Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

World Teacher Chap 46 B. Indonesia

Chapter 46 Semua untuk para Murid
Diterjemahkan oleh


"Permisi, apa kalian punya waktu sebentar?"

Semua orang di ruangan menoleh kesini ketika saya berdiri. Si ningrat yang duduk akrab podium menatapku jengkel.

"Ada apa denganmu? Aku bilang untuk duduk membisu kan"

"Sebenarnya, perutku sakit. Bolehkah saya pergi ke kamar kecil?"

"Jangan menciptakan lelucon. Apa kamu belum paham kalau sesuatu menyerupai itu tidak diperbolehkan dalam situasi sekarang? Inilah kenapa anak-anak...."

"Tolong jangan begitu padaku! Ini benar-benar gawat!"

Aku berjalan menuju ningrat itu sambil menggenggam perut, tampak meminta bantuan. Melihat gelagatku, ia terkejut dan menyuruh tentara bayaran terdekat untuk mengurusku.

"Ka-Kau mau apa bocah?! Oi, urusi dia!"

"Bukannya kami sudah bilang kalau bawah umur harus patuh dan duduk!"

Dari samping, prajurit bayaran menjulurkan tangan untuk menghentikanku, namun saya berpura-pura terhuyung sedikit dan menghindarinya. Menggunakan celah yang tercipta, saya terus maju menuju podium guru. Si prajurit bayaran mencoba meraihku lagi, dan saya mengelaknya dengan tersandung ke depan.

Berpura-pura kehilangan keseimbangan, saya jatuh kedepan dengan kaki yang tersandung. Memanfaatkan momentum itu, saya berguling dua atau tiga kali dan berhenti tepat di hadapan guru dan siswa yang menjadi sandera.

"Apa yang sedang kalian lakukan?! Cepat kembalikan ia ke daerah duduknya!"

"Cih, memerintah dengan arogan...."

Sementara prajurit bayaran yang mengawasi sandera menjentikkan lidahnya, saya mencoba berdiri. Ketika tubuh cuilan atasku terangkat, saya melihat tatapan kelas sedang berpusat ke sini. Setelahnya, saya menangkap kaki seorang prajurit bayaran yang terlalu dekat....

"Aah, tidak apa-apa. Jika posisinya....begini!"

Aku mendadak menarik kakinya dengan kuat. Terjatuh ke belakang, si prajurit bayaran menggunakan lengan dan sikunya untuk mendukung dan menghindari cuilan belakang kepalanya dari benturan, namun itu membuatnya tak mungkin untuk menghindari sikuku yang membanting ke bawah membentuk busur.

Serangan yang mengandalkan berat tubuh itu mendarat di perutnya, menciptakan si prajurit bayaran pingsan dengan mata putih dan verbal berbusa. Ini yang pertama.

"Ba-Bajingan!"

Seorang prajurit banyaran yang berdiri di akrab menghunus pedangnya, tapi saya menghindari dengan melompat ke dada dan menghantam rahangnya menggunakan cuilan bawah telapak tanganku. Otak harusnya berguncang, ia jatuh di lantai sambil mengerangkan sesuatu.

"Ba-Bajingan?! Kau tidak khawatir pada sandera---...."

"Sandera? Memangnya dimana?"

Dua sandera yang ia cari sudah tidak ada, tanpa menunda dirinya eksklusif runtuh di depan kakiku. Sedangkan untuk tiga prajurit bayaran yang tersisa....

"Sirius-sama, sudah berakhir"

"Aku juga selesai disini, Aniki"

Kedua bersaudara telah berhasil menetralkan mereka ketika saya sibuk.

Dalam situasi yang berbalik dengan cepat, si bangsawan, guru, hingga para siswapun hanya bisa tercengang.

"Jadi....posisinya telah berubah. Berapa usang kamu akan duduk di sana dengan tampang bodoh?"

"Kau....kau takkan lolos dengan bertindak menyerupai ini...."

"Itu perkataanku. Kau harusnya tidak menyampaikan itu ketika dirimu memaksa melibatkan begitu banyak orang dalam duduk masalah yang konyol"

Ketika keadaan berbalik, saya melihat si ningrat menciptakan gerakan kecil ke arah pintu seakan-akan akan pergi. Tentu saja, saya tidak berniat membiarkannya lari. Aku melompat ke dadanya, meraih lengannya dan melaksanakan lemparan judo ke lantai. Meski mungkin sedikit berlebihan, ini memberi sobat sekelas yang murka sedikit kepuasan.

"Baiklah, semua sudah kalah. Ayo segera ikat mereka"

"Aku sudah melakukannya, Aniki. Tapi, saya khawatir kalau menggunakan handuk. Apa ada orang yang punya tali?"

"Ah....aku punya beberapa! Aku berencana menggunakannya siang ini"

Karena sobat sekelas memperlihatkan beberapa tali, kami mengikat para penyusup dan melepaskan sandera, siswa yang tersisa mulai menyadari situasinya kini sambil memegangi kepala. Yah, ada penyusup yang mendadak masuk dan bercerita wacana revolusi, jadi satu atau dua siswa niscaya akan panik.

Aku ingin guru mengambil tanggung jawab sebagai orang remaja dan memimpin kelas, namun ia belum bergerak bahkan sehabis dibebaskan.

