Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

World Teacher Chap 19 B. Indonesia

Chapter 19 Ayo Pergi Berpiknik---Edisi Menghasilkan Uang---
Diterjemahkan oleh





Bagian 1


Jewel Turtle terdiri dari batuan dan bijih unik. Kalau disederhanakan, itu menyerupai golem yang mempunyai kecerdasan.

Pokoknya, meskipun seluruh tubuhnya merupakan monster kokoh, mahkluk ini mempunyai titik lemah, yaitu jantung yang berada di bawah perut. Tempat itu hampir tanpa pertahanan dan tipis, jadi kalau dilawan dengan baik, akan mungkin dikalahkan hanya dengan mengandalkan pisau. Namun, itu berarti kamu harus bergerak ke cuilan bawah tubuh besarnya. Apa lagi, lantaran setumpuk bijih unik membuat bobotnya sangat berat. Dengan gampang melampaui sekitar empat ton....itu menyerupai dua truk.

Bahkan kalau seseorang berhipotesis untuk membaliknya, titik lemah atau jantung cukuplah kecil dan sulit untuk dilihat. Dilain sisi, tentakel akan meluas dari tempurung Jewel Turtle untuk melindungi sambil mendukung tubuh besar monster ini. Walaupun hanya mempunyai tentakel yang lunak, dikatakan bahwa itu tidak terbatas, lantaran bisa beregenerasi setiap kali terpotong.

Aku tidak tahu bagaimana cara para petualang menghadapinya. Namun, saya pikir bisa menjungkir balikkan tubuhnya dengan strategiku.

"Reus, jangan menyerang dan fokus pada pertahanan. Ketika kesempatan datang, jangan hingga melewatkan itu"

"Aku mengerti, Aniki!!"

Jika Jewel Turtle bertemu Lior, mahkluk ini mungkin akan terbelah menjadi dua dari ayunan pedangnya, hanya saja itu masih tidak mungkin bagi Reus. Dia mempunyai pedang besi yang umum, dan niscaya akan pecah dikala berhantaman dengan tubuh kokoh si kura-kura. Jadi, saya menyuruhnya untuk berkonsentrasi pada serangan ke titik lemah target.

"Emilia, bimbing ia memakai sihirmu. Pertama-tama, buat mahkluk ini berfokus pada kita"

"Mengerti"

Kami harus menghindari pertempuran jarak bersahabat sebanyak mungkin. Pertama, mengambil beberapa langkah kebelakang untuk keluar dari jangkauan tentakel dan menyerangnya dari jarak jauh. Agar tidak menargetkan para petugas, kami akan mengarahkan garis pandangnya, memancingnya ke sini biar menuju ke lokasi lain.

"Tembak wajahnya!"

"Iya! {Wind Ball}!!"

Emilia memadatkan udara untuk membuat sihir yang melesatkan sebuah bola seukuran bola voli. Itu mempunyai kekuatan untuk menghancurkan bebatuan ketika dibentuk dengan upaya serius, tapi kali ini, ia meluncurkannya sambil menurunkan kekuatan. Monster itu lebih keras daripada batu, sehingga tujuan dari serangan hanyalah untuk menarik perhatian.

Bola angin menyentuh wajah monster langsung, membuat bunyi agak keras dari dampak. Kura-kura itupun mengarahkan mata heningnya kearah sini.

"Selanjutnya, potong satu tentakelnya!"

"{Air Slash}!!"

Pisau dari udara mencabik-cabik tentakel, membuatnya jatuh sambil memuncratkan cairan dari cuilan yang terpotong*. Aku berniat membidik dengan sihir pistol kalau situasi memburuk, namun ternyata tidak diharapkan lantaran sihir Emilia saja sudah bisa mengirisnya. Bersamaan dengan diriku yang bertanya-tanya apakah makhluk ini mencicipi sakit dari serangan itu, ia mulai mengangkat teriakan tak masuk akal. Tampaknya telah mengakui kami sebagai musuh. Ketika saya bersiap untuk tindakan tanggapan pihak lain, si kura-kura mendadak merentangkan lehernya ke bawah, menggerakkan mulut, kemudian mulai mengunyah tanah.
[Bagian ini agak mesum. Penulis, kenapa kamu harus membuat monster dengan tentakel -_- ]

"Serangan jarak jauh?! Semua orang, jaga garis tembak biar menghindari Erina dan yang lain!!"

Kami berlari ke arah berlawanan biar para petugas tidak terkena. Monster itu kemudian membuka mulutnya lebar-lebar di posisi diagonal, dan melepaskan butiran tanah yang sudah menjelma benjolan besar. Sayangnya, itu tidak lagi tanah. Bukan juga meriam. Untuk sekarang, saya akan menyebutnya 'Rudal bumi'*.
[Aku tidak terlalu apa itu arti yg pas. Tapi. Aku baiklah dgn Sirius "untuk kini saya akan menyebutnya 'Rudal Bumi'" XD ]

"Melompat!!"

