklusif masuk ke posisi tempur, sedangkan Dominique menyerangku dengan greatsword di tangan. Walau harusnya dipegang oleh dua tangan, Dominique mengayunkannya dengan cepat seperti memegang ranting menggunakan satu tangan.
Pedangnya mungkin bisa mendorong Reus, tapi itu tidak berarti apa-apa kalau dibandingkan dengan Lior. Aku mencicipi bahaya, menghindar dengan melompat mundur jauh ketika bilahnya berayun turun dari atas, Dominique kemudian menatapku sambil mengeratkan genggamannya dan terlihat berpikir.
"Cih, barusan ialah serangan peremuk tulang. Tapi kamu bahkan tidak tergores, apa yang terjadi?"
"Tidak buruk, namun secara keseluruhan berantakan. Manfaatkanlah tipuan dan trik, ayunan pedangmu barusan terlalu kasar"
"Terima kasih atas sarannya. Tapi kalau bisa, maukah kamu membiarkan kami pergi? Kita tak perlu bertarung begini"
Rahasia bertahan hidup ialah bisa mengukur kemampuan lawan, Dominique mungkin telah menyadari kekuatanku yang bekerjsama walaupun cuma bertarung sebentar. Dia mengangkat tangan tanda mengalah sesudah melempar pedangnya, Gregory yang melihat ini mulai marah.
"Apa yang kamu lakukan, keparat?! Kalahkan saja beliau dengan cepat!"
"Diam, bangsawan! Lebih baik ditangkap daripada menghadapi monster ini!"
"Ugh....sepertinya tak ada jalan lain. Oi, kamu yang di sana. Apa kamu yakin tidak ingin membiarkan kami pergi? Jika emas, saya bisa memberimu banyak, bagaimana?"
"Tidak perlu. Sayang sekali, tapi kalian tak boleh pergi kemanapun"
Gregory dari awal memang dilarang lolos, sedangkan Dominique tak bisa dibiarkan pergi lantaran merupakan pemimpin kelompok prajurit bayaran yang bekerja untuk bawah tanah, beliau bisa saja menciptakan lebih banyak persoalan di masa depan. Lagipula, saya berencana membuatnya membayar atas luka Reus dalam pertarungan sebelumnya.
"Bagaimanapun, tolonglah. Kami sudah tidak tertarik lagi pada revolusi ini dan melupakan semua yang terjadi. Benar, kalau koin emas saja tidak cukup, ada juga koin emas putih. Pria yang terbaring disana mempunyai cukup banyak, kamu tahu. Dengan begitu kamu bisa menikmati hidup tanpa harus bekerja!"
"Kau banyak bicara ya, jangan pikir skemamu itu berhasil. Mencoba membuatku tetap fokus padamu semoga yang lain bisa lancar mengucapkan mantra, mungkin?"
Disaat saya beralih ke Gregory yang sedang melantunkan mantra, Dominique menjentikkan pengecap dengan kesal lantaran rencananya ketahuan. Dia kemudian mengambil pedangnya lagi dan menebas padaku.
"Cih! Sungguh musuh yang merepotkan"
"Kaupun sama, menggunakan trik licik"
Setelah membelokkan jalur tebasan, saya melangkah ke dekat dada Dominique untuk meraih lengan laki-laki itu dan membanting tubuhnya. Namun, meski kepala sudah membentur tanah, beliau bangun kembali ibarat pegas sambil mengayunkan pedang.
"Padahal saya sudah sedikit serius, tapi tampaknya belum cukup untuk membuatmu pingsan ya?"
"Tentu saja! Benda ini membuatku terus berada di kondisi prima, berapa kalipun kamu melakukannya, saya takkan pingsan!"
"Pil Peningkat Kehidupan....ya? Kau ternyata menggunakan hal yang menjijikan"
Meskipun hidupnya sudah hampir berakhir, obat itulah yang merenggut nyawa ibu.
Tak peduli seberapa banyak usahaku untuk menekan imbas samping obat tersebut, beliau tidak bisa bertahan lebih dari sehari sesudah mengonsumsinya.
Tapi berkat itu, kami bisa memperoleh satu hari senang bersama ibu, kini perasaanku jadi rumit.
Gregory menyerang dengan sihir sementara Dominique mengalihkan perhatian. Itu metode yang cantik dalam pertarungan dua lawan satu, tapi kekurangannya ialah rekanmu terkadang ceroboh.
"Wahai api, bentuklah tombak {Flame---}....apa?!"
Di momen Gregory mengaktifkan {Flame Lance}, api berkumpul di udara....tapi saya membatalkannya dengan melempar {Flame Lance} milikku. Ketika Emilia melaksanakan hal yang sama sihirnya akan meledak, perbedaannya ialah saya melakukannya sebelum sihir musuh terbentuk tepat dan hanya akan menyebar jadi api-api kecil ketika tertabrak.
Gregory menekan kapasitas mana-nya dengan melempar beberapa sihir sekaligus, namun melaksanakan itu malah akan menciptakan pembentukannya jadi lebih lambat dan gampang diganggu. Jika beliau Rodwell, sebelum mempunyai kesempatan untuk membatalkan mantra, saya harus menghindar di udara.
"Lebih berusahalah untuk membantu, danna!"
"Diam!! Wahai api, bentuklah tombak, {Flame---}....?!"
Aku menembak {Magnum} pada sihir Gregory sambil menangkis tebasan yang datang. Dominique mengambil sesuatu dari kantong di dada dan memakannya, sebelum beliau menyemburkan hal itu, saya menahan rahangnya dan menciptakan beliau meludah ke samping. Aku tidak tahu apa itu, tapi takkan persoalan kalau tidak keluar.
"Kuh! Dia bahkan menyadari ini?!"
"Wahai perwujudan bumi, jadilah kekuatan dan lindungi saya {Rock Golem}!"
Dominique kemudian mundur, menusukkan pedang ke tanah dan melempar tiga pisau kecil. Di ketika yang sama, Gregory memanggil banyak golem untuk menyerang. Aku dengan cepat menyingkirkannya menggunakan {Magnum} sesudah menemukan deretan sihir mereka berkat {Search}.
Ketika berfokus pada pisau yang mendekat, saya sadar bahwa semuanya dilapisi dengan sesuatu. Menghindari dua dengan gerakan minimal, saya menangkap pegangan pisau terakhir dan melemparkannya kembali ke Dominique.
"Haah?! Penglihatan macam apa yang kamu miliki?!"
"Wahai api, bentuklah tombak {Flame---}"
Aku melenyapkan sihir {Flame Lance} Gregory, sedangkan Dominique menangkis belati yang saya lempar ke arahnya dengan ujung pedang kemudian menyemburkan mana stone kecil lagi dari mulut. Di dalamnya ada deretan sihir api, tapi lantaran terburu-buru disemburkan, ada jeda waktu hingga sihir itu aktif. Aku menggunakan {String} untuk menepis semua Mana stone, sihirpun meledak di kejauhan. Setelah membelokkan tebasan pedang dan laju pisau Dominique, saya kemudian memukulnya di perut dengan lututku.
Sayangnya, Pil Peningkat Kehidupan telah meniadakan rasa sakit, itu bahkan tidak membuatnya takut. Dia terus menebas tanpa cemas, akupun melompat mundur sekali.
"Oi, ini juga tidak berhasil!"
"---lindungi aku, {Rock Golem}"
Meski ada tiga golem, saya hanya menghancurkan mereka dengan satu tangan menggunakan {Magnum}. Semua menjadi tidak berarti ketika {Multi Task} aktif.
"Mustahil!! Bagaimana beliau bisa melakukannya dengan enteng?!"
Bahkan kalau ditanyai begitu, kaulah yang ndeso lantaran menggunakan sihir yang gampang dilenyapkan. Seharusnya kamu berguru dari pertarungan melawan Emilia, tapi harga diri ningrat itu menghalangi hingga pada akhirnya akan menimbulkan kejatuhanmu.
Begitulah cara pertarungan berlanjut. Aku terus menghindari serangan Dominique sambil menghancurkan sihir apa pun yang dicoba oleh Gregory. Mereka tampak semakin frustrasi lantaran tak bisa melukaiku meski telah bekerja sama.
"Ini tidak bagus, kita tidak bisa begini terus...."
"Haa....haa....Pria bau tanah itu akan menyusul kalau kita di sini terlalu lama. Lakukan sesuatu, prajurit bayaran!!"
"Keh, itu lebih gampang di ucap daripada dilakukan!"
Bahkan ketika terengah-engah dari kelelahan mana, Gregory masih angkuh ibarat biasa. Dominique tertawa sambil terlihat jengkel, mungkin sudah terbiasa dengan rekan ningrat semacam ini. Menancapkan pedangnya lagi ke tanah, beliau kemudian menunjukku.
"Tak ada waktu lagi, ayo kita selesaikan dengan serangan berikutnya"
"Jika kamu mempunyai suatu trik, keluarkan saja. Ini bukan waktunya untuk menahan diri, kan?"
"Benar sekali, saya jadi harus menghemat alat-alat mahal lantaran pertarungan tadi, selain itu rekan-rekanku telah kalah. Dengan begini, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membunuhmu"
"Apa yang kamu katakan, bajingan?! Makara kamu berpura-pura hingga sekarang?!"
"Tidak ibarat bangsawan, saya ini prajurit bayaran, kamu tahu? Selama bisa bertahan hidup, itu sudah cukup"
Benar-benar ucapan khas seorang prajurit bayaran, saya sangat paham lantaran diriku di kehidupan sebelumnya berada di jalan yang sama. Namun, akan ndeso kalau beliau menahan untuk tidak mengeluarkan kartu truf nya di situasi darurat ibarat ini.
"Ini dia!! Segenap kekuatanku!!!"
Pertama, Dominique melempar watu sihir ke ke sisi kanan dan kiriku, kemudian melempar pedang yang tadi tertancap di tanah eksklusif kesini. Tujuan dari Mana stone ialah semoga saya tidak bisa menghindari pedang yang datang, ada sesuatu yang hitam memanjang dari serpihan bawah pedang dan berujung ke tangan Dominique. Apa itu....rantai? Kukira hanya greatsword biasa, tapi mungkin orang ini terlatih dalam gaya bertarung khusus.
