World Teacher Chap 37 B. Indonesia
Chapter 37 Agen
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
Keesokan paginya, sesudah mengalahkan kelompok pembunuh mengerikan di labirin, saya terbangun....dan tidak sendiri.
"Selamat pagi, Sirius-sama"
Setelah apa yang terjadi kemarin, kupikir ia akan menjadi agak pendiam, tapi....tampaknya sikap gadis ini masih normal. Tidak, lebih tepatnya, ia telah mendapat 'Power Up'.
"Sirius-sama, ini baju gantinya. Dan lantaran gres saja bangun, ini handuk basahnya. Sarapan telah dibuat, saya akan eksklusif menyiapkannya bila kamu ingin makan"
Ketika terbangun, semua pekerjaan pagi di rumah ini sudah selesai. Karena disini yakni dunia tanpa pengukur waktu, saya pastinya memang bangkit di waktu yang biasa menurut posisi matahari.
"Emilia....kapan kamu kemari?"
"Beberapa ketika yang lalu. Aku dipeluk oleh Sirius-sama kemarin dan tertidur nyenyak hingga pagi ini. Itu sebabnya, saya sudah cukup tidur dan di kondisi fisik yang sempurna"
Beberapa ketika yang kemudian dan....dipikir-pikir ihwal durasi pekerjaan rumah yang telah berakhir, itu sekitar satu jam yang lalu? Yah, tampaknya ia memang sudah cukup tidur, saya takkan menyampaikan apapun lagi.
Pipinya memerah dan ia tampak bahagia, rona kulitnya cukup sehat sesuai dengan apa yang ia katakan. Dari melihat ekornya yang bergerak diiringi tubuhnya yang harum, kondisi fisiknya tidak mempunyai masalah. Untuk memastikan itu, saya tetapkan untuk memeriksanya lagi. Ketika saya memberi isyarat, Emilia tiba tepat di hadapanku dalam kecepatan satu kedipan mata. Hei, jangan berada di jarak yang begitu bersahabat denganku secepat itu!
"Apa kamu memanggilku?"
Meskipun gres saja dipanggil, ia tersenyum senang dan menanti kata-kataku sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Ketika saya mengulurkan tangan sambil tetap duduk di kasur, ia seolah mengerti apa yang ingin kulakukan dan menundukkan kepala. Ketika telapak tanganku mendarat di ubun-ubunnya, saya mengaktifkan {Scan}.
"....Tak ada yang abnormal"
"Tentu saja! Sekarang ini rasanya saya bisa melaksanakan apapun!"
Ekornya terus melambai dengan verbal yang bersenandung. Dia sedang berada di puncak kebahagiaan.
Seandainya kemarin gadis ini tidak pulih, saya sempat berencana mencium kening Emilia demi menghiburnya. Karena kurasa itu pandangan gres yang buruk, saya membatalkannya. Ini mungkin keputusan yang tepat. Jika hingga melaksanakan itu....apa yang akan terjadi pada anak ini?
Setelahnya, saya dan Emilia pergi ke dapur untuk makan sarapan pagi. Karena tidak diawasi, mungkin malah kuliner glamor yang tercipta....tapi, untungnya ia menciptakan sarapan biasa.
Tak ada latihan pagi lantaran Emilia masih dalam proses pemulihan. Ketika kami mulai menikmati momen ini dengan santai, saya mendengar bunyi dari pintu masuk yang diiringi kemunculan sosok Reese di ruang makan.
"Sirius-san! Emilia tidak berada di ruang perawatan---Ah, ternyata kamu memang di sini!"
""Selamat pagi, Reese""
"Selamat pagi---Bukan itu!! Kau menyelinap pergi dari rumah sakit tanpa izin! Aku terkejut lantaran kamu sudah tidak ada disana dari pagi-pagi sekali!"
"Tapi saya telah meninggalkan catatan"
"Bukan itu masalahnya. Haahh....aku senang kamu baik-baik saja"
Reese memegangi kepalanya. Namun sesudah tahu kalau Emilia aman, ia kembali ke ekspresi lembut yang biasa.
Gadis itu duduk di dingklik yang menjadi tempatnya sesudah dua tahun, kemudian memilah segala sesuatunya di atas meja. Begitu Emilia selesai menyajikan sup didepannya, Reese kemudian menyatukan kedua tangannya. Dia menjiplak kami dengan berdoa sebelum makan. Bukan hanya garpu dan sendok, tapi gadis ini juga sudah terbiasa dengan sumpit.
"Sepertinya hari ini juga lezat. Itadakimasu"
Cara makannya sangat elegan. Pada dasarnya ketika memakan sup, tidak boleh menciptakan bunyi dan jangan terlalu lebar membuka mulut. Anehnya, porsi Reese sebanyak Reus, yang makan dalam jumlah besar tapi segera menyelesaikannya dengan mudah. Meski pergerakannya halus hingga di suapan terakhir, kecepatannya sangatlah mengerikan. Bukan hal yang aneh bila sepotong besar steak daging hilang begitu saja.
Aku bisa memaklumi kalau Reus makan banyak, tapi ia juga sama.
Menghabiskan sebanyak itu tanpa bertambah gemuk. Semua nutrisi itu berakhir dimana?
"....Anu, saya agak canggung ketika kamu terus menatapku mirip itu"
"Aah, maaf. Aku hanya berpikir kalau Reese sangat menikmati makanannya"
"Itu....karena enak!"
"Terima kasih. Tidak sia-sia ini dibuat"
Saat saya melanjutkan makan, terdengar bunyi dari pintu masuk lagi. Di detik selanjutnya, pintu dapur terbanting terbuka.
"Aniki! Nee-chan! Selamat pagi---aduhduhduh!!"
....Reus, kamu juga ya.
Anak itu muncul dengan perban yang membalut sekujur tubuhnya. Dia memegangi dadanya tampak kesakitan. Kenapa kamu tidak bisa sedewasa kakakmu?.
"Hei, Reus. Kau harusnya tidur di ruang perawatan"
"Kata-kata itu tidak meyakinkan bila datangnya darimu"
"Menghabiskan waktu dengan hanya berbaring saja itu membosankan. Selain itu, sarapan di rumah sakit jumlahnya sedikit"
"Bukannya tidak mengerti, tapi saya ingin kamu beristirahat dan tidur"
Reus juga duduk di kursinya yang biasa dan mulai makan. Meski masih dalam pemulihkan, anak ini menghabiskan semuanya dengan sangat lahap. Tanpa kamu sadari, dua porsi sudah lenyap dikonsumsi.
"Enak! Nee-chan, boleh tambah?"
"Aku menciptakan banyak, jadi masih ada"
"Haa....tak ada gunanya menyampaikan apapun sekarang. Emilia, saya juga ingin tambah lagi"
"Yaaa, makanlah yang banyak"
Meski hampir terbunuh sehari sebelumnya, mereka berperilaku normal sekarang.
Sambil menaruh roti di mulut, saya melihat murid-murid yang kembali menikmati kehidupan sehari-hari mereka.
Biasanya waktu latihan yakni ketika sarapan selesai, tapi untuk hari ini saya mengubah jadwalnya. Menunggu waktu yang tepat sesudah selesai makan, akupun mengumpulkan perhatian mereka.
"Mulai hari ini, kalian dihentikan bertarung dengan pengecualian latihan atau keadaan darurat. Aku takkan mendapatkan keberatan apapun"
"Apakah itu lantaran kami sedang memulihkan diri?"
"Benar. Kalian telah tetapkan untuk menjadi lebih berpengaruh kemarin, tapi latihan hanya akan berdampak jelek bila badan masih sakit. Aku juga berniat hanya bersantai hari ini, jadi kalian bisa melaksanakan apapun yang kalian"
"Kalau begitu, Aniki, apa yang kamu akan lakukan pagi ini?"
"Benar juga...."
Berpikir ihwal apa yang dibahas Reus, sarapan pun selesai dan tinggal satu jam lagi sebelum masuk sekolah.
Ketika memikirkan apa yang harus di lakukan....wajan dan telur di dapur memasuki pandanganku.
"....Mungkin saya akan menciptakan semacam cemilan"
"""Sungguh?!?!"""
Ketiga orang itu eksklusif mencondongkan badan melewati meja dan mendekatiku. Daripada itu, Reus. Jika sakit, kamu tidak perlu melaksanakan itu, kan?
"A-Aah. Aku akan menciptakan yang sederhana untuk ketika ini. Haruskah itu crepes?"
"Crepes?! Sirius-sama, adakah yang bisa saya bantu?"
"Buah itu perlu, kan? Aku akan memotong buah-buahan"
"Aku akan mengaduk apa pun---Aduh!"
"Kau duduk dan membisu saja"
Pelatihan menciptakan cemilan. Mereka mulai tidak sabar untuk menikmati crepes.
☆☆☆☆
Aku pergi ke sekolah bersama para muridku, masuk kelas dan duduk di dingklik masing-masing. Teman-teman sekelas kemudian berkumpul. Sejauh ini, semuanya normal kecuali suasanannya yang benar-benar berbeda.
"Hei, kalian terlibat dengan kejadian di labirin kemarin kan? Apa yang terjadi?"
"Aniki?! Ada apa dengan bekas luka itu! Bagaimana itu bisa muncul?!"
"Apa yang bergotong-royong muncul?! Bukannya cedera mirip itu terlalu berat untuk dilakukan para golem?"
Insiden kemarin sudah banyak diketahui dan mulai diperbincangkan oleh sobat sekelas.
Kabar itu memang menyebar, namun tanpa potongan ihwal 'Dragon of Fresh Blood'. Tampaknya hanya berkutat di sekitar....'Sesuatu muncul di labirin dan kami terlibat di dalamnya'.
Sejujurnya, ketika hendak pulang kemarin, saya dimintai oleh kepala sekolah untuk tidak memberitahu rincian kejadian tersebut. Aku kemudian menyampaikan kepada murid-muridku untuk merahasiakan hal-hal mengenai para pembunuh mengerikan itu. Hanya saja, apa sisi sekolah yang mengakibatkan situasi sekarang?.