Pada sinyalku, seluruh pihak yang bersangkutan mengaktifkan {Boost} dan melompat.

Gemuruh Rudal Bumi lewat di bawah kaki. Menengok ke belakang disaat hal itu telah terhantam, ada adegan tragis dimana pepohonan porak-poranda dalam garis lurus. Ini sejenis serangan yang tidak sanggup ditahan.

"H-Hebat! Aku ingin menebas menyerupai itu suatu hari nanti"

"Apa yang kamu katakan, Reus? Kesampingkan itu, Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan?"

"Strategi masih sama. Aku akan bergerak dari sekarang. Kalian berdua, dorong mahkluk itu dan bawa ia padaku. Jika posisi kalian terlalu jauh, serangan barusan bisa tiba lagi. Kalian harus mempertahankan jarak di mana tentakel hampir tidak bisa mencapai namun masih tetap dekat. Apa bisa dilakukan?"

"Silakan serahkan padaku!"

"Tentu saja, bisa! Kalau Nee-chan bisa memotong tentakel dengan angin, saya juga bisa melaksanakan itu. Aku akan menunjukkanmya!!"

Dengan kata-kata penuh keyakinan itu, saya berpisah dari monster dan pergi ke lokasi yang menanjak. Kemiringannya sekitar 20 derajat, ini sudah cukup lantaran ada kemungkinan bahwa si kura-kura tidak bisa tiba kalau bukit terlalu miring. Aku memakai {String} untuk membuat sebuah contoh bulat di tanah, menggambar deretan sihir memakai cairan dari botol yang kukeluarkan.

Membuat deretan sihir bukan hanya sekedar menggambar atau mengukir. Agar efektif, seseorang terlebih dahulu perlu memecah belah bijih khusus yang berisi Mana dan menumbuknya bersama flora {Bunga cahaya bulan}. Terakhir, disaring hingga menghasilkan {Air Suci Sihir}---yang dipakai untuk menggambar pola. Selain itu, contoh perlu dibentuk secara berhati-hati, membutuhkan banyak waktu dan perjuangan hingga bisa sempurna. Hanya saja, untuk membuat bulat sihir dasar menyerupai membuat api kecil cukuplah mudah. Apa yang saya ciptakan kini ialah sihir bumi di tingkat pemula.

Selesai dalam durasi kurang dari satu menit, saya mengulurkan tangan di permukaannya dan menuangkan Mana untuk mengaktifkan. Lubang kecil pun muncul di tanah ketika lenganku menjauh.

Aku melaksanakan sedikit lebih banyak pekerjaan dan persiapannya pun berakhir.

Melihat kedua bersaudara, mereka secara sedikit demi sedikit mendekat ke mari. Tentakel hanya butuh beberapa menit untuk meregenerasi dan menyerang, tetapi belum dewasa itu dengan baik memotong atau menghindarinya sambil terus berlarian. Perlahan tapi pasti, mereka berhasil menuntun Jewel Turtle selangkah demi selangkah.

"Begitu caranya! Sedikit lagi, pancing ia biar tiba ke posisiku!"

"Ya!!"

"Eeeh?! Tunggu, Nee-chan!!"

"Ah, apa yang sedang kamu lakukan?!"

Mungkin lantaran tidak sabar, Emilia seketika tiba ke sini. Reus pun mengikuti dan meninggalkan posisinya. Bahaya, pada jarak ini, rudal bumi akan datang.

"Serangan itu akan dilepaskan lagi!! Sial, sudah terlambat!"

"Eeeeh....Aaah!"

Ketika Emilia berbalik, Jewel Turtle sudah mengais tanah dan mempersiapkan diri. Jika ia menembak kemari dan membuat kekacauan di daerah, seni administrasi kami akan hancur. Sekarang atau tidak sama sekali*, saya harus mencoba menghalanginya.
[Jepangnya memang bukan begitu. Dan saya ganti lantaran resah nyari kata2 yg pas]

"A-Aku sangat minta maaf! Aku...."

"Aku juga melakukannya, Nee-chan bukan satu-satunya yang harus disalahkan!"

"Menyesalah nanti! Aku akan mencegat itu, persiapkan diri untuk menghindar kalau saya gagal!!"

""Y-ya!!""

Memarahi mereka bisa dilakukan sesudah ini selesai. Aku memfokuskan satu telapak tangan ke arah ekspresi si monster. Menunggu waktu yang tepat dan....di dikala bersamaan sebuah amunisi tanah mulai mengintip dari ekspresi terbukanya, sihirku dilecutkan.