"Jika kamu pikir bisa menghindarinya, maka hindari itu!!"
Sambil meneriakkan kata-kata tersebut Dominique menarik rantainya untuk menciptakan pedang itu kembali ke arahku. Dia kemudian menyerang di ketika yang sama dengan sebilah pisau yang lebih kecil dan bisa terlihat menyambung ke pegangan rantai. Singkatnya, saya diapit dari depan dan belakang.
Aku ingin menghindar ke samping, tapi kalau dua Mana stone ini sama dengan yang sebelumnya, maka saya mungkin terjebak dalam ledakan. Meski hanya menggunakan satu lengan, beliau cukup berbakat hingga bisa membatasi gerakanku.
Hanya saja, saya telah melawan musuh yang lebih lihai di kehidupan sebelumnya.
Dibanding ketika itu, serangan ini dipenuhi oleh celah. Tentunya musuh sudah mengambil penanggulangan terhadap penghindaran, tapi saya ialah orang yang bisa bertarung dengan cara diluar standar. Aku bisa saja memainkan Mana stone menggunakan {String} dan membelokkan lintasannya pada musuh atau melarikan diri ke langit menggunakan {Air Step}. Tapi saya akan menantangnya eksklusif dari depan. Untuk menghancurkan kepercayaan dirinya hingga berkeping-keping.
Pertama, saya mengarahkan kedua tangan ke kiri dan kanan, menggunakan {Magnum} untuk menghancurkan Mana stone di kedua sisi. Kemudian melompati pedang yang tiba dari belakang, mendarat di sisi bilah dan menendangnya ke tanah.
"Dasar monster!!!"
Terakhir, saya menghindari bacokan Dominique, menyerang pergelangan tangannya dengan mengiris ke atas menggunakan pisau mithril ketika kami berpapasan.
Lalu....tangan Dominique yang tersisapun jatuh ke tanah. Disaat menoleh kebelakang, mataku bertemu dengan seorang pecundang yang tampak pasrah.
"Begitu ya, kamu ialah 'Aniki' yang dimaksud olehnya. Bocah ras hewan itu tidak berbohong kalau kamu yang terkuat"
"Kau juga terlatih untuk menyerang dalam banyak sekali cara, dan kupikir itu hebat"
"Apa? Ini hanyalah trik murahan"
"Terlepas dari metode, masuk akal saja mengeluarkan semua yang dimiliki untuk menang. Asumsimu pada orang yang berpengaruh terlalu murah hati*"
[Intinya, Sirius bilang Dominique terlalu naif]
"Aku belum pernah bertemu monster sepertimu. Ahh....Aku kalah telak. Maaf ya, tapi maukah kamu menghentikan serangan di sini? Aku ingin mati sebelum mencicipi konsekuensi dari Pil Peningkat Kehidupan"
"Tak masalah. Memang sulit bunuh diri kalau tanpa tangan"
Aku mendekati Dominique dan bersiap menikam pisau ke tenggorokannya, hanya saja ketika beliau mulai tertawa....---
"Terima kasih....gah?!"
---Aku memukul dagu Dominique dengan telapak tanganku, dan memaksa mulutnya tertutup.
Setelah api menyembur keluar dari mata dan hidung, diapun terjatuh ke tanah.
"Seperti yang saya katakan, asumsimu terlalu murah hati"
Dia telah menelan Mana Stone yang mungkin berisi sihir tingkat dasar {Flame}, yang di jarak sedekat ini sudah bisa mengakibatkan lebih dari luka bakar. Taktik semacam itu akan mengakibatkan dampak serius pada diri sendiri, sanggup disimpulkan sebagai pedang bermata dua.
Sayangnya, saya menyadari itu dan memaksa mulutnya tertutup semoga seluruh dampak ditanggung oleh serpihan dalam tubuhnya. Dalam kehidupanku yang dulu, menggunakan peledak ibarat bom waktu atau granat pada diri pelaku seringkali digunakan sebagai upaya terakhir, tapi daripada itu metodenya ini menurutku terlalu lembut.
Aku membalikkan punggungku dari Dominique yang hangus, dan menghadap Gregory.
"Selanjutnya giliranmu"
"Ah....Ke-Kenapa? Kenapa kamu mengincarku, bajingan?!"
"Bukannya sudah terperinci lantaran kebencianmu terhadap ras binatang?"
"Aku bahkan tidak mengetahui dirimu!!"
"Begitu kah? Bagaimana kalau sekarang?"
Gregory ketakutan sesudah melihat nasib Dominique, saya kemudian memutuskan melepas topeng untuk mengungkapkan identitasku. Sejenak wajahnya tampak kebingungan melihat senyumku, namun segera beralih dalam kemarahan.
"Ka-Kau, si bajingan tidak kompeten itu?! Apa kamu pikir jelata bisa lolos begitu saja sesudah melaksanakan hal semacam ini terhadap bangsawan, hahh?!"
"Oi oi, mananya yang bangsawan? Kau kini hanyalah penjahat yang melibatkan banyak orang tak bersalah demi sesuatu yang kamu sebut revolusi"
"Diam!! Jika bukan lantaran kekuatan subhuman itu, kamu si tidak kompeten, takkan bisa berbuat apapun!!"
"Apa kamu idiot? Berkata bahwa saya tidak bisa berbuat apapun, kemudian kamu pikir siapa yang telah menghancurkan sihir kebangganmu barusan?"
"Diam diam! Akan kuungkap kekuatan palsumu!! {Flame}!!"
Oh, beliau masih bisa melepaskan sihir dasar ya. Aku mengarahkan jari ke bola api kemudian menggunakan {Impact}, membuatnya meledak dan lenyap sepenuhnya. Akan merepotkan kalau beliau mencoba melarikan diri, jadi saya meledakkan satu kakinya, yang diikuti jerit kesakitan Gregory.
"Guhaa?!?! Ke-Kenapa?! Kenapa sihirku menghilang?!"
"Bagaimana kalau damai sedikit? Kau takkan pernah mengerti situasi kalau duduk di sana sambil berteriak"
"Guuhh....bajingan! Kau si tidak kompeten....tidak kompeten!!"
Aku menjadi lebih berpengaruh lantaran tahu bahwa diriku tidak kompeten, tapi dengan begini beliau harusnya sadar perbedaan dalam kemampuan kami. Saat beliau memelototiku dengan api di matanya, saya mengambil pedang Dominique. Agak berat, tapi tidak persoalan lantaran saya tidak mengayunkannya.
"Kalau begitu....jika kamu mempunyai kata-kata terakhir, ucapkan sekarang"
"Tunggu! Bajingan, kenapa kamu sangat murka terhadap diriku?! Aku tidak pernah hingga mencoba membunuhmu, kan?!"
"Kau memang memainkan banyak sekali trik licik padaku, tapi bukan itu penyebab kebencianku. Kau sudah melaksanakan suatu hal yang tidak termaafkan"
"A-Ada orang lain yang menjalankan revolusi selain diriku! Aku cuma perwakilan saja!!"
"Tidak, saya tidak peduli ihwal itu. Tutup verbal dan dengarkan. Apa kamu yang mengundang 'Dragon of Fresh Blood' ke Elysion? Aku akan eksklusif tahu kalau kamu berbohong, jadi jangan coba-coba"
"Hiiiii?!?! Aa, aaah. Memang, akulah yang mengundang mereka! Namun, ketika itu saya tidak tahu hal jelek apa yang mungkin bisa terjadi...."
"Itu sebabnya saya punya dendam padamu"
Benar, secara pribadi saya tidak peduli dengan revolusi ini. Setiap orang mempunyai pemikiran masing-masing, saya pernah mengalami bentuk protes yang lebih besar hingga mengakibatkan konflik berbahaya di kehidupan sebelumnya.
Kebencianku pada sampah ini berasal dari satu sebab....
"Karena para pembunuh yang kamu panggil, murid-muridku hampir mati. Itulah kenapa saya akan menghabisimu"
"Apa?! Hanya lantaran itu kamu inngin membunuhku?!"
"Bagimu mungkin sepele, tapi ini persoalan besar untukku. Di ketika melihat air mata murid-muridku, saya bersumpah akan membuatmu menyesal"
"I-itu semua ulah mereka! Aku tidak melaksanakan apapun!!"
"Bukannya kamu sadar kalau mereka ialah kelompok pembunuh? Meskipun kamu tidak tahu, itu tetap tidak masalah"
"Aku mencoba menghentikan mereka!! Tapi mereka tidak mau mendengarkank---....bugh?!?!"
Terganggu oleh alasan bajingan ini, saya memukul wajahnya untuk menciptakan beliau bungkam. Itu bukanlah pukulan yang keras, mimisan akan menjadi dampak terbesar yang bisa beliau dapatkan.
Dia mungkin berencana menggunakan 'Dragon of Fresh Blood' dalam revolusi ini dengan cara yang sama ibarat menggunakan Dominique. Namun, orang-orang itu ialah pembunuh yang ganas, dan beliau bahkan tidak mencoba untuk menghentikan mereka. Pada akhirnya, banyak rakyat jelata dan pengikut ningrat menjadi korban sia-sia.
"Aku awalnya akan meninggalkan persoalan sanksi ke kepala sekolah, namun nasib tampaknya membuatmu berdiri dihadapanku. Dosa dimana kamu hampir menewaskan murid-muridku....bagaimana kalau dibayar sekarang?"
"Hu, huhahaha… saya menolak!! Kaulah yang harus mati!!!"
Gregory mengeluarkan sebilah pisau dari balik pakaiannya, tapi saya bahkan tidak perlu mengelak dari orang yang hanya terbiasa bertarung dengan sihir, tak ada kekuatan di balik tikaman itu. Kedua jariku mengapit bilah pisau sambil sisanya menggenggam tinju Gregory, kemudian mematahkan tulang-tulang tangannya dengan kekuatan cengkramanku.
"Guuaaahhh?!?! Se-Sekarang, lakukan sekarang!!!"
Sementara beliau menjerit kesakitan, saya menoleh ke belakang dan melihat sosok Dominique mendekat. Umumnya, seseorang takkan bisa menahan verbal sekaligus hidung yang terbakar, namun tatapan si prajurit bayaran menemukanku, menggoyangkan kepalanya dengan pisau di mulut.
Hanya saja....di tengah berayun, gerakan Dominique berhenti.
