World Teacher Chap 35 B. Indonesia
Chapter 35 Pria yang dipanggil Terkuat
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
"Kau melihat suatu kelompok yang menyerupai mirip itu?!"
Setelah mendengar kabar perihal 'Dragon of Fresh Blood', saya kemudian menceritakan para petualang yang mengenakan jubah di sekujur badan dan mendampingi kedua darah biru itu.
"Ya, walau hanya sesaat, tapi saya sempat melihat tato naga merah di punggung tangan mereka"
"Jika benar, maka ini ialah keadaan darurat. Aku akan segera mengirim orang untuk memastikannya. Kenapa orang-orang berbahaya itu bisa ada di sini?"
Vile-sensei sedang memikirkan penyebabnya, sedangkan saya memejamkan mata dan mulai mengaktifkan {Search}.
"Vile-sensei, ada laporan lain. Guru yang sedang mengawasi Gregory....ditemukan sudah menjadi mayat"
"Begitu kah....sungguh disesalkan kehilangan orang menyerupai dia. Dimana mayatnya?"
"Ya, saya sudah mengamankan mayatnya. Terdapat banyak luka seperti ia telah dipermainkan, ada juga beberapa cuilan badan yang hilang"
"Pembunuhan ini sungguh brutal. Tolong kuburkan sisa-sisanya dengan terhormat. Bagaimanapun, masalah guru yang sedang mengamati Gregory-sensei ini....sangat mencurigakan"
"Ini pendapat pribadiku, tapi menurutku dialah* yang sudah memandu orang-orang itu. Jika tidak, terusan ke sekolah tak mungkin diizinkan"
[Maksudnya Gregory]
"Aku juga berpikir sama. Untuk Gregory-sensei, secepatnya....tidak, temukan Gregory. Kirim penjaga ke labirin pada dikala bersamaan. Dan, Sirius-kun....
---Mereka ketemu!!
"Vile-sensei!"
"Iya?! Ada apa?!"
"Mana rute terpendek yang bisa saya lalui untuk menuju lantai sembilan di labirin?"
"Jika tidak salah....melalui pintu masuk kesembilan. Ini ialah rute paling lurus dan tak mempunyai cabang kecuali jumlah golemnya yang banyak....Sirius-kun?"
Meski jaraknya jauh, tapi saya berhasil merasakan reaksi Mana para muridku memakai {Search}. Reaksi itu jauh di dasar labirin....mungkin itulah area lantai kesembilan.
Begitu saya selesai mendengar perihal rute terpendek, takkan ada duduk kasus sesudahnya. Aku tidak mendengar ucapan Vile-sensei hingga simpulan dan malah mendekati jendela sambil mengumpulkan barang-barang ketika menuju ke sana.
"Aku akan berangkat duluan, segera hubungi penjaga. Juga, saya akan meminjam ini"
"Sirius-kun!! Disini bukan lantai pertama---...."
Aku mendengar sesuatu dari belakang namun mengabaikannya dan malah melompat keluar jendela. Berdasarkan ketinggian bangunan, ruang staf Magna-sensei terletak di lantai empat, tapi diriku melompat ke atap bangunan berikutnya dan perlahan-lahan turun ke bawah sambil menciptakan perancah dengan {Air step}. Begitu kakiku memijak tanah, langkahku mulai berayun dengan kencang.
Aku tidak berniat menyembunyikan kekuatanku yang bergotong-royong lagi. Setelah mengaktifkan {Boost}, saya berlari dengan momentum hebat hingga tanah tercungkil.
Setelah tiba di depan labirin hanya dalam beberapa menit, saya melompati pos keamanannya dan menerjang ke pintu masuk bertuliskan angka sembilan. Meski ada yang berteriak di belakang, saya tak peduli.
Begitu memasuki labirin, sebuah golem eksklusif muncul. Hanya saja, saya melompatinya sama menyerupai ketika melompati pos keamanan dan bergegas ke depan. Gerakan para golem itu lamban, hindari saja jikalau seseorang ingin menuntaskan penjelajahan labirin ini.
Sambil berlari, saya terus melepaskan {Search} dan memindai posisi para muridku.
Mereka tampaknya sedang bertarung melawan beberapa orang yang mempunyai reaksi Mana tak dikenal. Sepertinya masih kondusif untuk dikala ini. Reaksi yang tidak kuketahui ini niscaya berasal dari orang-orang yang dimaksud itu.
Aku berencana memanggil memakai {Call} ditengah perjalanan ke sana, tapi mereka mungkin menjadi lengah jikalau mendengar suaraku. Agak mengesalkan, tapi saya harus bertahan dan terus berlari maju.
Barisan panjang golem kemudian muncul, saya menentukan berpijak dan berlari melintasi dinding lantaran melompatinya akan sulit. Ketika golem berukuran besar yang keluar dan menghadang jalan, saya menembak lingkaran sihirnya memakai {Magnum} untuk menerobos.
Lantai ketujuh....menurut reaksi Mana, Emilia telah terhempas dan berhenti bergerak. Sedangkan Mana Reese semakin menipis.
Lantai kedelapan....reaksi Mana Reus membludak, namun segera mengecil. Ini telah menjadi situasi yang berbahaya.
Lantai kesembilan....Reus berada dalam genggaman satu orang dan dihajar olehnya. Dia terlempar, ketiga muridku berada didekat satu sama lain dan tak ada yang bergerak.
Akhirnya selama waktu itu, saya hampir hingga di dinding sisi lain. Aku bisa melihat dalam jarak akrab bahwa ada orang-orang di balik tembok. Namun, reaksi Mana yang mendekati muridku lebih cepat, saya takkan sempat jikalau terus berlarian di sepanjang dinding.
Aku harus menerobos.
Setelah menilainya dalam sekejap, saya mengarahkan tangan kananku sambil masih berlari, dan menembakkan {Magnum} dengan cepat ketika membayangkan amunisi peledak yang dikhususkan untuk menembus baja.
Tembok itu tertusuk hampir menyerupai kertas. Aku terus menembaki dan membentuknya menjadi garis melingkar. Saat teladan lingkaran itu telah tercipta sepenuhnya, saya melompat ke arah dinding dan memberikannya sebuah dropkick.
Dinding yang terlubangi itu terlempar ke arah reaksi Mana yang tampaknya musuh. Namun, saya masih berlari menuju murid-muridku tanpa mengkonfirmasikan identitas mereka.
Orang berambut pirang dengan indera pendengaran hewan....apa ia dari ras serigala emas atau semacamnya? Tidak, itu bukan masalah. Dialah yang telah menghajar Reus, dan juga....penjahat yang telah menyiksa para muridku.
"Siapa kau?!"
Itu kata-kataku. Siapa kalian....apa yang telah mereka lakukan terhadap bawah umur ini.
Aku menghindari tinjunya, menyapu kakinya kemudian melaksanakan tendangan berputar.
"....Ani....ki"
Ketika menoleh ke belakang, ada sosok muridku yang telah babak belur.
Emilia roboh, Reese pucat lantaran kelelahan Mana, dan Reus menderita luka di sekujur tubuhnya.
Aku mengerti itu lantaran saya terus merasakannya* hingga tiba disini.
[Maksudnya, Sirius terus mengawasi memakai {Search} sambil berlari menuju lokasi mereka]
Reus....kau telah berjuang mati-matian melindungi Emilia dan Reese.
"....Kau bertahan dengan baik, Reus"
"Aniki...."
Ketika saya merasa sedikit lega melihat Reus yang menangis menyerupai dulu, ada sesuatu yang terbang dan tertangkap oleh {Search}.
Batu yang ditembakkan itu....{Rock Bullet}? Ada tiga namun saya menghancurkan semuanya memakai {Impact}. Hanya saja, muncul satu lagi yang besar.
"Kau melakukannya dengan baik!!"
Apa ia orang yang gres saja ku tendang? Dia menebas memakai kuku kanannya yang memanjang dengan aneh. Namun sayang, cuilan sisinya dipenuhi oleh celah. Ini merupakan bukti bahwa ia belum pernah menantang lawan yang lebih kuat.
Lengan kanannya berhenti secara paksa dikala saya mendorong sisi tubuhnya dengan tangan kiriku*. Aku kemudian melayangkan pukulan asisten ke wajahnya yang terkejut.
[Sisi yg dimaksud mempunyai banyak celah itu ya sisi kanan. Kaprikornus gini, si Ash mau menyerang memakai cakar kanannya, namun tangan kiri Sirius mencapai ke cuilan sekitar pundak/lengan kanan bawahnya hingga menciptakan gerakan lengan serigala itu berhenti. Agak rumit jelasinnya]
"Jangan mengganggu, serigala!"
Aku merasakan sesuatu yang patah pada wajahnya yang kutinju dengan marah. Namun, ini masihlah sepele dibandingkan dengan apa yang dialami muridku. Baguslah jikalau ia tidak mati. Jika hingga mati....aku takkan bisa melampiaskan murka ku, kan?
....Tidak, masih terlalu dini untuk melakukannya. Pertama, saya perlu memastikan keadaan murid-muridku.
Setelah menegaskan tak ada lagi yang ingin menyerang, saya mengangguk dan mendekati Reus yang terbaring.
"Sirius-san! Reus-kun melindungi kami! Selain itu, Emilia juga melindungiku!"
"Sirius-sama....Reus telah...."
"Ya, saya mengerti"
Aku tersenyum untuk membiarkan keduanya merasa lega, kemudian menyentuh badan Reus dan mengaktifkan {Scan}.
....Beberapa rusuknya retak, organ dalam dan otot telah sangat terluka. Ada sebongkah watu yang menghantam organ dalamnya dan masih berada disana. Itu {Rock Bullet}. Bentuk otot-ototnya tampak berbeda. Apakah ini akhir dari melampaui batas transformasi?
Akan berbahaya untuk membiarkannya menyerupai ini. Aku menyerahkan sebuah wadah tertutup berisi cairan yang telah ku pinjam dari ruangan Magna-sensei kepada Reese yang sedang melaksanakan penyembuhan.
"Jangan aku, tolong berikan itu dulu pada Reus-kun!"
"Jika kamu meminumnya, pemulihan Mana-mu akan menjadi lebih cepat"
"?!"
Pemulihan Mana untuk masing-masing orang agak berbeda, dan tak ada obat yang bisa menciptakan Mana terisi eksklusif setelah ditelan. Hanya saja, ada sesuatu yang bisa mempercepat pemulihan Mana, dan saya menyerahkan itu padanya.
Reese meminumnya segera setelah mendengar penjelasanku. Ekspresi gadis ini kemudian berubah buruk.
"....Pahit. Tapi, dengan ini...."
"Aku suka pada anak yang patuh. Permisi sebentar*"
[Dia memang berbicara menyerupai seorang ayah disini]
Setelah mengucapkan itu, saya menyentuh kepala Reese dan mengaktifkan {Scan}. Tapi tampaknya ia hanya mengalami kekeringan Mana dan sedikit memar. Mungkin lantaran tiba-tiba disentuh olehku, pipinya memerah.
"Emm....Sirius-san?"
"Aah, maaf. Aku mengusut apakah kamu mempunyai luka atau tidak. Ya, syukurlah kalau kamu aman"
"Tidak....aku tidak terlalu berguna, dan bahkan sekarang....aku tidak bisa berbuat apapun"
"Ada hal yang bisa kamu lakukan. Dengar, luka Reus...."
Reese mempunyai sifat serakah untuk menyembuhkan orang lain.
Karena itu, saya menanamkan pengetahuan medis dari duniaku sebelumnya sejauh yang ia bisa mengerti. Di dunia dimana sihir penyembuhan sangat diandalkan, diapun mengetahui perihal struktur badan yang tidak penting bagi orang lain menyerupai tulang dan otot. Bergantung pada sihir pemulihan, jikalau titiknya diketahui, perawatan sanggup difokuskan pada kawasan itu. Inilah yang paling sesuai untuknya lantaran dirinya mahir dalam sihir penyembuh.