"Uu....aah...."

"Aniki, kenapa guru tidak bergerak?"

"Kesadarannya....baik-baik saja. Tubuhnya mungkin kram alasannya yaitu racun, apa ada yang tahu dimana racunnya?"

"Sirius-sama, saya menemukan ini di salah satu prajurit bayaran"

Emilia kembali sehabis melaksanakan investigasi pada tentara bayaran sebelum mengikat mereka, dan menyerahkan sebuah wadah kecil berisi jarum. Dilihat lebih dekat, jarum-jarum ini mempunyai ujung yang lembap dengan sejenis cairan, penjahat-penjahat ini mungkin menusuk guru dengan itu ketika mereka mengikatnya.

Aku menyelidiki guru menggunakan {Scan}, namun detak jantungnya normal dan tak ada tanda-tanda yang hingga mengancam nyawa.

"Jika mereka membawa sesuatu menyerupai ini, mereka mungkin juga membawa penawarnya"

"Dimengerti. Mungkin wadah yang ini"

"Tunggu sebentar, Emilia. Serahkan perawatannya padaku"

Reese duduk damai hingga kini alasannya yaitu kemampuan utamanya yaitu pengobatan, jadi ketika ketika ini tiba, ia mengambil kesempatan untuk berbicara. Setelah menerimanya dari Emilia, ia meminumkan obat kepada guru kemudian berfokus untuk menggunakan sihir pemulihan.

Sekarang guru sudah diurus dengan baik, saya harus melaksanakan sesuatu wacana situasi ini.

Sementara saya berpikir untuk memanggil semua orang demi menenangkan mereka, Emilia melangkah ke depan menggantikanku.

"Tenanglah, semuanya. Membuat keributan di sini takkan ada gunanya"

"Tapi apa yang harus kita lakukan dari sekarang....?"

"Tidak boleh ada yang panik di saat-saat menyerupai ini. Kita harus mulai dengan mencari tahu situasinya"

"Apa yang dikatakan Nee-chan benar! Ayo kita interogasi orang-orang ini untuk mendapat informasi!"

Reus melanjutkan dengan berdiri di sisi Emilia, dan menciptakan senyuman riang menyerupai biasa. Reus yang tetap sama tanpa peduli akan situasi menjadikan para siswa dan guru memperoleh kembali ketenangannya secara alami.

"Mereka berdua benar, kita semua aman. Kita harus damai sebelum melaksanakan yang lain"

"Ayo interogasi para penyusup, untuk menemukan lebih banyak informasi!"

Akan sangat merepotkan kalau ada siswa yang panik dan mengakibatkan keributan, namun dari kini kurasa takkan ada masalah. Disaat mengagumi tindakan keduanya, mereka menoleh kesini seolah berkata, apa begini bagus? Senyumku keluar sebagai jawaban. Kelihatannya mereka sudah tahu apa yang perlu dilakukan tanpa harus kuarahkan. Aku mengangguk dengan wajah puas.

Setelah mengikat para prajurit bayaran dan si ningrat di akrab meja guru, inilah saatnya untuk interogasi.

Entah dari mana sekolah mulai sedikit bergetar, ada juga reaksi mendadak kekuatan sihir yang aneh, membuatku melirik ke arah jendela. Meskipun sedikit tertunda, kebingungan juga muncul pada Emilia dan beberapa siswa lainnya yang peka terhadap anutan mana di kelas, hanya saja tak ada keabnormalan yang tampak di balik jendela.

Dari persepsiku sendiri, saya merasa mana di atmosfer menipis walaupun hanya sesaat. Aku belum bisa menyampaikan apa penyebabnya, tapi sesuatu niscaya terjadi. Ketika saya akan melepaskan {Search}, seorang gadis di kelas yang melihat keluar berteriak.

"Hei semuanya! Lihatlah keluar, ke luar!"

Ruang kelas ini menghadap ke lapangan latihan, dan meskipun ada jarak pendek di antaranya, daerah itu masihlah gampang dilihat. Ketika menoleh kesana, semua siswa tertegun.

"Itu....golem, kan?"

"Ini tidak lucu. Kenapa hal-hal semacam itu berada di sini?!"

"Lihat, ada bawah umur dari kelas lain"

Golem Batu yang tak terhitung jumlahnya tersebar di lapangan dengan ukuran masing-masing lebih besar dari dua orang dewasa, ada juga para siswa yang tampaknya gagal melawan dan dibentuk berjalan dalam barisan. Dari arahnya, mereka mungkin menuju ke arena.

Anehnya, para siswa itu terlihat patuh. Meskipun ada banyak ningrat penyihir, golem dan prajurit bayaran disana, namun para siswa masih unggul dalam hal jumlah jadi masuk akal bila ada setidaknya satu atau dua yang melawan. Tapi kemudian, saya menyadari sesuatu yang mencolok ketika memfokuskan pandangan.

"....Kerah budak, ya"

"?! Sirius-sama....Mungkinkah...."

"Ah, semua siswa disana menggunakan kerah budak. Mereka ternyata juga mempunyai banyak benda-benda itu"

Ada sekitar 100 siswa yang bisa terlihat di sana hanya dengan asumsi kasar. Karena sekolah mempunyai total sekitar 600 siswa, jumlah yang tertangkap termasuk angka yang besar.