"A-Apa yang kamu lakukan?! Bunuh orang ini, cepat!!"
"Itu tidak berguna"
Aku dengan ringan mengetuk Dominique dengan pedang yang saya ambil darinya, sesudah miring ke depan tubuhnya jatuh ke tanah dan tak bergerak. Itu tubuhnya, sedangkan kepalanya menggelinding, melewatiku dan menuju Gregory.
"Hiiii?! Ka-Kapan, kau....?!"
"Seperti yang saya duga, tidak gampang untuk menghentikan seseorang yang telah mengkonsumsi Pil peningkat kehidupan, selain memutuskan kepala dari tubuhnya. Baguslah lantaran beliau tidak mencicipi sakit"
Lawan yang tidak merasa sakit itu benar-benar merepotkan, tapi mereka tidaklah abadi. Bagaimanapun juga, tubuh tak sanggup berfungsi tanpa otak, beliau bukan makhluk dari suatu buku dongeng yang bisa tetap hidup tanpa kepala atau beregenerasi sendiri.
Setelah mengkonfirmasi bahwa Dominique benar-benar mati, saya melepas {String} yang rahasia ku tempatkan di sekitarnya. {String} kali ini sangat tipis dan tajam, hampir tak terlihat dan sangat mematikan. Karena telah melingkar di sekitar leher, saya tidak perlu melaksanakan gerakan apa pun, beliau mengakhiri hidupnya sendiri hanya dengan bergerak maju.
"Jangan khawatir, dirimu akan berakhir dengan pedang ini. Kau bisa mati tanpa kehilangan anggota badan"
"Aah....uhaa....hentikan....kalau saya tidak mendiskriminasi subhuman...."
Makara kamu mau berubah ketika situasinya sudah ibarat ini? Menyedihkan. Aku sudah membiarkanmu putus asa, kini ialah waktu menyelesaikannya.
"Entah terbunuh oleh ras hewan atau orang tidak kompeten, itu tetap lantaran kesalahan ayahmu. Kau bisa membenci dirimu sendiri lantaran menjadi tawanan masa lalu"
"Kau monster! Tidak, iblis!! Kau iblis berkedok manusia!!!"
"Terima kasih. Aku dulu pernah disebut Dewa Kematian*, jadi memanggilku sesuatu ibarat iblis sama sekali tidak mengganggu. Oh, bagaimana kalau saya bertindak sebagai iblis sesuai seruan barusan?"
[Shinigami]
"Aah....AAAAGGGHHH!!!!! BERHENTI!!!! BERHENTI, BERHENTI, BERHENTI, BERHENTI, BERHENTIIII!!!!!"
"Selamat tinggal"
Tanpa belas kasihan, pedang si prajurit bayaran terkubur dalam ke jantung Gregory.
☆☆☆
"Aah! Sirius-sama !!"
Setelah selesai membersihkan kekacauan di luar, saya mengganti pakaian dan membawa Golia kembali ke arena. Karena masuk dari depan kali ini, Emilia eksklusif menyadari kehadiranku dan berlari mendekat dengan senyum cemerlang.
"Kerja bagus, Emilia. Aku melihat pertempuranmu"
"Iya! Jadi....bagaimana menurutmu?"
"Aah, tampaknya pelatihanmu telah memperlihatkan hasil yang bagus, kamu berhasil memimpin para siswa dengan lancar. Taktik untuk merebut orang ini dari kendali musuh juga tidak buruk, kamu telah melaksanakan pekerjaan yang hebat"
"Benarkah?!"
Tatapan Emilia berkilauan dengan ekor melambai, jadi saya mengusap kepalanya. Matanya menyempit dan tampak senang seperti meleleh dari tindakanku, tapi lantaran mempunyai hal-hal lain yang harus dilakukan, saya menghentikannya di sana. Ada kilatan kekecewaan ketika tanganku menjauh dari kepalanya, tapi beliau dengan cepat berganti ke senyum dan berdiri di sampingku.
"Kita bisa melanjutkannya nanti. Sekarang saya mempunyai hal yang harus diserahkan kepada kepala sekolah"
"Iya! Ah, tolong biarkan saya membantu!"
Mengingat barang yang dimaksud ialah Golia, saya merasa tidak nyaman membiarkan Emilia membawa 'sampah'. Akupun menolak tawarannya dan mendekati kepala sekolah yang sedang memberi bimbingan pada beberapa siswa.
Aku pikir beliau niscaya akan mengejar Gregory, tapi beliau ternyata malah di sini melaksanakan hal-hal lain.
"Sirius-kun, saya sudah menunggu"
"Terima kasih. Kepala Sekolah tidak mengejar Gregory, apa yang anda lakukan di sini?"
"Karena sobat Gregory, Golia juga melarikan diri, akan lebih tepat bagiku untuk fokus menenangkan para siswa yang masih terperangkap kerah perbudakan. Hanya saja, apa Sirius-kun yang membawa kembali Golia?"
"Ya. Efek kelumpuhan masih ada, tapi sebaiknya beliau diikat sebagai tindak pencegahan. Selain itu, saya akan menyerahkan ini. Benda ini jatuh dari sakunya"
Barang yang kuserahkan ialah kunci kerah perbudakan yang kini digunakan banyak siswa. Untungnya kerah-kerah ini hasil produksi massal, jadi satu kunci bisa digunakan pada semua orang. Kepala sekolah mengangguk puas ketika saya menyerahkan kunci utama termasuk cadangannya.
"Terima kasih banyak. Magna, bagikan ini kepada para guru"
"Baiklah"
Kunci-kunci itu diserahkan kepada Magna-sensei dan guru lain, para siswa kemudian diminta berbaris dan bergiliran mendekati para guru untuk pelepasan kerah. Ada beberapa yang mencoba untuk memotong antrean, tapi dengan cepat ditangkap oleh golem Magna-sensei dan dikirim ke belakang garis. Bergegas hanya akan menimbulkan kepanikan, yang tidak akan membantu pada titik mana pun dalam situasi ini.
Sementara saya mengamati, Rodwell menghiburku dengan senyum di wajahnya.
"Kerja bagus, Sirius-kun. Kau melaksanakan pekerjaan dengan baik sekali, mengembalikan Golia dan kuncinya"
"....Terima kasih banyak"
"Kepala sekolah tidak terburu-buru, dikarenakan telah meminta pinjaman Sirius-sama sebelumnya"
Aku tidak ingat situasi dimana beliau meminta bantuanku, mungkin dibesar-besarkan demi menghargaiku. Aku ingin menolak ucapannya, tapi lantaran ada banyak orang dimana-mana, saya akan mengabaikannya untuk sekarang. Sebaliknya, saya memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan pertanyaan sendiri.
"Namun, laki-laki prajurit bayaran dan Gregory bertarung ketika saya muncul. Akupun sukses memanfaatkan situasi dan membawanya pergi tanpa perlu bekerja keras"
"Itu mustahil benar! Jika itu Sirius-sama, entah satu atau dua orang---muguhh!"
Akan repot kalau beliau melanjutkan komentarnya, jadi saya menutup verbal Emilia dengan tanganku. Dia terkejut sesaat, tapi kemudian menyipit lagi dan tampak gembira sambil mengendus-endus tanganku.
Setelah merenung sebentar, saya memutuskan untuk mengikuti dongeng dimana Dominique dan Gregory saling bunuh. Tentu saja, lantaran Dominique dipenggal, dan Gregory tak mempunyai pedang, saya bisa tertangkap berair kalau tidak berhati-hati.
Agar terlihat ibarat saling bunuh, saya menyambungkan kepala Dominique dan kemudian memperabukan tubuhnya dengan sihir api. Aku juga menusuk mayit Gregory menggunakan pedang Dominique. Bangsawan dan prajurit bayaran ialah rekan yang buruk, jadi takkan mengejutkan kalau mereka telah putus asa.
Titik lemah dalam dongeng ialah Golia. Jika beliau menyebut namaku, saya akan kesulitan membela diri. Untung saja beliau dia pingsan selama kejadian berlangsung. Selanjutnya, saya berpura-pura pergi sebagai sosok bertopeng dan kembali sebagai Sirius, jadi beliau seharusnya tak sanggup menarik kesimpulan antara dua tokoh itu.
"Perselisihan internal....ya? Baiklah, kita akan berhenti di situ"
"Iya. Sudah berakhir tanpa masalah"
Kepala sekolah dan saya berkomunikasi lewat senyuman, ketika berbicara, mata kami memberikan percakapan yang sebenarnya. Meski mengetahui bahwa ceritanya lebih panjang dari apa yang saya katakan, lantaran menolak memberi alasan apapun, beliau terpaksa mengalah dan mendapatkan apa adanya.
Sisa persoalan Gregory tidak dikejar, dan mereka mengalah meminta penjelasanku.
"Adanya Reese-kun membuatku tak perlu khawatir untuk pinjaman medis pada siswa yang terluka. Wajar saja mempunyai kemampuan bertarung yang hebat, tapi sifat kepemimpinan yang baik dan sihir pemulihan luar biasa ada di atasnya. Dia bahkan mengarahkan para senior bersama Emilia. Murid-muridmu luar biasa"
"Terima kasih banyak. Mereka ialah kebanggaanku"
Emilia senang mendapatkan kebanggaan itu dengan mengibas-ngibaskan ekornya. Ketika sadar, tangan yang barusan menutup mulutnya kini telah berpindah dan digosok-gosokkan ke pipinya, ayo abaikan itu.
"Aa, Sirius-san. Selamat tiba kembali"
Ketika Rodwell mengambil Golia dan pergi untuk memberi instruksi ke bawahannya, Reese yang sedang merawat siswa terluka di sudut arena menyadariku. Dia berhenti di jarak yang cukup dekat, dan sesudah melihatku dari atas ke bawah, kepalanya mengangguk puas.
"Kau....tidak terluka. Syukurlah kamu baik-baik saja"
"Kau juga. Apa sulit merawat semua orang sesudah membantu Emilia dan Reus di seluruh pertarungan?"
"Memang sulit, tapi saya senang lantaran sanggup berkhasiat bagi semua orang. Aku harus berterima kasih untuk itu, Sirius-san"
"Benar, semuanya berkat Sirius-sama"
"Tidak, justru kemenangan ini ialah hasil dari upayamu...."