"Selamat pagi, Sirius-kun. Aku tidak yakin apa yang terjadi, namun yang terpenting yakni kalian aman"
"Selamat pagi juga, Mark. Aku tidak bisa membicarakan detailnya, tapi semua orang memang aman"
"Kau tidak bisa menyampaikan detailnya ya. Sudah kuduga, niscaya telah terjadi sesuatu"
"Kurasa kejadian kemarin akan di umumkan segera....Daripada itu, tampaknya kita kedatangan tamu"
Tamu-tamu itu yakni sobat Mark yang pergi ke sekolah bersamanya. Ketika pintu kelas terbuka, sosok mereka pun muncul.
"Permisi*"
[Shitsurei suru yo. Digunakan utk laki2]
"Permisi*"
[Shitsureishimasu wa. Digunakan utk perempuan]
Itu Hart dan Merluza.
Kelas pun melamun dengan penampilan mendadak kedua aristokrat yang diketahui sebagai korban kejadian kemarin. Mereka berjalan perlahan melintasi ruang yang hening kemudian berdiri di depan Emilia dan Reus.
"Apakah kalian perlu sesuatu?"
"Mau apa kalian?!"
"Reus, ada yang ingin kukatakan padamu"
"Emilia, ada yang ingin kukatakan padamu"
Setelah mereka berempat saling menatap dengan lekat, kedua aristokrat itu kemudian menundukkan kepala.
"Aku tidak mengingat kejadian lantaran ketika itu kamu mendorongku dengan keras, tapi saya sudah mendengar bahwa diriku telah diselamatkan olehmu. Terima kasihku yang tulus*"
[Reiwoiu]
"Emilia, berkat sihirmu, diriku ini terselamatkan. Aku sangat berterima kasih*"
[Kanshashimasu wa]
""Haaah....""
Rasa syukur mereka terucap dengan hebat, sambil menyembunyikan harga diri aristokrat namun tetap bertindak penuh martabat. Melihat sikap yang berbanding terbalik dengan kemarin, kedua bersaudara tidak bisa menyembunyikan kebingungan mereka dan hanya memperlihatkan tanggapan yang tidak jelas.
"Itulah ucapan terimakasihku. Kalau begitu, saya pamit dulu"
"Jika memungkinkan, saya ingin mengalahkan sihirmu itu tanpa menekan kekuatan masing-masing. Baiklah, semoga harimu menyenangkan"
Setelah memberikan hal-hal yang mereka inginkan, kedua aristokrat pun keluar dari kelas, mengakibatkan ruangan ini berada dalam keadaan sunyi. Reus yang melihat hal itu bergumam.
"....Apa yang terjadi barusan, aniki?"
"Persis mirip yang mereka katakan. Keduanya hanya tiba untuk mengucapkan terima kasih. Karena kejadian kemarin, para aristokrat itu menganggap bahwa kalian yakni orang yang pantas mendapatkan rasa syukur mereka"
"Ini serasa rumit"
"Yah. Tapi, saya akan menyampaikan ini....apa yang telah kalian lakukan tidaklah salah. Itu saja"
Ketika saya menepuk kepala keduanya ringan, entah mengerti atau tidak, mereka mulai tertawa. Bagaimanapun, saya besar hati atas tindakan abang beradik ini.
Ruang kelas menjadi sepi lantaran kedua aristokrat itu. Tapi seiring waktu dimana semuanya semakin ribut, Magna-sensei datang. Sepertinya sudah saatnya jam pelajaran dimulai.
"Selamat pagi. Karena ada sesuatu yang harus diceritakan kepada semuanya, saya ingin kalian untuk segera tenang"
Magna-sensei melihat ke seluruh kelas, kemudian mengangguk sesudah memastikan bahwa seisi ruangan ini terdiam. Selama itu, kurasa bukan imajinasiku bila matanya dan mataku bertemu.
"Semua orang mungkin sudah mendengar apa yang terjadi di labirin kemarin. Penjelasan lengkapnya akan diberikan di auditorium siang ini, jadi tolong jangan mengembangkan rumor yang salah....Dan untuk Sirius-kun"
"Ya?"
"Kepala sekolah tampaknya ingin mendengar ceritamu ihwal apa yang terjadi di dalam labirin. Silakan, pergilah ke ruangannya"
Sedikit mengejutkan lantaran mendadak sanggup panggilan. Mendengar ini, Emilia dan Reus berdiri dengan cepat dan mulai mengajukan keberatan.
"Magna-sensei! Kenapa hanya Sirius-sama?"
"Itu benar, ia juga harus mendengarkan kisah dari kami, yang yakni korbannya"
"Keberatan barusan memang masuk akal, tapi kalian yakni petugas Sirius-kun kan? Sebagai master, ia harus memperlihatkan penjelasannya sendiri"
Mendengar perkataan Magna-sensei, kedua bersaudara tak bisa menyanggah lagi. Mereka tampak murung ketika kakiku berayun keluar dari kelas.
☆☆☆☆
Bagian 2
Aku pun tiba sendirian dan tiba didepan ruang kantor kepala sekolah.
Berbeda dengan ruang staf guru biasa, pintu ganda untuk ruangan ini tampak berkualitas tinggi hingga memberi kesan mengintimidasi.
Berpikir tidak ada gunanya hanya berdiri di sini, akupun tetapkan untuk mengetuknya.
"Sirius Teacher sudah tiba"
"Masuklah"
Begitu membuka pintu yang megah, kepala sekolah terlihat duduk di depan meja mewah. Jika diibaratkan, ini mirip mirip menghadiri kantor bos di kehidupanku sebelumnya.
Ini bergotong-royong akan menciptakan orang lain penasaran. Bagi mereka saya hanyalah lelaki muda tak berdosa, yang rasanya tidak mengetahui apapun dan dipanggil ke sini oleh Rodwell, Sang Master Sihir.
"Akhirnya kamu datang. Maaf lantaran tidak menyiapkan teh, tapi duduklah di sofa itu"
"....Permisi"
Aku pun duduk di sofa tanpa menanyakan satu hal pun, Rodwell juga duduk di sisi berlawanan. Tak ada yang mencoba memulai obrolan, kami hanya saling menatap dalam keheningan.
Setelah suasana berat itu berlangsung beberapa saat, Rodwell jadinya membuka mulut.
"....Tanpa basa-basi, kita eksklusif saja ke topik utama. Aku memanggilmu kesini lantaran ingin tahu ihwal kejadian kemarin. Aku ingin mendengar beberapa hal darimu"
"Apa yang ingin Anda dengar?"
"Ayo kita mulai dari hasil akhirnya, klarifikasi apa yang terjadi sebelumnya akan kutunda untuk nanti. Kemarin, beberapa ketika sesudah kamu kembali, dua pelaku yang selamat dari 'Dragon of Fresh Blood', Goraon si pemimpin dan Romeos si laki-laki insan diamankan dari dalam labirin. Sayangnya, dua orang yang tersisa sudah ditemukan tak bernyawa dan dikirim ke kamar mayat"
"Dengan kata lain, ini soal hasil interogasi, kan?"
"Tepat sekali. Aku menginterogasi mereka untuk mendapat aneka macam bukti...."
Tampaknya Rodwell juga berpartisipasi dalam interogasi tersebut. Dia berniat menjelaskan hasilnya secara rinci.
☆☆☆☆
Pertama, dilakukan pada Romeos.
Begitu terbangun, ia sudah berada di sebuah ruangan sempit. Dalam keadaan terborgol sambil dibentuk duduk di depan Rodwell dan beberapa penginterograsi lain.
Di seberang meja, lontaran pertanyaanpun dimulai dari kepala sekolah yang ditemani beberapa anggota penginterograsi.
"(Kalau begitu, namamu Romeos, kan? Dengan tujuan apa kalian tiba ke sini?)"
"(Tentu saja, untuk membunuh. Itu menyenangkan dan tak ada bandingannya)"
"(Guh....kau menjawab ini dengan hening ya. Jadi, bagaimana cara kalian bisa tiba ke sini? Atau....siapa yang mengundang kalian?)"
"(Seorang laki-laki renta yang memanggil dirinya Gregory. Meski cukup berotot, namun ia terasa tidak layak untuk dibunuh. Hanya saja, ia berkata bahwa kami sanggup membunuh banyak hewan buas dan orang lain kemudian mengajak kami)"
"(Selanjutnya, kenapa kalian bisa memasuki labirin tanpa diperiksa?)"
"(Itu lantaran surat pengantar yang diberikan Gregory. Benda itu sangat berguna, bahkan di banyak kawasan tidak hanya untuk labirin)"
Setelah itu, pertanyaan demi pertanyaan melayang dan dijawab olehnya tanpa adanya protes. Surat pengantar Gregory juga telah disita, bersama banyak hal lain yang bisa dijadikan bukti untuk menangkapnya.
"(Cara menjawabmu sangat lancar. Apa kalian, para bajingan tidak meratapi tindakan kalian?)"
Semua anggota yang mendengar kata-kata Romeos, tercengang dan mulai marah. Di lain sisi, Rodwell memincingkan tatapannya sambil terus menanyai laki-laki itu.
"('Tidak perlu dirahasiakan'....ya? Kalau begitu, saya memintamu menjawab satu pertanyaan terakhir. Kalian diserang oleh siapa?)"
"(....)"
Perubahan pun mulai terjadi pada diri Romeos yang percaya diri. Sambil meneteskan puluhan butir keringat, pupil matanya menjadi tidak fokus.
Setelah itu, para anggota interogasi terus memuntahkan pertanyaan siapa yang telah mengalahkan mereka, hingga jadinya Romeo tak bisa menahannya pagi.
"*Hentikan ini!! Kenapa saya harus menjelaskan itu kepada kalian?!?!)"
"(Lawan yang mengalahkan kalian pastinya orang yang kuat. Ini merupakan informasi yang harus kami ketahui juga)"
"(Jadi kalian tidak tahu. Monster itu....aku tidak ingin melihatnya lagi)"
"(Aku bisa menebak bahwa kalian memang menemukan sesuatu yang bisa disebut monster. Mungkinkah....dia mempunyai penampilan yang kamu tidak pernah bayangkan? Misalnya....berwujud anak-anak?)"