Walaupun mereka tidak melaksanakan apa-apa, kerah itu akan terus menghisap mana dari si pemakai hingga menciptakan seluruh tubuh menjadi berat dan lelah. Mempersiapkan banyak hal-hal mahal menyerupai ini sangat mengindikasikan keseriusan revolusi para penyusup.

Kedua bersaudara yang pernah mengenakan kerah menyerupai itu selama hampir satu tahun, menatap para siswa dengan ekspresi sedih.

"Kejam...."

"....Tak bisa dimaafkan"

Hanya saja mereka bukan lagi anak yang bisa ditindas, mereka telah memperoleh kekuatan demi bisa melawan bahkan kalau berurusan dengan orang dewasa. Selain kesedihan, keduanya juga murka dengan tinju yang tergenggam erat.

Aku berpikir untuk tidak menyerang para revolusioner langsung. Disaat tanganku mengelus kepala Reus dan Emilia untuk menenangkan mereka, seorang sobat sekelas kami mulai berbicara dengan wajah tegang.

"Ba-Baiklah. Ini bukan masalah biasa lagi. Haruskah kita memberi tahu penjaga istana atau kota terlebih dahulu?"

"Benar. Kita tidak bisa mengurusi banyak prajurit bayaran ataupun golem sendirian"

"Ayo berpencar untuk melarikan diri. Kita perlu mencari santunan dari luar!"

Pilihan cantik dengan rahasia meminta pertolongan dari luar. Lebih jauh lagi, akan lebih gampang untuk keluar dengan membagi kelompok sambil bersembunyi. Namun, apa penyusup yang telah merencanakan hal-hal hingga sejauh ini bisa hingga ceroboh dengan membiarkan kami melakukannya?

Sementara kelas mulai oke dengan melarikan diri ke luar, si ningrat yang terikat mulai tertawa keras.

"Hahaha! Bocah-bocah yang bodoh. Apa kalian mengira bisa keluar sekolah dengan mudah?"

"Terserah kamu mau berkata apa! Jika kami semua melarikan lari, salah satu dari kami niscaya akan...."

"Apa kamu pikir kami tidak mempertimbangkan situasi semacam itu? Lihatlah tembok pembatas di luar!"

Setelah menoleh ke arah dinding yang mengelilingi sekolah alasannya yaitu ucapan si bangsawan, saya menyadari adanya sesuatu menyerupai cahaya samar dan membentang ke langit.

"Apa itu? Apakah ada mekanisme menyerupai itu di dinding pembatas sebelumnya?"

"Kalian lihat. Itu yaitu penghalang yang dirancang untuk mencegah serangan musuh dari luar sekaligus bisa menjadi penghalang yang bisa membatasi orang yang berada di dalamnya. Kalian terjebak di sini!"

"Lihatlah senpai yang di sana!"

Mengikuti arah yang ditunjuk dari teriakan gadis ini, ada seorang siswa yang berulang kali menembaki {Flame Lance} ke dinding. Sayangnya, tak ada gesekan sedikitpun. Tak peduli berapa kali ia menggunakan sihir, tak ada perubahan hingga kesudahannya si siswa di tahan oleh prajurit bayaran dan golem dari belakang. Dia sedikit melawan, menggunakan {Flame Lance} pada golem terdekat, namun kalah alasannya yaitu terkepung oleh jumlah. Sebuah kerah budak dikenakan padanya, dan siswa itu dibawa pergi oleh golem.

"Jadi penghalang itu takkan hancur bahkan dengan {Flame Lance}, ya? Tapi, kalau kami menggabungkan kekuatan, bahkan penghalang itu takkan bisa menahannya"

"....Hentikan"

Sang guru yang gres saja pulih hingga bisa berucap, menghentikan para siswa. Reese mendukung bahunya ketika ia berdiri dengan hati-hati dan mulai duduk di kursi. Dia kemudian berbicara sehabis memastikan bahwa dirinya di perhatian oleh semua orang.

"Penghalang tersebut diciptakan oleh kepala sekolah. Walaupun masih prototipe, bahkan kami mengalami kesulitan untuk memecahkannya, ditambah lagi itu bisa memperbaiki diri hanya selang beberapa ketika sehabis diserang. Mustahil bagi kalian untuk memecahkannya"

"Sekuat itu, bahkan sebagai prototipe?"

"Pertahanannya sempurna. Masalahnya yaitu jumlah waktu untuk penggunaan selanjutnya. Terdapat kekurangan dimana itu tidak bisa dipakai kecuali mengakumulasi mana di atmosfer selama sekitar enam bulan"

Sensasi aneh yang saya rasakan beberapa ketika yang kemudian mungkin mekanisme untuk mengaktifkan penghalang. Aku memperpanjang radius {Search} ke luar penghalang, namun gagal mendapatkan respon apa pun. Penghalang ini dirancang untuk bertahan pada bukan hanya serangan fisik, namun juga sihir.

"Berapa usang penghalang sanggup bertahan begitu diaktifkan?"

"....Satu hari. Bagian buruknya, sekali beroperasi, bahkan kepala sekolah tidak bisa membatalkannya"

Semua orang menunduk alasannya yaitu kata-kata guru.