Para murid telah bekerja keras kali ini, jadi saya ingin menghargai upaya mereka. Pertanyaannya adalah, apa yang menciptakan mereka senang?
"Apa kalian ingin sesuatu? Aku akan memenuhinya selama itu masuk akal"
"Eh?! Emm....benarkah?"
"Anu....kami senang tapi Sirius-san juga berkontribusi besar, jadi...."
"Tidak apa-apa. Kalian berhasil melewati situasi krisis ini dengan aman, masuk akal kalau memperlihatkan satu atau dua hadiah, ya kan? Jangan sungkan"
"Hadiah yang masuk akal....itu sulit!"
"Emilia, damai sedikit! Tapi....apa yang cantik ya? Aku ingin tau apa saya boleh memakan satu camilan manis utuh, mungkin"
"Jika membutuhkan lebih banyak waktu untuk memutuskan, silakan. Ngomong-ngomong, dimana Reus?"
Sepanjang waktu saya sudah mencari Reus. Biasanya beliau akan eksklusif menuju ke sisiku lantaran ingin menerima imbalannya sendiri. Tapi kali ini, saya belum melihatnya sama sekali.
"Emm, kalau Reus...."
Mengikuti pandangan Emilia, ada sosok yang dekat bersandar di dinding arena. Mungkinkah....Reus? Suasana disekitar dirinya gelap dan terasa sulit di dekati, jauh berbeda dari orang yang biasanya bersemangat.
Saking berbedanya, saya hingga tidak mengenalinya.
"....Apa yang terjadi dengan dia?"
"Itu....si pemimpin prajurit bayaran melarikan diri sambil membawa Golia. Dia merasa seolah segala yang terjadi lantaran salahnya, kemudian menjadi tertekan...."
"Dia sangat ingin dipuji oleh Sirius-san, jadi beliau merasa ibarat kesalahan itu akan mengkhianati harapanmu"
"Begitu ya....Oi, Reus!"
Reus perlahan berbalik ketika saya memanggilnya. Dia sangat terperinci tertekan, indera pendengaran dan ekornya terkulai. Oh ya ampun, sulit untuk senang ketika orang ini dalam keadaan ibarat itu.
"Cepat kemari, Reus. House*!"
[Ini salah satu bahasa isyarat/perintah untuk anjing. Ya semacam, 'disini rumahmu, kesini'....]
"....Ya"
Reus perlahan mulai bergerak ketika saya memberi perintah sambil menyeret pedang favoritnya. Akhirnya, beliau tiba di depanku.
"Apa yang membuatmu tertekan?"
"Itu....karena aku, semua orang dalam masalah"
"Haa....murid ndeso ini"
Hei, jangan memberitahuku kebohongan yang terperinci ibarat itu. Aku menyodok kepala Reus untuk menarik perhatiannya, dan menghentikan anak ini memalingkan wajah.
"Kau tidak tertekan lantaran melaksanakan kesalahan, tapi lantaran berpikir saya akan kesal padamu, kan? Jawab dengan jujur"
"....Iya"
"Jika begitu, kamu sudah menciptakan kesalahan lain. Aku tidak marah. Sebaliknya, saya memujimu dikarenakan telah berjuang sekeras mungkin melawan musuh"
"Eh?!"
Pada kata-kata tersebut, Reus terkejut dan melihat kesini. Tapi saya tidak keberatan dan malah mengelus kepalanya. Entah lantaran ucapan atau belaianku, cahayapun kembali ke wajah Reus.
"Kau menciptakan kesalahan dengan tidak memastikan kondisi Dominique sebelum pergi. Mengerti?"
"Ya. Sebagai akibatnya, saya merepotkan semua orang"
"Baguslah kalau kamu mengerti. Mula-mula, kamu bertarung dengan lawan yang buruk. Jujur saja, itu mungkin terlalu dini bagimu"
Jika lawan hanya berpengaruh fisik, takkan masalah. Namun, Dominique ialah orang dunia bawah, licik dan tidak takut melaksanakan hal-hal kotor. Reus mungkin dalam ancaman atau bahkan mati kalau laki-laki itu menentukan bertarung serius dan mengabaikan pelarian diri.
Aku hanya ingin Reus melawannya sebagai pelatihan, namun malah berhasil menang. Dengan tingkat pertumbuhan ini, saya hanya bisa bangga.
"Lagipula, lawanmu kali ini telah diperkuat dengan Pil peningkat kehidupan. Jadi, kamu harus besar hati dengan kemenanganmu"
"Aniki....apa tidak persoalan kalau senang?"
"Ooh, bersyukurlah, bersyukurlah. Lihat, saya akan mengelusmu lagi"
"....Yaaa!"
Itu benar, bersukacitalah sepenuh hatimu. Pada sudut lain, Emilia dan Reese tampak iri lantaran saya terlalu banyak mengelus Reus, meski pada akhirnya mereka lega melihatnya kembali semangat.
Ketika saya berbicara ihwal hadiah Reus, Rodwell tiba ke kelompok kami sambil tertawa melihat suasana disekitar anak ini.
"Huhuhu, ibarat yang dibutuhkan dari Sirius-kun. Reus bersemangat lagi hanya dengan itu"
"Sungguh luar biasa lantaran Reus bisa mengurus laki-laki itu sendiri. Dia tidak perlu tertekan"
"Benar. Aku juga bersyukur, bukan hanya lantaran menahan para prajurit bayaran, tapi untuk melawan Golia. Kau mempunyai hak untuk besar hati sekarang"
Aku mengerti bahwa Rodwell mempunyai harapannya sendiri ihwal bagaimana hal ini akan terjadi.
Namun, kamu terlalu lunak ihwal gangguan ini dan membiarkan Gregory melarikan diri. Karena itulah, Reus menjadi tertekan. Aku pikir akan menyiapkan sedikit 'serangan balik'.
"Seperti yang dibutuhkan dari kepala sekolah. Kau telah hidup selama ratusan tahun, namun masih berusaha untuk meningkatkan diri"
"Tentu saja. Orang-orang ialah makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menciptakan kesalahan. Yang penting ialah mempunyai hati yang memungkinkanmu merenungkannya"
"Pemikiran barusan sungguh fantastis. Kalau begitu, semoga sanggup bercermin dan memperbaiki diri, ayo kita tunda makanan yang manis-manis, hingga kamu sadar perbuatanmu"
"....Eh?"
"Lebih spesifiknya, saya tidak akan menyediakanmu camilan manis untuk sementara"
"Anu....tunggu sebentar, Sirius-kun?"
Karena ada keseriusan di nada bicaraku, kepala sekolah tampaknya tak sanggup membalas. Pria yang sangat berpengaruh di mata musuhnya beberapa ketika yang lalu, kini lemah dan jatuh ke pemikiran mendalam.
Magna-sensei yang mendengar percakapan kami, tak bisa tinggal membisu terhadap situasi, dan tiba untuk campur tangan.
"Sirius-kun, kepala sekolah mempunyai banyak sekali kiprah dan tanggung jawab yang menekannya, beliau tidak pernah punya waktu untuk libur. Sementara itu, camilan manis Sirius-kun menenangkannya. Aku mohon padamu untuk mempertimbangkannya kembali"
"Magna-sensei. Terima kasih telah melindungi Emilia dengan golemmu. Sebagai cara berterima kasih, saya akan menyediakanmu dengan camilan manis utuh nanti"
"Kepala Sekolah, tolong renungkanlah"
"Magna?!"
☆☆☆
Akhirnya, sesudah seluruh siswa yang terjebak dalam kerah perbudakan di bebaskan, mereka yang bersembunyi di ruang kelas keluar, kemudian semua orang bisa tertawa dan mulai pulih dari insiden.
Ini akan menjadi kenangan pahit bagi yang terlibat, terutama untuk orang-orang yang terperangkap kerah. Mereka telah memperoleh pelajaran yang baik melalui kejadian ini.
Di sisi lain, kematian Gregory sudah resmi dilaporkan, dirinya menjadi suatu referensi bagi kehidupan. Yah, setidaknya takkan ada yang mengikuti jejaknya untuk sementara waktu.
Dengan demikian....revolusi yang melibatkan banyak orang akhir dendam pribadi pun berakhir tanpa harus menyangkut pautkan seluruh negeri.
☆☆☆Chapter 50 berakhir disini☆☆☆
Catatan penerjemah : Nama Sirius seringkali digunakan pada tokoh manga/komik yg udh tidak mengecewakan lawas. Aku ingat dulu ketika masih di SD, ada komik bergenre misteri yg pelakunya menggunakan inisial Sirius, lucunya lagi si pelaku mulai terungkap ketika MC mau nyatain perasaan ke tokoh utama ceweknya XD....Sirius sendiri ialah salah satu bintang paling terang di angkasa.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke
Diterjemahkan oleh
☆Sirius☆
"....Kalian telah menjadi lebih berpengaruh ya"
Aku menyaksikan usaha murid-murid dari jauh dengan alat yang ibarat teleskop, dan berpikir kalau itu ialah pertarungan yang bagus.
Sayangnya, Reus terlalu naif di final pertarungannya. Si prajurit bayaran itu....memang andal beliau bisa mengalahkan Dominique. Hanya saja, begitu selesai menghempaskannya, beliau eksklusif pergi untuk mendukung yang lain tanpa memastikan kondisi musuh. Aku sudah terlanjur senang, mungkin salah kalau terburu-buru memujinya. Yah....tapi saya takkan mengeluh lantaran setidaknya beliau berhasil.
Pada akhirnya, bukan hanya Dominique, tapi orang penting yang mempunyai otoritas atas kerah budak juga telah lolos. Terlepas dari itu, pihak Rodwell bisa dibilang telah melaksanakan kesalahan fatal.
Namun, kamu masih muda dan belum mempunyai banyak pengalaman*. Kegagalan yang kini itu wajar, lebih baik kamu mempelajarinya dan jadilah lebih kuat.
[Yg dimaksud disini Reus]
Untuk membersihkan sisa kekacauan....adalah tugasku.
☆☆☆
"Kemana kamu pikir akan pergi?"
Aku terbang di langit untuk mengejar kemudian berdiri di depan Gregory dan Dominique sambil mengeluarkan niat membunuh.