Aku menjelaskan kawasan di mana Reese harus sembuhkan dan menginstruksikan banyak sekali hal begitu ia selesai memulihkan Mana.
"Serahkan padaku!"
Reese meratapi ketidakmampuannya. Namun berkat sihir penyembuh gadis ini, luka keduanya tidak bertambah buruk. Aku sangat bersyukur. Dia bisa mendapatkan kembali kepercayaan diri jikalau saya menyerahkan Reus padanya.
Aku juga masih berhati-hati dengan orang-orang itu memakai {Search}, tapi lantaran entah kenapa mereka tidak melaksanakan apapun, saya melanjutkan tindakanku.
"Kau sudah menunggu ya, Emilia"
"....Sirius-sama"
Emilia sedang tergeletak di suatu tempat, responnya agak lemah ketika saya mengajukan pertanyaan. Mungkin ada semacam kelainan di otak, saya menyuruhnya semoga tidak bergerak ketika mengaktifkan {Scan}.
"Sirius-sama....aku benar-benar....minta maaf"
"Untuk apa? Bukankah kamu sudah melindungi Reese? Sama menyerupai Reus, kamu sudah melaksanakan yang terbaik"
Saat saya dengan lembut membelai pipinya, ia tersenyum lembut dan tampak merasa nyaman.
Sedangkan untuk hasil diagnosis, ia mengalami memar hebat, tapi tidak hingga muncul kelainan pada tulang. Ini akan cukup dengan sihir penyembuhan Reese. Kesadarannya yang tampak bisa lenyap kapanpun ini mungkin disebabkan oleh gegar otak ringan, saya mencoba memeriksanya dengan hati-hati, tapi tidak menemukan titik yang mempunyai semacam pembuluh darah rusak dan tanda-tanda prognosis* lainnya. Mungkin ia akan pulih jikalau terus beristirahat.
[Gejala prognosis setahuku tanda-tanda sakit/abnormal pada tubuh]
Rasanya jelek mengganggu Reese yang sedang memulihkan Mana, tapi saya harus memberitahunya keadaan Emilia.
"Benarkah?! Aku senang....aku, sangat senang...."
"Jangan menangis....semuanya baik, kan?"
"Tentu saja, saya akan menangis. Jika saya tidak melaksanakan apapun untuk melindungi Emilia, saya akan menyesalinya seumur hidupku!"
"Kau bisa menangis setelah ini, saya akan mempercayakan Reus padamu. Ada hal yang harus ku lakukan"
"Ya!"
Ketika Mana-nya sudah sedikit pulih, ia mulai merawat Reus memakai sihirnya.
Saat saya menoleh dan melihat wajah Emilia sekali lagi, tangannya yang gemetar bergerak....dan menangkap jemari ku.
"Hei, beristirahatlah"
"Tapi....lawanya ada empat....jika hanya Sirius-sama....sendiri...."
"Orang menyerupai mereka bukanlah masalah. Tunggulah sebentar, ini akan segera berakhir"
"....Ya"
Seusai menaruh tangan Emilia dengan lembut, saya melepaskan jubahku sendiri dan menyelimutkan itu pada dirinya. Aku sedang mengenakan pakaian tempur lantaran berencana memasuki labirin juga hari ini, kupikir ilham ini ialah hal yang bagus. Satu-satunya senjataku ialah pisau Mythril yang kutaruh di dada, tapi ini sudah cukup untuk menangani mereka.
Aku berdiri, mengambil beberapa langkah maju dan menyatakannya kepada murid-muridku.
"Takkan kubiarkan orang-orang ini menyentuh kalian bahkan untuk sesaat pun. Lihat saja dari sana"
"Sirius-sama"
"Sirius-san!"
"....Aniki"
"Apa yang akan kalian lihat mulai sekarang....adalah diriku yang sesungguhnya. Pejamkan saja mata kalian jikalau kalian takut"
Tidak perlu mendengarkan balasan mereka.
Aku memunggungi para muridku dan mulai berjalan ke depan.
☆☆☆☆
Bagian 2
Ketika saya maju ke kawasan di mana diriku bisa melihat orang-orang itu dengan jelas, si serigala emas sedang di rawat oleh seorang laki-laki dari ras manusia.
Seseorang yang tampaknya berasal dari ras naga melihatku, ia menoleh ke sini dan menyambutku dengan senyuman ramah.
"Oh, kamu karenanya selesai? Jujur saja, agak menyakitkan ketika hanya menjadi penonton. Aku harus menahan beberapa kali harapan untuk menyerang, kamu tahu? Tapi untungnya saya bisa bersabar, lantaran cuilan terbaiknya ialah dikala melihat ekspresi frustasi kalian"
"....Begitu kah?"
"Selain itu, lihat. Hidung Ash patah lantaran serangan tadi. Bagaimana kamu melaksanakan itu?"
"....Entahlah"
"Begitu ya? Ngomong-ngomong, apa kamu berbicara setelah menyadari siapa kami? Meski sudah memperkenalkan diri pada bawah umur itu, haruskah kami melakukannya lagi? Aku dipanggil Goraon---"
"Nama tidaklah penting. Kalian ialah 'Dragon of Fresh Blood' kan?
"Jadi, kamu sudah tahu....agak disesalkan. Baiklah, kalau begitu---"
"Tapi saya punya satu pertanyaan"
Tak perlu mengocehkan hal yang tidak penting, saya hanya punya satu hal sederhana untuk ditanyakan.
Dia tampak tidak senang lantaran perkataannya disela, namun eksklusif tersenyum dan menunjuk ke arahku.
"Ayo kita dengarkan ucapannya hingga akhir. Biasanya saya tidak mengizinkan ini, tapi lantaran kita laki-laki dewasa, tentu saja harus menjawab pertanyaannya kan? Apa yang ingin kamu ketahui?"
"Murid-muridku....Anak-anak yang ada di belakang, apa kalian melaksanakan sesuatu terhadap mereka?"
Orang-orang itu saling pandang mendengar ini kemudian tertawa, kecuali si ras serigala.
"Hmmm? Kami tidak melaksanakan apapun, kamu tahu? Aku hanya berpikir akan sangat menyenangkan ketika mereka menangis sambil dicincang"
"Aku yang melakukannya!! Lenganku sudah digigit oleh bocah pembangkang itu dan robek. Bekas luka ini takkan gampang hilang, sialan!!"
"Jeritan bawah umur sungguh luar biasa. Jika saya tidak mendengarkannya sekali dalam sehari, saya takkan bisa tenang"
"Aku ingin mereka berteriak dengan bunyi yang bagus"
Sudah dipastikan.
Tak perlu ragu lagi.
Orang-orang ini sangat jelas....musuhku.
"Jadi, apa? Jangan katakan kalau kamu berencana melawan kami sendirian? Tidak, saya malah ingin kamu melakukannya. Aku ingin tahu bunyi menyerupai apa yang akan kamu buat"
"Aah, saya akan bertarung sesuai keinginanmu dan melawan kalian semua...."
Saklar tempur sudah ditekan.
Aku mengambil satu langkah maju dan meningkatkan kekuatan sihirku.
"Akan kubuat kalian menyesal....karena telah hidup"
Dan saklar ketiga pun---....
☆☆☆☆
Bagian 3
--- ---*
[Dari sini, memang masih sudut pandang Sirius. Lebih tepatnya, ini ialah sudut pandang {Pemikiran saklar ketiga Sirius}]
....Aku terbangun lantaran gelombang riak.
Terbangun setelah sekian usang tak hadir.
Meski gres saja bangun, namun saya sudah mengerti situasinya lantaran Sirius dan saya ialah satu.
Ada empat musuh kali ini.
Bahkan dari sudut pandangku, orang-orang ini harus dihukum.
Akan kuberikan penghakiman tanpa belas kasih.
Baiklah....Jika seseorang bertanya siapa aku, diriku hanyalah sebuah keberadaan pemikiran.
Walaupun tanpa nama, saya yang tak pernah muncul ke permukaan pun dipanggil demi alasan kenyamanan.
Ini sedikit berbeda dengan kepribadian ganda.
Pengetahuan Sirius telah terbagi, saya hanyalah cuilan tambahan untuk dirinya.
Untuk menjelaskan ini, Sirius yang dulu....ini akan menjadi pembicaraan perihal kehidupan sebelumnya.
Ketika ia masih kecil, dirinya di ambil oleh suatu institusi yang membesarkannya kemudian di angkat oleh Shishou.
Dia hanyalah seorang anak biasa pada dikala itu, anak yang tampak sederhana namun kuat.
Sirius diangkat untuk dilatih oleh Shishou, dan sering bertarung dengannya.
Namun, tak peduli berapa kali mereka bertarung, meski sudah mencoba strategi pengecut, ia tak bisa menang. Bahkan tak bisa meraih kakinya.
Setelah mengalami kekalahan beruntun, Sirius yang benci kalah mencoba mati-matian mencari cara untuk menang.
Selain perbedaan kekuatan fisik, ada banyak teladan yang bisa dibaca seolah sudah diramalkan. Seiring kekuatan fisik yang meningkat, Sirius kemudian mencoba berfokus pada kecepatan berpikir.
Dan kemudian....kesimpulan yang konyol dan terlalu kekanak-kanakan pun keluar. Yaitu, memikirkan semuanya pada dikala yang sama dengan sangat cepat.
Tentu saja hal itu tak bisa dilakukan. Namun, Sirius yang terus berusaha mengalahkan Shishou, mengulanginya dengan sungguh-sungguh, dan karenanya bisa melakukannya setelah bertahun-tahun.
Sirius menyebut ini sebagai 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Semuanya dipikirkan secara paralel dan ditangani bagaikan mesin. Untuk mengurus banyak lawan dengan cepat, bahkan jikalau ada banyak dari mereka pada dikala bersamaan.
Hal itu mengejutkan Shishou, dimana ia tidak pernah terkejut sejauh itu sebelumnya.
Ngomong-ngomong, meski sudah menyebarkan itu, tapi yang kalah masih belum berubah*.
[Gurunya Sirius sebelum reinkarnasi ini bergotong-royong sekuat apa?? Waduh, jadi kebayang demon lord....jangan-jangan....ups]
Setelah itu, Sirius tumbuh secara signifikan, kemampuan fisiknya telah dilatih dengan hati-hati oleh Shishou. Melewati banyak medan perang sambil menumpuk pengalaman dan menyebarkan intuisi, tanpa menyisakan musuh berkat 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Itulah alasan Sirius pernah disebut Yang Terkuat.
Ada tiga 'saklar' pada dirinya.
Yang pertama ialah di waktu normal.
Sirius akan bertindak layaknya seorang ayah selama hari libur ketika berafiliasi dengan murid-muridnya, tertawa riang dan menuruti rasa ingin tahunya menyerupai anak kecil.
Yang kedua ialah di waktu bertarung.
Sirius memanfaatkan sepenuhnya kemampuan anutan paralel (Multi Task)nya secara maksimal, termasuk ketika bertarung dengan musuh memakai cara yang masbodoh semasa masih menjadi agen.
Sedangkan yang ketiga mengacu pada keadaan sekarang.
Ini ialah keadaan yang diperoleh setelah ia marah. Hal itu pernah beberapa kali terjadi di dunia sebelumnya.
Saat itu, suatu organisasi menculik murid ketiga Sirius. Amukannya kemudian meluluh lantahkan organisasi tersebut, bahkan membunuh orang yang tidak terkait.
Sirius takut kalau hal itu terulang kembali. Karena itulah ia perlu hening dan memastikan terlebih dahulu dari sudut pandang pihak netral.
Benar....diriku ini merupakan keberadaan yang diciptakan oleh 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Saklar ketiga ialah dimana saya mengawasi keseluruhan situasi, dibantu anutan paralel (Multi Task), dan menyimpulkan semuanya berdasarkan pihak netral.