Tak peduli seberapa besar sekolah ini, akan sulit untuk bersembunyi melawan seni administrasi para penyusup yang menggunakan golem. Sementara para siswa berkubang dalam keheningan dalam wajah suram, si ningrat dan prajurit bayaran mulai tertawa lagi.

"Sudah paham? Kalau begitu, lepaskan kami! Jika kalian melakukannya sekarang, saya mungkin akan memasang kerahnya dengan lembut"

"Bocah sialan dari ras binatang! Aku benar-benar tidak akan memaafkan kalian!"

"Cepat lepaskan ini!"

Para penyusup menjadi bersemangat lagi, sedangkan saya mengatur semua informasi yang terkumpul hingga sejauh ini.

Tujuan mereka yaitu untuk menyingkirkan semua ras hewan dan mengubah Elysion menjadi negeri khusus untuk umat manusia.

Demi mewujudkannya, mereka perlu menyingkirkan Raja yang menentang gagasan tersebut dan menyusun kebijakan baru. Namun, daripada menargetkan istana, mereka malah menduduki sekolah. Asumsinya adalah, mereka akan menggunakan siswa dalam pertempuran. Aku jadi yakin ketika melihat penggunaan kerah perbudakan.

Hanya saja, mereka mungkin hanya dipakai sebagai perisai. Sulit berpikir kalau para siswa akan dipaksa ikut bertarung alasannya yaitu kerah akan terus-menerus menguras mana si pemakai.

Pasangkan kerah pada sebanyak mungkin siswa hingga penghalang disekeliling sekolah lenyap, kemudian maju ke istana sambil mendorong mereka sebagai dinding pertahanan. Terutama dengan memanfaatkan bawah umur bangsawan, akan sulit bagi istana untuk bergerak. Jika mereka menanganinya dengan jelek dan hingga melukai ataupun membunuh anak-anak, reputasi istana akan jatuh. Bisa dikatakan, tidak mungkin menahan serangan ini tanpa korban jiwa, para siswa juga niscaya kesulitan untuk melarikan diri. Intinya, istana berada pada kerugian besar.

Ini memang wangsit yang busuk, namun tetap menjadi seni administrasi yang efektif. Sebagai seseorang yang akan melaksanakan metode apa pun untuk berhasil dalam kehidupan yang dulu, sebagian dari diriku sanggup menghargai pemikiran dan pelaksanaan planning mereka sejauh ini.

Namun....secara keseluruhan terasa menjijikkan.

Yang dipaksa berpartisipasi bukanlah orang dewasa, melainkan anak-anak.

Kalian sanggup menyebutnya perbuatan mulia ataupun revolusi, namun ini tidak lebih dari terorisme dan kudeta. Aku hanya bisa menganggapnya sebagai diskriminasi terbelakang terhadap ras binatang.

Ada satu hal....yang bisa saya lakukan.

Aku perlu mendapatkan informasi sebelum menentukan tindakan selanjutnya. Mendekati si ningrat yang kami ikat, saya memegang lehernya dan dengan garang mengangkatnya.

"Oi kau. Berapa banyak ningrat dan prajurit bayaran yang terlibat dalam hal yang disebut 'revolusi' ini?"

"A-Apa, kamu bajingan? Mendadak bertingkah arogan....bu puee....!"

Karena ia memperlihatkan sikap menolak, saya memukul pipinya dengan punggung tanganku. Wajahnya memerah dengan tanda menyala di pipinya, ningrat itu membisu dengan ekspresi terkejut.

"Aku akan bertanya sekali lagi. Berapa banyak ningrat dan prajurit bayaran yang terlibat dalam revolusi ini?"

Aku menempelkan sebilah pisau milik seorang prajurit bayaran ke lehernya dan melepaskan sedikit niat membunuh. Napas si ningrat tersendat, dan mulai berkeringat deras.

"H-Heee....m-mau apa kau?!"

"Jika kamu tidak tahu apa-apa, katakan. Aku sudah selesai denganmu"

"Ba-Baiklah! Hentikan, saya akan memberitahumu! Tolong, lepaskan aku!"

Meskipun ningrat yang ketakutan itu berbicara pada akhirnya, sesuai dugaan ia hanya punya sedikit informasi yang berguna. Sebenarnya saya tidak mengharapkan ia untuk bicara hanya alasannya yaitu sebilah pisau.

Dari apa yang saya pahami, Gregory yaitu pemimpin revolusi, dan ada sekitar 30 orang berpengaruh di intinya. Dia tidak tahu berapa banyak tentara bayaran yang dipekerjakan untuk membantu.

"Ada satu pemimpin yang berpengaruh di antara tentara bayaran. Aku tidak benar-benar tahu hal lain, orang itu yaitu orang yang mengumpulkan semua tentara bayaran bersama-sama"

"....Kerja bagus. Istirahatlah perlahan"

Karena ia terus berjuang bahkan ketika saya meninggalkannya sendirian, saya mencekik arteri karotidnya dan ia pingsan.

Aku bertanya kepada para prajurit bayaran juga, namun informasinya bahkan kurang alasannya yaitu posisi mereka lebih rendah dari pemimpin kelompok. Yang bisa saya pelajari wacana pemimpin prajurit bayaran yaitu terlepas dari semua kemampuan, ia masihlah orang berotak-otot. Namun, alasannya yaitu informasinya tidak cukup, saya melenyapkan kesadaran mereka sama menyerupai si bangsawan.