Saat saya meningkatkan sedikit niat membunuh, Dominique eksklusif menyingkirkan laki-laki yang beliau bawa kemudian bergeser ke perilaku bertarung sambil menghunus pedangnya. Reaksi yang cepat menandakan bahwa prajurit bayaran ini telah berada dalam banyak situasi hidup dan mati. Sebaliknya, Gregory sudah tertelan oleh niat membunuhku, tak mengucap mantra dan hanya tercengang disana.
"Kau....siapa?"
"Canis Major*....kalian sebut saja begitu"
[Salah satu rasi bintang. Mungkin saya lupa menyebutnya tapi nama Sirius berasal dari sebuah bintang paling terang yang juga mendiami rasi ini]
"Ooh Canis? Aku belum pernah mendengar nama itu"
Ini memang pertama kalinya saya menggunakan nama tersebut, masuk akal saja kalau tak ada yang tahu. Ketika saya bersiap dengan mengambil pisau Mithril dari balik pakaian di dada, saya sadar kalau Dominique tidak hanya mengulur waktu, beliau berbalik dan memukul Gregory untuk menyadarkannya.
"Oi danna! Berapa usang lagi kamu akan berdiri di sana?"
"Haa?! Apa-apaan dia?! Meski penampilannya aneh, kenapa bisa ada niat membunuh setingkat ini?!"
"Mana kutahu! Tapi, naluriku memberitahu bahwa beliau monster! Kita akan terbunuh kalau ceroboh!"
Akhirnya begitu memahami situasi, Gregory eksklusif masuk ke posisi tempur, sedangkan Dominique menyerangku dengan greatsword di tangan. Walau harusnya dipegang oleh dua tangan, Dominique mengayunkannya dengan cepat seperti memegang ranting menggunakan satu tangan.
Pedangnya mungkin bisa mendorong Reus, tapi itu tidak berarti apa-apa kalau dibandingkan dengan Lior. Aku mencicipi bahaya, menghindar dengan melompat mundur jauh ketika bilahnya berayun turun dari atas, Dominique kemudian menatapku sambil mengeratkan genggamannya dan terlihat berpikir.
"Cih, barusan ialah serangan peremuk tulang. Tapi kamu bahkan tidak tergores, apa yang terjadi?"
"Tidak buruk, namun secara keseluruhan berantakan. Manfaatkanlah tipuan dan trik, ayunan pedangmu barusan terlalu kasar"
"Terima kasih atas sarannya. Tapi kalau bisa, maukah kamu membiarkan kami pergi? Kita tak perlu bertarung begini"
Rahasia bertahan hidup ialah bisa mengukur kemampuan lawan, Dominique mungkin telah menyadari kekuatanku yang bekerjsama walaupun cuma bertarung sebentar. Dia mengangkat tangan tanda mengalah sesudah melempar pedangnya, Gregory yang melihat ini mulai marah.
"Apa yang kamu lakukan, keparat?! Kalahkan saja beliau dengan cepat!"
"Diam, bangsawan! Lebih baik ditangkap daripada menghadapi monster ini!"
"Ugh....sepertinya tak ada jalan lain. Oi, kamu yang di sana. Apa kamu yakin tidak ingin membiarkan kami pergi? Jika emas, saya bisa memberimu banyak, bagaimana?"
"Tidak perlu. Sayang sekali, tapi kalian tak boleh pergi kemanapun"
Gregory dari awal memang dilarang lolos, sedangkan Dominique tak bisa dibiarkan pergi lantaran merupakan pemimpin kelompok prajurit bayaran yang bekerja untuk bawah tanah, beliau bisa saja menciptakan lebih banyak persoalan di masa depan. Lagipula, saya berencana membuatnya membayar atas luka Reus dalam pertarungan sebelumnya.
"Bagaimanapun, tolonglah. Kami sudah tidak tertarik lagi pada revolusi ini dan melupakan semua yang terjadi. Benar, kalau koin emas saja tidak cukup, ada juga koin emas putih. Pria yang terbaring disana mempunyai cukup banyak, kamu tahu. Dengan begitu kamu bisa menikmati hidup tanpa harus bekerja!"
"Kau banyak bicara ya, jangan pikir skemamu itu berhasil. Mencoba membuatku tetap fokus padamu semoga yang lain bisa lancar mengucapkan mantra, mungkin?"
Disaat saya beralih ke Gregory yang sedang melantunkan mantra, Dominique menjentikkan pengecap dengan kesal lantaran rencananya ketahuan. Dia kemudian mengambil pedangnya lagi dan menebas padaku.
"Cih! Sungguh musuh yang merepotkan"
"Kaupun sama, menggunakan trik licik"
Setelah membelokkan jalur tebasan, saya melangkah ke dekat dada Dominique untuk meraih lengan laki-laki itu dan membanting tubuhnya. Namun, meski kepala sudah membentur tanah, beliau bangun kembali ibarat pegas sambil mengayunkan pedang.
"Padahal saya sudah sedikit serius, tapi tampaknya belum cukup untuk membuatmu pingsan ya?"
"Tentu saja! Benda ini membuatku terus berada di kondisi prima, berapa kalipun kamu melakukannya, saya takkan pingsan!"
"Pil Peningkat Kehidupan....ya? Kau ternyata menggunakan hal yang menjijikan"
Meskipun hidupnya sudah hampir berakhir, obat itulah yang merenggut nyawa ibu.
Tak peduli seberapa banyak usahaku untuk menekan imbas samping obat tersebut, beliau tidak bisa bertahan lebih dari sehari sesudah mengonsumsinya.
Tapi berkat itu, kami bisa memperoleh satu hari senang bersama ibu, kini perasaanku jadi rumit.
Gregory menyerang dengan sihir sementara Dominique mengalihkan perhatian. Itu metode yang cantik dalam pertarungan dua lawan satu, tapi kekurangannya ialah rekanmu terkadang ceroboh.
"Wahai api, bentuklah tombak {Flame---}....apa?!"
Di momen Gregory mengaktifkan {Flame Lance}, api berkumpul di udara....tapi saya membatalkannya dengan melempar {Flame Lance} milikku. Ketika Emilia melaksanakan hal yang sama sihirnya akan meledak, perbedaannya ialah saya melakukannya sebelum sihir musuh terbentuk tepat dan hanya akan menyebar jadi api-api kecil ketika tertabrak.
Gregory menekan kapasitas mana-nya dengan melempar beberapa sihir sekaligus, namun melaksanakan itu malah akan menciptakan pembentukannya jadi lebih lambat dan gampang diganggu. Jika beliau Rodwell, sebelum mempunyai kesempatan untuk membatalkan mantra, saya harus menghindar di udara.
"Lebih berusahalah untuk membantu, danna!"
"Diam!! Wahai api, bentuklah tombak, {Flame---}....?!"
Aku menembak {Magnum} pada sihir Gregory sambil menangkis tebasan yang datang. Dominique mengambil sesuatu dari kantong di dada dan memakannya, sebelum beliau menyemburkan hal itu, saya menahan rahangnya dan menciptakan beliau meludah ke samping. Aku tidak tahu apa itu, tapi takkan persoalan kalau tidak keluar.
"Kuh! Dia bahkan menyadari ini?!"
"Wahai perwujudan bumi, jadilah kekuatan dan lindungi saya {Rock Golem}!"
Dominique kemudian mundur, menusukkan pedang ke tanah dan melempar tiga pisau kecil. Di ketika yang sama, Gregory memanggil banyak golem untuk menyerang. Aku dengan cepat menyingkirkannya menggunakan {Magnum} sesudah menemukan deretan sihir mereka berkat {Search}.
Ketika berfokus pada pisau yang mendekat, saya sadar bahwa semuanya dilapisi dengan sesuatu. Menghindari dua dengan gerakan minimal, saya menangkap pegangan pisau terakhir dan melemparkannya kembali ke Dominique.
"Haah?! Penglihatan macam apa yang kamu miliki?!"
"Wahai api, bentuklah tombak {Flame---}"
Aku melenyapkan sihir {Flame Lance} Gregory, sedangkan Dominique menangkis belati yang saya lempar ke arahnya dengan ujung pedang kemudian menyemburkan mana stone kecil lagi dari mulut. Di dalamnya ada deretan sihir api, tapi lantaran terburu-buru disemburkan, ada jeda waktu hingga sihir itu aktif. Aku menggunakan {String} untuk menepis semua Mana stone, sihirpun meledak di kejauhan. Setelah membelokkan tebasan pedang dan laju pisau Dominique, saya kemudian memukulnya di perut dengan lututku.
Sayangnya, Pil Peningkat Kehidupan telah meniadakan rasa sakit, itu bahkan tidak membuatnya takut. Dia terus menebas tanpa cemas, akupun melompat mundur sekali.
"Oi, ini juga tidak berhasil!"
"---lindungi aku, {Rock Golem}"
Meski ada tiga golem, saya hanya menghancurkan mereka dengan satu tangan menggunakan {Magnum}. Semua menjadi tidak berarti ketika {Multi Task} aktif.
"Mustahil!! Bagaimana beliau bisa melakukannya dengan enteng?!"
Bahkan kalau ditanyai begitu, kaulah yang ndeso lantaran menggunakan sihir yang gampang dilenyapkan. Seharusnya kamu berguru dari pertarungan melawan Emilia, tapi harga diri ningrat itu menghalangi hingga pada akhirnya akan menimbulkan kejatuhanmu.
Begitulah cara pertarungan berlanjut. Aku terus menghindari serangan Dominique sambil menghancurkan sihir apa pun yang dicoba oleh Gregory. Mereka tampak semakin frustrasi lantaran tak bisa melukaiku meski telah bekerja sama.
"Ini tidak bagus, kita tidak bisa begini terus...."
"Haa....haa....Pria bau tanah itu akan menyusul kalau kita di sini terlalu lama. Lakukan sesuatu, prajurit bayaran!!"
"Keh, itu lebih gampang di ucap daripada dilakukan!"
Bahkan ketika terengah-engah dari kelelahan mana, Gregory masih angkuh ibarat biasa. Dominique tertawa sambil terlihat jengkel, mungkin sudah terbiasa dengan rekan ningrat semacam ini. Menancapkan pedangnya lagi ke tanah, beliau kemudian menunjukku.