Aku tidak punya hak untuk memutuskan tindakan.
Aku melihat keseluruhan situasi, berpikir dan memberi nasehat....karena menyerupai itulah eksistensiku.
Sirius berdiri di hadapan para penjahat yang telah menyiksa murid-muridnya.
Berhadapan dengan si ras naga yang menyebut dirinya Goraon, serigala emas, kurcaci dan laki-laki manusia. Aku mengerti bahwa mereka mempunyai keterampilan yang cukup berdasarkan kesan dan peralatan mereka. Oleh lantaran itu ia tak boleh lengah.
"Hee....membuat kami menyesal dikarenakan telah hidup, ya? Jika kamu pikir bisa melakukannya, maka lakukanlah"
"Anak dengan pakaian aneh ini, dialah yang akan menyesal"
"Datang saja kesini. Atau apakah mulutmu itu cuma hiasan?"
"Keh, jangan berpikir kalau kebetulan akan terjadi lagi!!"
Si serigala emas eksklusif melesat lantaran provokasi Sirius. Si kurcaci mengikutinya dan si laki-laki insan mulai melantunkan mantra dari barisan belakang. Sedangkan orang dari ras naga itu....dia hanya melihat ini sambil tersenyum.
"Disini, bodoh!!"
Dengan hening melihatnya yang marah....tidak, mungkin sifat serigala ini memang busuk?
Serigala emas itu berlarian menghindari Sirius dan malah menargetkan murid-murid yang berada di belakangnya. Jika ia dengan gegabah mengejar, Sirius akan terperangkap dalam keadaan gawat dan terkena sihir.
Oleh lantaran itu, saya menentukan mengabaikannya dan beralih untuk tetap mengawasi si kurcaci yang mendekat dari depan.
"Apa kamu mau meninggalkan mereka meskipun sudah tampil keren tadi?! Orang yang menyedihkan!!"
"Kalau begitu, apa boleh buat! Biarkan saya mendengar jerit ajal mereka yang menggemaskan!!"
Kurang beberapa langkah lagi, serigala emas itu memanjangkan kukunya. Murid-murid yang tidak bisa bertarung lagi hanya akan menjadi mangsa.
"Hiii?!"
"Tidak apa-apa....Reese"
....Apa ia berpikir bahwa Sirius tidak memprediksi hal menyerupai itu?
"Oraaaa---Uguoooh?!?!"
Sayangnya, terdapat {Impact} yang telah tertanam dilantai sebagai ranjau darat pada arah dimana ia berlari. Serigala emas itu kemudian terlempar ke atas sebagai respon untuk dampak yang telah dilepaskan dari kakinya.
Selain itu, ada banyak sekali {Impact} yang juga telah terpasang di udara. Diapun memantul berkali-kali menyerupai pinball lantaran ledakan jarak jauh yang dihubungkan dengan {String}*.
[Kalian tau bom yg dihubungkan dengan tali yg panjang, dimana pemicunya ada di ujung yg lain?? Seperti itulah prinsip sihirnya. {String} itu juga sudah teraliri {Impact}]
Dengan adegan itu sebagai latar belakang, Sirius berlari menuju si kurcaci sambil menghindari kapak yang diayunkan ke bawah dan memanfaatkan perisainya sebagai titik buta untuk menyelinap ke belakang. Begitu selesai memutarinya, ia segera menggenggam rambut orang itu kemudian menariknya, diikuti dengan menendang cuilan belakang lutut dan membantingnya di punggung. Sebagai hasil dari itu, hantaman berat yang mengenai cuilan belakang kepala si kurcaci menciptakan gerakannya berhenti sesaat.
"Menyingkirlah dari Ed! Kerikil watu yang hanya untuk menusuk....{Rock Bullet}!!"
Karena rekannya sedang dalam krisis, laki-laki insan yang telah selesai merapal di belakang menembakkan sihirnya. Ada sepuluh watu yang terbang kemari, tapi tanpa berbalik ke arah sana, ia menunjuk satu tangan dan mencegat semuanya dengan {Impact}. Bersamaan dengan itu, ia meletakkan tangan satunya pada perut si kurcaci dan mulai meningkatkan Mana.
"Kuh, bocah pembangkang ini...."
"Pertama, satu tembakan. {Impact}"
{Impact} yang ditembakkan dari jarak nol menembus badan kurcaci dan mengguncang lantai. Dampat itu cukup untuk meretakkan permukaan yang keras. Kesadarannya hendak lenyap diiringi busa yang keluar dari mulut.
"Gah....hu....bocah....nakal...."
"Masih belum"
Serentetan {Impact} menciptakan tubuhnya melonjak berulang kali. Dengan banyaknya pembunuhan kejam yang telah di lakukan, ia bisa merasa lega, lantaran Sirius mengerti itu dan tidak membiarkannya mati dulu.
Setelah itu, lagi....berkali-kali....bahkan jikalau bunyi patah tulang terdengar, bahkan jikalau darah bermuncratan dari mulutnya, ia takkan berhenti. Takkan pernah berhenti.
"Agaah!!! Guhaa!!! Sudah....!!! Berhen---...ti!!!"
"Oguhh!!! Maaf....gahaa!!! Ampuni---....ogoooh!!!"
"Kau!! Kerikil watu yang hanya untuk menusuk....{Rock Bullet}!!"
Siapa yang bisa membayangkan ini.
Hanya seorang lelaki yang mengatur {Impact} di udara sebagai senjata jarak jauh untuk mementalkan si serigala emas, menciptakan {Impact}nya menerkam si kurcaci yang terbaring pada jarak nol, dan mencegat semua sihir yang tiba dengan {Impact}.
Tanpa merapal mantra, bahkan tanpa menyebutkan nama sihirnya. Ini ialah hal rumit yang hanya bisa dilakukan lantaran adanya 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Aku menasihatinya semoga segera berhenti ketika mendapatkan waktu. Dan karenanya diriku inipun berhenti. Kedua orang yang telah babak belur parah mendadak menjadi diam.
Mata kurcaci itu putih dengan darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Sedangkan si serigala emas yang jatuh tidak jauh dari sana telah terluka di sekujur tubuh, bahkan beberapa tulangnya membengkok ke arah yang aneh.
Sirius belum mengusut apakah mereka sudah meninggal atau belum. Yang manapun tidak masalah.
Daripada itu, rasanya terlalu awal untuk memohon pengampunan mengingat beberapa dikala yang lalu, orang-orang ini bersenang-senang ketika membunuh orang. Mereka dibutakan oleh kemampuan masing-masing. Apa itu lantaran mereka tidak pernah bertemu orang yang lebih berpengaruh atau merasakan kekalahan?
Dan dilain sisi, laki-laki yang terus menembakkan sihir dari tadi....
"Hahhh....hahh....Kerikil watu yang hanya untuk menusuk, {Rock Bullet}"
Sekarang, bukannya ia telah menembakan {Rock Bullet} yang ke 58 kalinya? Walaupun hanya sihir kelas pemula, tanda kelelahan Mana bisa dilihat lantaran ia terus-terusan menembakkannya dengan cepat.
"Kau juga belum paham, ya. Hentikan, itu takkan berguna"
"Kenapa? Kenapa?!....Kenapa kamu tidak kehabisan Mana?!?!"
Bongkahan watu yang terbang hancur akhir {Impact}.
Tak menyerupai {Rock Bullet} yang merupakan bentuk dari watu yang dikeraskan, {Impact} ialah konsentrasi Mana murni dan merupakan sihir dengan konsumsi Mana lebih tinggi. Jika seseorang berpikir normal, Sirius harusnya sudah kehabisan Mana lebih dulu, tapi ia telah melaksanakan pemulihan dari kekeringan Mana puluhan ribu kali selama hampir delapan tahun. Anggap saja bahwa jumlah Mananya beberapa kali lebih tinggi dari orang itu.
"Sudah selesai? Kau harusnya memakai banyak sekali jenis sihir, bukan hanya sihir tingkat pemula"
"Kuh, bagaimanapun, ini belum berakhir!! Kerikil watu yang hanya untuk menusuk, {Rock Bullet}!!!"
Dia mengulangi sihir yang sama tanpa lelah. Tapi kali ini, ia tidak melepaskan itu ke arah sini. Mengikuti lintasannya, ada sosok darah biru yang tergeletak di sana. Bongkahan watu itu hancur dan menabrak lantai sempurna di sampingnya.
"Fufu, kamu paham? Aku takkan meleset lain kali"
"Sandera....ya?"
"Benar sekali. Kau memang berpengaruh tapi juga naif lantaran melindungi bawah umur di belakangmu. Bisakah kamu membiarkan anak yang tidak berafiliasi mati?"
Kurasa diriku ini takkan peduli pada darah biru itu.
Mungkin ia hanya ingin tahu apa yang akan Sirius lakukan....
"Bisa saja"
"Hah?"
Pria itu sedang mengapungkan sebongkah watu dan bersiap menembakkannya, namun Sirius maju tanpa peduli.
"Aku hanya ingin melindungi murid-muridku. Kedua darah biru itu terbaring di sana lantaran kesalahan mereka sendiri, kenapa saya harus melindungi mereka?"
"Muu, kuh....kalau begitu, lihatlah!!"
"Lagipula...."
Apa ia sudah tidak punya pilihan lain? Batu itu ditembakkan pada si bangsawan.
Massa padat yang menuju kepala darah biru itu niscaya akan membawa nyawanya melayang. Tapi, Sirius menjatuhkannya dengan {Impact}, kemudian menembakkan {Magnum} ke lengan kanan si laki-laki manusia. Peluru itu mengenainya dan meledakan lengannya.
"GYYAAAAAAAHHHHHH!!!!!"
"Apa yang akan kamu lakukan gampang diprediksi. Hentikan, dan sadarilah perbedaan kekuatan kita"
"AAAHHHHH!!!! Lenganku!!! A-Air yang bisa menyebuhkan--- ... "
"Apa kamu mendengarkan? Oi, sisi lain akan menjadi menyerupai itu jikalau kamu tidak menjawab pertanyaanku"
"Hiii?! Y-Ya!!"
Dia duduk dan mulai melantunkan mantra pemulihan tapi Sirius berdiri di hadapannya dan menempelkan jari telunjuk ke dahi laki-laki itu. Dia yang tahu kekuatan penghancur dari jari ini hanya bisa mendongak dengan tatapan berisi ketakutan.
"Murid yang ada di belakangku....apa kamu yang menembakkan sihir pada anak laki-laki di sana?"
"Bu-Bukan!!! Serigala itulah yang telah melakukannya!!!"
"Bongkahan watu yang kamu lepaskan tadi sangat menyerupai dengan pecahan kerikil yang kutemukan di dada anak itu....benar kan? Jika kamu berbohong...."
"....Me-Memang saya yang melakukannya"
"Bagus. Aku akan berhenti menembak"
Dia mengaku segera ketika diancam dengan jari yang sarat akan sedikit Mana. Begitu Sirius melepaskan jari dari dahinya menyerupai yang dijanjikan....
"Sebagai gantinya, akan kuberikan rasa sakit yang sama dengan yang dialami anak itu"
Dia eksklusif mengarahkan tangannya ke dada laki-laki itu dan menembakkan {Impact} pada jarak nol. Tubuhnya terhempas sebelum sempat menyampaikan sesuatu, menabrak dinding kemudian pingsan.
Sisa satu orang, sama sekali tidak bergerak dari posisi semula. Dia terus-menerus terlihat bahagia, kemudian bertepuk tangan dikala tatapan keduanya bertemu.
"Bagus! Bagus!! Teman-temanku sama sekali bukan tandinganmu ya? Siapa kamu sebenarnya?"