Beberapa sobat sekelas mendekat akhir serangkaian peristiwa, akupun menyerahkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Setelah menuntaskan interogasi dengan cepat, para siswa berbaris dibelakang menunggu instruksiku.

"Kalian....apa kalian mengerti ini?"

"Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan hal menyerupai itu"

"Aku akan menyingkirkan mereka yang membawa kerah!"

"Aku juga akan melaksanakan yang terbaik!"

Para murid mengerti dari perilakuku apa yang harus dilakukand dan setuju, kemudian mengatur senjata yang kami kumpulkan dari para prajurit bayaran, beberapa pedang, belati, dan pisau lempar. Tapi ini sudah cantik alasannya yaitu senjata pribadi kami tertinggal di pondok berlian.

Melihat sikap kami, sobat sekelas menjadi semakin ingin tahu. Pada kesudahannya Mark, dan beberapa siswa lain mendekat untuk mempertanyakan motif kami.

"Sirius-kun, apakah kamu kebetulan...."

"Benar. Jika kita tidak bisa melarikan diri, maka saya akan melawan penyusup yang tersisa. Aku akan mengurusnya entah bagaimana"

"Entah bagaimana apanya!? Ada banyak golem, penyihir, dan bahkan prajurit bayaran di luar sana! Kita tidak mempunyai pengalaman bertarung yang cukup untuk mengurusnya, bukankah kamu menyadari itu?!"

"Aku mungkin akan kalah kalau menyerang secara langsung. Namun tidak ada perbedaan besar dalam potensi bertarung. Musuh yang paling merepotkan di sini, yaitu golem...."

Golem-golem terlihat sangat kuat, tapi mereka sanggup dengan gampang dihancurkan oleh {Flame Lance}. Selain itu, gerakannya sangat lambat, dan ketika cuilan kaki rusak, mereka akan jatuh tanpa bisa bangkit lagi.

Setelah menyadari kalau hanya ada sedikit perbedaan kekuatan antara kami dan para penyusup, vitalitas mulai kembali ke mata seluruh siswa dikelas.

"Aku tidak akan menghentikan kalian kalau ingin bertarung bersama. Mereka yang tidak ingin bertarung harus tetap berada di belakang. Kalian mungkin harus membunuh, atau terbunuh kalau hingga ceroboh"

"Tentu saja saya akan bertarung. Daripada duduk di sini dengan rasa takut, saya akan bersumpah atas nama keluarga Holtia. Akan kutunjukkan kepada mereka {Flame Lance}ku"

"Aku juga! Aku tidak akan membiarkan orang-orang itu melaksanakan apa yang mereka inginkan!"

"Bahkan kalau ada ancaman kalau saya akan terikat oleh kerah....aku tetap ikut bertarung!"

Karena ada orang yang tidak cocok dalam hal bertarung, diputuskan bahwa mereka akan bertahan di kelas dengan guru yang masih tidak bisa bergerak. Aku akan meninggalkan arahan lebih lanjut kepada guru.

Sekarang, saya ingin lebih banyak orang kalau mungkin....sepertinya ada reaksi dari {Search} yang berasal dari sisi lain.

Aku melihat ke arah koridor, di mana bunyi langkah kaki dengan cepat mendekat. Para siswa lainnya tegang dan mulai bersiap untuk bertarung, namun saya segera menyampaikan kepada mereka bahwa orang-orang yang tiba ke arah kami yaitu sekutu. Pintu terbuka, dan bawahan Reus muncul.

"Apa kamu baik-baik saja, Aniki*?!"
[Jgn lupa, kalo anak buah Reus manggil aniki, itu merujuk ke Reus. Sedangkan Sirius dipanggil sebagai oya-bun (bos besar XD )]

"Ooh! Kalian? Kalian ternyata aman"

"Ada yang terluka, ada beberapa yang belum bisa bergabung dengan kita tapi kami semua aman"

"Baiklah, saya akan melawan mereka sekarang. Bantu aku!"

"""Baik!!"""

Ruang kelas menjadi sesak, tapi semangat para siswa meningkat seiring dengan bertambahnya orang yang bisa bertarung.

Ketika {Search} menyelidiki daerah lain, masih ada siswa yang tetap tinggal di setiap kelas. Mereka mungkin menunggu seseorang untuk tiba membantu, atau mencoba melarikan diri tanpa diperhatikan oleh para penyusup, alasannya yaitu tidak ada kelompok yang cukup besar untuk melawan. Banyak dari kelompok-kelompok itu bergerak menuju arena, meskipun peluang kemenangan yang menyedihkan dalam pertarungan. Setidaknya para sandera aman, bahkan kalau mereka gagal.

Setelah memahami lokasi siswa-siswi yang tersisa, saya mengumpulkan murid-muridku dan menjelaskan anutan rencananya mulai dari sekarang.

"Dengar, kumpulkan beberapa orang dari setiap kelas. Musuhnya yaitu orang remaja entah itu ningrat maupun prajurit bayaran. Kalian hanya harus melawan mereka, tahan diri dari menyerang siswa dari kelas lain. Jika kalah dalam hal kekuatan, berusalah untuk menang dengan angka"

"Iya. Nantinya, planning bisa dirubah kalau kita tidak bisa menyerang langsung"

"Benar. Ada banyak titik kunci di mana kita bisa menyerang, jadi kumpulkan setiap siswa untuk berjaga-jaga"

"Aniki, bukankah lebih baik bagimu untuk memimpin mereka?"