"Tak ada waktu lagi, ayo kita selesaikan dengan serangan berikutnya"
"Jika kamu mempunyai suatu trik, keluarkan saja. Ini bukan waktunya untuk menahan diri, kan?"
"Benar sekali, saya jadi harus menghemat alat-alat mahal lantaran pertarungan tadi, selain itu rekan-rekanku telah kalah. Dengan begini, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membunuhmu"
"Apa yang kamu katakan, bajingan?! Makara kamu berpura-pura hingga sekarang?!"
"Tidak ibarat bangsawan, saya ini prajurit bayaran, kamu tahu? Selama bisa bertahan hidup, itu sudah cukup"
Benar-benar ucapan khas seorang prajurit bayaran, saya sangat paham lantaran diriku di kehidupan sebelumnya berada di jalan yang sama. Namun, akan ndeso kalau beliau menahan untuk tidak mengeluarkan kartu truf nya di situasi darurat ibarat ini.
"Ini dia!! Segenap kekuatanku!!!"
Pertama, Dominique melempar watu sihir ke ke sisi kanan dan kiriku, kemudian melempar pedang yang tadi tertancap di tanah eksklusif kesini. Tujuan dari Mana stone ialah semoga saya tidak bisa menghindari pedang yang datang, ada sesuatu yang hitam memanjang dari serpihan bawah pedang dan berujung ke tangan Dominique. Apa itu....rantai? Kukira hanya greatsword biasa, tapi mungkin orang ini terlatih dalam gaya bertarung khusus.
"Jika kamu pikir bisa menghindarinya, maka hindari itu!!"
Sambil meneriakkan kata-kata tersebut Dominique menarik rantainya untuk menciptakan pedang itu kembali ke arahku. Dia kemudian menyerang di ketika yang sama dengan sebilah pisau yang lebih kecil dan bisa terlihat menyambung ke pegangan rantai. Singkatnya, saya diapit dari depan dan belakang.
Aku ingin menghindar ke samping, tapi kalau dua Mana stone ini sama dengan yang sebelumnya, maka saya mungkin terjebak dalam ledakan. Meski hanya menggunakan satu lengan, beliau cukup berbakat hingga bisa membatasi gerakanku.
Hanya saja, saya telah melawan musuh yang lebih lihai di kehidupan sebelumnya.
Dibanding ketika itu, serangan ini dipenuhi oleh celah. Tentunya musuh sudah mengambil penanggulangan terhadap penghindaran, tapi saya ialah orang yang bisa bertarung dengan cara diluar standar. Aku bisa saja memainkan Mana stone menggunakan {String} dan membelokkan lintasannya pada musuh atau melarikan diri ke langit menggunakan {Air Step}. Tapi saya akan menantangnya eksklusif dari depan. Untuk menghancurkan kepercayaan dirinya hingga berkeping-keping.
Pertama, saya mengarahkan kedua tangan ke kiri dan kanan, menggunakan {Magnum} untuk menghancurkan Mana stone di kedua sisi. Kemudian melompati pedang yang tiba dari belakang, mendarat di sisi bilah dan menendangnya ke tanah.
"Dasar monster!!!"
Terakhir, saya menghindari bacokan Dominique, menyerang pergelangan tangannya dengan mengiris ke atas menggunakan pisau mithril ketika kami berpapasan.
Lalu....tangan Dominique yang tersisapun jatuh ke tanah. Disaat menoleh kebelakang, mataku bertemu dengan seorang pecundang yang tampak pasrah.
"Begitu ya, kamu ialah 'Aniki' yang dimaksud olehnya. Bocah ras hewan itu tidak berbohong kalau kamu yang terkuat"
"Kau juga terlatih untuk menyerang dalam banyak sekali cara, dan kupikir itu hebat"
"Apa? Ini hanyalah trik murahan"
"Terlepas dari metode, masuk akal saja mengeluarkan semua yang dimiliki untuk menang. Asumsimu pada orang yang berpengaruh terlalu murah hati*"
[Intinya, Sirius bilang Dominique terlalu naif]
"Aku belum pernah bertemu monster sepertimu. Ahh....Aku kalah telak. Maaf ya, tapi maukah kamu menghentikan serangan di sini? Aku ingin mati sebelum mencicipi konsekuensi dari Pil Peningkat Kehidupan"
"Tak masalah. Memang sulit bunuh diri kalau tanpa tangan"
Aku mendekati Dominique dan bersiap menikam pisau ke tenggorokannya, hanya saja ketika beliau mulai tertawa....---
"Terima kasih....gah?!"
---Aku memukul dagu Dominique dengan telapak tanganku, dan memaksa mulutnya tertutup.
Setelah api menyembur keluar dari mata dan hidung, diapun terjatuh ke tanah.
"Seperti yang saya katakan, asumsimu terlalu murah hati"
Dia telah menelan Mana Stone yang mungkin berisi sihir tingkat dasar {Flame}, yang di jarak sedekat ini sudah bisa mengakibatkan lebih dari luka bakar. Taktik semacam itu akan mengakibatkan dampak serius pada diri sendiri, sanggup disimpulkan sebagai pedang bermata dua.
Sayangnya, saya menyadari itu dan memaksa mulutnya tertutup semoga seluruh dampak ditanggung oleh serpihan dalam tubuhnya. Dalam kehidupanku yang dulu, menggunakan peledak ibarat bom waktu atau granat pada diri pelaku seringkali digunakan sebagai upaya terakhir, tapi daripada itu metodenya ini menurutku terlalu lembut.
Aku membalikkan punggungku dari Dominique yang hangus, dan menghadap Gregory.
"Selanjutnya giliranmu"
"Ah....Ke-Kenapa? Kenapa kamu mengincarku, bajingan?!"
"Bukannya sudah terperinci lantaran kebencianmu terhadap ras binatang?"
"Aku bahkan tidak mengetahui dirimu!!"
"Begitu kah? Bagaimana kalau sekarang?"
Gregory ketakutan sesudah melihat nasib Dominique, saya kemudian memutuskan melepas topeng untuk mengungkapkan identitasku. Sejenak wajahnya tampak kebingungan melihat senyumku, namun segera beralih dalam kemarahan.
"Ka-Kau, si bajingan tidak kompeten itu?! Apa kamu pikir jelata bisa lolos begitu saja sesudah melaksanakan hal semacam ini terhadap bangsawan, hahh?!"
"Oi oi, mananya yang bangsawan? Kau kini hanyalah penjahat yang melibatkan banyak orang tak bersalah demi sesuatu yang kamu sebut revolusi"
"Diam!! Jika bukan lantaran kekuatan subhuman itu, kamu si tidak kompeten, takkan bisa berbuat apapun!!"
"Apa kamu idiot? Berkata bahwa saya tidak bisa berbuat apapun, kemudian kamu pikir siapa yang telah menghancurkan sihir kebangganmu barusan?"
"Diam diam! Akan kuungkap kekuatan palsumu!! {Flame}!!"
Oh, beliau masih bisa melepaskan sihir dasar ya. Aku mengarahkan jari ke bola api kemudian menggunakan {Impact}, membuatnya meledak dan lenyap sepenuhnya. Akan merepotkan kalau beliau mencoba melarikan diri, jadi saya meledakkan satu kakinya, yang diikuti jerit kesakitan Gregory.
"Guhaa?!?! Ke-Kenapa?! Kenapa sihirku menghilang?!"
"Bagaimana kalau damai sedikit? Kau takkan pernah mengerti situasi kalau duduk di sana sambil berteriak"
"Guuhh....bajingan! Kau si tidak kompeten....tidak kompeten!!"
Aku menjadi lebih berpengaruh lantaran tahu bahwa diriku tidak kompeten, tapi dengan begini beliau harusnya sadar perbedaan dalam kemampuan kami. Saat beliau memelototiku dengan api di matanya, saya mengambil pedang Dominique. Agak berat, tapi tidak persoalan lantaran saya tidak mengayunkannya.
"Kalau begitu....jika kamu mempunyai kata-kata terakhir, ucapkan sekarang"
"Tunggu! Bajingan, kenapa kamu sangat murka terhadap diriku?! Aku tidak pernah hingga mencoba membunuhmu, kan?!"
"Kau memang memainkan banyak sekali trik licik padaku, tapi bukan itu penyebab kebencianku. Kau sudah melaksanakan suatu hal yang tidak termaafkan"
"A-Ada orang lain yang menjalankan revolusi selain diriku! Aku cuma perwakilan saja!!"
"Tidak, saya tidak peduli ihwal itu. Tutup verbal dan dengarkan. Apa kamu yang mengundang 'Dragon of Fresh Blood' ke Elysion? Aku akan eksklusif tahu kalau kamu berbohong, jadi jangan coba-coba"
"Hiiiii?!?! Aa, aaah. Memang, akulah yang mengundang mereka! Namun, ketika itu saya tidak tahu hal jelek apa yang mungkin bisa terjadi...."
"Itu sebabnya saya punya dendam padamu"
Benar, secara pribadi saya tidak peduli dengan revolusi ini. Setiap orang mempunyai pemikiran masing-masing, saya pernah mengalami bentuk protes yang lebih besar hingga mengakibatkan konflik berbahaya di kehidupan sebelumnya.
Kebencianku pada sampah ini berasal dari satu sebab....
"Karena para pembunuh yang kamu panggil, murid-muridku hampir mati. Itulah kenapa saya akan menghabisimu"
"Apa?! Hanya lantaran itu kamu inngin membunuhku?!"
"Bagimu mungkin sepele, tapi ini persoalan besar untukku. Di ketika melihat air mata murid-muridku, saya bersumpah akan membuatmu menyesal"
"I-itu semua ulah mereka! Aku tidak melaksanakan apapun!!"
"Bukannya kamu sadar kalau mereka ialah kelompok pembunuh? Meskipun kamu tidak tahu, itu tetap tidak masalah"
"Aku mencoba menghentikan mereka!! Tapi mereka tidak mau mendengarkank---....bugh?!?!"
Terganggu oleh alasan bajingan ini, saya memukul wajahnya untuk menciptakan beliau bungkam. Itu bukanlah pukulan yang keras, mimisan akan menjadi dampak terbesar yang bisa beliau dapatkan.