"{Launcher}!!"

Meskipun peluru yanng kulepaskan menyerupai dengan {Magnum}, ukuran dan dampaknya berbeda.

Setelah terkena, peluru berukuran bola bisbol akan menghasilkan gelombang kejut sangat besar lengan berkuasa dan meledakkan area luas. Ini sanggup dianggap sebagai bom yang dilepaskan oleh peluncur granat.

Bahkan sebelum rudal bumi keluar, sihir {Launcher} telah hingga kesana. Tidak peduli seberapa banyak monster itu mengunyah untuk memperkuat amunisinya, materi bola itu masihlah tanah. Dampak tinggi dari ledakan menyingkirkannya dan hanya menyisakan sedikit pasir pada ekspresi si kura-kura.

"Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama!"

"Aniki mengagumkan!"

"Ini belum selesai!"

Mampu bertahan dari gelombang kejut pribadi di dalam mulutnya, kura-kura itu melangkah maju dan mengangkat raungan lebih tinggi. Baiklah, ia mendekat lagi, ini akan menghemat waktu.

Dan kemudian, dikala tubuh monster itu alhasil mencapai lubang....kami bergerak.

"Sekarang! Potong seluruh tentakelnya!!"

Pada sinyalku, Emilia melepaskan berturut-turut enam {Wind Slash}, mengiris semua tentakel makhluk itu. Pada dikala yang sama, saya melesat, membelitkan {String} ke leher Jewel Turtle dan melompati cuilan atasnya untuk hingga ke sisi yang lain. Perangkap yang telah dipasang pada lubang pun diaktifkan.

"Sekarang!!!"

Di dalam lubang, saya telah memasang {Impact} terbuat dari Mana padat dalam keadaan bersiaga. Ini akan membuat hempasan beruntun cepat atau lambat kalau ditinggalkan begitu saja. Hanya saja, saya sudah menyambungkan {String} disana, sehingga bisa membuat sihir itu aktif hanya dari memerintahkannya lewat tali sihir. Dan kini ialah waktu terbaik untuk itu.

Memanfaatkan tubuh monster yang miring lantaran mendaki bukit, saya membayangkan sebuah Ranjau Anti-Tank, yang bisa memusnahkan bongkahan besar baja dalam hidupku dulu. Bersamaan dengan diriku yang berlari menjauh sambil menarik {String}, leher makhluk itu tepat dibawah bom. Sebuah bunyi hebat pun bergema seakan gempa sedang terjadi. Tubuhnya berguncang dan terpelanting, dalam sekejap perut telanjang si kura-kura terlihat di siang hari bolong.

Reus pun melompat.

"Disiniiii!!!!"

Tepat di cuilan perut datar tepat yang menyebar berwarna kemerahan, Reus menusukkan pedang memakai berat seluruh tubuh. Namun, lantaran upaya dari si monster untuk bangun, pijakan anak itu berguncang, membuat bilahnya berhenti ditengah jalan. Dia mencoba untuk menjejalkannya lebih jauh, tapi sepertinya inilah batas. Reus berusaha untuk tidak berpisah dari senjata yang menempel ke Jewel Turtle sambil mengepalkan gigi. Bagaimanapun, dengan situasi ini, ia kemungkinan besar tidak akan bisa mempertahankan pedang dan hanya meninggalkan cukup waktu bagi tentakel untuk meregenerasi biar mengangkat kembali tubuh besarnya. Meskipun tidak ingin mengambil kesempatan mereka, saya harus membuat keputusan cepat.

"Reus! Tinggalkan pedangmu!!"

"Tapi, saya bisa mengalahkannya kalau berusaha sedikit lebih keras!"

"Jangan keras kepala!!!"

"Uh?!"

Aku kemudian melompat ke atas kepala monster itu. Setelah memastikan bahwa Reus mundur, {Launcher} ditembakkan tepat ke wajahnya. Dia pun menegang untuk sesaat. Namun 'sesaat' sudah cukup. Bertujuan pada gagang pedang yang berhenti bergetar, saya melepaskan {Magnum}. Pegangannya hancur lantaran dampak berlebihan. Sebagai gantinya, bilah tajam dengan tepat tertanam ke kedalaman organ, membuatnya kejang-kejang. Pada akhirnya, Jewel Turtle mengulurkan leher sambil merintih, dan terdiam.

"....Apakah itu....selesai?"

"Entahlah"

Emilia telah kehabisan Mana dan tampak kelelahan. Sedangkan Reus terengah-engah, bola mata mereka hanya berfokus ke monster itu dengan rasa takjub kosong. Setelah diriku hingga di dekatnya, kedua bersaudara menyerbu ke arahku.