"(?!)"
"(Kepala sekolah, tidak peduli bagaimana Anda memperkirakannya, seorang anak itu mustahil. Mungkin saja golem anda menjadi tak terkendali dan menghajar orang-orang ini, sesuatu semacam itu?)"
"(Aah....aaahh....)"
"(Akan menjadi masalah bila kejadiannya mirip itu. Oh, ada apa denganmu, Romeos-san? Kau anehnya gelisah, mungkinkah pelakunya memang anak kecil....)"
"(JANGAN MEMBICARAKAN SEORANG ANAK DIDEPANKUUUUUU---GUHH?!?!?!)"
Dia berdiri sambil menjerit, kemudian mulai melantunkam sihir, kemudian....dirinya meninggal.
☆☆☆☆
Interogasi selanjutnya berpusat pada Goraon. Sebelum ditangkap, tampaknya ia cukup banyak bicara, tapi kini malah berbanding terbalik.
Alasannya adalah….
"(Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf....)"
Tak ada reaksi lain darinya kecuali menatap ruang kosong sambil memegangi kepalanya dan meminta maaf terus menerus.
"(Orang ini juga tak berguna. Seperti itulah ia ketika kami menemukannya di labirin. Apapun yang anggota interogasi tanyakan, ia hanya meminta maaf tanpa mau bicara)"
"(Ini merepotkan. Ada beberapa hal yang ingin kudengar darinya)"
"(Apa Anda ingin memberikannya kejutan biar ia bisa sadar? Kurasa sihir kepala sekolah cukup untuk melakukannya kan?)"
"(....Kepala sekolah....? Apa kamu kepala sekolah?!)"
Ketika Goraon sadar bahwa orang di depannya yakni kepala sekolah, matanya tampak kembali ke dunia nyata. Wajahnya terangkat, ia mencoba mendekati Rodwell namun malah terjatuh dan berguling di lantai lantaran tubuhnya masih terikat. Tapi tetap saja ia masih ingin berbicara dengan Rodwell, berusaha mendekat bahkan dengan merangkak.
"(Ya, akulah kepala sekolah....ada apa?)"
"(Aku disuruh untuk tidak berbicara kepada siapapun kecuali pada kepala sekolah!! Kaprikornus sekarang, tanyakan saja apapun padaku!!! Jika tidak cepat....jika tidak cepat....Ah-Ahhhhgg!!!)"
"(B-Baiklah kalau begitu....)"
Sempat mengherankan kenapa ia menjadi aneh mirip ini, tapi Goraon masih menjawab pertanyaan yang terkait dengan patuh meski dirinya tampak takut.
Dia memuntahkan semuanya mirip jumlah orang yang ia bunuh sesudah tiba ke kota ini dan tindakan untuk menyembunyikannya, pekerjaannya dulu dan kemampuannya. Meskipun tidak diinterogasi lebih jauh, ia tetap membicarakan hal-hal mirip kuliner favorit atau bahkan berapa kali ia pergi ke toilet hari ini. Dia mengeluarkan segala sesuatunya seakan-akan ia berjuang keras demi nyawanya.
"(Sudah cukup. Kau tidak perlu bicara lagi)"
"(Jadi kamu sudah selesai mendengar hal yang ingin kamu ketahui?! Jika begitu, cepatlah!!....Cepat bawa saya ke orang itu!!!)"
"(Siapa orang itu?)"
"(Aku tidak tahu!! Tidak mungkin mengatakannya!!! Karena kamu sudah bertanya, orang itu....Cepat!!!)"
"(Kepala sekolah, ini berbahaya! Tolong, mundurlah!)"
"(DIAM!!! BAWA AKU CEPAT KE----....AARGHH!!!!....AARRGGGGHHH?!?!?!?!)"
Dan kemudian, Goraon pun meninggal.
"Keduanya....mati ya?"
"Ya, tapi saya memang merencanakan dari awal untuk mengurus mereka dengan dalih membela diri, lantaran tak ada alasan untuk membiarkan orang-orang itu tetap hidup, asalkan kami sudah mempunyai bukti. Meski Romeos bisa memakai sihir dalam keadaan terborgol sebelumnya....bukan saya yang menghabisi mereka"
"Kalau begitu, petugas interogasi yang melakukannya?"
"Bukan. Disaat Romeos berteriak, kepalanya tiba-tiba meledak dan hanya menyisakan potongan daging. Goraon juga sama. Mereka sama sekali tidak mendapatkan serangan dari luar"
"Kepala mereka meledak? Perlakuan terhadap keduanya sungguh tanpa ampun"
Ketika saya membalasnya dengan bertindak bodoh, tatapan mata Rodwell yang menusuk berfokus padaku dan dipenuhi niat tajam membunuh.
"Apa yang kamu lakukan....kepada mereka?"
"Kepada mereka....apa maksudnya?"
"Berdasarkan pengalaman dan intuisi, izinkan saya untuk menanyakan satu hal ini. Orang yang telah memusnahkan 'Dragon of Fresh Blood' yakni Sirius-kun....ya kan?"
Apa saya dicurigai? Saklar Tempur ku aktif secara otomatis sebagai respons terhadap niat membunuhnya. Aku mendapatkan tekanan dari Rodwell sambil memulai pemikiran paralel (Multi Task).
"Apa yang ingin Anda katakan?"
(Kemungkinan hanya menggertak, tinggi. Namun masih harus mencurigai datangnya kejadian darurat. Mempersiapkan {Boost})
(Mengkonfirmasi posisi para murid dengan {Search}. Respon ditemukan : berada Di kelas)
"Dinding ruangan ini terbuat dari bijih khusus yang bisa menyerap suara. Kaprikornus bunyi sekeras apapun yang muncul takkan pernah bocor ke luar"
"....Singkatnya, pembicaraan rahasia atau hal yang bisa mengakibatkan kebisingan takkan pernah disadari oleh orang luar ya?"
(Persiapan pengaktifan (Boost), selesai. Lepaskan bersamaan dengan mantra lawan, segera mundur ketika pihak lain bergerak)
(Hubungi para murid memakai {Call} ketika pertempuran berlangsung. Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, ajak para murid untuk ikut melarikan diri dari sekolah)
"Jawablah ini. Kenapa kamu tiba kesini? Jika itu membahayakan sekolah, maka saya harus memakai kekuatan"
"Aku di sini demi mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan juga....untuk melindungi dan membesarkan murid-muridku"
(Mengkonfirmasi peningkatan sirkulasi Mana dari lawan. Kemungkinan {Impact} berefek pada musuh, kecil. {Magnum} harus dipertimbangkan)
(Tidak ada musuh di sekitar. Memilih rute pelarian terpendek....Selesai)
"Kau tidak berbohong, kan?"
"Tidak"
(Hipotesis....Selesai)
(Hipotesis....Selesai)
Kata-kata terakhir yang kuucapkan tanpa ragu, menciptakan Rodwell dan saya saling menatap dalam diam. Mataku tak boleh berpaling. Bukan hanya untuk menutupi rasa ragu, tapi juga biar pihak lain teryakinkan.
Detik demi detik berlalu....beberapa menit kemudian, itu berakhir dengan lenyapnya niat membunuh dari Rodwell.
"Mampu menghadapi niat membunuhku hingga sekarang, tampaknya memang kamu yang telah mengalahkan mereka"
"....Benar. Akulah yang mengalahkan mereka. Hanya saja, mengujiku dengan membiarkan keluar niat membunuh tadi, kamu orang yang cukup kejam ya"
Aku tetapkan untuk mengakuinya dengan jujur. Akan merepotkan untuk terus menipu dan menyembunyikannya lebih jauh. Itu juga lantaran saya merasa tidak akan bermasalah bila orangnya yakni dia.
Pemikiran paralel (Multi Task) di nonaktifkan. Cukup melegakan lantaran pertempuran tidak hingga terjadi. Aku sudah terlanjur menyukai sekolah ini sesudah dua tahun, syukurlah lantaran ini tidak berakhir dengan 'Pelarian diriku dari sekolah sekaligus kota, dan meninggalkan semuanya kecuali murid-muridku'.
"Maaf untuk mengejutkanmu, saya hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendengar tujuanmu yang sebenarnya. Syukurlah, Sirius-kun dan saya sama-sama mengerti bahwa tidak ada alasan untuk saling memusuhi"
"Itu bagus, tapi bukankah kamu agak berlebihan? Pertarungan mungkin saja pecah bila salah satu dari kita ceroboh, ya kan?"
"Tak ada jalan lain. Aku sudah mengira-ngira kekuatanmu dari dulu, tapi tidak menyangka bahwa kamu bisa mengurusi seorang dari ras naga dan orang-orang setingkat petualang senior dengan mudah. Mengingat ihwal bahayanya, ini jadi tidak lucu"
"Yah....sesuai dugaan, saya bertindak terlalu jauh ya"
Cukup masuk akal.
Menyadari murid-muridku terluka dan roboh, menciptakan pikiranku tak bisa berpikir jernih.
"Kau mempunyai kekuatan dan memakai itu dengan benar, kamu tampaknya juga merupakan orang yang peduli. Berdasarkan pendapat pribadi, saya ingin membangun kekerabatan baik dengan Sirius-kun"
"Aku juga sama. Selain itu, saya punya permintaan. Ini ihwal kekuatanku...."
"Ya, saya mengerti. Dengan kekuatan setingkat itu, kurasa akan merepotkan bila para aristokrat hingga mendengarnya. Sesuai yang Sirius-kun minta, saya akan merahasiakan ini"
"Terima kasih atas pengertiannya"
"Tidak, tidak, lantaran diriku yang tidak bisa mengurusi hal-hal hingga kejadian itu terjadi, pada jadinya berujung ke situasi kita sekarang. Lagi pula, bila tidak akur denganmu, bisa-bisa saya takkan mendapatkan camilan manis mulai kini kan?"
"Jadi itu niatmu yang sebenarnya?"