"Guru dari bawah umur ini. Tak ada yang lain"
"Hmmm. Asal kamu kuat, bahkan identitasmu bukanlah masalah. Daripada itu, sudah usang saya tidak memperlihatkan keseriusanku"
"Entah mau serius atau tidak, datanglah. Dalam pertempuran, dialog dengan orang sepertimu sama sekali tidak perlu"
"Kalau begitu....kita mulai*!!!"
[Sore ja....Ohiromeda yo!]
Diiringi ketika ia membuang pedangnya, badan Goraon mulai membesar dan terisi dengan kekuatan. Warna tubuhnya bermetamorfosis merah gelap. Selain itu, kuku-kukunya memanjang. Bahkan tanduk pun juga tumbuh. Terakhir, wajah yang awalnya berbentuk insan bermetamorfosis naga.
Apakah ini karakteristik khusus yang menyerupai dengan Reus? Beberapa dikala kemudian, walaupun tidak mempunyai sayap, tapi Goraon telah selesai bermetamorfosis naga merah humanoid.
"Sampai sekarang, saya telah memasuki sepuluh medan perang. Singkatnya, bukankah ini bukti bahwa diriku kuat?"
"Kebetulan sekali. Aku juga pernah memasuki medan perang"
"Jangan berbohong hanya lantaran kamu ingin bersaing. Baiklah....AYOOO!!!!!"
Jika diingat-ingat, Sirius sudah merasakan sekitar lima puluh medan perang, tapi....tidak ada gunanya menjelaskan hal itu padanya.
Pria ini mempunyai badan yang beberapa kali lebih besar darinya dengan pergerakan yang lebih cepat dari si serigala emas. Ketika dirinya menerjang kehadapan mata Sirius dalam waktu singkat, sebelum kuku-kukunya sampai, diriku menghindar dengan sebuah lompatan kebelakang.
"Aku sering menghadapi orang-orang berpengaruh sepertimu di medan perang!! Namun, karenanya dirikulah yang menang!! Apa kamu ingin tahu apa penyebabnya???"
Serangan cakar yang dilepaskan terus menerus semuanya sudah diprediksi oleh 'pemikiran paralel' (Multi Task) dan bisa dihindari dengan aman. Sirius kemudian menghindari ayunan lebarnya kemudian memotong lengan si naga memakai Pisau Mithril.
Hanya saja, lengan yang tertebas eksklusif sembuh dan menyerang lagi.
"Itu lantaran kemampuan regenerasi tubuhku!! Bahkan jikalau dipotong berapa kalipun, saya akan segera sembuh jikalau masih mempunyai Mana!!! Tak ada lawan yang bisa menandingiku lantaran penyembuhan tanpa batas ini!!!! DIRIKU TAK TERKALAHKAAANNN!!!!!!"
Dengan memanfaatkan kemampuan itu, ia tak perlu bertahan ya.
Diriku menembakkan {Magnum} beberapa kali sambil menghindari serangannya. Tapi daripada menghindar, ia sengaja menerimanya. Lubang peluru yang tak terhitung tercipta di tubuh, namun eksklusif tertutup. Sirius juga mencoba menembaki kepalanya dan itu juga segera sembuh.
Begitu ya, saya bisa mengerti kenapa ia menyampaikan bahwa dirinya tak terkalahkan.
"Itu sia-sia saja!! Ayo ayo, berapa usang lagi kamu bisa menghindari seranganku?! Diriku yang bisa pulih tanpa henti dan kamu yang bisa menghindarinya tanpa henti, ini sangat bagus!!!!"
Seperti yang ia katakan. Jika terus begini, keadaan akan perlahan menjadi lebih buruk.
Sirius kemudian mengambil jarak dengan melompat ke belakang untuk mengganti taktik.
"Apa kamu ingin melarikan diri??"
"Tidak, saya hanya ingin mengganti tempat"
Sirius menoleh ke belakang dan memasuki salah satu lorong di aula.
"Itu ialah lorong, kamu tahu?? Dengan pergi ke kawasan kecil, akan lebih sulit menghindari seranganku. Apa kamu bodoh???"
"Aku akan memberitahumu lebih awal....kau akan berakhir jikalau mengejarku. Pikirkan baik-baik dan putuskanlah"
"Apa? Apa kamu mencoba memprovokasi?? Baiklah, saya akan menikmati apapun yang kamu akan lakukan!!!"
Goraon mempunyai kepercayaan diri mutlak pada kemampuannya, masuk akal saja jikalau ia gampang dipengaruhi. Diriku ini kemudian berlari ke lorong setelah memastikan para murid tidak diserang dan tentu saja sambil dikejar oleh Goraon.
Ketika memutuskan untuk berhenti di tengah lorong panjang, Sirius mengambil tindakan tertentu. Hanya berlangsung dalam hitungan detik, tapi begitu prosesnya selesai, Goraon tiba sambil tertawa
"Lihat, saya berhasil menyusulmu!"
Naga humanoid ini menggerakkan lengannya, namun gerakannya berhenti seperti tersangkut pada sesuatu. Dia mencoba menggerakkan lengan satunya, tapi itu juga berhenti dengan cara yang sama.
"Apa? Apa ada sesuatu yang melilitku disini?"
Dia sudah terjebak.
Jika orang ini bisa melihat Mana, maka ia akan tahu bahwa tubuhnya sudah terlilit {String} yang tak terhitung di lorong ini.
Sirius kemudian berlari mengelilingi Goraon dan mengaitkan lebih banyak {String}.
"Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan, tapi saya akan melepaskan ini!!"
"Takkan kubiarkan!"
{String} digulung di sekitar sendi-sendinya sebelum ia bisa mengerahkan lebih banyak kekuatan. Postur tubuhnya berubah, ke postur dimana ia menjadi sulit bergerak.
Sirius menangkapnya menyerupai mangsa laba-laba dengan membungkuskan {String} berkali-kali. Tubuh Goraon pun tergantung dalam keadaan di mana ia tidak bisa berkutik.
"A-Apa-apaan ini?! Kenapa saya tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali?! Sial!!! Aku tidak bisa....menggunakan kekuatanku!!!"
"Bahkan jikalau kamu sanggup beregenerasi tanpa batas....tak ada gunanya jikalau tidak bisa bergerak"
Berdiri di belakang Goraon yang tergantung, Sirius kemudian menyentuh cuilan belakang kepalanya dan mengaktifkan {Scan}.
Informasi perihal badan si naga mengalir melalui sihir ini....suatu unsur bisa terasa sedang melepaskan reaksi yang kuat. Unsur misterius itu beredar di sekujur badan dan membersihkan seluruh beban pada dirinya.
"....Begitu ya, bukan hanya sebagai naga, tapi kamu juga mempunyai unsur regenerasi diri yang kuat. Kaprikornus ini alasan kecepatan regenerasi yang menakjubkan itu"
"Apa yang sedang kamu lakukan?! Sialan, jangan sentuh aku, lepaskan ini!!!"
"....Sekarang waktu yang sempurna untuk bereksperimen"
"A-Apa yang akan kau----....Gaaaaahhh....---AAARRRRGGGGGHH?!?!?!"
Di dikala Sirius menuangkan sejumlah besar Mana ke titik-titik yang disentuh, Goraon menjerit.
Tidak menyerupai acara regenerasi, ketika ia meresapkan Mana secara agresif, itu hanya akan merangsang rasa sakit luar biasa dan menjalar ke seluruh tubuh. Sederhananya, ini menyerupai menembaki stun-gun* pada orang biasa.
[Kalo gak ngerti. Nama lainnya Taser]
Situasi itu berlanjut untuk beberapa saat. Ketika selesai, Sirius melepaskan tangan darinya dan mengeluarkan Pisau Mithril.
"....Ha....haha, sayang sekali. Tak peduli seberapa banyak kerusakan yang kamu berikan kepadaku, itu percuma. Semua rasa sakit akan lenyap sepenuhnya setelah beberapa saat"
"Oh, saya sudah selesai mengusut dirimu. Jangankan rasa sakit lantaran dipotong atau disebabkan oleh benturan, kamu mempunyai kecenderungan untuk membuatnya hilang pada dikala itu juga. Sungguh merepotkan sampai-sampai bisa menyingkirkan rasa sakit. Seperti kutukan saja"
"Memang, persis dengan apa yang kamu katakan. Karena badan ini hampir bisa dikatakan abadi, bukankah tidak ada gunanya menyiksa ataupun membunuhku?"
"Sayangnya....itu hanya 'tadi'"
Ketika Pisau Mithril ditusukkan perlahan ke badan Goraon. Tentu saja, darah mulai mengalir namun....tak berhenti. Ekspresi wajahnya membeku pada kenyataan ini.
"A....pa? Darahnya tidak berhenti! Rasa sakitnya tidak hilang!! Kenapa?! Apa maksudnya ini?!?!"
"Ini lantaran unsur regenerasimu telah hancur"
"Apa yang kamu bicarakan itu tak bisa kumengerti!!! Kembalikan!!!! KEMBALIKAN KEKUATANKU!!!!!!"
Seperti yang mungkin sudah ia ketahui, alasan kenapa Sirius menuangkan Mana bukan untuk menyiksanya....melainkan untuk menghancurkan unsur regenerasinya. Tubuhnya mungkin bisa sembuh jikalau ada satu saja yang tersisa, jadi itu membutuhkan waktu dan banyak Mana untuk menyusup kedalam tubuh. Hanya saja, tampaknya eksperimen ini sukses.
Ini ialah metoda membunuh secara niscaya jikalau dilakukan pada orang biasa, tapi cukup sempurna untuk orang ini. Selain itu, lantaran unsur regenerasinya hancur total, akan tidak mungkin bahkan jikalau ia menginginkannya kembali.
"Ini sudah tidak mungkin lagi. Baiklah....aku takkan memberitahumu alasannya, tapi biar ku katakan satu hal"
Dia memukul wajah Goraon yang sedang berteriak. Kulitnya menjadi keras lantaran perubahan wujud, tapi itu bukan duduk kasus jikalau terkena tinju yang telah diperkuat oleh {Boost}. Sambil menderita rasa sakit yang takkan lenyap, Sirius meraih kepalanya yang terus memuntahkan darah.
"Kau yang kini bukan Tak Terkalahkan lagi. Baiklah....apa kamu siap?"
"....Untuk....apa?"
Ada banyak sekali hal yang harus ditanyakan pada orang ini.
Tentang relasi mereka dengan Gregory yang sudah Vile-sensei ceritakan, lokasi para korban, pengukuhan kejahatan dan sebagainya.
Di kawasan yang jauh dari aula ini, diriku tak perlu khawatir akan dilihat oleh para murid dan bisa mengiterogasinya dengan lancar.
Namun, ada hal lebih penting yang harus Sirius lakukan.
Itu ialah sesuatu yang lebih diprioritaskan daripada interogasi.
Diriku tidak melihat insiden 'itu' dengan mata, melainkan memakai {Search}.
Orang ini....telah menyiksa Emilia.
Sirius tak bisa memaafkan orang yang telah melukai Emilia-nya yang manis.
Karena saya takkan bisa menghentikannya, saya mempercayakan apa yang akan terjadi pada nalurinya sendiri.
"Ini untuk cuilan Emilia....Jangan gampang hancur, ya"
Sirius pun melayangkan tinjunya.
☆☆☆Chapter 35 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis = Ada hal-hal yang perlu dijelaskan dan membuatmu berurai air mata.
Dia bukanlah pahlawan, melainkan biro pembunuh. Aku meminta maaf pada kalian yang sangat mengharapkan hal menyerupai 'Keadilan akan menghancurkan kejahatan'.
Aku jadi ingin menciptakan acara malam ketika memposting chapter ini.
>Catatan penerjemah = Apa ini artinya Sirius termasuk anti-hero??....Selain itu, kok saya ngerasa ia makin menyerupai sama Tatsuya di serial Mahouka Koukou, ya....hmmmm.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
"Kau melihat suatu kelompok yang menyerupai mirip itu?!"