"Apakah monster tersebut berhasil dikalahkan?!"

"Kau melakukannya, Aniki!!"

"Ya, saya mengalahkan itu. Namun, terlalu ceroboh kalau berdiri membisu di tempat menyerupai ini. Bagaimana kalau seranganku tidak bisa membunuhnya dan ia mulai bergerak lagi?"

Walaupun saya tahu niscaya bahwa mahkluk itu sudah mati dari {Search}, ada binatang di luar sana yang sanggup melongo dan berpura-pura mati. Kaprikornus harusnya ada monster yang bisa melakukannya juga. Jewel Turtle mempunyai tubuh besar, jadi takkan ajaib kalau vitalitasnya mengambil waktu usang untuk kembali. Aku ingin belum dewasa ini sanggup memilih sendiri kapan pertarungan berakhir, hingga baik-baik saja untuk menjatuhkan kewaspadaan.

"....Emilia, kamu tidak mempunyai sesuatu untuk dikatakan?"

"Ya....Aku tidak mengikuti instruksi Sirius-sama...."

"Jika begitu, saya juga sama. Aku mengikuti Nee-chan dan alhasil tidak mematuhi planning Sirius-sama...."

Telinga dan ekor kedua bersaudara benar-benar terkulai dengan wajah yang tampak menyerupai akan menangis. Maaf, bukan itu yang saya maksud.

"Terlebih dahulu, ketahuilah bahwa saya tidak murka lantaran kamu tidak mengikuti instruksi-ku. Jangan salah paham"

"Eh? Tapi, kami...."

"Ya....kami tidak mengikuti perintahmu"

"Memang jelek kalau mengabaikan instruksi. Namun, akan merepotkan kalau tidak sanggup bertindak tanpa mengikuti perintah. Aku akan memberitahu poin yang saya ingin kalian renungkan. Mulai darimu, Emilia. Katakan padaku, apa yang kamu dengar dari perkataanku?"

"Aku harus tiba ke posisimu, itulah yang kudengar"

Pada waktu itu, saya menyuruhnya biar sedikit lagi memikat Jewel Turtle dan menghampiri tempatku berada....dia mungkin hanya menangkap cuilan terakhirnya. Caraku berbicara juga sedikit bersalah, saya akan merenungkan itu.

"Kau tahu bahwa Jewel Turtle akan melepaskan bola tanah kalau terlalu jauh darinya, kan? Namun, kamu tidak mewaspadai apa yang saya katakan dan menghiraukan itu"

"....Aku berpikir bahwa Sirius-sama mungkin mempunyai planning lain"

"Lalu, saya akan menjelaskan seterang-terangnya. Bahkan diriku ini tidaklah sempurna. Jika kamu merasa ada kasus dengan ucapanku, apapun itu, saya ingin kamu untuk berhenti sejenak dan memikirkannya"

Dia benar-benar bergantung padaku, ini cukup buruk. Andaikan ada seekor naga besar lengan berkuasa yang bisa memporak-porandakan segala hal, mungkin Emilia dengan bahagia hati akan menerjangnya kalau saya memerintahkan untuk melaksanakan itu, sangat mengkhawatirkan. Aku tidak mau membuat prajurit tempur yang hanya hidup mematuhi perintah.

Aku ingin ia berpikir sendiri dan menjadi mandiri, sehingga gadis ini bisa bertahan dari segala rintangan. Ketika dikala itu tiba, ia akan ikut denganku....Tidak, saya akan meninggalkan pilihan itu kepada orang yang bersangkutan. Akan cukup manis kalau ia bisa tumbuh menggunakanku sebagai kerikil loncatan.

Yah, namun saya tidak akan membuatnya mudah.

"Aku tahu bahwa apa yang kukatakan merupakan hal-hal rumit. Hanya saja, bahkan kalau kamu tidak mengerti sekarang, saya ingin kamu mengingat itu di sudut kepalamu. Jadi, sebagai cerminan dari kesalahan Emilia, saya akan menawarkan hukuman. Tutup matamu"

"Ya!"

Dia gemetar dengan mata terpejam rapat. Kau tidak perlu setakut itu, kan? Untuk sekarang, saya menyimpulkan dengan sentilan ringan di kepala.

"Selanjutnya, Reus. Hal tentangmu yang mengikuti Emilia tidaklah masalah, tapi apa yang kamu lakukan sesudah menusukkan pedang?"

"Hmm....aku mencoba mendorongnya lebih jauh?"

"Itu benar, kamu memang melakukannya. Namun, tak peduli bagaimana seseorang melihat, kamu hanya bersikap keras kepala. Kenapa kamu mencoba suatu hal yang sudah niscaya tidak bisa diselesaikan?"