Dia mungkin berencana menggunakan 'Dragon of Fresh Blood' dalam revolusi ini dengan cara yang sama ibarat menggunakan Dominique. Namun, orang-orang itu ialah pembunuh yang ganas, dan beliau bahkan tidak mencoba untuk menghentikan mereka. Pada akhirnya, banyak rakyat jelata dan pengikut ningrat menjadi korban sia-sia.
"Aku awalnya akan meninggalkan persoalan sanksi ke kepala sekolah, namun nasib tampaknya membuatmu berdiri dihadapanku. Dosa dimana kamu hampir menewaskan murid-muridku....bagaimana kalau dibayar sekarang?"
"Hu, huhahaha… saya menolak!! Kaulah yang harus mati!!!"
Gregory mengeluarkan sebilah pisau dari balik pakaiannya, tapi saya bahkan tidak perlu mengelak dari orang yang hanya terbiasa bertarung dengan sihir, tak ada kekuatan di balik tikaman itu. Kedua jariku mengapit bilah pisau sambil sisanya menggenggam tinju Gregory, kemudian mematahkan tulang-tulang tangannya dengan kekuatan cengkramanku.
"Guuaaahhh?!?! Se-Sekarang, lakukan sekarang!!!"
Sementara beliau menjerit kesakitan, saya menoleh ke belakang dan melihat sosok Dominique mendekat. Umumnya, seseorang takkan bisa menahan verbal sekaligus hidung yang terbakar, namun tatapan si prajurit bayaran menemukanku, menggoyangkan kepalanya dengan pisau di mulut.
Hanya saja....di tengah berayun, gerakan Dominique berhenti.
"A-Apa yang kamu lakukan?! Bunuh orang ini, cepat!!"
"Itu tidak berguna"
Aku dengan ringan mengetuk Dominique dengan pedang yang saya ambil darinya, sesudah miring ke depan tubuhnya jatuh ke tanah dan tak bergerak. Itu tubuhnya, sedangkan kepalanya menggelinding, melewatiku dan menuju Gregory.
"Hiiii?! Ka-Kapan, kau....?!"
"Seperti yang saya duga, tidak gampang untuk menghentikan seseorang yang telah mengkonsumsi Pil peningkat kehidupan, selain memutuskan kepala dari tubuhnya. Baguslah lantaran beliau tidak mencicipi sakit"
Lawan yang tidak merasa sakit itu benar-benar merepotkan, tapi mereka tidaklah abadi. Bagaimanapun juga, tubuh tak sanggup berfungsi tanpa otak, beliau bukan makhluk dari suatu buku dongeng yang bisa tetap hidup tanpa kepala atau beregenerasi sendiri.
Setelah mengkonfirmasi bahwa Dominique benar-benar mati, saya melepas {String} yang rahasia ku tempatkan di sekitarnya. {String} kali ini sangat tipis dan tajam, hampir tak terlihat dan sangat mematikan. Karena telah melingkar di sekitar leher, saya tidak perlu melaksanakan gerakan apa pun, beliau mengakhiri hidupnya sendiri hanya dengan bergerak maju.
"Jangan khawatir, dirimu akan berakhir dengan pedang ini. Kau bisa mati tanpa kehilangan anggota badan"
"Aah....uhaa....hentikan....kalau saya tidak mendiskriminasi subhuman...."
Makara kamu mau berubah ketika situasinya sudah ibarat ini? Menyedihkan. Aku sudah membiarkanmu putus asa, kini ialah waktu menyelesaikannya.
"Entah terbunuh oleh ras hewan atau orang tidak kompeten, itu tetap lantaran kesalahan ayahmu. Kau bisa membenci dirimu sendiri lantaran menjadi tawanan masa lalu"
"Kau monster! Tidak, iblis!! Kau iblis berkedok manusia!!!"
"Terima kasih. Aku dulu pernah disebut Dewa Kematian*, jadi memanggilku sesuatu ibarat iblis sama sekali tidak mengganggu. Oh, bagaimana kalau saya bertindak sebagai iblis sesuai seruan barusan?"
[Shinigami]
"Aah....AAAAGGGHHH!!!!! BERHENTI!!!! BERHENTI, BERHENTI, BERHENTI, BERHENTI, BERHENTIIII!!!!!"
"Selamat tinggal"
Tanpa belas kasihan, pedang si prajurit bayaran terkubur dalam ke jantung Gregory.
☆☆☆
"Aah! Sirius-sama !!"
Setelah selesai membersihkan kekacauan di luar, saya mengganti pakaian dan membawa Golia kembali ke arena. Karena masuk dari depan kali ini, Emilia eksklusif menyadari kehadiranku dan berlari mendekat dengan senyum cemerlang.
"Kerja bagus, Emilia. Aku melihat pertempuranmu"
"Iya! Jadi....bagaimana menurutmu?"
"Aah, tampaknya pelatihanmu telah memperlihatkan hasil yang bagus, kamu berhasil memimpin para siswa dengan lancar. Taktik untuk merebut orang ini dari kendali musuh juga tidak buruk, kamu telah melaksanakan pekerjaan yang hebat"
"Benarkah?!"
Tatapan Emilia berkilauan dengan ekor melambai, jadi saya mengusap kepalanya. Matanya menyempit dan tampak senang seperti meleleh dari tindakanku, tapi lantaran mempunyai hal-hal lain yang harus dilakukan, saya menghentikannya di sana. Ada kilatan kekecewaan ketika tanganku menjauh dari kepalanya, tapi beliau dengan cepat berganti ke senyum dan berdiri di sampingku.
"Kita bisa melanjutkannya nanti. Sekarang saya mempunyai hal yang harus diserahkan kepada kepala sekolah"
"Iya! Ah, tolong biarkan saya membantu!"
Mengingat barang yang dimaksud ialah Golia, saya merasa tidak nyaman membiarkan Emilia membawa 'sampah'. Akupun menolak tawarannya dan mendekati kepala sekolah yang sedang memberi bimbingan pada beberapa siswa.
Aku pikir beliau niscaya akan mengejar Gregory, tapi beliau ternyata malah di sini melaksanakan hal-hal lain.
"Sirius-kun, saya sudah menunggu"
"Terima kasih. Kepala Sekolah tidak mengejar Gregory, apa yang anda lakukan di sini?"
"Karena sobat Gregory, Golia juga melarikan diri, akan lebih tepat bagiku untuk fokus menenangkan para siswa yang masih terperangkap kerah perbudakan. Hanya saja, apa Sirius-kun yang membawa kembali Golia?"
"Ya. Efek kelumpuhan masih ada, tapi sebaiknya beliau diikat sebagai tindak pencegahan. Selain itu, saya akan menyerahkan ini. Benda ini jatuh dari sakunya"
Barang yang kuserahkan ialah kunci kerah perbudakan yang kini digunakan banyak siswa. Untungnya kerah-kerah ini hasil produksi massal, jadi satu kunci bisa digunakan pada semua orang. Kepala sekolah mengangguk puas ketika saya menyerahkan kunci utama termasuk cadangannya.
"Terima kasih banyak. Magna, bagikan ini kepada para guru"
"Baiklah"
Kunci-kunci itu diserahkan kepada Magna-sensei dan guru lain, para siswa kemudian diminta berbaris dan bergiliran mendekati para guru untuk pelepasan kerah. Ada beberapa yang mencoba untuk memotong antrean, tapi dengan cepat ditangkap oleh golem Magna-sensei dan dikirim ke belakang garis. Bergegas hanya akan menimbulkan kepanikan, yang tidak akan membantu pada titik mana pun dalam situasi ini.
Sementara saya mengamati, Rodwell menghiburku dengan senyum di wajahnya.
"Kerja bagus, Sirius-kun. Kau melaksanakan pekerjaan dengan baik sekali, mengembalikan Golia dan kuncinya"
"....Terima kasih banyak"
"Kepala sekolah tidak terburu-buru, dikarenakan telah meminta pinjaman Sirius-sama sebelumnya"
Aku tidak ingat situasi dimana beliau meminta bantuanku, mungkin dibesar-besarkan demi menghargaiku. Aku ingin menolak ucapannya, tapi lantaran ada banyak orang dimana-mana, saya akan mengabaikannya untuk sekarang. Sebaliknya, saya memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan pertanyaan sendiri.
"Namun, laki-laki prajurit bayaran dan Gregory bertarung ketika saya muncul. Akupun sukses memanfaatkan situasi dan membawanya pergi tanpa perlu bekerja keras"
"Itu mustahil benar! Jika itu Sirius-sama, entah satu atau dua orang---muguhh!"
Akan repot kalau beliau melanjutkan komentarnya, jadi saya menutup verbal Emilia dengan tanganku. Dia terkejut sesaat, tapi kemudian menyipit lagi dan tampak gembira sambil mengendus-endus tanganku.
Setelah merenung sebentar, saya memutuskan untuk mengikuti dongeng dimana Dominique dan Gregory saling bunuh. Tentu saja, lantaran Dominique dipenggal, dan Gregory tak mempunyai pedang, saya bisa tertangkap berair kalau tidak berhati-hati.
Agar terlihat ibarat saling bunuh, saya menyambungkan kepala Dominique dan kemudian memperabukan tubuhnya dengan sihir api. Aku juga menusuk mayit Gregory menggunakan pedang Dominique. Bangsawan dan prajurit bayaran ialah rekan yang buruk, jadi takkan mengejutkan kalau mereka telah putus asa.
Titik lemah dalam dongeng ialah Golia. Jika beliau menyebut namaku, saya akan kesulitan membela diri. Untung saja beliau dia pingsan selama kejadian berlangsung. Selanjutnya, saya berpura-pura pergi sebagai sosok bertopeng dan kembali sebagai Sirius, jadi beliau seharusnya tak sanggup menarik kesimpulan antara dua tokoh itu.
"Perselisihan internal....ya? Baiklah, kita akan berhenti di situ"
"Iya. Sudah berakhir tanpa masalah"
Kepala sekolah dan saya berkomunikasi lewat senyuman, ketika berbicara, mata kami memberikan percakapan yang sebenarnya. Meski mengetahui bahwa ceritanya lebih panjang dari apa yang saya katakan, lantaran menolak memberi alasan apapun, beliau terpaksa mengalah dan mendapatkan apa adanya.
Sisa persoalan Gregory tidak dikejar, dan mereka mengalah meminta penjelasanku.