Setelah mendengar kabar perihal 'Dragon of Fresh Blood', saya kemudian menceritakan para petualang yang mengenakan jubah di sekujur badan dan mendampingi kedua darah biru itu.
"Ya, walau hanya sesaat, tapi saya sempat melihat tato naga merah di punggung tangan mereka"
"Jika benar, maka ini ialah keadaan darurat. Aku akan segera mengirim orang untuk memastikannya. Kenapa orang-orang berbahaya itu bisa ada di sini?"
Vile-sensei sedang memikirkan penyebabnya, sedangkan saya memejamkan mata dan mulai mengaktifkan {Search}.
"Vile-sensei, ada laporan lain. Guru yang sedang mengawasi Gregory....ditemukan sudah menjadi mayat"
"Begitu kah....sungguh disesalkan kehilangan orang menyerupai dia. Dimana mayatnya?"
"Ya, saya sudah mengamankan mayatnya. Terdapat banyak luka seperti ia telah dipermainkan, ada juga beberapa cuilan badan yang hilang"
"Pembunuhan ini sungguh brutal. Tolong kuburkan sisa-sisanya dengan terhormat. Bagaimanapun, masalah guru yang sedang mengamati Gregory-sensei ini....sangat mencurigakan"
"Ini pendapat pribadiku, tapi menurutku dialah* yang sudah memandu orang-orang itu. Jika tidak, terusan ke sekolah tak mungkin diizinkan"
[Maksudnya Gregory]
"Aku juga berpikir sama. Untuk Gregory-sensei, secepatnya....tidak, temukan Gregory. Kirim penjaga ke labirin pada dikala bersamaan. Dan, Sirius-kun....
---Mereka ketemu!!
"Vile-sensei!"
"Iya?! Ada apa?!"
"Mana rute terpendek yang bisa saya lalui untuk menuju lantai sembilan di labirin?"
"Jika tidak salah....melalui pintu masuk kesembilan. Ini ialah rute paling lurus dan tak mempunyai cabang kecuali jumlah golemnya yang banyak....Sirius-kun?"
Meski jaraknya jauh, tapi saya berhasil merasakan reaksi Mana para muridku memakai {Search}. Reaksi itu jauh di dasar labirin....mungkin itulah area lantai kesembilan.
Begitu saya selesai mendengar perihal rute terpendek, takkan ada duduk kasus sesudahnya. Aku tidak mendengar ucapan Vile-sensei hingga simpulan dan malah mendekati jendela sambil mengumpulkan barang-barang ketika menuju ke sana.
"Aku akan berangkat duluan, segera hubungi penjaga. Juga, saya akan meminjam ini"
"Sirius-kun!! Disini bukan lantai pertama---...."
Aku mendengar sesuatu dari belakang namun mengabaikannya dan malah melompat keluar jendela. Berdasarkan ketinggian bangunan, ruang staf Magna-sensei terletak di lantai empat, tapi diriku melompat ke atap bangunan berikutnya dan perlahan-lahan turun ke bawah sambil menciptakan perancah dengan {Air step}. Begitu kakiku memijak tanah, langkahku mulai berayun dengan kencang.
Aku tidak berniat menyembunyikan kekuatanku yang bergotong-royong lagi. Setelah mengaktifkan {Boost}, saya berlari dengan momentum hebat hingga tanah tercungkil.
Setelah tiba di depan labirin hanya dalam beberapa menit, saya melompati pos keamanannya dan menerjang ke pintu masuk bertuliskan angka sembilan. Meski ada yang berteriak di belakang, saya tak peduli.
Begitu memasuki labirin, sebuah golem eksklusif muncul. Hanya saja, saya melompatinya sama menyerupai ketika melompati pos keamanan dan bergegas ke depan. Gerakan para golem itu lamban, hindari saja jikalau seseorang ingin menuntaskan penjelajahan labirin ini.
Sambil berlari, saya terus melepaskan {Search} dan memindai posisi para muridku.
Mereka tampaknya sedang bertarung melawan beberapa orang yang mempunyai reaksi Mana tak dikenal. Sepertinya masih kondusif untuk dikala ini. Reaksi yang tidak kuketahui ini niscaya berasal dari orang-orang yang dimaksud itu.
Aku berencana memanggil memakai {Call} ditengah perjalanan ke sana, tapi mereka mungkin menjadi lengah jikalau mendengar suaraku. Agak mengesalkan, tapi saya harus bertahan dan terus berlari maju.
Barisan panjang golem kemudian muncul, saya menentukan berpijak dan berlari melintasi dinding lantaran melompatinya akan sulit. Ketika golem berukuran besar yang keluar dan menghadang jalan, saya menembak lingkaran sihirnya memakai {Magnum} untuk menerobos.
Lantai ketujuh....menurut reaksi Mana, Emilia telah terhempas dan berhenti bergerak. Sedangkan Mana Reese semakin menipis.
Lantai kedelapan....reaksi Mana Reus membludak, namun segera mengecil. Ini telah menjadi situasi yang berbahaya.
Lantai kesembilan....Reus berada dalam genggaman satu orang dan dihajar olehnya. Dia terlempar, ketiga muridku berada didekat satu sama lain dan tak ada yang bergerak.
Akhirnya selama waktu itu, saya hampir hingga di dinding sisi lain. Aku bisa melihat dalam jarak akrab bahwa ada orang-orang di balik tembok. Namun, reaksi Mana yang mendekati muridku lebih cepat, saya takkan sempat jikalau terus berlarian di sepanjang dinding.
Aku harus menerobos.
Setelah menilainya dalam sekejap, saya mengarahkan tangan kananku sambil masih berlari, dan menembakkan {Magnum} dengan cepat ketika membayangkan amunisi peledak yang dikhususkan untuk menembus baja.
Tembok itu tertusuk hampir menyerupai kertas. Aku terus menembaki dan membentuknya menjadi garis melingkar. Saat teladan lingkaran itu telah tercipta sepenuhnya, saya melompat ke arah dinding dan memberikannya sebuah dropkick.
Dinding yang terlubangi itu terlempar ke arah reaksi Mana yang tampaknya musuh. Namun, saya masih berlari menuju murid-muridku tanpa mengkonfirmasikan identitas mereka.
Orang berambut pirang dengan indera pendengaran hewan....apa ia dari ras serigala emas atau semacamnya? Tidak, itu bukan masalah. Dialah yang telah menghajar Reus, dan juga....penjahat yang telah menyiksa para muridku.
"Siapa kau?!"
Itu kata-kataku. Siapa kalian....apa yang telah mereka lakukan terhadap bawah umur ini.
Aku menghindari tinjunya, menyapu kakinya kemudian melaksanakan tendangan berputar.
"....Ani....ki"
Ketika menoleh ke belakang, ada sosok muridku yang telah babak belur.
Emilia roboh, Reese pucat lantaran kelelahan Mana, dan Reus menderita luka di sekujur tubuhnya.
Aku mengerti itu lantaran saya terus merasakannya* hingga tiba disini.
[Maksudnya, Sirius terus mengawasi memakai {Search} sambil berlari menuju lokasi mereka]
Reus....kau telah berjuang mati-matian melindungi Emilia dan Reese.
"....Kau bertahan dengan baik, Reus"
"Aniki...."
Ketika saya merasa sedikit lega melihat Reus yang menangis menyerupai dulu, ada sesuatu yang terbang dan tertangkap oleh {Search}.
Batu yang ditembakkan itu....{Rock Bullet}? Ada tiga namun saya menghancurkan semuanya memakai {Impact}. Hanya saja, muncul satu lagi yang besar.
"Kau melakukannya dengan baik!!"
Apa ia orang yang gres saja ku tendang? Dia menebas memakai kuku kanannya yang memanjang dengan aneh. Namun sayang, cuilan sisinya dipenuhi oleh celah. Ini merupakan bukti bahwa ia belum pernah menantang lawan yang lebih kuat.
Lengan kanannya berhenti secara paksa dikala saya mendorong sisi tubuhnya dengan tangan kiriku*. Aku kemudian melayangkan pukulan asisten ke wajahnya yang terkejut.
[Sisi yg dimaksud mempunyai banyak celah itu ya sisi kanan. Kaprikornus gini, si Ash mau menyerang memakai cakar kanannya, namun tangan kiri Sirius mencapai ke cuilan sekitar pundak/lengan kanan bawahnya hingga menciptakan gerakan lengan serigala itu berhenti. Agak rumit jelasinnya]
"Jangan mengganggu, serigala!"
Aku merasakan sesuatu yang patah pada wajahnya yang kutinju dengan marah. Namun, ini masihlah sepele dibandingkan dengan apa yang dialami muridku. Baguslah jikalau ia tidak mati. Jika hingga mati....aku takkan bisa melampiaskan murka ku, kan?
....Tidak, masih terlalu dini untuk melakukannya. Pertama, saya perlu memastikan keadaan murid-muridku.
Setelah menegaskan tak ada lagi yang ingin menyerang, saya mengangguk dan mendekati Reus yang terbaring.
"Sirius-san! Reus-kun melindungi kami! Selain itu, Emilia juga melindungiku!"
"Sirius-sama....Reus telah...."
"Ya, saya mengerti"
Aku tersenyum untuk membiarkan keduanya merasa lega, kemudian menyentuh badan Reus dan mengaktifkan {Scan}.
....Beberapa rusuknya retak, organ dalam dan otot telah sangat terluka. Ada sebongkah watu yang menghantam organ dalamnya dan masih berada disana. Itu {Rock Bullet}. Bentuk otot-ototnya tampak berbeda. Apakah ini akhir dari melampaui batas transformasi?
Akan berbahaya untuk membiarkannya menyerupai ini. Aku menyerahkan sebuah wadah tertutup berisi cairan yang telah ku pinjam dari ruangan Magna-sensei kepada Reese yang sedang melaksanakan penyembuhan.
"Jangan aku, tolong berikan itu dulu pada Reus-kun!"
"Jika kamu meminumnya, pemulihan Mana-mu akan menjadi lebih cepat"
"?!"
Pemulihan Mana untuk masing-masing orang agak berbeda, dan tak ada obat yang bisa menciptakan Mana terisi eksklusif setelah ditelan. Hanya saja, ada sesuatu yang bisa mempercepat pemulihan Mana, dan saya menyerahkan itu padanya.
Reese meminumnya segera setelah mendengar penjelasanku. Ekspresi gadis ini kemudian berubah buruk.
"....Pahit. Tapi, dengan ini...."
"Aku suka pada anak yang patuh. Permisi sebentar*"
[Dia memang berbicara menyerupai seorang ayah disini]
Setelah mengucapkan itu, saya menyentuh kepala Reese dan mengaktifkan {Scan}. Tapi tampaknya ia hanya mengalami kekeringan Mana dan sedikit memar. Mungkin lantaran tiba-tiba disentuh olehku, pipinya memerah.
"Emm....Sirius-san?"
"Aah, maaf. Aku mengusut apakah kamu mempunyai luka atau tidak. Ya, syukurlah kalau kamu aman"
"Tidak....aku tidak terlalu berguna, dan bahkan sekarang....aku tidak bisa berbuat apapun"
"Ada hal yang bisa kamu lakukan. Dengar, luka Reus...."
Reese mempunyai sifat serakah untuk menyembuhkan orang lain.
Karena itu, saya menanamkan pengetahuan medis dari duniaku sebelumnya sejauh yang ia bisa mengerti. Di dunia dimana sihir penyembuhan sangat diandalkan, diapun mengetahui perihal struktur badan yang tidak penting bagi orang lain menyerupai tulang dan otot. Bergantung pada sihir pemulihan, jikalau titiknya diketahui, perawatan sanggup difokuskan pada kawasan itu. Inilah yang paling sesuai untuknya lantaran dirinya mahir dalam sihir penyembuh.