"Aku berpikir kalau diriku bisa"

"Itu hanyalah kesombongan. Meski kamu memang sudah menjadi lebih kuat, ada banyak orang yang jauh melampaui dirimu di dunia ini. Kau harus mengetahuinya dengan baik"

Karena sering dibentuk babak belur oleh Lior dan aku, terlepas dari hal ini yang merupakan fakta pahit, ia tahu itu benar. Reus pun mengangguk berulang kali.

"Seseorang perlu menilai dengan cepat apa yang ia bisa lakukan. Dengan kata lain, kamu perlu memastikan apakah kamu sanggup menebas musuhmu atau tidak"

"Aku sudah memahaminya dengan jelas!"

....Astaga....Apa anak ini sudah terinfeksi oleh jiwa nekat si laki-laki tua? Aku akan mengurangi durasi pertemuan.

"Dan kalau kamu menilai bahwa kamu tidak sanggup menebasnya....kalau kamu tidak bisa merobohkan pihak lain, maka menyerahlah dan meminta bantuan. Kau tidak berjuang sendirian sekarang, ya kan?"

"Tidak, Nee-chan dan Aniki berada di sini"

"Tepat, jangan berpikir satu orang bisa melaksanakan apapun. Jika kamu bertarung sambil berhubungan dan terus bertahan, kamu akan menjadi semakin kuat. Dan kemudian, suatu hari nanti kamu akan bisa mengalahkan lawan sendirian"

"Ya!"

"Ketika membuat kesalahan, manfaatkan itu dan belajarlah darisana. Jangan khawatir dengan kesalahan sekarang, lantaran dengan begitu kamu tidak akan takut mendapatkan tantangan lagi"

Aku melaksanakan hal yang sama pada jidat Reus.

Sejujurnya, saya tidak suka hal wacana menasehati dan dinasehati. Namun hal-hal menyerupai ini diperlukan. Apa setiap orang ingin terus berada di satu titik? Tentu saja tidak.

"Yah, kurasa omelan ini sudah cukup. Kalian berdua melakukannya dengan baik, berhadapan dengan monster besar tanpa takut. Kalian sungguh berani"

"Benarkah?!"

"Benar. Sihir yang dipakai Emilia untuk memotong semua tentakel itu bagus. Dan Reus, waktu ketika kamu melompat kepada monster juga sempurna. Kalian berdua memang telah bertambah kuat"

""Kita berhasil! Tepukan, tepukan!!""

Suasana hati tertekan dari beberapa dikala yang kemudian terbang ketika saya menepuk kedua bersaudara. Mereka dengan ceria menggoyangkan ekornya. Yah, saya sudah menyampaikan semua yang harus dikatakan.

"Sirius-sama!!"

Saat menengok ke asal bunyi panggilan itu, Erina yang didukung oleh pundak Dee dan Noel, berjalan kemari. Seusai melambaikan tangan untuk memperlihatkan bahwa keadaan aman, kami juga menuju ke arah para petugas.

"K-Kau baik-baik saja?!"

Ketika Erina lepas dari dukungan pundak Dee, ia pribadi memegang pundakku untuk memastikan diriku terluka atau tidak. Kekuatannya benar-benar tak sanggup mengemban amanah bahwa itu berasal dari seseorang dalam kondisi fisik yang lemah.

"Aku tidak terluka. Jika harus dikatakan, keduanya...."

"---?! Kalian berdua, tunjukkan kalau kalian terluka!!"

"A-Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah"

"Aku juga...."

"....Begitukah? Haah....Syukurlah"

Setelah ia memperoleh ketenangan pikiran, ia merosot ke tanah. Dee dan Noel juga bertanya wacana kondisi kami, saya pun meminta maaf untuk selalu membuat mereka khawatir.

"Masihlah....dilihat sekali lagi, itu benar-benar besar"

"Itu benar?! Pedangku!!"

Disaat Noel bergumam sementara menyentuh Jewel Turtle yang sudah menjadi mayat, Reus pergi ke perut monster seakan gres saja ingat wacana senjatanya. Ah....sial.

"AAAAHHHH!! Pe-Pedangku...."

Aku lupa kalau gagangnya sudah hancur lantaran sihirku. Selain itu, bilahnya jauh terkubur dalam tubuh si kura-kura, memperbaikinya akan mustahil. Berkecil hati, Reus kembali sambil menghela nafas.

"Maaf, Dee-nii. Pedang yang saya dapatkan darimu benar-benar rusak"

Ini sesuatu yang Dee beli ketika ia pergi ke kota. Anak itu benar-benar bahagia ketika menerimanya. Dia kemudian menepuk kepala Reus yang murung.