"Kalian yang mempunyai banyak prestasi di sekolah kurasa akan lebih dipercaya sebagai pemimpin, ya kan?"

Para siswa di sini mungkin mendengarkan penjelasanku, tapi pada akhirnya, saya hanyalah keberadaan samar yang didukung oleh rumor. Dalam keadaan darurat, mungkin sulit bagi mereka untuk benar-benar mengikutiku. Di sisi lain, kedua bersaudara sangat terkenal di seluruh sekolah, prestasi mereka diketahui secara luas. Siswa lain kemungkinan akan lebih gampang menaruh kepercayaan pada mereka.

"Akankah kami baik-baik saja sendiri tanpa Sirius-sama?"

"Anggap saja ini sejenis pelatihan. Selain itu, saya berencana untuk bergerak sendiri dari sekarang"

"""Ehh?!"""

Para murid terkejut oleh kata-kataku. Ketiadaanku akan menciptakan kiprah mereka jauh lebih sulit, namun saya memutuskan untuk melaksanakan ini dari ketika menyadari bahwa penghalang itu diaktifkan.

"Aku akan menyelidiki penghalangnya. Mungkin, ada celah dalam desain yang bisa saya manfaatkan"

"Daripada Sirius-san pergi sendiri, bukankah akan lebih kondusif kalau ada orang lain di sisimu"

"Akan lebih cantik kalau sisi kalian mengumpulkan sebanyak mungkin siswa, jadi kalian bisa bertindak dengan lebih cepat. Jika saya pergi dengan beberapa orang, kalian akan kekurangan dukungan, atau untuk bertarung kalau para prajurit bayaran atau golem dikirim. Lagipula....apa kalian merasa takkan bisa tanpa diriku?"

'Apa kalian takkan bisa tanpa diriku?'. Para murid membuka lebar mata mereka ketika mendengarnya.

Itu benar, memalukan untuk bergantung padaku selamanya. Berbeda dengan situasi di labirin, kalian tidak akan terbunuh kalau gagal di sini. Ini jauh lebih kondusif daripada melawan pembunuh-pembunuh haus darah itu.

"Kalianlah yang menginginkan kekuatan sehingga kalianlah yang harus maju, bukan aku, orang dewasa, maupun bangsawan. Ini yaitu ujian, untuk melihat apakah kalian telah maju menuju tujuan masing-masing. Tak ada gunanya kalau harus bergantung padaku, kan?"

"....Iya! Aku tidak akan bergantung pada Sirius-sama, malah saya ingin Sirius-sama yang bergantung padaku"

“Aku ingin berdiri sejajar dengan Aniki! Aku akan melakukannya!"

Dipikir-pikir, kedua bersaudara selalu berkata kalau mereka ingin berkhasiat untukku. Sampai sekarangpun saya memahaminya.

"Emilia, Reus....bisakah kalian melakukannya?"

""Ya!!""

"Reese juga, tolong ikuti mereka berdua"

"Serahkan padaku!"

Reese yang berdiri di samping, mengeratkan tinjunya dengan wajah dipenuhi keyakinan. Sebelumnya, Reese akan galau ketika saya meminta sesuatu, namun hatinya telah bertambah berpengaruh sehabis berbaikan dengan ayahnya.

Selanjutnya, saya membagikan informasi wacana arena yang di sanggup dari {Search}, dan menyarankan mereka wacana bagaimana menghadapi tentara bayaran sekaligus golem. Selain itu, pertempuran kali ini akan melibatkan kelompok besar, bukan hanya individu. Mereka harus bertarung dengan berhati-hati sebagai kelompok, jadi saya mengajarkan beberapa hal mendasar.

Setelah selesai, saya kembali ke murid-murid.

"Aku tidak tahu banyak wacana penghalang itu. Aku tidak yakin berapa usang waktu yang diperlukan, jadi kalian harus mengalah pada gagasan kalau saya akan bergabung dengan kalian selama pertarungan"

"Sirius-sama, tolong lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Akan kami tunjukkan kalau kami baik-baik saja"

"Itu yang ingin saya dengar. Tapi jangan berlebihan, ya? Mundur ketika keadaan menjadi terlalu berbahaya bukan berarti menjadi pengecut, melainkan pintar"

"Serahkan padaku, Aniki!"

Aku dengan lembut mengusap kepala murid-murid pada akhirnya, dan Mark memanggilku ketika saya keluar dari kelas.

Dia seharusnya mendengar percakapan kami alasannya yaitu berada di akrab sini, tapi akan kubuat seakan-akan saya menghindar kalau ia tiba untuk mencoba dan menghalangiku. Kupikir begitu, tapi Mark malah mempunyai tersenyum segar ketika ia mengulurkan tangan kepadaku.

"Jangan khawatir, saya akan mendukung mereka dengan seluruh kekuatanku. Kau tidak harus menahan diri"

"Apakah itu baik-baik saja? Bukankah ada sesuatu yang disebut 'Kebanggaan Bangsawan' yang mencegahmu mengurusi pelayan orang lain?"