Aku menjelaskan kawasan di mana Reese harus sembuhkan dan menginstruksikan banyak sekali hal begitu ia selesai memulihkan Mana.
"Serahkan padaku!"
Reese meratapi ketidakmampuannya. Namun berkat sihir penyembuh gadis ini, luka keduanya tidak bertambah buruk. Aku sangat bersyukur. Dia bisa mendapatkan kembali kepercayaan diri jikalau saya menyerahkan Reus padanya.
Aku juga masih berhati-hati dengan orang-orang itu memakai {Search}, tapi lantaran entah kenapa mereka tidak melaksanakan apapun, saya melanjutkan tindakanku.
"Kau sudah menunggu ya, Emilia"
"....Sirius-sama"
Emilia sedang tergeletak di suatu tempat, responnya agak lemah ketika saya mengajukan pertanyaan. Mungkin ada semacam kelainan di otak, saya menyuruhnya semoga tidak bergerak ketika mengaktifkan {Scan}.
"Sirius-sama....aku benar-benar....minta maaf"
"Untuk apa? Bukankah kamu sudah melindungi Reese? Sama menyerupai Reus, kamu sudah melaksanakan yang terbaik"
Saat saya dengan lembut membelai pipinya, ia tersenyum lembut dan tampak merasa nyaman.
Sedangkan untuk hasil diagnosis, ia mengalami memar hebat, tapi tidak hingga muncul kelainan pada tulang. Ini akan cukup dengan sihir penyembuhan Reese. Kesadarannya yang tampak bisa lenyap kapanpun ini mungkin disebabkan oleh gegar otak ringan, saya mencoba memeriksanya dengan hati-hati, tapi tidak menemukan titik yang mempunyai semacam pembuluh darah rusak dan tanda-tanda prognosis* lainnya. Mungkin ia akan pulih jikalau terus beristirahat.
[Gejala prognosis setahuku tanda-tanda sakit/abnormal pada tubuh]
Rasanya jelek mengganggu Reese yang sedang memulihkan Mana, tapi saya harus memberitahunya keadaan Emilia.
"Benarkah?! Aku senang....aku, sangat senang...."
"Jangan menangis....semuanya baik, kan?"
"Tentu saja, saya akan menangis. Jika saya tidak melaksanakan apapun untuk melindungi Emilia, saya akan menyesalinya seumur hidupku!"
"Kau bisa menangis setelah ini, saya akan mempercayakan Reus padamu. Ada hal yang harus ku lakukan"
"Ya!"
Ketika Mana-nya sudah sedikit pulih, ia mulai merawat Reus memakai sihirnya.
Saat saya menoleh dan melihat wajah Emilia sekali lagi, tangannya yang gemetar bergerak....dan menangkap jemari ku.
"Hei, beristirahatlah"
"Tapi....lawanya ada empat....jika hanya Sirius-sama....sendiri...."
"Orang menyerupai mereka bukanlah masalah. Tunggulah sebentar, ini akan segera berakhir"
"....Ya"
Seusai menaruh tangan Emilia dengan lembut, saya melepaskan jubahku sendiri dan menyelimutkan itu pada dirinya. Aku sedang mengenakan pakaian tempur lantaran berencana memasuki labirin juga hari ini, kupikir ilham ini ialah hal yang bagus. Satu-satunya senjataku ialah pisau Mythril yang kutaruh di dada, tapi ini sudah cukup untuk menangani mereka.
Aku berdiri, mengambil beberapa langkah maju dan menyatakannya kepada murid-muridku.
"Takkan kubiarkan orang-orang ini menyentuh kalian bahkan untuk sesaat pun. Lihat saja dari sana"
"Sirius-sama"
"Sirius-san!"
"....Aniki"
"Apa yang akan kalian lihat mulai sekarang....adalah diriku yang sesungguhnya. Pejamkan saja mata kalian jikalau kalian takut"
Tidak perlu mendengarkan balasan mereka.
Aku memunggungi para muridku dan mulai berjalan ke depan.
☆☆☆☆
Bagian 2
Ketika saya maju ke kawasan di mana diriku bisa melihat orang-orang itu dengan jelas, si serigala emas sedang di rawat oleh seorang laki-laki dari ras manusia.
Seseorang yang tampaknya berasal dari ras naga melihatku, ia menoleh ke sini dan menyambutku dengan senyuman ramah.
"Oh, kamu karenanya selesai? Jujur saja, agak menyakitkan ketika hanya menjadi penonton. Aku harus menahan beberapa kali harapan untuk menyerang, kamu tahu? Tapi untungnya saya bisa bersabar, lantaran cuilan terbaiknya ialah dikala melihat ekspresi frustasi kalian"
"....Begitu kah?"
"Selain itu, lihat. Hidung Ash patah lantaran serangan tadi. Bagaimana kamu melaksanakan itu?"
"....Entahlah"
"Begitu ya? Ngomong-ngomong, apa kamu berbicara setelah menyadari siapa kami? Meski sudah memperkenalkan diri pada bawah umur itu, haruskah kami melakukannya lagi? Aku dipanggil Goraon---"
"Nama tidaklah penting. Kalian ialah 'Dragon of Fresh Blood' kan?
"Jadi, kamu sudah tahu....agak disesalkan. Baiklah, kalau begitu---"
"Tapi saya punya satu pertanyaan"
Tak perlu mengocehkan hal yang tidak penting, saya hanya punya satu hal sederhana untuk ditanyakan.
Dia tampak tidak senang lantaran perkataannya disela, namun eksklusif tersenyum dan menunjuk ke arahku.
"Ayo kita dengarkan ucapannya hingga akhir. Biasanya saya tidak mengizinkan ini, tapi lantaran kita laki-laki dewasa, tentu saja harus menjawab pertanyaannya kan? Apa yang ingin kamu ketahui?"
"Murid-muridku....Anak-anak yang ada di belakang, apa kalian melaksanakan sesuatu terhadap mereka?"
Orang-orang itu saling pandang mendengar ini kemudian tertawa, kecuali si ras serigala.
"Hmmm? Kami tidak melaksanakan apapun, kamu tahu? Aku hanya berpikir akan sangat menyenangkan ketika mereka menangis sambil dicincang"
"Aku yang melakukannya!! Lenganku sudah digigit oleh bocah pembangkang itu dan robek. Bekas luka ini takkan gampang hilang, sialan!!"
"Jeritan bawah umur sungguh luar biasa. Jika saya tidak mendengarkannya sekali dalam sehari, saya takkan bisa tenang"
"Aku ingin mereka berteriak dengan bunyi yang bagus"
Sudah dipastikan.
Tak perlu ragu lagi.
Orang-orang ini sangat jelas....musuhku.
"Jadi, apa? Jangan katakan kalau kamu berencana melawan kami sendirian? Tidak, saya malah ingin kamu melakukannya. Aku ingin tahu bunyi menyerupai apa yang akan kamu buat"
"Aah, saya akan bertarung sesuai keinginanmu dan melawan kalian semua...."
Saklar tempur sudah ditekan.
Aku mengambil satu langkah maju dan meningkatkan kekuatan sihirku.
"Akan kubuat kalian menyesal....karena telah hidup"
Dan saklar ketiga pun---....
☆☆☆☆
Bagian 3
--- ---*
[Dari sini, memang masih sudut pandang Sirius. Lebih tepatnya, ini ialah sudut pandang {Pemikiran saklar ketiga Sirius}]
....Aku terbangun lantaran gelombang riak.
Terbangun setelah sekian usang tak hadir.
Meski gres saja bangun, namun saya sudah mengerti situasinya lantaran Sirius dan saya ialah satu.
Ada empat musuh kali ini.
Bahkan dari sudut pandangku, orang-orang ini harus dihukum.
Akan kuberikan penghakiman tanpa belas kasih.
Baiklah....Jika seseorang bertanya siapa aku, diriku hanyalah sebuah keberadaan pemikiran.
Walaupun tanpa nama, saya yang tak pernah muncul ke permukaan pun dipanggil demi alasan kenyamanan.
Ini sedikit berbeda dengan kepribadian ganda.
Pengetahuan Sirius telah terbagi, saya hanyalah cuilan tambahan untuk dirinya.
Untuk menjelaskan ini, Sirius yang dulu....ini akan menjadi pembicaraan perihal kehidupan sebelumnya.
Ketika ia masih kecil, dirinya di ambil oleh suatu institusi yang membesarkannya kemudian di angkat oleh Shishou.
Dia hanyalah seorang anak biasa pada dikala itu, anak yang tampak sederhana namun kuat.
Sirius diangkat untuk dilatih oleh Shishou, dan sering bertarung dengannya.
Namun, tak peduli berapa kali mereka bertarung, meski sudah mencoba strategi pengecut, ia tak bisa menang. Bahkan tak bisa meraih kakinya.
Setelah mengalami kekalahan beruntun, Sirius yang benci kalah mencoba mati-matian mencari cara untuk menang.
Selain perbedaan kekuatan fisik, ada banyak teladan yang bisa dibaca seolah sudah diramalkan. Seiring kekuatan fisik yang meningkat, Sirius kemudian mencoba berfokus pada kecepatan berpikir.
Dan kemudian....kesimpulan yang konyol dan terlalu kekanak-kanakan pun keluar. Yaitu, memikirkan semuanya pada dikala yang sama dengan sangat cepat.
Tentu saja hal itu tak bisa dilakukan. Namun, Sirius yang terus berusaha mengalahkan Shishou, mengulanginya dengan sungguh-sungguh, dan karenanya bisa melakukannya setelah bertahun-tahun.
Sirius menyebut ini sebagai 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Semuanya dipikirkan secara paralel dan ditangani bagaikan mesin. Untuk mengurus banyak lawan dengan cepat, bahkan jikalau ada banyak dari mereka pada dikala bersamaan.
Hal itu mengejutkan Shishou, dimana ia tidak pernah terkejut sejauh itu sebelumnya.
Ngomong-ngomong, meski sudah menyebarkan itu, tapi yang kalah masih belum berubah*.
[Gurunya Sirius sebelum reinkarnasi ini bergotong-royong sekuat apa?? Waduh, jadi kebayang demon lord....jangan-jangan....ups]
Setelah itu, Sirius tumbuh secara signifikan, kemampuan fisiknya telah dilatih dengan hati-hati oleh Shishou. Melewati banyak medan perang sambil menumpuk pengalaman dan menyebarkan intuisi, tanpa menyisakan musuh berkat 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Itulah alasan Sirius pernah disebut Yang Terkuat.
Ada tiga 'saklar' pada dirinya.
Yang pertama ialah di waktu normal.
Sirius akan bertindak layaknya seorang ayah selama hari libur ketika berafiliasi dengan murid-muridnya, tertawa riang dan menuruti rasa ingin tahunya menyerupai anak kecil.
Yang kedua ialah di waktu bertarung.
Sirius memanfaatkan sepenuhnya kemampuan anutan paralel (Multi Task)nya secara maksimal, termasuk ketika bertarung dengan musuh memakai cara yang masbodoh semasa masih menjadi agen.
Sedangkan yang ketiga mengacu pada keadaan sekarang.
Ini ialah keadaan yang diperoleh setelah ia marah. Hal itu pernah beberapa kali terjadi di dunia sebelumnya.
Saat itu, suatu organisasi menculik murid ketiga Sirius. Amukannya kemudian meluluh lantahkan organisasi tersebut, bahkan membunuh orang yang tidak terkait.
Sirius takut kalau hal itu terulang kembali. Karena itulah ia perlu hening dan memastikan terlebih dahulu dari sudut pandang pihak netral.
Benar....diriku ini merupakan keberadaan yang diciptakan oleh 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Saklar ketiga ialah dimana saya mengawasi keseluruhan situasi, dibantu anutan paralel (Multi Task), dan menyimpulkan semuanya berdasarkan pihak netral.