"Yang penting ialah bahwa kalian semua aman. Aku akan membelikanmu lagi"

"Benarkah?!"

"Ya....aku akan mencari sesuatu yang lebih baik. Adapun uang...."

"Aku mengerti! Kita bisa mendapatkan permata dari sebelumnya "

Tatapan mereka beralih ke Jewel Turtle....dan membeku. Hmm, saya bisa mengerti. Karena bahkan saya juga gres menyadarinya sekarang.

Permata besar itu menempel di puncak tempurung Jewel Turtle, dan mahkluk tersebut kini mati dalam posisi terbalik. Pertanyaannya adalah....apa yang terjadi di cuilan atas tempurungnya?

"Sirius-sama! Permatanya, permatanya tertindih dan hancur !!!"

"Aku juga mengerti. Tenanglah"

Tidak ada mesin-mesin berat menyerupai kendaraan crane di sini, tapi saya mempunyai {Impact} yang sanggup melepaskan kejutan menyerupai dengan bom. Memang merepotkan ketika pihak lain bergerak, namun mahkluk ini kini sudah tewas. Aku niscaya berhasil melakukannya kalau mengurus ini dengan tenang.

Untuk sekarang, saya mempersiapan {Impact} pada banyak sekali sisi di tubuh Jewel Turtle, dan akan mencoba untuk membalik dirinya memakai dorongan dari ledakan beruntun.

Sambil bekerja disana, saya bertanya kepada Dee bagaimana cara petualang lainnya mengalahkan Jewel Turtle. 'Mereka berfokus biar serangan mereka melampaui pertahanan pihak lain'....begitulah selama ini. Ada juga beberapa orang yang terlalu antusias dan alhasil ikut memecahkan permata. Tentu, ia mengaku belum pernah menyaksikan ada yang mengalahkan monster itu dengan cara yang sama sepertiku. Namun kalau memang ada, saya ingin bertemu dengannya.

Setelah menuntaskan pekerjaan, saya menyuruh semua orang mundur dan mengaktifkan {Impact}. Bunyi ledakan berturut-turut melambung layaknya kembang api. Akibat dari energi kinetik dampak, tubuh Jewel Turtle beguncang sangat hebat. Diiringi bumi yang bergetar, posisinya kembali ke semula.

"Oh ...Ini kembali ke posisi sebelumnya. Tapi, bagaimana kamu melakukannya kepada suatu hal yang besar? Kau tidak masuk nalar menyerupai biasa, Sirius-sama "

"Aniki luar biasa!!!"

"Woah...."

Tampak tidak bisa berkata-kata, Emilia menatapku hormat dengan mata berbinar. Jangan jatuh cinta....namun itu sudah terlanjur, ya kan?

Aku memanjat melewati kulit berbatu tak rata si kura-kura, dan menemukan sebuah permata emas di puncaknya. Tanpa gesekan sedikitpun, seolah di waktu awal kami melihat. Meskipun agak kesulitan, saya alhasil mendapatkan ini.

Menyingkirkan bebatuan yang melingkari permata, diriku kemudian melepasnya.

"Tolong dinilai"

"Serahkan padaku"

Aku segera menyerahkannya kepada Dee untuk diperiksa. Walaupun ini bukan cuilan dari keahliannya, Dee telah bepergian ke banyak sekali tempat, hingga agak bisa menilai suatu harta. Beberapa menit sesudah menyentil ringan dan menerawangnya di bawah sinar matahari, ia mengembalikan permata itu padaku sambil agak berkeringat.

"Meskipun dari evaluasi seorang amatir, hal ini mempunyai nilai yang cukup tinggi. Tentunya bisa ditukar dengan puluhan koin emas---"

"""Puluhan koin emas?!"""

Para ras binatang berteriak harmonis. Nah, tak ada yang mustahil. Bahkan kalau kami mendapatkan harga terendah 10 koin emas, ini sudah menjadi satu juta yen. Suatu penghasilan banyak hanya dari 'berjuang' pada durasi kurang dari satu jam. Hanya saja, itu hanya kemungkinan dari orang yang mempunyai beberapa tingkat kemampuan.

"Mengagumkan, mengagumkan! Kau sanggup membeli pedang yang lebih besar dan lebih berat, kan?!"

"Hei, Reus. Sirius-sama yang akan memutuskan bagaimana itu akan digunakan, jadi jangan berbicara egois"

"Ahhh, pedangku...."

Dia murung oleh teguran Emilia. Maaf Reus, kita akan meninggalkan duduk kasus senjata dilain waktu.

"Aku sudah memutuskan menggunakkannya untuk apa. Emilia, Reus....uang yang kita akan peroleh dari menjual ini akan disisihkan untuk biaya registrasi sekolah kalian"

"Hah?....Biaya pendaftaran?"