Bagaimanapun, seiring dengan kejadian Dragon of Fresh Blood yang berakhir, masalah ihwal kekuatanku juga telah selesai dengan perasaan lega.
Sepertinya ada hal lain yang perlu ia sampaikan. Itu mungkin bukan topik yang anggun lantaran wajah Rodwell beralih ke ekspresi pahit. Diapun mulai bicara.
"Dalang kejadian ini, Gregory....Sayang sekali, kami tak bisa menemukannya"
"Jadi ia melarikan diri?"
"Ya. Saat kami menggeledah rumahnya, orang itu telah lenyap dan hanya menyisakan beberapa bukti. Walaupun saya sudah berkata untuk mempercayakan masalah ini pada kami....aku merasa malu"
"Tidak, tanggapan kepala sekolah sudah benar. Hanya saja, orang itu ternyata sangat cepat ketika harus melarikan diri"
"Orang itu tidak hanya luar biasa dalam hal sihir, tapi juga dalam hal melarikan diri. Dia sudah dianggap sebagai buronan menurut hasil interogasi kemarin dan bukti-bukti yang tertinggal dirumahnya. Poster pencarian akan disebar pada sore hari. Setidaknya, ia takkan bisa melaksanakan tindakan yang menyolok di Elysion"
"Apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersahabat dengannya termasuk para siswa yang ia urus? Selain itu, bagaimana dengan kedua aristokrat yang tanpa sengaja mengantar para pembunuh ke labirin?"
Meski Hart dan Merluza mempunyai sifat yang sombong, mereka juga patut dikagumi dikarenakan telah meminta maaf dengan tulus. Aku merasa kasihan pada keduanya yang malah terlibat dengan masalah orang dewasa
"Para siswa yang berada di bawah naungan Gregory akan ditempatkan di bawah bimbingan seorang guru pengganti. Selain itu, Hart-kun dan Merluza-kun sudah resmi dinilai sebagai tidak bersalah. Mereka berdua tidak tahu apapun dan dipengaruhi oleh Gregory untuk membawa para pembunuh. Singkatnya, semua kesalahan akan dibebankan pada Gregory"
"Ekspresimu jadi menyeramkan, kamu tahu"
"Benarkah? Pokoknya, lantaran keduanya masih muda dan gampang dipengaruhi oleh orang lain, memberi mereka sanksi berat akan terkesan tidak masuk akal. Para aristokrat itu telah kehilangan petugasnya yang berharga. Kuharap mereka mencar ilmu banyak dari kejadian ini"
Kami semua aman, tapi kedua aristokrat masing-masing kehilangan tiga petugas. Mungkin akan muncul beberapa masalah di rumah mereka, namun sesuai kata pepatah {Racun yang mematikan terkadang bisa menjadi obat yang ampuh sebagai gantinya}.
"Meski begitu, saya bersyukur. Kami bisa menginterogasi Goraon dan Romeo dengan lancar, semua berkat dirimu"
"Aku hanya menciptakan mereka babak belur. Sesuai dugaan, bertindak hingga membunuh kelompok itu sudah dihitung berlebihan ya?"
"Tidak, berkat terbunuhnya mereka, saya jadi tak perlu membuang-buang tenaga lagi. Lagipula, bila saya sendiri yang melaksanakan interogasi, takdir kelompok itu mungkin masih sama"
Rodwell pun tertawa terbahak-bahak.
Seperti yang diharapkan. Saat menjadi kepala sekolah, kamu takkan sanggup mempertahankan posisi itu bila tak bisa bertindak sedikit kejam.
"Mereka sudah mati, tapi informasi itu akan ditunda dulu. Begitu biang masalahnya ditangkap, barulah kami akan mengembangkan kabar selesai hidup Dragon of Fresh Blood. Bersamaan dengan pengeksekusian Gregory"
"Sungguh mengerikan"
"Aku akan menerimanya sebagai pujian. Ngomong-ngomong, Sirius-kun, apa yang kamu lakukan hingga keduanya terbunuh mirip itu?"
Ini mungkin ihwal kepala Goraon dan Romeos yang meledak. Itu yakni kemampuan untuk meledakkan anggota badan lawan pada jarak jauh. Dia berkata 'itu sebuah teknik yang mengerikan'. Pernyataan Rodwell ada benarnya, tapi....
"Ini rahasia. Aku takkan bisa menjelaskannya kecuali kita membahas topik ini lebih lama. Selain itu, saya tidak berencana untuk menggunakannya hanya pada musuh mirip pembunuh, jadi tolong jangan tanyakan saya ihwal hal itu"
"....Apa boleh buat. Aku akan percaya pada sifatmu dan berhenti mengejar masalah itu lebih jauh. Hanya saja, teknikmu memang sangat berbahaya. Kau harus berhati-hati"
Dia mengalah dengan mudah. Jika harus menjelaskannya---itu hanyalah {Impact}. Aku sanggup mengatur waktu pengaktifan {Impact}. Selain itu, bisa saja aktif dengan respon aliran Mana orang lain. Kali ini saya menaruhnya di kepala sasaran dan diatur untuk meledak pada saat-saat tertentu.
Lalu, mirip apa pengaturannya?
Sehubungan dengan Romeos, {Impact} akan dipicu ketika ia mencoba memakai sihir. Dan untuk Goraon, saya memberi sugesti kepada orang itu sebelumnya, bahwa bila ia mencoba berbicara dengan siapa pun kecuali kepala sekolah, itu akan menjadi pengganti untuk memicu aliran Mana-nya sendiri. Ini tidak akan berefek pada mereka yang mempunyai kemauan kuat, tapi akan berbeda bila targetnya yakni individu dalam keadaan mental yang lemah. Yah, anggap saja sebagai salah satu teknik yang kupelajari dari kehidupan sebelumnya.
Karena ada penundaan waktu, ini menjadi teknik yang takkan menjadikan bukti dan tepat untuk para pembunuh. Di duniaku dulu, bom kecil lah yang digunakan.
Untuk sebentar kami membahas hal-hal lain. Kemudian, perbincangan diriku dan kepala sekolah pun usai.
Begitu kembali, Emilia dan Reus melompat seolah terbang hanya untuk memelukku. Sebagai tambahan, itu menciptakan Magna-sensei marah.
☆☆☆☆
Bagian 3
Semua siswa berkumpul di auditorium pada sore hari, dimana rincian kasus tersebut terungkap pada ketika itu.
Sekelompok pembunuh mengerikan muncul di labirin sekolah, hingga mengakibatkan jatuhnya korban.
Gregory yang membimbing mereka, kini menjadi buronan dikarenakan telah melarikan diri.
Ku pikir kepala sekolah yakni orang yang sangat tegas dengan mengungkapkan skandal sekolahnya sendiri. Tapi berkat pidato fasihnya, ia berhasil mengarahkan semua kesalahan pada Gregory. Tapi tetap saja, caranya merangkai kata-kata sangatlah ahli. Pengalaman 400 tahunnya tak bisa diremehkan.
Setiap kejahatan di fokuskan pada bajingan itu. Kepala sekolah terus berbicara di podium ihwal apa yang harus dipelajari dari kejadian ini.
Sementara itu, Reus disamping, berbisik padaku.
"Aniki, apa yang terjadi dengan sisa anggota Dragon of Fresh Blood?"
"Yah. Mungkin, kita tidak akan bertemu mereka lagi"
"Begitu ya. Rasanya tidak menyenangkan bila tidak membalas kekalahan ini"
"Aku mengerti perasaanmu, tapi lebih baik kamu memikirkan cara untuk menang melawanku daripada menang melawan mereka kan?"
"Oohh!! Seperti yang diduga dari Aniki!"
Sebenarnya, saya ingin mereka dikalahkan oleh tangan murid-muridku sendiri. Tapi kelompok pembunuh itu terlalu berbahaya.
Tentu saja, saya murka ketika murid-muridku di siksa. Menilai bahwa akan berdampak jelek pada mereka bila tetap berurusan dengan Dragon of Fresh Blood, akupun tetapkan untuk menangani masalah ini sepenuhnya.
Tanpa bisa memahan kemungkinan terburuk dimana para muridku yang terbunuh, saya 'membersihkan' mereka dengan tanganku sendiri.
....Bagiku, menjadi biro dari dulu mempunyai arti 'bekerja di bayang-bayang tanpa mendapat sorotan'.
Hanya menghabiskan waktu sehari-hari dalam keadaan kotor oleh darah dan bertindak dibelakang layar.
Aku tidak berencana untuk memberitahukan hal itu kepada murid-muridku hingga waktu yang dibutuhkan datang.
Hal ini lantaran saya tidak ingin menjelaskannya secara jelek hingga menciptakan mereka berniat meniruku.
Berbicara ihwal pembunuhan, ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, saya sama dengan Dragon of Fresh Blood.
Perbedaannya hanyalah 'apakah seseorang senang membunuh atau tidak'.
Namun....jika itu untuk melindungi mereka, saya bersedia melaksanakan pekerjaan kotor apapun.
Entah berapa kalipun diriku terlahir kembali, prinsipku takkan berubah.
Sebagai guru....dan sebagai satu-satunya orang yang menempuh jalan hidup agen.
Meski meninggalkan perasaan jelek lantaran pelaku yang bergotong-royong menghilang. Dengan begini, kejadian pembunuhan mengerikan menutup tirainya.
☆☆☆Chapter 37 berakhir disini☆☆☆
>Catatan Penulis : Ini menjadi kisah yang agak sadis lantaran kejadian tersebut.
Ceritanya juga panjang lantaran ada aneka macam 'penambahan' yang awalnya ingin kumasukkan di Arc sebelumnya, tapi malah kekurangan ide.
Pokoknya, dengan begini Arc 6 berakhir. Ah, jangan lupakan ihwal dua chapter selingan yang menarik.
>Catatan Penerjemah : Contoh dari seorang MC yg keren? Yah, itu terserah para pembaca mau menentukannya mirip apa.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh I-Fun Novel
Bagian 1
Keesokan paginya, sesudah mengalahkan kelompok pembunuh mengerikan di labirin, saya terbangun....dan tidak sendiri.