"Yah....itu kalau mereka yaitu pelayan biasa. Namun, mereka berdua lebih berpengaruh dariku dan mempunyai lebih banyak pengalaman tempur. Selain itu, mereka bukan pelayan di daerah ini, hanya sobat sekelas. Akan memalukan kalau saya bertindak dengan cara lain"

"Begitukah? Lalu, maaf tapi saya akan menyerahkan ini padamu, Mark. Tolong jangan bertindak gegabah"

"Itu ucapanku. Meski mengetahui kekuatan mereka, saya tidak cukup tahu tentangmu. Aku tidak begitu peduli dengan keselamatanmu, tapi tolong berhati-hatilah"

"Aah, terima kasih"

Ketika kami menuntaskan jabat tangan, Mark mendorong punggungku dan saya keluar dari kelas.

Aku merasa sedikit bersalah.

☆☆☆

Tujuan pertama yaitu pondok berlian. Mengesampingkan Emilia, Reus tidak bisa bertarung dengan serius menggunakan pedang prajurit bayaran. Aku segera bertemu musuh sehabis keluar dari gedung sekolah dan menembakkan {Magnum} ke setiap deretan sihir yang dipakai sebagai katalis untuk golem. Aku kemudian melesat sambil mengalahkan para prajurit bayaran dan ningrat di jalan dengan beladiri.

Terus menuju asrama sekolah dan keluar dari jalan utama, tapi alasannya yaitu pondok berlian dan asrama agak jauh dari sekolah, tempat-tempat itu berada di luar penghalang. Walaupun saya bisa melihat kedua bangunan, saya tidak bisa melanjutkan lebih jauh.

Hanya saja....

"Tak peduli bagaimana itu terlihat, disana hanya ada langit kosong ya"

Akupun menggunakan {Air Step} dan terbang melewati cuilan paling atas dari penghalang. Seperti yang diharapkan, penghalang ini berujung di langit, jadi saya mengatasinya mudah.

Ini disebut penghalang, namun tidak berkhasiat kalau harus melawan monster terbang. Yah, lagipula hanya prototipe. Aku pikir akan meringkas temuan ini dan menulis laporan wacana kekurangannya pada kepala sekolah ketika kami bertemu nanti.

Berbicara tentangnya, saya ingin tau apa yang akan ia lakukan ketika kembali ke sekolah.

Dia pergi alasannya yaitu informasi palsu, dan penghalang yang ia ciptakan sendiri malah dipakai sebagai cuilan dari invasi. Kepala sekolah mungkin tidak memaafkan dirinya sendiri sehabis ini.

Tapi....kepala sekolah elf yang sudah hidup lebih dari empat era juga harusnya gampang melaksanakan ini, kan?

Aku mungkin tidak mempunyai apapun selain kenangan wacana dirinya yang sedang makan kue, tapi ia yaitu tipe orang yang selalu berusaha memoles diri sendiri. Dia telah mendapatkan begitu banyak pengalaman, jadi saya tidak percaya kalau ia tidak mengantisipasi insiden ini.

Alih-alih menggunakannya sebagai penghalang, mungkin ia malah berpikir ini dipakai untuk menjebak orang di dalam. Dia menyampaikan sesuatu wacana hal yang ditujukan untuk situasi kacau, jadi mungkin kami semua telah dibentuk menari di telapak tangan Rodwell.

Yah, saya memikirkan aneka macam hal tapi itu hanyalah pendapat. Jika benar kami ditipu olehnya, saya niscaya akan meninjunya ketika ia kembali.

Begitu tiba di pondok berlian, saya eksklusif melengkapi peralatan tempurku di bawah jubah sekolah. Sambil membawa pedang Reus dan pisau Emilia, saya terbang kembali lewat atas dan masuk lagi ke dalam penghalang.

Aku mungkin harus memanggil bala santunan dari kota atau istana disaat berada di luar penghalang, namun saya memutuskan untuk tidak melakukannya. Aku tidak berpikir itu perlu.

Dan, saya tidak berencana untuk segera bergabung dengan murid-muridku.

Karena....aku telah memutuskan bahwa situasi ini berkhasiat sebagai pengalaman bagi mereka bertiga.

Kejadian di labirin yaitu teladan lain.

Aku melangkah pada saat-saat terakhir pada waktu itu, namun tidak baik kalau saya selalu membantu mereka dalam setiap situasi. Tubuhku hanya satu, dan tidak bisa selalu melindungi mereka kalau tidak berada di dekat. Aku hanya bisa melaksanakan sebanyak itu.

Untuk alasan ini, saya ingin mereka memperoleh pengalaman dan menuntaskan sesuatu secara berdikari dariku, selagi mereka masih bisa.

Ini mungkin agak kasar, tapi saya mempunyai hal lain yang harus diperhatikan. Oleh karenanya, saya harus percaya pada murid-murid.

Meski jelek untuk siswa lain, mereka harusnya baik-baik saja kalau bekerja sama dengan murid-muridku. Ada pepatah yang mengatakan, 'Jika kamu mencintai anak-anakmu, kirim mereka ke dunia'*, dan situasi ini memberi mereka aneka macam macam pengalaman. Sejujurnya, saya ingin bertarung berdampingan, namun saya tidak ingin mereka dimanja oleh bantuanku. Aku harus tegas dan mengeraskan hati untuk sekarang.
[Jujur aja saya kurang tau sama pepatah diatas....kukira maksudnya "masukkan ia ke sangkar singa"]

....Tentu saja, saya akan segera campur tangan kalau keadaan menjadi terlalu berbahaya.