"Jadi....maksudnya, kami berdua bisa pergi ke sekolah juga?"

Sebelumnya, saya sudah menjelaskan kepada kedua bersaudara hal wacana saya yang akan diusir dari rumah dan pergi ke sekolah. Aku sempat berpikir wacana mempercayakan mereka kepada para petugas sesudah meninggalkan rumah, tapi belum dewasa ini bersikeras untuk mengikutiku. Memohon, dengan mata berair, kedua bersaudara ingin tinggal di kota tempat sekolahku berada walaupun harus bekerja disana demi lebih bersahabat denganku. Para ras binatang sering di diskriminasikan, jadi ada rasa cemas yang timbul. Itulah sebabnya saya berencana membuat mereka biar ikut bersekolah juga. Halangan terbesar ialah biaya masuk tapi beruntungnya si kura-kura sudah memecahkan kasus itu.

Kedua bersaudara tidak bisa mempercayai bahwa mereka juga akan pergi ke sekolah, sehingga Erina tersenyum lembut kepada Emilia dan Reus yang kebingungan. Erina memang paling bisa diandalkan.

"Ya, itu benar. Ini sesuatu yang saya telah perbincangkan dengan Sirius-sama beberapa waktu yang lalu"

"Bersama dengan Sirius-sama....bersekolah...."

"Benarkah? Bahkan saya bisa pergi?"

"Kalian memperoleh uang dengan berhubungan mengalahkan monster. Jika Sirius-sama mengizinkan, maka takkan ada masalah. Pergilah ke sekolah dengan bangga"

""YAAAYYYYY!!!""

Dari perasaan kegembiraan yang faktual pada akhirnya, kedua bersaudara melompat-lompat gembira sambil merangkul satu sama lain.

"Kalian berdua berhasil! Aku bahagia juga !"

Noel menerobos. Melijat tiga orang yang berkumal dikala berguling-guling di tanah seakan menyaksikan suatu pemandangan menghibur dari binatang peliharaan yang bermain bersama.

Setelah menatap mereka untuk sejenak, Dee, yang menyidik Jewel Turtle, mendekat. Berdiri di sampingku dan tiba untuk berbisik. Tiga ras binatang sedang membuat kebisingan di tempat agak jauh. Pembicaraan ini merupakan suatu hal yang kami tidak ingin bocorkan kepada mereka.

"Aku sangat menyesal lantaran mengecewakan keinginan kalian, tapi hal menyerupai ini takkan bisa terjual di sebuah kota kecil. Selain itu.... hal seberharga permata juga bisa menjadi benih masalah"

Di dunia ini, pertukaran uang dilakukan dengan melewatkan tunai langsung. Mula-mula, tidak ada metode untuk membuat akun tabungan ataupun melaksanakan transfer uang.

Kaprikornus kalau menjual permata, kamu akan mendapat puluhan koin emas pribadi di tempat. Namun, tergantung pada toko-nya, kemungkinan paling jelek ialah, tidak dibeli. Intinya, ini merupakan sebuah properti yang terlalu berharga. Jika ada seseorang yang membelinya, pencuri dan orang-orang dari kalangan dunia bawah mungkin akan mengendus kabar itu dan datang. Kau harus mengurusnya dengan kondusif biar tidak diambil dari genggaman. Walaupun toko besar mempunyai keamanan tersendiri, toko-toko kecil takkan bisa menyediakan itu sehingga menjual hal-hal kepada mereka akan sulit.

Masalah lain ialah kamu bisa diserang. Seseorang niscaya akan ditargetkan oleh orang-orang udik ketika membawa puluhan koin emas. Ini akan baik-baik saja kalau lingkungan tidak menyadari adanya hal berharga yang kamu bawa dan belum dilihat oleh siapa pun, tapi fakta bahwa permata itu dibeli niscaya akan bocor di kota tempatmu menjualnya. 'Ada permata yang menakjubkan!' 'Toko mana itu?' 'Siapa yang membawanya?'....Informasi wacana Individu yang menjualnya akan beredar, populer lantaran gres saja memperoleh banyak uang pun akan ditargetkan. Kalau kamu menanggapi dengan buruk, mereka akan mengikuti dan menganggumu begitu kamu hingga di kediaman.

Kaprikornus itulah yang akan terjadi. Satu gerakan salah dan benih kasus akan tumbuh.

"Ayo pikirkan situasi itu nanti. Paling buruk, kami akan menawarkan ini pribadi sebagai pengganti uang ke sekolah"

"Aku mengerti. Kemudian, Sirius-sama, kamu akan mengurus permata itu?"