"Selamat pagi, Sirius-sama"
Setelah apa yang terjadi kemarin, kupikir ia akan menjadi agak pendiam, tapi....tampaknya sikap gadis ini masih normal. Tidak, lebih tepatnya, ia telah mendapat 'Power Up'.
"Sirius-sama, ini baju gantinya. Dan lantaran gres saja bangun, ini handuk basahnya. Sarapan telah dibuat, saya akan eksklusif menyiapkannya bila kamu ingin makan"
Ketika terbangun, semua pekerjaan pagi di rumah ini sudah selesai. Karena disini yakni dunia tanpa pengukur waktu, saya pastinya memang bangkit di waktu yang biasa menurut posisi matahari.
"Emilia....kapan kamu kemari?"
"Beberapa ketika yang lalu. Aku dipeluk oleh Sirius-sama kemarin dan tertidur nyenyak hingga pagi ini. Itu sebabnya, saya sudah cukup tidur dan di kondisi fisik yang sempurna"
Beberapa ketika yang kemudian dan....dipikir-pikir ihwal durasi pekerjaan rumah yang telah berakhir, itu sekitar satu jam yang lalu? Yah, tampaknya ia memang sudah cukup tidur, saya takkan menyampaikan apapun lagi.
Pipinya memerah dan ia tampak bahagia, rona kulitnya cukup sehat sesuai dengan apa yang ia katakan. Dari melihat ekornya yang bergerak diiringi tubuhnya yang harum, kondisi fisiknya tidak mempunyai masalah. Untuk memastikan itu, saya tetapkan untuk memeriksanya lagi. Ketika saya memberi isyarat, Emilia tiba tepat di hadapanku dalam kecepatan satu kedipan mata. Hei, jangan berada di jarak yang begitu bersahabat denganku secepat itu!
"Apa kamu memanggilku?"
Meskipun gres saja dipanggil, ia tersenyum senang dan menanti kata-kataku sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Ketika saya mengulurkan tangan sambil tetap duduk di kasur, ia seolah mengerti apa yang ingin kulakukan dan menundukkan kepala. Ketika telapak tanganku mendarat di ubun-ubunnya, saya mengaktifkan {Scan}.
"....Tak ada yang abnormal"
"Tentu saja! Sekarang ini rasanya saya bisa melaksanakan apapun!"
Ekornya terus melambai dengan verbal yang bersenandung. Dia sedang berada di puncak kebahagiaan.
Seandainya kemarin gadis ini tidak pulih, saya sempat berencana mencium kening Emilia demi menghiburnya. Karena kurasa itu pandangan gres yang buruk, saya membatalkannya. Ini mungkin keputusan yang tepat. Jika hingga melaksanakan itu....apa yang akan terjadi pada anak ini?
Setelahnya, saya dan Emilia pergi ke dapur untuk makan sarapan pagi. Karena tidak diawasi, mungkin malah kuliner glamor yang tercipta....tapi, untungnya ia menciptakan sarapan biasa.
Tak ada latihan pagi lantaran Emilia masih dalam proses pemulihan. Ketika kami mulai menikmati momen ini dengan santai, saya mendengar bunyi dari pintu masuk yang diiringi kemunculan sosok Reese di ruang makan.
"Sirius-san! Emilia tidak berada di ruang perawatan---Ah, ternyata kamu memang di sini!"
""Selamat pagi, Reese""
"Selamat pagi---Bukan itu!! Kau menyelinap pergi dari rumah sakit tanpa izin! Aku terkejut lantaran kamu sudah tidak ada disana dari pagi-pagi sekali!"
"Tapi saya telah meninggalkan catatan"
"Bukan itu masalahnya. Haahh....aku senang kamu baik-baik saja"
Reese memegangi kepalanya. Namun sesudah tahu kalau Emilia aman, ia kembali ke ekspresi lembut yang biasa.
Gadis itu duduk di dingklik yang menjadi tempatnya sesudah dua tahun, kemudian memilah segala sesuatunya di atas meja. Begitu Emilia selesai menyajikan sup didepannya, Reese kemudian menyatukan kedua tangannya. Dia menjiplak kami dengan berdoa sebelum makan. Bukan hanya garpu dan sendok, tapi gadis ini juga sudah terbiasa dengan sumpit.
"Sepertinya hari ini juga lezat. Itadakimasu"
Cara makannya sangat elegan. Pada dasarnya ketika memakan sup, tidak boleh menciptakan bunyi dan jangan terlalu lebar membuka mulut. Anehnya, porsi Reese sebanyak Reus, yang makan dalam jumlah besar tapi segera menyelesaikannya dengan mudah. Meski pergerakannya halus hingga di suapan terakhir, kecepatannya sangatlah mengerikan. Bukan hal yang aneh bila sepotong besar steak daging hilang begitu saja.
Aku bisa memaklumi kalau Reus makan banyak, tapi ia juga sama.
Menghabiskan sebanyak itu tanpa bertambah gemuk. Semua nutrisi itu berakhir dimana?
"....Anu, saya agak canggung ketika kamu terus menatapku mirip itu"
"Aah, maaf. Aku hanya berpikir kalau Reese sangat menikmati makanannya"
"Itu....karena enak!"
"Terima kasih. Tidak sia-sia ini dibuat"
Saat saya melanjutkan makan, terdengar bunyi dari pintu masuk lagi. Di detik selanjutnya, pintu dapur terbanting terbuka.
"Aniki! Nee-chan! Selamat pagi---aduhduhduh!!"
....Reus, kamu juga ya.
Anak itu muncul dengan perban yang membalut sekujur tubuhnya. Dia memegangi dadanya tampak kesakitan. Kenapa kamu tidak bisa sedewasa kakakmu?.
"Hei, Reus. Kau harusnya tidur di ruang perawatan"
"Kata-kata itu tidak meyakinkan bila datangnya darimu"
"Menghabiskan waktu dengan hanya berbaring saja itu membosankan. Selain itu, sarapan di rumah sakit jumlahnya sedikit"
"Bukannya tidak mengerti, tapi saya ingin kamu beristirahat dan tidur"
Reus juga duduk di kursinya yang biasa dan mulai makan. Meski masih dalam pemulihkan, anak ini menghabiskan semuanya dengan sangat lahap. Tanpa kamu sadari, dua porsi sudah lenyap dikonsumsi.
"Enak! Nee-chan, boleh tambah?"
"Aku menciptakan banyak, jadi masih ada"
"Haa....tak ada gunanya menyampaikan apapun sekarang. Emilia, saya juga ingin tambah lagi"
"Yaaa, makanlah yang banyak"
Meski hampir terbunuh sehari sebelumnya, mereka berperilaku normal sekarang.
Sambil menaruh roti di mulut, saya melihat murid-murid yang kembali menikmati kehidupan sehari-hari mereka.
Biasanya waktu latihan yakni ketika sarapan selesai, tapi untuk hari ini saya mengubah jadwalnya. Menunggu waktu yang tepat sesudah selesai makan, akupun mengumpulkan perhatian mereka.
"Mulai hari ini, kalian dihentikan bertarung dengan pengecualian latihan atau keadaan darurat. Aku takkan mendapatkan keberatan apapun"
"Apakah itu lantaran kami sedang memulihkan diri?"
"Benar. Kalian telah tetapkan untuk menjadi lebih berpengaruh kemarin, tapi latihan hanya akan berdampak jelek bila badan masih sakit. Aku juga berniat hanya bersantai hari ini, jadi kalian bisa melaksanakan apapun yang kalian"
"Kalau begitu, Aniki, apa yang kamu akan lakukan pagi ini?"
"Benar juga...."
Berpikir ihwal apa yang dibahas Reus, sarapan pun selesai dan tinggal satu jam lagi sebelum masuk sekolah.
Ketika memikirkan apa yang harus di lakukan....wajan dan telur di dapur memasuki pandanganku.
"....Mungkin saya akan menciptakan semacam cemilan"
"""Sungguh?!?!"""
Ketiga orang itu eksklusif mencondongkan badan melewati meja dan mendekatiku. Daripada itu, Reus. Jika sakit, kamu tidak perlu melaksanakan itu, kan?
"A-Aah. Aku akan menciptakan yang sederhana untuk ketika ini. Haruskah itu crepes?"
"Crepes?! Sirius-sama, adakah yang bisa saya bantu?"
"Buah itu perlu, kan? Aku akan memotong buah-buahan"
"Aku akan mengaduk apa pun---Aduh!"
"Kau duduk dan membisu saja"
Pelatihan menciptakan cemilan. Mereka mulai tidak sabar untuk menikmati crepes.
☆☆☆☆
Aku pergi ke sekolah bersama para muridku, masuk kelas dan duduk di dingklik masing-masing. Teman-teman sekelas kemudian berkumpul. Sejauh ini, semuanya normal kecuali suasanannya yang benar-benar berbeda.
"Hei, kalian terlibat dengan kejadian di labirin kemarin kan? Apa yang terjadi?"
"Aniki?! Ada apa dengan bekas luka itu! Bagaimana itu bisa muncul?!"
"Apa yang bergotong-royong muncul?! Bukannya cedera mirip itu terlalu berat untuk dilakukan para golem?"
Insiden kemarin sudah banyak diketahui dan mulai diperbincangkan oleh sobat sekelas.
Kabar itu memang menyebar, namun tanpa potongan ihwal 'Dragon of Fresh Blood'. Tampaknya hanya berkutat di sekitar....'Sesuatu muncul di labirin dan kami terlibat di dalamnya'.
Sejujurnya, ketika hendak pulang kemarin, saya dimintai oleh kepala sekolah untuk tidak memberitahu rincian kejadian tersebut. Aku kemudian menyampaikan kepada murid-muridku untuk merahasiakan hal-hal mengenai para pembunuh mengerikan itu. Hanya saja, apa sisi sekolah yang mengakibatkan situasi sekarang?.