☆☆☆

Ketika saya kembali ke gedung sekolah, saya segera menemukan murid-muridku.

Mereka menuju ke arena, di mana para siswa yang ditangkap berada. Ada lebih dari seratus siswa yang ikut. Mereka tampaknya berhasil mengumpulkan siswa yang tersebar dari masing-masing kelas.

Dipimpin oleh Reus, golem dan tentara bayaran yang menghalangi jalanpun tertebas. Kebahagian meletus setiap kali golem dijatuhkan oleh Reus atau Emilia. Itu masuk akal kalau mereka mendapatkan kepercayaan dari senior dan anabawang sehabis memperlihatkan keterampilan setingkat itu. Aku senang murid-murid mempunyai talenta kepemimpinan yang hebat.

☆☆☆

Situasinya tampak baik-baik saja untuk ketika ini, jadi saya akan melaksanakan pekerjaanku.

Aku melepas jubah, menyiapkan pakaian tempur, dan mengeluarkan topeng baruku. Reese tidak pernah mengembalikan topeng yang saya gunakan ketika menyelamatkannya. Bahkan sekarang, topeng itu disimpan dengan hati-hati di mejanya.

Dengan penyamaran yang selesai, saya melepaskan {Search} untuk mencari golem dan tentara bayaran yang bersembunyi di lokasi lain kecuali arena. Mereka semua tidak tetap di satu lokasi, melainkan menyebar untuk mencari siswa-siswi yang melawan.

Makara murid-muridku sanggup maju tanpa takut akan penyergapan dari belakang, yaitu tugasku untuk menangani mereka sepenuhnya. Walau tidak membantu secara langsung, saya akan mendukung mereka dari bayang-bayang. Untuk membantu dengan pembinaan ini, saya akan menyesuaikan kesulitan situasinya sedikit.

{Search} mengungkapkan 30 musuh di dalam arena....

Dan 40 di luar.

Aku berlari ke arah kelompok pertama.

☆☆☆

Pertemuan pertama yaitu sekelompok prajurit bayaran. Mereka sampah di lebih dari satu artian.

Ada seorang senior wanita yang ditahan sambil dirobek jubahnya.

Mereka sampah yang terlalu sederhana, jadi tidak perlu bersikap lunak. Aku menembak laki-laki pertama dua kali dengan {Magnum}, dan mengikat yang kedua dengan {String} kemudian melemparnya terbang. Si siswa perempuan, yang hampir dilecehkan, sangat panik. Aku memukul titik vitalnya dengan lembut, membuatnya pingsan.

Setelah itu, mereka dikubur hingga mencapai leher dalam lubang yang kubuat sendiri di tanah dengan menggunakan sihir. Aku kemudian membawa si siswa wanita kembali ke ruang kelas kami untuk dipulihkan. Mudah-mudahan ia akan menganggapnya sebagai mimpi buruk.

Target berikutnya yaitu golem dan beberapa penyihir, namun mereka sudah terlibat dalam pertempuran dengan beberapa siswa.

Sekilas, pertempuran itu tampak mengalami kebuntuan, ketika dilihat lebih teliti ternyata para siswa hampir kehabisan mana. Hasil yang tak terelakkan, kalau saya tidak ikut campur, kesudahannya sudah jelas. Untuk sekarang, saya menghancurkan golem dengan menggunakan {Impact} jarak jauh, dan kemudian melanjutkan untuk mematahkan lengan dan kaki penyihir satu persatu.

Sisanya kutinggalkan kepada para siswa di sana.

Kemudian, pekerjaanku berlanjut sambil memastikan tak ada siswa yang melihat.

Terkadang menebas tubuh mereka dengan pedang Reus, terkadang memotong leher mereka dengan pisau Emilia. Bagi musuh yang mencari para siswa dan hampir menemukannya, saya membidik mereka dari atap menggunakan {Magnum}.

Masing-masing sebuah tembakan di kepala, membersihkan mereka satu demi satu.

☆☆☆

Saat ini, saya pada dasarnya melaksanakan pekerjaan yang sama saya lakukan di kehidupan sebelumnya, mengurus orang-orang secara rahasia.

Ini hal yang aneh, ketika bereinkarnasi dan menjalani kehidupan yang sangat berbeda, namun tetap saja melaksanakan hal yang sama menyerupai dulu.

Ini bukan seolah saya menikmati pembunuhan. Aku hanya selalu merasa perlu memisahkan apa yang kulakukan kini dengan apa yang kulakukan di kehidupan sebelumnya.

Namun sekarang, demi para murid sekaligus demi diriku sendiri, saya rela mengotori tangan ini.

Sampai mereka menjadi remaja kelak, akan kukotori tangan ini sebanyak yang diperlukan.

"Karena saya akan mengusahakan yang terbaik, kalian juga harus berjuang"

Aku melihat murid-muridku dari jauh, menatap punggung mereka yang berjalan maju.

Dan untuk sasaran berikutnya, jari telunjukku terulur kesana.

"Tersisa....dua belas"

☆☆☆Chapter 46 berakhir disini☆☆☆

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya

Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/