Aku tidak punya hak untuk memutuskan tindakan.
Aku melihat keseluruhan situasi, berpikir dan memberi nasehat....karena menyerupai itulah eksistensiku.
Sirius berdiri di hadapan para penjahat yang telah menyiksa murid-muridnya.
Berhadapan dengan si ras naga yang menyebut dirinya Goraon, serigala emas, kurcaci dan laki-laki manusia. Aku mengerti bahwa mereka mempunyai keterampilan yang cukup berdasarkan kesan dan peralatan mereka. Oleh lantaran itu ia tak boleh lengah.
"Hee....membuat kami menyesal dikarenakan telah hidup, ya? Jika kamu pikir bisa melakukannya, maka lakukanlah"
"Anak dengan pakaian aneh ini, dialah yang akan menyesal"
"Datang saja kesini. Atau apakah mulutmu itu cuma hiasan?"
"Keh, jangan berpikir kalau kebetulan akan terjadi lagi!!"
Si serigala emas eksklusif melesat lantaran provokasi Sirius. Si kurcaci mengikutinya dan si laki-laki insan mulai melantunkan mantra dari barisan belakang. Sedangkan orang dari ras naga itu....dia hanya melihat ini sambil tersenyum.
"Disini, bodoh!!"
Dengan hening melihatnya yang marah....tidak, mungkin sifat serigala ini memang busuk?
Serigala emas itu berlarian menghindari Sirius dan malah menargetkan murid-murid yang berada di belakangnya. Jika ia dengan gegabah mengejar, Sirius akan terperangkap dalam keadaan gawat dan terkena sihir.
Oleh lantaran itu, saya menentukan mengabaikannya dan beralih untuk tetap mengawasi si kurcaci yang mendekat dari depan.
"Apa kamu mau meninggalkan mereka meskipun sudah tampil keren tadi?! Orang yang menyedihkan!!"
"Kalau begitu, apa boleh buat! Biarkan saya mendengar jerit ajal mereka yang menggemaskan!!"
Kurang beberapa langkah lagi, serigala emas itu memanjangkan kukunya. Murid-murid yang tidak bisa bertarung lagi hanya akan menjadi mangsa.
"Hiii?!"
"Tidak apa-apa....Reese"
....Apa ia berpikir bahwa Sirius tidak memprediksi hal menyerupai itu?
"Oraaaa---Uguoooh?!?!"
Sayangnya, terdapat {Impact} yang telah tertanam dilantai sebagai ranjau darat pada arah dimana ia berlari. Serigala emas itu kemudian terlempar ke atas sebagai respon untuk dampak yang telah dilepaskan dari kakinya.
Selain itu, ada banyak sekali {Impact} yang juga telah terpasang di udara. Diapun memantul berkali-kali menyerupai pinball lantaran ledakan jarak jauh yang dihubungkan dengan {String}*.
[Kalian tau bom yg dihubungkan dengan tali yg panjang, dimana pemicunya ada di ujung yg lain?? Seperti itulah prinsip sihirnya. {String} itu juga sudah teraliri {Impact}]
Dengan adegan itu sebagai latar belakang, Sirius berlari menuju si kurcaci sambil menghindari kapak yang diayunkan ke bawah dan memanfaatkan perisainya sebagai titik buta untuk menyelinap ke belakang. Begitu selesai memutarinya, ia segera menggenggam rambut orang itu kemudian menariknya, diikuti dengan menendang cuilan belakang lutut dan membantingnya di punggung. Sebagai hasil dari itu, hantaman berat yang mengenai cuilan belakang kepala si kurcaci menciptakan gerakannya berhenti sesaat.
"Menyingkirlah dari Ed! Kerikil watu yang hanya untuk menusuk....{Rock Bullet}!!"
Karena rekannya sedang dalam krisis, laki-laki insan yang telah selesai merapal di belakang menembakkan sihirnya. Ada sepuluh watu yang terbang kemari, tapi tanpa berbalik ke arah sana, ia menunjuk satu tangan dan mencegat semuanya dengan {Impact}. Bersamaan dengan itu, ia meletakkan tangan satunya pada perut si kurcaci dan mulai meningkatkan Mana.
"Kuh, bocah pembangkang ini...."
"Pertama, satu tembakan. {Impact}"
{Impact} yang ditembakkan dari jarak nol menembus badan kurcaci dan mengguncang lantai. Dampat itu cukup untuk meretakkan permukaan yang keras. Kesadarannya hendak lenyap diiringi busa yang keluar dari mulut.
"Gah....hu....bocah....nakal...."
"Masih belum"
Serentetan {Impact} menciptakan tubuhnya melonjak berulang kali. Dengan banyaknya pembunuhan kejam yang telah di lakukan, ia bisa merasa lega, lantaran Sirius mengerti itu dan tidak membiarkannya mati dulu.
Setelah itu, lagi....berkali-kali....bahkan jikalau bunyi patah tulang terdengar, bahkan jikalau darah bermuncratan dari mulutnya, ia takkan berhenti. Takkan pernah berhenti.
"Agaah!!! Guhaa!!! Sudah....!!! Berhen---...ti!!!"
"Oguhh!!! Maaf....gahaa!!! Ampuni---....ogoooh!!!"
"Kau!! Kerikil watu yang hanya untuk menusuk....{Rock Bullet}!!"
Siapa yang bisa membayangkan ini.
Hanya seorang lelaki yang mengatur {Impact} di udara sebagai senjata jarak jauh untuk mementalkan si serigala emas, menciptakan {Impact}nya menerkam si kurcaci yang terbaring pada jarak nol, dan mencegat semua sihir yang tiba dengan {Impact}.
Tanpa merapal mantra, bahkan tanpa menyebutkan nama sihirnya. Ini ialah hal rumit yang hanya bisa dilakukan lantaran adanya 'pemikiran paralel' (Multi Task).
Aku menasihatinya semoga segera berhenti ketika mendapatkan waktu. Dan karenanya diriku inipun berhenti. Kedua orang yang telah babak belur parah mendadak menjadi diam.
Mata kurcaci itu putih dengan darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Sedangkan si serigala emas yang jatuh tidak jauh dari sana telah terluka di sekujur tubuh, bahkan beberapa tulangnya membengkok ke arah yang aneh.
Sirius belum mengusut apakah mereka sudah meninggal atau belum. Yang manapun tidak masalah.
Daripada itu, rasanya terlalu awal untuk memohon pengampunan mengingat beberapa dikala yang lalu, orang-orang ini bersenang-senang ketika membunuh orang. Mereka dibutakan oleh kemampuan masing-masing. Apa itu lantaran mereka tidak pernah bertemu orang yang lebih berpengaruh atau merasakan kekalahan?
Dan dilain sisi, laki-laki yang terus menembakkan sihir dari tadi....
"Hahhh....hahh....Kerikil watu yang hanya untuk menusuk, {Rock Bullet}"
Sekarang, bukannya ia telah menembakan {Rock Bullet} yang ke 58 kalinya? Walaupun hanya sihir kelas pemula, tanda kelelahan Mana bisa dilihat lantaran ia terus-terusan menembakkannya dengan cepat.
"Kau juga belum paham, ya. Hentikan, itu takkan berguna"
"Kenapa? Kenapa?!....Kenapa kamu tidak kehabisan Mana?!?!"
Bongkahan watu yang terbang hancur akhir {Impact}.
Tak menyerupai {Rock Bullet} yang merupakan bentuk dari watu yang dikeraskan, {Impact} ialah konsentrasi Mana murni dan merupakan sihir dengan konsumsi Mana lebih tinggi. Jika seseorang berpikir normal, Sirius harusnya sudah kehabisan Mana lebih dulu, tapi ia telah melaksanakan pemulihan dari kekeringan Mana puluhan ribu kali selama hampir delapan tahun. Anggap saja bahwa jumlah Mananya beberapa kali lebih tinggi dari orang itu.
"Sudah selesai? Kau harusnya memakai banyak sekali jenis sihir, bukan hanya sihir tingkat pemula"
"Kuh, bagaimanapun, ini belum berakhir!! Kerikil watu yang hanya untuk menusuk, {Rock Bullet}!!!"
Dia mengulangi sihir yang sama tanpa lelah. Tapi kali ini, ia tidak melepaskan itu ke arah sini. Mengikuti lintasannya, ada sosok darah biru yang tergeletak di sana. Bongkahan watu itu hancur dan menabrak lantai sempurna di sampingnya.
"Fufu, kamu paham? Aku takkan meleset lain kali"
"Sandera....ya?"
"Benar sekali. Kau memang berpengaruh tapi juga naif lantaran melindungi bawah umur di belakangmu. Bisakah kamu membiarkan anak yang tidak berafiliasi mati?"
Kurasa diriku ini takkan peduli pada darah biru itu.
Mungkin ia hanya ingin tahu apa yang akan Sirius lakukan....
"Bisa saja"
"Hah?"
Pria itu sedang mengapungkan sebongkah watu dan bersiap menembakkannya, namun Sirius maju tanpa peduli.
"Aku hanya ingin melindungi murid-muridku. Kedua darah biru itu terbaring di sana lantaran kesalahan mereka sendiri, kenapa saya harus melindungi mereka?"
"Muu, kuh....kalau begitu, lihatlah!!"
"Lagipula...."
Apa ia sudah tidak punya pilihan lain? Batu itu ditembakkan pada si bangsawan.
Massa padat yang menuju kepala darah biru itu niscaya akan membawa nyawanya melayang. Tapi, Sirius menjatuhkannya dengan {Impact}, kemudian menembakkan {Magnum} ke lengan kanan si laki-laki manusia. Peluru itu mengenainya dan meledakan lengannya.
"GYYAAAAAAAHHHHHH!!!!!"
"Apa yang akan kamu lakukan gampang diprediksi. Hentikan, dan sadarilah perbedaan kekuatan kita"
"AAAHHHHH!!!! Lenganku!!! A-Air yang bisa menyebuhkan--- ... "
"Apa kamu mendengarkan? Oi, sisi lain akan menjadi menyerupai itu jikalau kamu tidak menjawab pertanyaanku"
"Hiii?! Y-Ya!!"
Dia duduk dan mulai melantunkan mantra pemulihan tapi Sirius berdiri di hadapannya dan menempelkan jari telunjuk ke dahi laki-laki itu. Dia yang tahu kekuatan penghancur dari jari ini hanya bisa mendongak dengan tatapan berisi ketakutan.
"Murid yang ada di belakangku....apa kamu yang menembakkan sihir pada anak laki-laki di sana?"
"Bu-Bukan!!! Serigala itulah yang telah melakukannya!!!"
"Bongkahan watu yang kamu lepaskan tadi sangat menyerupai dengan pecahan kerikil yang kutemukan di dada anak itu....benar kan? Jika kamu berbohong...."
"....Me-Memang saya yang melakukannya"
"Bagus. Aku akan berhenti menembak"
Dia mengaku segera ketika diancam dengan jari yang sarat akan sedikit Mana. Begitu Sirius melepaskan jari dari dahinya menyerupai yang dijanjikan....
"Sebagai gantinya, akan kuberikan rasa sakit yang sama dengan yang dialami anak itu"
Dia eksklusif mengarahkan tangannya ke dada laki-laki itu dan menembakkan {Impact} pada jarak nol. Tubuhnya terhempas sebelum sempat menyampaikan sesuatu, menabrak dinding kemudian pingsan.
Sisa satu orang, sama sekali tidak bergerak dari posisi semula. Dia terus-menerus terlihat bahagia, kemudian bertepuk tangan dikala tatapan keduanya bertemu.
"Bagus! Bagus!! Teman-temanku sama sekali bukan tandinganmu ya? Siapa kamu sebenarnya?"