"Selamat pagi, Sirius-kun. Aku tidak yakin apa yang terjadi, namun yang terpenting yakni kalian aman"
"Selamat pagi juga, Mark. Aku tidak bisa membicarakan detailnya, tapi semua orang memang aman"
"Kau tidak bisa menyampaikan detailnya ya. Sudah kuduga, niscaya telah terjadi sesuatu"
"Kurasa kejadian kemarin akan di umumkan segera....Daripada itu, tampaknya kita kedatangan tamu"
Tamu-tamu itu yakni sobat Mark yang pergi ke sekolah bersamanya. Ketika pintu kelas terbuka, sosok mereka pun muncul.
"Permisi*"
[Shitsurei suru yo. Digunakan utk laki2]
"Permisi*"
[Shitsureishimasu wa. Digunakan utk perempuan]
Itu Hart dan Merluza.
Kelas pun melamun dengan penampilan mendadak kedua aristokrat yang diketahui sebagai korban kejadian kemarin. Mereka berjalan perlahan melintasi ruang yang hening kemudian berdiri di depan Emilia dan Reus.
"Apakah kalian perlu sesuatu?"
"Mau apa kalian?!"
"Reus, ada yang ingin kukatakan padamu"
"Emilia, ada yang ingin kukatakan padamu"
Setelah mereka berempat saling menatap dengan lekat, kedua aristokrat itu kemudian menundukkan kepala.
"Aku tidak mengingat kejadian lantaran ketika itu kamu mendorongku dengan keras, tapi saya sudah mendengar bahwa diriku telah diselamatkan olehmu. Terima kasihku yang tulus*"
[Reiwoiu]
"Emilia, berkat sihirmu, diriku ini terselamatkan. Aku sangat berterima kasih*"
[Kanshashimasu wa]
""Haaah....""
Rasa syukur mereka terucap dengan hebat, sambil menyembunyikan harga diri aristokrat namun tetap bertindak penuh martabat. Melihat sikap yang berbanding terbalik dengan kemarin, kedua bersaudara tidak bisa menyembunyikan kebingungan mereka dan hanya memperlihatkan tanggapan yang tidak jelas.
"Itulah ucapan terimakasihku. Kalau begitu, saya pamit dulu"
"Jika memungkinkan, saya ingin mengalahkan sihirmu itu tanpa menekan kekuatan masing-masing. Baiklah, semoga harimu menyenangkan"
Setelah memberikan hal-hal yang mereka inginkan, kedua aristokrat pun keluar dari kelas, mengakibatkan ruangan ini berada dalam keadaan sunyi. Reus yang melihat hal itu bergumam.
"....Apa yang terjadi barusan, aniki?"
"Persis mirip yang mereka katakan. Keduanya hanya tiba untuk mengucapkan terima kasih. Karena kejadian kemarin, para aristokrat itu menganggap bahwa kalian yakni orang yang pantas mendapatkan rasa syukur mereka"
"Ini serasa rumit"
"Yah. Tapi, saya akan menyampaikan ini....apa yang telah kalian lakukan tidaklah salah. Itu saja"
Ketika saya menepuk kepala keduanya ringan, entah mengerti atau tidak, mereka mulai tertawa. Bagaimanapun, saya besar hati atas tindakan abang beradik ini.
Ruang kelas menjadi sepi lantaran kedua aristokrat itu. Tapi seiring waktu dimana semuanya semakin ribut, Magna-sensei datang. Sepertinya sudah saatnya jam pelajaran dimulai.
"Selamat pagi. Karena ada sesuatu yang harus diceritakan kepada semuanya, saya ingin kalian untuk segera tenang"
Magna-sensei melihat ke seluruh kelas, kemudian mengangguk sesudah memastikan bahwa seisi ruangan ini terdiam. Selama itu, kurasa bukan imajinasiku bila matanya dan mataku bertemu.
"Semua orang mungkin sudah mendengar apa yang terjadi di labirin kemarin. Penjelasan lengkapnya akan diberikan di auditorium siang ini, jadi tolong jangan mengembangkan rumor yang salah....Dan untuk Sirius-kun"
"Ya?"
"Kepala sekolah tampaknya ingin mendengar ceritamu ihwal apa yang terjadi di dalam labirin. Silakan, pergilah ke ruangannya"
Sedikit mengejutkan lantaran mendadak sanggup panggilan. Mendengar ini, Emilia dan Reus berdiri dengan cepat dan mulai mengajukan keberatan.
"Magna-sensei! Kenapa hanya Sirius-sama?"
"Itu benar, ia juga harus mendengarkan kisah dari kami, yang yakni korbannya"
"Keberatan barusan memang masuk akal, tapi kalian yakni petugas Sirius-kun kan? Sebagai master, ia harus memperlihatkan penjelasannya sendiri"
Mendengar perkataan Magna-sensei, kedua bersaudara tak bisa menyanggah lagi. Mereka tampak murung ketika kakiku berayun keluar dari kelas.
☆☆☆☆
Bagian 2
Aku pun tiba sendirian dan tiba didepan ruang kantor kepala sekolah.
Berbeda dengan ruang staf guru biasa, pintu ganda untuk ruangan ini tampak berkualitas tinggi hingga memberi kesan mengintimidasi.
Berpikir tidak ada gunanya hanya berdiri di sini, akupun tetapkan untuk mengetuknya.
"Sirius Teacher sudah tiba"
"Masuklah"
Begitu membuka pintu yang megah, kepala sekolah terlihat duduk di depan meja mewah. Jika diibaratkan, ini mirip mirip menghadiri kantor bos di kehidupanku sebelumnya.
Ini bergotong-royong akan menciptakan orang lain penasaran. Bagi mereka saya hanyalah lelaki muda tak berdosa, yang rasanya tidak mengetahui apapun dan dipanggil ke sini oleh Rodwell, Sang Master Sihir.
"Akhirnya kamu datang. Maaf lantaran tidak menyiapkan teh, tapi duduklah di sofa itu"
"....Permisi"
Aku pun duduk di sofa tanpa menanyakan satu hal pun, Rodwell juga duduk di sisi berlawanan. Tak ada yang mencoba memulai obrolan, kami hanya saling menatap dalam keheningan.
Setelah suasana berat itu berlangsung beberapa saat, Rodwell jadinya membuka mulut.
"....Tanpa basa-basi, kita eksklusif saja ke topik utama. Aku memanggilmu kesini lantaran ingin tahu ihwal kejadian kemarin. Aku ingin mendengar beberapa hal darimu"
"Apa yang ingin Anda dengar?"
"Ayo kita mulai dari hasil akhirnya, klarifikasi apa yang terjadi sebelumnya akan kutunda untuk nanti. Kemarin, beberapa ketika sesudah kamu kembali, dua pelaku yang selamat dari 'Dragon of Fresh Blood', Goraon si pemimpin dan Romeos si laki-laki insan diamankan dari dalam labirin. Sayangnya, dua orang yang tersisa sudah ditemukan tak bernyawa dan dikirim ke kamar mayat"
"Dengan kata lain, ini soal hasil interogasi, kan?"
"Tepat sekali. Aku menginterogasi mereka untuk mendapat aneka macam bukti...."
Tampaknya Rodwell juga berpartisipasi dalam interogasi tersebut. Dia berniat menjelaskan hasilnya secara rinci.
☆☆☆☆
Pertama, dilakukan pada Romeos.
Begitu terbangun, ia sudah berada di sebuah ruangan sempit. Dalam keadaan terborgol sambil dibentuk duduk di depan Rodwell dan beberapa penginterograsi lain.
Di seberang meja, lontaran pertanyaanpun dimulai dari kepala sekolah yang ditemani beberapa anggota penginterograsi.
"(Kalau begitu, namamu Romeos, kan? Dengan tujuan apa kalian tiba ke sini?)"
"(Tentu saja, untuk membunuh. Itu menyenangkan dan tak ada bandingannya)"
"(Guh....kau menjawab ini dengan hening ya. Jadi, bagaimana cara kalian bisa tiba ke sini? Atau....siapa yang mengundang kalian?)"
"(Seorang laki-laki renta yang memanggil dirinya Gregory. Meski cukup berotot, namun ia terasa tidak layak untuk dibunuh. Hanya saja, ia berkata bahwa kami sanggup membunuh banyak hewan buas dan orang lain kemudian mengajak kami)"
"(Selanjutnya, kenapa kalian bisa memasuki labirin tanpa diperiksa?)"
"(Itu lantaran surat pengantar yang diberikan Gregory. Benda itu sangat berguna, bahkan di banyak kawasan tidak hanya untuk labirin)"
Setelah itu, pertanyaan demi pertanyaan melayang dan dijawab olehnya tanpa adanya protes. Surat pengantar Gregory juga telah disita, bersama banyak hal lain yang bisa dijadikan bukti untuk menangkapnya.
"(Cara menjawabmu sangat lancar. Apa kalian, para bajingan tidak meratapi tindakan kalian?)"
"(Menyesal? Aku hanya bertindak menurut naluri, saya tak merasa bahwa diriku ini sudah melaksanakan hal yang salah. Itulah sebabnya ini tidak perlu dirahasiakan)"
Semua anggota yang mendengar kata-kata Romeos, tercengang dan mulai marah. Di lain sisi, Rodwell memincingkan tatapannya sambil terus menanyai laki-laki itu.
"('Tidak perlu dirahasiakan'....ya? Kalau begitu, saya memintamu menjawab satu pertanyaan terakhir. Kalian diserang oleh siapa?)"
"(....)"
Perubahan pun mulai terjadi pada diri Romeos yang percaya diri. Sambil meneteskan puluhan butir keringat, pupil matanya menjadi tidak fokus.
Setelah itu, para anggota interogasi terus memuntahkan pertanyaan siapa yang telah mengalahkan mereka, hingga jadinya Romeo tak bisa menahannya pagi.
"*Hentikan ini!! Kenapa saya harus menjelaskan itu kepada kalian?!?!)"