"Adanya Reese-kun membuatku tak perlu khawatir untuk pinjaman medis pada siswa yang terluka. Wajar saja mempunyai kemampuan bertarung yang hebat, tapi sifat kepemimpinan yang baik dan sihir pemulihan luar biasa ada di atasnya. Dia bahkan mengarahkan para senior bersama Emilia. Murid-muridmu luar biasa"
"Terima kasih banyak. Mereka ialah kebanggaanku"
Emilia senang mendapatkan kebanggaan itu dengan mengibas-ngibaskan ekornya. Ketika sadar, tangan yang barusan menutup mulutnya kini telah berpindah dan digosok-gosokkan ke pipinya, ayo abaikan itu.
"Aa, Sirius-san. Selamat tiba kembali"
Ketika Rodwell mengambil Golia dan pergi untuk memberi instruksi ke bawahannya, Reese yang sedang merawat siswa terluka di sudut arena menyadariku. Dia berhenti di jarak yang cukup dekat, dan sesudah melihatku dari atas ke bawah, kepalanya mengangguk puas.
"Kau....tidak terluka. Syukurlah kamu baik-baik saja"
"Kau juga. Apa sulit merawat semua orang sesudah membantu Emilia dan Reus di seluruh pertarungan?"
"Memang sulit, tapi saya senang lantaran sanggup berkhasiat bagi semua orang. Aku harus berterima kasih untuk itu, Sirius-san"
"Benar, semuanya berkat Sirius-sama"
"Tidak, justru kemenangan ini ialah hasil dari upayamu...."
Para murid telah bekerja keras kali ini, jadi saya ingin menghargai upaya mereka. Pertanyaannya adalah, apa yang menciptakan mereka senang?
"Apa kalian ingin sesuatu? Aku akan memenuhinya selama itu masuk akal"
"Eh?! Emm....benarkah?"
"Anu....kami senang tapi Sirius-san juga berkontribusi besar, jadi...."
"Tidak apa-apa. Kalian berhasil melewati situasi krisis ini dengan aman, masuk akal kalau memperlihatkan satu atau dua hadiah, ya kan? Jangan sungkan"
"Hadiah yang masuk akal....itu sulit!"
"Emilia, damai sedikit! Tapi....apa yang cantik ya? Aku ingin tau apa saya boleh memakan satu camilan manis utuh, mungkin"
"Jika membutuhkan lebih banyak waktu untuk memutuskan, silakan. Ngomong-ngomong, dimana Reus?"
Sepanjang waktu saya sudah mencari Reus. Biasanya beliau akan eksklusif menuju ke sisiku lantaran ingin menerima imbalannya sendiri. Tapi kali ini, saya belum melihatnya sama sekali.
"Emm, kalau Reus...."
Mengikuti pandangan Emilia, ada sosok yang dekat bersandar di dinding arena. Mungkinkah....Reus? Suasana disekitar dirinya gelap dan terasa sulit di dekati, jauh berbeda dari orang yang biasanya bersemangat.
Saking berbedanya, saya hingga tidak mengenalinya.
"....Apa yang terjadi dengan dia?"
"Itu....si pemimpin prajurit bayaran melarikan diri sambil membawa Golia. Dia merasa seolah segala yang terjadi lantaran salahnya, kemudian menjadi tertekan...."
"Dia sangat ingin dipuji oleh Sirius-san, jadi beliau merasa ibarat kesalahan itu akan mengkhianati harapanmu"
"Begitu ya....Oi, Reus!"
Reus perlahan berbalik ketika saya memanggilnya. Dia sangat terperinci tertekan, indera pendengaran dan ekornya terkulai. Oh ya ampun, sulit untuk senang ketika orang ini dalam keadaan ibarat itu.
"Cepat kemari, Reus. House*!"
[Ini salah satu bahasa isyarat/perintah untuk anjing. Ya semacam, 'disini rumahmu, kesini'....]
"....Ya"
Reus perlahan mulai bergerak ketika saya memberi perintah sambil menyeret pedang favoritnya. Akhirnya, beliau tiba di depanku.
"Apa yang membuatmu tertekan?"
"Itu....karena aku, semua orang dalam masalah"
"Haa....murid ndeso ini"
Hei, jangan memberitahuku kebohongan yang terperinci ibarat itu. Aku menyodok kepala Reus untuk menarik perhatiannya, dan menghentikan anak ini memalingkan wajah.
"Kau tidak tertekan lantaran melaksanakan kesalahan, tapi lantaran berpikir saya akan kesal padamu, kan? Jawab dengan jujur"
"....Iya"
"Jika begitu, kamu sudah menciptakan kesalahan lain. Aku tidak marah. Sebaliknya, saya memujimu dikarenakan telah berjuang sekeras mungkin melawan musuh"
"Eh?!"
Pada kata-kata tersebut, Reus terkejut dan melihat kesini. Tapi saya tidak keberatan dan malah mengelus kepalanya. Entah lantaran ucapan atau belaianku, cahayapun kembali ke wajah Reus.
"Kau menciptakan kesalahan dengan tidak memastikan kondisi Dominique sebelum pergi. Mengerti?"
"Ya. Sebagai akibatnya, saya merepotkan semua orang"
"Baguslah kalau kamu mengerti. Mula-mula, kamu bertarung dengan lawan yang buruk. Jujur saja, itu mungkin terlalu dini bagimu"
Jika lawan hanya berpengaruh fisik, takkan masalah. Namun, Dominique ialah orang dunia bawah, licik dan tidak takut melaksanakan hal-hal kotor. Reus mungkin dalam ancaman atau bahkan mati kalau laki-laki itu menentukan bertarung serius dan mengabaikan pelarian diri.
Aku hanya ingin Reus melawannya sebagai pelatihan, namun malah berhasil menang. Dengan tingkat pertumbuhan ini, saya hanya bisa bangga.
"Lagipula, lawanmu kali ini telah diperkuat dengan Pil peningkat kehidupan. Jadi, kamu harus besar hati dengan kemenanganmu"
"Aniki....apa tidak persoalan kalau senang?"
"Ooh, bersyukurlah, bersyukurlah. Lihat, saya akan mengelusmu lagi"
"....Yaaa!"
Itu benar, bersukacitalah sepenuh hatimu. Pada sudut lain, Emilia dan Reese tampak iri lantaran saya terlalu banyak mengelus Reus, meski pada akhirnya mereka lega melihatnya kembali semangat.
Ketika saya berbicara ihwal hadiah Reus, Rodwell tiba ke kelompok kami sambil tertawa melihat suasana disekitar anak ini.
"Huhuhu, ibarat yang dibutuhkan dari Sirius-kun. Reus bersemangat lagi hanya dengan itu"
"Sungguh luar biasa lantaran Reus bisa mengurus laki-laki itu sendiri. Dia tidak perlu tertekan"
"Benar. Aku juga bersyukur, bukan hanya lantaran menahan para prajurit bayaran, tapi untuk melawan Golia. Kau mempunyai hak untuk besar hati sekarang"
Aku mengerti bahwa Rodwell mempunyai harapannya sendiri ihwal bagaimana hal ini akan terjadi.
Namun, kamu terlalu lunak ihwal gangguan ini dan membiarkan Gregory melarikan diri. Karena itulah, Reus menjadi tertekan. Aku pikir akan menyiapkan sedikit 'serangan balik'.
"Seperti yang dibutuhkan dari kepala sekolah. Kau telah hidup selama ratusan tahun, namun masih berusaha untuk meningkatkan diri"
"Tentu saja. Orang-orang ialah makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menciptakan kesalahan. Yang penting ialah mempunyai hati yang memungkinkanmu merenungkannya"
"Pemikiran barusan sungguh fantastis. Kalau begitu, semoga sanggup bercermin dan memperbaiki diri, ayo kita tunda makanan yang manis-manis, hingga kamu sadar perbuatanmu"
"....Eh?"
"Lebih spesifiknya, saya tidak akan menyediakanmu camilan manis untuk sementara"
"Anu....tunggu sebentar, Sirius-kun?"
Karena ada keseriusan di nada bicaraku, kepala sekolah tampaknya tak sanggup membalas. Pria yang sangat berpengaruh di mata musuhnya beberapa ketika yang lalu, kini lemah dan jatuh ke pemikiran mendalam.
Magna-sensei yang mendengar percakapan kami, tak bisa tinggal membisu terhadap situasi, dan tiba untuk campur tangan.
"Sirius-kun, kepala sekolah mempunyai banyak sekali kiprah dan tanggung jawab yang menekannya, beliau tidak pernah punya waktu untuk libur. Sementara itu, camilan manis Sirius-kun menenangkannya. Aku mohon padamu untuk mempertimbangkannya kembali"
"Magna-sensei. Terima kasih telah melindungi Emilia dengan golemmu. Sebagai cara berterima kasih, saya akan menyediakanmu dengan camilan manis utuh nanti"
"Kepala Sekolah, tolong renungkanlah"
"Magna?!"
☆☆☆
Akhirnya, sesudah seluruh siswa yang terjebak dalam kerah perbudakan di bebaskan, mereka yang bersembunyi di ruang kelas keluar, kemudian semua orang bisa tertawa dan mulai pulih dari insiden.
Ini akan menjadi kenangan pahit bagi yang terlibat, terutama untuk orang-orang yang terperangkap kerah. Mereka telah memperoleh pelajaran yang baik melalui kejadian ini.
Di sisi lain, kematian Gregory sudah resmi dilaporkan, dirinya menjadi suatu referensi bagi kehidupan. Yah, setidaknya takkan ada yang mengikuti jejaknya untuk sementara waktu.
Dengan demikian....revolusi yang melibatkan banyak orang akhir dendam pribadi pun berakhir tanpa harus menyangkut pautkan seluruh negeri.
☆☆☆Chapter 50 berakhir disini☆☆☆
Catatan penerjemah : Nama Sirius seringkali digunakan pada tokoh manga/komik yg udh tidak mengecewakan lawas. Aku ingat dulu ketika masih di SD, ada komik bergenre misteri yg pelakunya menggunakan inisial Sirius, lucunya lagi si pelaku mulai terungkap ketika MC mau nyatain perasaan ke tokoh utama ceweknya XD....Sirius sendiri ialah salah satu bintang paling terang di angkasa.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/