"Guru dari bawah umur ini. Tak ada yang lain"
"Hmmm. Asal kamu kuat, bahkan identitasmu bukanlah masalah. Daripada itu, sudah usang saya tidak memperlihatkan keseriusanku"
"Entah mau serius atau tidak, datanglah. Dalam pertempuran, dialog dengan orang sepertimu sama sekali tidak perlu"
"Kalau begitu....kita mulai*!!!"
[Sore ja....Ohiromeda yo!]
Diiringi ketika ia membuang pedangnya, badan Goraon mulai membesar dan terisi dengan kekuatan. Warna tubuhnya bermetamorfosis merah gelap. Selain itu, kuku-kukunya memanjang. Bahkan tanduk pun juga tumbuh. Terakhir, wajah yang awalnya berbentuk insan bermetamorfosis naga.
Apakah ini karakteristik khusus yang menyerupai dengan Reus? Beberapa dikala kemudian, walaupun tidak mempunyai sayap, tapi Goraon telah selesai bermetamorfosis naga merah humanoid.
"Sampai sekarang, saya telah memasuki sepuluh medan perang. Singkatnya, bukankah ini bukti bahwa diriku kuat?"
"Kebetulan sekali. Aku juga pernah memasuki medan perang"
"Jangan berbohong hanya lantaran kamu ingin bersaing. Baiklah....AYOOO!!!!!"
Jika diingat-ingat, Sirius sudah merasakan sekitar lima puluh medan perang, tapi....tidak ada gunanya menjelaskan hal itu padanya.
Pria ini mempunyai badan yang beberapa kali lebih besar darinya dengan pergerakan yang lebih cepat dari si serigala emas. Ketika dirinya menerjang kehadapan mata Sirius dalam waktu singkat, sebelum kuku-kukunya sampai, diriku menghindar dengan sebuah lompatan kebelakang.
"Aku sering menghadapi orang-orang berpengaruh sepertimu di medan perang!! Namun, karenanya dirikulah yang menang!! Apa kamu ingin tahu apa penyebabnya???"
Serangan cakar yang dilepaskan terus menerus semuanya sudah diprediksi oleh 'pemikiran paralel' (Multi Task) dan bisa dihindari dengan aman. Sirius kemudian menghindari ayunan lebarnya kemudian memotong lengan si naga memakai Pisau Mithril.
Hanya saja, lengan yang tertebas eksklusif sembuh dan menyerang lagi.
"Itu lantaran kemampuan regenerasi tubuhku!! Bahkan jikalau dipotong berapa kalipun, saya akan segera sembuh jikalau masih mempunyai Mana!!! Tak ada lawan yang bisa menandingiku lantaran penyembuhan tanpa batas ini!!!! DIRIKU TAK TERKALAHKAAANNN!!!!!!"
Dengan memanfaatkan kemampuan itu, ia tak perlu bertahan ya.
Diriku menembakkan {Magnum} beberapa kali sambil menghindari serangannya. Tapi daripada menghindar, ia sengaja menerimanya. Lubang peluru yang tak terhitung tercipta di tubuh, namun eksklusif tertutup. Sirius juga mencoba menembaki kepalanya dan itu juga segera sembuh.
Begitu ya, saya bisa mengerti kenapa ia menyampaikan bahwa dirinya tak terkalahkan.
"Itu sia-sia saja!! Ayo ayo, berapa usang lagi kamu bisa menghindari seranganku?! Diriku yang bisa pulih tanpa henti dan kamu yang bisa menghindarinya tanpa henti, ini sangat bagus!!!!"
Seperti yang ia katakan. Jika terus begini, keadaan akan perlahan menjadi lebih buruk.
Sirius kemudian mengambil jarak dengan melompat ke belakang untuk mengganti taktik.
"Apa kamu ingin melarikan diri??"
"Tidak, saya hanya ingin mengganti tempat"
Sirius menoleh ke belakang dan memasuki salah satu lorong di aula.
"Itu ialah lorong, kamu tahu?? Dengan pergi ke kawasan kecil, akan lebih sulit menghindari seranganku. Apa kamu bodoh???"
"Aku akan memberitahumu lebih awal....kau akan berakhir jikalau mengejarku. Pikirkan baik-baik dan putuskanlah"
"Apa? Apa kamu mencoba memprovokasi?? Baiklah, saya akan menikmati apapun yang kamu akan lakukan!!!"
Goraon mempunyai kepercayaan diri mutlak pada kemampuannya, masuk akal saja jikalau ia gampang dipengaruhi. Diriku ini kemudian berlari ke lorong setelah memastikan para murid tidak diserang dan tentu saja sambil dikejar oleh Goraon.
Ketika memutuskan untuk berhenti di tengah lorong panjang, Sirius mengambil tindakan tertentu. Hanya berlangsung dalam hitungan detik, tapi begitu prosesnya selesai, Goraon tiba sambil tertawa
"Lihat, saya berhasil menyusulmu!"
Naga humanoid ini menggerakkan lengannya, namun gerakannya berhenti seperti tersangkut pada sesuatu. Dia mencoba menggerakkan lengan satunya, tapi itu juga berhenti dengan cara yang sama.
"Apa? Apa ada sesuatu yang melilitku disini?"
Dia sudah terjebak.
Jika orang ini bisa melihat Mana, maka ia akan tahu bahwa tubuhnya sudah terlilit {String} yang tak terhitung di lorong ini.
Sirius kemudian berlari mengelilingi Goraon dan mengaitkan lebih banyak {String}.
"Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan, tapi saya akan melepaskan ini!!"
"Takkan kubiarkan!"
{String} digulung di sekitar sendi-sendinya sebelum ia bisa mengerahkan lebih banyak kekuatan. Postur tubuhnya berubah, ke postur dimana ia menjadi sulit bergerak.
Sirius menangkapnya menyerupai mangsa laba-laba dengan membungkuskan {String} berkali-kali. Tubuh Goraon pun tergantung dalam keadaan di mana ia tidak bisa berkutik.
"A-Apa-apaan ini?! Kenapa saya tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali?! Sial!!! Aku tidak bisa....menggunakan kekuatanku!!!"
"Bahkan jikalau kamu sanggup beregenerasi tanpa batas....tak ada gunanya jikalau tidak bisa bergerak"
Berdiri di belakang Goraon yang tergantung, Sirius kemudian menyentuh cuilan belakang kepalanya dan mengaktifkan {Scan}.
Informasi perihal badan si naga mengalir melalui sihir ini....suatu unsur bisa terasa sedang melepaskan reaksi yang kuat. Unsur misterius itu beredar di sekujur badan dan membersihkan seluruh beban pada dirinya.
"....Begitu ya, bukan hanya sebagai naga, tapi kamu juga mempunyai unsur regenerasi diri yang kuat. Kaprikornus ini alasan kecepatan regenerasi yang menakjubkan itu"
"Apa yang sedang kamu lakukan?! Sialan, jangan sentuh aku, lepaskan ini!!!"
"....Sekarang waktu yang sempurna untuk bereksperimen"
"A-Apa yang akan kau----....Gaaaaahhh....---AAARRRRGGGGGHH?!?!?!"
Di dikala Sirius menuangkan sejumlah besar Mana ke titik-titik yang disentuh, Goraon menjerit.
Tidak menyerupai acara regenerasi, ketika ia meresapkan Mana secara agresif, itu hanya akan merangsang rasa sakit luar biasa dan menjalar ke seluruh tubuh. Sederhananya, ini menyerupai menembaki stun-gun* pada orang biasa.
[Kalo gak ngerti. Nama lainnya Taser]
Situasi itu berlanjut untuk beberapa saat. Ketika selesai, Sirius melepaskan tangan darinya dan mengeluarkan Pisau Mithril.
"....Ha....haha, sayang sekali. Tak peduli seberapa banyak kerusakan yang kamu berikan kepadaku, itu percuma. Semua rasa sakit akan lenyap sepenuhnya setelah beberapa saat"
"Oh, saya sudah selesai mengusut dirimu. Jangankan rasa sakit lantaran dipotong atau disebabkan oleh benturan, kamu mempunyai kecenderungan untuk membuatnya hilang pada dikala itu juga. Sungguh merepotkan sampai-sampai bisa menyingkirkan rasa sakit. Seperti kutukan saja"
"Memang, persis dengan apa yang kamu katakan. Karena badan ini hampir bisa dikatakan abadi, bukankah tidak ada gunanya menyiksa ataupun membunuhku?"
"Sayangnya....itu hanya 'tadi'"
Ketika Pisau Mithril ditusukkan perlahan ke badan Goraon. Tentu saja, darah mulai mengalir namun....tak berhenti. Ekspresi wajahnya membeku pada kenyataan ini.
"A....pa? Darahnya tidak berhenti! Rasa sakitnya tidak hilang!! Kenapa?! Apa maksudnya ini?!?!"
"Ini lantaran unsur regenerasimu telah hancur"
"Apa yang kamu bicarakan itu tak bisa kumengerti!!! Kembalikan!!!! KEMBALIKAN KEKUATANKU!!!!!!"
Seperti yang mungkin sudah ia ketahui, alasan kenapa Sirius menuangkan Mana bukan untuk menyiksanya....melainkan untuk menghancurkan unsur regenerasinya. Tubuhnya mungkin bisa sembuh jikalau ada satu saja yang tersisa, jadi itu membutuhkan waktu dan banyak Mana untuk menyusup kedalam tubuh. Hanya saja, tampaknya eksperimen ini sukses.
Ini ialah metoda membunuh secara niscaya jikalau dilakukan pada orang biasa, tapi cukup sempurna untuk orang ini. Selain itu, lantaran unsur regenerasinya hancur total, akan tidak mungkin bahkan jikalau ia menginginkannya kembali.
"Ini sudah tidak mungkin lagi. Baiklah....aku takkan memberitahumu alasannya, tapi biar ku katakan satu hal"
Dia memukul wajah Goraon yang sedang berteriak. Kulitnya menjadi keras lantaran perubahan wujud, tapi itu bukan duduk kasus jikalau terkena tinju yang telah diperkuat oleh {Boost}. Sambil menderita rasa sakit yang takkan lenyap, Sirius meraih kepalanya yang terus memuntahkan darah.
"Kau yang kini bukan Tak Terkalahkan lagi. Baiklah....apa kamu siap?"
"....Untuk....apa?"
Ada banyak sekali hal yang harus ditanyakan pada orang ini.
Tentang relasi mereka dengan Gregory yang sudah Vile-sensei ceritakan, lokasi para korban, pengukuhan kejahatan dan sebagainya.
Di kawasan yang jauh dari aula ini, diriku tak perlu khawatir akan dilihat oleh para murid dan bisa mengiterogasinya dengan lancar.
Namun, ada hal lebih penting yang harus Sirius lakukan.
Itu ialah sesuatu yang lebih diprioritaskan daripada interogasi.
Diriku tidak melihat insiden 'itu' dengan mata, melainkan memakai {Search}.
Orang ini....telah menyiksa Emilia.
Sirius tak bisa memaafkan orang yang telah melukai Emilia-nya yang manis.
Karena saya takkan bisa menghentikannya, saya mempercayakan apa yang akan terjadi pada nalurinya sendiri.
"Ini untuk cuilan Emilia....Jangan gampang hancur, ya"
Sirius pun melayangkan tinjunya.
☆☆☆Chapter 35 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis = Ada hal-hal yang perlu dijelaskan dan membuatmu berurai air mata.
Dia bukanlah pahlawan, melainkan biro pembunuh. Aku meminta maaf pada kalian yang sangat mengharapkan hal menyerupai 'Keadilan akan menghancurkan kejahatan'.
Aku jadi ingin menciptakan acara malam ketika memposting chapter ini.
>Catatan penerjemah = Apa ini artinya Sirius termasuk anti-hero??....Selain itu, kok saya ngerasa ia makin menyerupai sama Tatsuya di serial Mahouka Koukou, ya....hmmmm.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/