"(Lawan yang mengalahkan kalian pastinya orang yang kuat. Ini merupakan informasi yang harus kami ketahui juga)"
"(Jadi kalian tidak tahu. Monster itu....aku tidak ingin melihatnya lagi)"
"(Aku bisa menebak bahwa kalian memang menemukan sesuatu yang bisa disebut monster. Mungkinkah....dia mempunyai penampilan yang kamu tidak pernah bayangkan? Misalnya....berwujud anak-anak?)"
"(?!)"
"(Kepala sekolah, tidak peduli bagaimana Anda memperkirakannya, seorang anak itu mustahil. Mungkin saja golem anda menjadi tak terkendali dan menghajar orang-orang ini, sesuatu semacam itu?)"
"(Aah....aaahh....)"
"(Akan menjadi masalah bila kejadiannya mirip itu. Oh, ada apa denganmu, Romeos-san? Kau anehnya gelisah, mungkinkah pelakunya memang anak kecil....)"
"(JANGAN MEMBICARAKAN SEORANG ANAK DIDEPANKUUUUUU---GUHH?!?!?!)"
Dia berdiri sambil menjerit, kemudian mulai melantunkam sihir, kemudian....dirinya meninggal.
☆☆☆☆
Interogasi selanjutnya berpusat pada Goraon. Sebelum ditangkap, tampaknya ia cukup banyak bicara, tapi kini malah berbanding terbalik.
Alasannya adalah….
"(Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf....)"
Tak ada reaksi lain darinya kecuali menatap ruang kosong sambil memegangi kepalanya dan meminta maaf terus menerus.
"(Orang ini juga tak berguna. Seperti itulah ia ketika kami menemukannya di labirin. Apapun yang anggota interogasi tanyakan, ia hanya meminta maaf tanpa mau bicara)"
"(Ini merepotkan. Ada beberapa hal yang ingin kudengar darinya)"
"(Apa Anda ingin memberikannya kejutan biar ia bisa sadar? Kurasa sihir kepala sekolah cukup untuk melakukannya kan?)"
"(....Kepala sekolah....? Apa kamu kepala sekolah?!)"
Ketika Goraon sadar bahwa orang di depannya yakni kepala sekolah, matanya tampak kembali ke dunia nyata. Wajahnya terangkat, ia mencoba mendekati Rodwell namun malah terjatuh dan berguling di lantai lantaran tubuhnya masih terikat. Tapi tetap saja ia masih ingin berbicara dengan Rodwell, berusaha mendekat bahkan dengan merangkak.
"(Ya, akulah kepala sekolah....ada apa?)"
"(Aku disuruh untuk tidak berbicara kepada siapapun kecuali pada kepala sekolah!! Kaprikornus sekarang, tanyakan saja apapun padaku!!! Jika tidak cepat....jika tidak cepat....Ah-Ahhhhgg!!!)"
"(B-Baiklah kalau begitu....)"
Sempat mengherankan kenapa ia menjadi aneh mirip ini, tapi Goraon masih menjawab pertanyaan yang terkait dengan patuh meski dirinya tampak takut.
Dia memuntahkan semuanya mirip jumlah orang yang ia bunuh sesudah tiba ke kota ini dan tindakan untuk menyembunyikannya, pekerjaannya dulu dan kemampuannya. Meskipun tidak diinterogasi lebih jauh, ia tetap membicarakan hal-hal mirip kuliner favorit atau bahkan berapa kali ia pergi ke toilet hari ini. Dia mengeluarkan segala sesuatunya seakan-akan ia berjuang keras demi nyawanya.
"(Sudah cukup. Kau tidak perlu bicara lagi)"
"(Jadi kamu sudah selesai mendengar hal yang ingin kamu ketahui?! Jika begitu, cepatlah!!....Cepat bawa saya ke orang itu!!!)"
"(Siapa orang itu?)"
"(Aku tidak tahu!! Tidak mungkin mengatakannya!!! Karena kamu sudah bertanya, orang itu....Cepat!!!)"
"(Kepala sekolah, ini berbahaya! Tolong, mundurlah!)"
"(DIAM!!! BAWA AKU CEPAT KE----....AARGHH!!!!....AARRGGGGHHH?!?!?!?!)"
Dan kemudian, Goraon pun meninggal.
"Keduanya....mati ya?"
"Ya, tapi saya memang merencanakan dari awal untuk mengurus mereka dengan dalih membela diri, lantaran tak ada alasan untuk membiarkan orang-orang itu tetap hidup, asalkan kami sudah mempunyai bukti. Meski Romeos bisa memakai sihir dalam keadaan terborgol sebelumnya....bukan saya yang menghabisi mereka"
"Kalau begitu, petugas interogasi yang melakukannya?"
"Bukan. Disaat Romeos berteriak, kepalanya tiba-tiba meledak dan hanya menyisakan potongan daging. Goraon juga sama. Mereka sama sekali tidak mendapatkan serangan dari luar"
"Kepala mereka meledak? Perlakuan terhadap keduanya sungguh tanpa ampun"
Ketika saya membalasnya dengan bertindak bodoh, tatapan mata Rodwell yang menusuk berfokus padaku dan dipenuhi niat tajam membunuh.
"Apa yang kamu lakukan....kepada mereka?"
"Kepada mereka....apa maksudnya?"
"Berdasarkan pengalaman dan intuisi, izinkan saya untuk menanyakan satu hal ini. Orang yang telah memusnahkan 'Dragon of Fresh Blood' yakni Sirius-kun....ya kan?"
Apa saya dicurigai? Saklar Tempur ku aktif secara otomatis sebagai respons terhadap niat membunuhnya. Aku mendapatkan tekanan dari Rodwell sambil memulai pemikiran paralel (Multi Task).
"Apa yang ingin Anda katakan?"
(Kemungkinan hanya menggertak, tinggi. Namun masih harus mencurigai datangnya kejadian darurat. Mempersiapkan {Boost})
(Mengkonfirmasi posisi para murid dengan {Search}. Respon ditemukan : berada Di kelas)
"Dinding ruangan ini terbuat dari bijih khusus yang bisa menyerap suara. Kaprikornus bunyi sekeras apapun yang muncul takkan pernah bocor ke luar"
"....Singkatnya, pembicaraan rahasia atau hal yang bisa mengakibatkan kebisingan takkan pernah disadari oleh orang luar ya?"
(Persiapan pengaktifan (Boost), selesai. Lepaskan bersamaan dengan mantra lawan, segera mundur ketika pihak lain bergerak)
(Hubungi para murid memakai {Call} ketika pertempuran berlangsung. Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, ajak para murid untuk ikut melarikan diri dari sekolah)
"Jawablah ini. Kenapa kamu tiba kesini? Jika itu membahayakan sekolah, maka saya harus memakai kekuatan"
"Aku di sini demi mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan juga....untuk melindungi dan membesarkan murid-muridku"
(Mengkonfirmasi peningkatan sirkulasi Mana dari lawan. Kemungkinan {Impact} berefek pada musuh, kecil. {Magnum} harus dipertimbangkan)
(Tidak ada musuh di sekitar. Memilih rute pelarian terpendek....Selesai)
"Kau tidak berbohong, kan?"
"Tidak"
(Hipotesis....Selesai)
(Hipotesis....Selesai)
Kata-kata terakhir yang kuucapkan tanpa ragu, menciptakan Rodwell dan saya saling menatap dalam diam. Mataku tak boleh berpaling. Bukan hanya untuk menutupi rasa ragu, tapi juga biar pihak lain teryakinkan.
Detik demi detik berlalu....beberapa menit kemudian, itu berakhir dengan lenyapnya niat membunuh dari Rodwell.
"Mampu menghadapi niat membunuhku hingga sekarang, tampaknya memang kamu yang telah mengalahkan mereka"
"....Benar. Akulah yang mengalahkan mereka. Hanya saja, mengujiku dengan membiarkan keluar niat membunuh tadi, kamu orang yang cukup kejam ya"
Aku tetapkan untuk mengakuinya dengan jujur. Akan merepotkan untuk terus menipu dan menyembunyikannya lebih jauh. Itu juga lantaran saya merasa tidak akan bermasalah bila orangnya yakni dia.
Pemikiran paralel (Multi Task) di nonaktifkan. Cukup melegakan lantaran pertempuran tidak hingga terjadi. Aku sudah terlanjur menyukai sekolah ini sesudah dua tahun, syukurlah lantaran ini tidak berakhir dengan 'Pelarian diriku dari sekolah sekaligus kota, dan meninggalkan semuanya kecuali murid-muridku'.
"Maaf untuk mengejutkanmu, saya hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendengar tujuanmu yang sebenarnya. Syukurlah, Sirius-kun dan saya sama-sama mengerti bahwa tidak ada alasan untuk saling memusuhi"
"Itu bagus, tapi bukankah kamu agak berlebihan? Pertarungan mungkin saja pecah bila salah satu dari kita ceroboh, ya kan?"
"Tak ada jalan lain. Aku sudah mengira-ngira kekuatanmu dari dulu, tapi tidak menyangka bahwa kamu bisa mengurusi seorang dari ras naga dan orang-orang setingkat petualang senior dengan mudah. Mengingat ihwal bahayanya, ini jadi tidak lucu"
"Yah....sesuai dugaan, saya bertindak terlalu jauh ya"
Cukup masuk akal.
Menyadari murid-muridku terluka dan roboh, menciptakan pikiranku tak bisa berpikir jernih.
"Kau mempunyai kekuatan dan memakai itu dengan benar, kamu tampaknya juga merupakan orang yang peduli. Berdasarkan pendapat pribadi, saya ingin membangun kekerabatan baik dengan Sirius-kun"
"Aku juga sama. Selain itu, saya punya permintaan. Ini ihwal kekuatanku...."
"Ya, saya mengerti. Dengan kekuatan setingkat itu, kurasa akan merepotkan bila para aristokrat hingga mendengarnya. Sesuai yang Sirius-kun minta, saya akan merahasiakan ini"
"Terima kasih atas pengertiannya"
"Tidak, tidak, lantaran diriku yang tidak bisa mengurusi hal-hal hingga kejadian itu terjadi, pada jadinya berujung ke situasi kita sekarang. Lagi pula, bila tidak akur denganmu, bisa-bisa saya takkan mendapatkan camilan manis mulai kini kan?"