"Benar juga, lebih baik saya yang memegangnya. Kesampingkan itu, Dee, apakah ini satu-satunya kerikil mulia dari Jewel Turtle?"

"Sirius-sama ternyata menyadarinya. Silakan lihat ini"

Sambil menggeruk permukaan berangasan Jewel Turtle dengan tangan, kulitnya yang juga terbuat dari kerikil pun muncul. Melihat lebih teliti, ada kerlipan tak terhitung jumlahnya memasuki pandanganku, beberapa cuilan bersinar merah atau biru menempel disana.

Mungkinkah....

"Apakah semua kerikil berwarna ini, merupakan kerikil mulia?"

"Begitulah"

Apa kamu serius? Jadi, itu sebabnya pada buku diterangkan bahwa ini cara tercepat untuk kaya raya. Menebak dari warna, ada rubi, safir, zamrud dan banyak sekali macam jenis lainnya. Namun, ini hanya sekumpulan bijih mentah yang belum diolah sekaligus berukuran kecil. Aku ragu wacana menukarnya dengan uang.

"Semuanya tampak terlalu kecil. Aku belum punya cukup pengalaman dengan kerikil mulia"

"Itu tidak terlalu buruk. Jika kamu mencarinya, ada yang sedikit lebih besar juga"

Safir seukuran jari kelingking pun ditemukan. Sepertinya bisa dipakai sebagai barang dekoratif atau hiasan, mungkin ini bisa ditukar dengan sedikit uang.

"Tampaknya bagus. Aku akan pergi menjualnya"

"Yah, Dee. Bagaimana kalau ini dijadikan cincin komitmen nikah untuk Noel?"

"....Apa?"

Dia membuat wajah konyol yang jarang kusaksikan.

"Karena kelihatannya ada beberapa kerikil mulia yang tersisa, ayo kita gunakan uang dari menjual itu semua sebagai harga pembuatannya. Kau selalu melaksanakan hal-hal merepotkan, anggap saja ini imbalanmu"

"....Itu...."

"Noel merupakan gadis polos, biru harusnya terlihat bagus. Tidakkah menurutmu warna rambutnya yang merah dengan kontras cincin biru akan menawarkan kesan indah?"

"Jadi begitu....tidak, tolong berhenti bercanda!"

"Bercanda....ya?"

Walaupun Dee juga menampilkan kemarahan yang jarang terlihat, mataku membalasnya dengan tatapan serius. Kami saling memandang selama beberapa saat. Aku pun menyerahkan bijih safir yang dari tadi berada di genggamanku.

"Aku akan meninggalkan sisanya padamu"

"....Terima kasih banyak"

Dia sempat ragu, tapi alhasil memutuskan mendapatkan dan menaruh itu di saku pakaiannya. Sambil melewati Dee, saya tersenyum dari kedalaman hati. Ini berjalan dengan lancar.

Kami kemudian berkumpul dengan para petugas dan mulai menyidik setiap sudut dari Jewel Turtle. Hasilnya, kami menemukan beberapa kerikil mulia mentah berukuran kecil, tapi mempunyai kemungkinan bisa ditukar menjadi uang. Sepertinya ini semua merupakan suatu hal yang sanggup ditemukan sekaligus dijual bahkan di kota-kota kecil.

Aku tidak pernah menduga bahwa piknik dengan tujuan membuat kenangan akan menjelma menyerupai ini. Hanya saja, itu masihlah piknik penuh arti lantaran memperoleh biaya registrasi untuk kedua siswa. Berada dibarisan belakang sambil mendorong Erina, kami mulai melangkah pulang dengan gembira.



Sisa tahun berjalan dengan baik.



Namun, dunia ini tidaklah begitu manis.




Cobaan terakhir kami bergegas mendekat.





Enam bulan kemudian, situasi yang saya takutkan alhasil terjadi.






Erina terjatuh sekali lagi.


☆☆☆Chapter 19 berakhir disini☆☆☆

>Catatan penulis = Sebenarnya, kesan yang muncul cukup remeh. Di versi awal, saya berpikir wacana pedang itu yang pribadi terdorong dari permukaan tanah menuju keatas. Kaprikornus meskipun bukan lantaran {Magnum}, hasilnya masih akan tetap hancur.*
[Karena {Impact} yg Sirius pasang di tanah]

Lain kali, saya akan berusaha lebih keras sesegera mungkin.

Terima kasih telah membaca.


>Catatan penerjemah = Oke!! Chapter selanjutnya akan berisi penuh dengan adegan yang menguras air mata!! Jadi, jangan pernah lewatkan ya (Bahkan orang yang mempunyai sifat kalem kayak Dee bisa bertingkah lucu XD ).

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya



Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/