"Jadi itu niatmu yang sebenarnya?"
Bagaimanapun, seiring dengan kejadian Dragon of Fresh Blood yang berakhir, masalah ihwal kekuatanku juga telah selesai dengan perasaan lega.
Sepertinya ada hal lain yang perlu ia sampaikan. Itu mungkin bukan topik yang anggun lantaran wajah Rodwell beralih ke ekspresi pahit. Diapun mulai bicara.
"Dalang kejadian ini, Gregory....Sayang sekali, kami tak bisa menemukannya"
"Jadi ia melarikan diri?"
"Ya. Saat kami menggeledah rumahnya, orang itu telah lenyap dan hanya menyisakan beberapa bukti. Walaupun saya sudah berkata untuk mempercayakan masalah ini pada kami....aku merasa malu"
"Tidak, tanggapan kepala sekolah sudah benar. Hanya saja, orang itu ternyata sangat cepat ketika harus melarikan diri"
"Orang itu tidak hanya luar biasa dalam hal sihir, tapi juga dalam hal melarikan diri. Dia sudah dianggap sebagai buronan menurut hasil interogasi kemarin dan bukti-bukti yang tertinggal dirumahnya. Poster pencarian akan disebar pada sore hari. Setidaknya, ia takkan bisa melaksanakan tindakan yang menyolok di Elysion"
"Apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersahabat dengannya termasuk para siswa yang ia urus? Selain itu, bagaimana dengan kedua aristokrat yang tanpa sengaja mengantar para pembunuh ke labirin?"
Meski Hart dan Merluza mempunyai sifat yang sombong, mereka juga patut dikagumi dikarenakan telah meminta maaf dengan tulus. Aku merasa kasihan pada keduanya yang malah terlibat dengan masalah orang dewasa
"Para siswa yang berada di bawah naungan Gregory akan ditempatkan di bawah bimbingan seorang guru pengganti. Selain itu, Hart-kun dan Merluza-kun sudah resmi dinilai sebagai tidak bersalah. Mereka berdua tidak tahu apapun dan dipengaruhi oleh Gregory untuk membawa para pembunuh. Singkatnya, semua kesalahan akan dibebankan pada Gregory"
"Ekspresimu jadi menyeramkan, kamu tahu"
"Benarkah? Pokoknya, lantaran keduanya masih muda dan gampang dipengaruhi oleh orang lain, memberi mereka sanksi berat akan terkesan tidak masuk akal. Para aristokrat itu telah kehilangan petugasnya yang berharga. Kuharap mereka mencar ilmu banyak dari kejadian ini"
Kami semua aman, tapi kedua aristokrat masing-masing kehilangan tiga petugas. Mungkin akan muncul beberapa masalah di rumah mereka, namun sesuai kata pepatah {Racun yang mematikan terkadang bisa menjadi obat yang ampuh sebagai gantinya}.
"Meski begitu, saya bersyukur. Kami bisa menginterogasi Goraon dan Romeo dengan lancar, semua berkat dirimu"
"Aku hanya menciptakan mereka babak belur. Sesuai dugaan, bertindak hingga membunuh kelompok itu sudah dihitung berlebihan ya?"
"Tidak, berkat terbunuhnya mereka, saya jadi tak perlu membuang-buang tenaga lagi. Lagipula, bila saya sendiri yang melaksanakan interogasi, takdir kelompok itu mungkin masih sama"
Rodwell pun tertawa terbahak-bahak.
Seperti yang diharapkan. Saat menjadi kepala sekolah, kamu takkan sanggup mempertahankan posisi itu bila tak bisa bertindak sedikit kejam.
"Mereka sudah mati, tapi informasi itu akan ditunda dulu. Begitu biang masalahnya ditangkap, barulah kami akan mengembangkan kabar selesai hidup Dragon of Fresh Blood. Bersamaan dengan pengeksekusian Gregory"
"Sungguh mengerikan"
"Aku akan menerimanya sebagai pujian. Ngomong-ngomong, Sirius-kun, apa yang kamu lakukan hingga keduanya terbunuh mirip itu?"
Ini mungkin ihwal kepala Goraon dan Romeos yang meledak. Itu yakni kemampuan untuk meledakkan anggota badan lawan pada jarak jauh. Dia berkata 'itu sebuah teknik yang mengerikan'. Pernyataan Rodwell ada benarnya, tapi....
"Ini rahasia. Aku takkan bisa menjelaskannya kecuali kita membahas topik ini lebih lama. Selain itu, saya tidak berencana untuk menggunakannya hanya pada musuh mirip pembunuh, jadi tolong jangan tanyakan saya ihwal hal itu"
"....Apa boleh buat. Aku akan percaya pada sifatmu dan berhenti mengejar masalah itu lebih jauh. Hanya saja, teknikmu memang sangat berbahaya. Kau harus berhati-hati"
Dia mengalah dengan mudah. Jika harus menjelaskannya---itu hanyalah {Impact}. Aku sanggup mengatur waktu pengaktifan {Impact}. Selain itu, bisa saja aktif dengan respon aliran Mana orang lain. Kali ini saya menaruhnya di kepala sasaran dan diatur untuk meledak pada saat-saat tertentu.
Lalu, mirip apa pengaturannya?
Sehubungan dengan Romeos, {Impact} akan dipicu ketika ia mencoba memakai sihir. Dan untuk Goraon, saya memberi sugesti kepada orang itu sebelumnya, bahwa bila ia mencoba berbicara dengan siapa pun kecuali kepala sekolah, itu akan menjadi pengganti untuk memicu aliran Mana-nya sendiri. Ini tidak akan berefek pada mereka yang mempunyai kemauan kuat, tapi akan berbeda bila targetnya yakni individu dalam keadaan mental yang lemah. Yah, anggap saja sebagai salah satu teknik yang kupelajari dari kehidupan sebelumnya.
Karena ada penundaan waktu, ini menjadi teknik yang takkan menjadikan bukti dan tepat untuk para pembunuh. Di duniaku dulu, bom kecil lah yang digunakan.
Untuk sebentar kami membahas hal-hal lain. Kemudian, perbincangan diriku dan kepala sekolah pun usai.
Begitu kembali, Emilia dan Reus melompat seolah terbang hanya untuk memelukku. Sebagai tambahan, itu menciptakan Magna-sensei marah.
☆☆☆☆
Bagian 3
Semua siswa berkumpul di auditorium pada sore hari, dimana rincian kasus tersebut terungkap pada ketika itu.
Sekelompok pembunuh mengerikan muncul di labirin sekolah, hingga mengakibatkan jatuhnya korban.
Gregory yang membimbing mereka, kini menjadi buronan dikarenakan telah melarikan diri.
Ku pikir kepala sekolah yakni orang yang sangat tegas dengan mengungkapkan skandal sekolahnya sendiri. Tapi berkat pidato fasihnya, ia berhasil mengarahkan semua kesalahan pada Gregory. Tapi tetap saja, caranya merangkai kata-kata sangatlah ahli. Pengalaman 400 tahunnya tak bisa diremehkan.
Setiap kejahatan di fokuskan pada bajingan itu. Kepala sekolah terus berbicara di podium ihwal apa yang harus dipelajari dari kejadian ini.
Sementara itu, Reus disamping, berbisik padaku.
"Aniki, apa yang terjadi dengan sisa anggota Dragon of Fresh Blood?"
"Yah. Mungkin, kita tidak akan bertemu mereka lagi"
"Begitu ya. Rasanya tidak menyenangkan bila tidak membalas kekalahan ini"
"Aku mengerti perasaanmu, tapi lebih baik kamu memikirkan cara untuk menang melawanku daripada menang melawan mereka kan?"
"Oohh!! Seperti yang diduga dari Aniki!"
Sebenarnya, saya ingin mereka dikalahkan oleh tangan murid-muridku sendiri. Tapi kelompok pembunuh itu terlalu berbahaya.
Tentu saja, saya murka ketika murid-muridku di siksa. Menilai bahwa akan berdampak jelek pada mereka bila tetap berurusan dengan Dragon of Fresh Blood, akupun tetapkan untuk menangani masalah ini sepenuhnya.
Tanpa bisa memahan kemungkinan terburuk dimana para muridku yang terbunuh, saya 'membersihkan' mereka dengan tanganku sendiri.
....Bagiku, menjadi biro dari dulu mempunyai arti 'bekerja di bayang-bayang tanpa mendapat sorotan'.
Hanya menghabiskan waktu sehari-hari dalam keadaan kotor oleh darah dan bertindak dibelakang layar.
Aku tidak berencana untuk memberitahukan hal itu kepada murid-muridku hingga waktu yang dibutuhkan datang.
Hal ini lantaran saya tidak ingin menjelaskannya secara jelek hingga menciptakan mereka berniat meniruku.
Berbicara ihwal pembunuhan, ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, saya sama dengan Dragon of Fresh Blood.
Perbedaannya hanyalah 'apakah seseorang senang membunuh atau tidak'.
Namun....jika itu untuk melindungi mereka, saya bersedia melaksanakan pekerjaan kotor apapun.
Entah berapa kalipun diriku terlahir kembali, prinsipku takkan berubah.
Sebagai guru....dan sebagai satu-satunya orang yang menempuh jalan hidup agen.
Meski meninggalkan perasaan jelek lantaran pelaku yang bergotong-royong menghilang. Dengan begini, kejadian pembunuhan mengerikan menutup tirainya.
☆☆☆Chapter 37 berakhir disini☆☆☆
>Catatan Penulis : Ini menjadi kisah yang agak sadis lantaran kejadian tersebut.
Ceritanya juga panjang lantaran ada aneka macam 'penambahan' yang awalnya ingin kumasukkan di Arc sebelumnya, tapi malah kekurangan ide.
Pokoknya, dengan begini Arc 6 berakhir. Ah, jangan lupakan ihwal dua chapter selingan yang menarik.
>Catatan Penerjemah : Contoh dari seorang MC yg keren? Yah, itu terserah para pembaca mau menentukannya mirip apa.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/