Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

World Teacher Chap 30 B. Indonesia

Chapter 30 Ubah Dari Dasar
Diterjemahkan oleh




Bagian 1

"(Individu yang sanggup melihat roh....akan diincar oleh orang-orang lantaran kekuatan mereka)"

Itu ialah percakapan yang berlangsung beberapa tahun lalu. Perkataan Fia, seorang elf yang disukai oleh roh angin.

Dalam kasusnya, ketika beliau ingin, beliau bisa melepas angin yang bisa menghancurkan sebuah benteng. Atau bahkan menciptakan angin kencang di tingkat bencana.

Terlebih lagi, itu dilakukan sendirian, bukan berkelompok. Kekuatan yang sangat besar, takkan mungkin bagi para darah biru atau orang-orang berpangkat tinggi lain untuk tidak mengincarnya.

Itulah sebabnya, orang yang bisa melihat roh akan menyembunyikan kemampuan mereka

Untuk melindungi diri dari dunia.

☆☆☆☆

"Reese....kau bisa melihat roh, kan?"

"---?! Kau....Bagaimana....?"

Ucapanku menciptakan matanya terbuka sangat lebar. Dia tampak ketakutan dengan tubuhnya gemetar.

Dari ketakutan itu, tampaknya beliau memang sudah tahu. Orang yang sanggup melihat roh niscaya akan diincar lantaran kekuatannya

"Tenanglah, Reese. Aku....Tidak, kami, takkan pernah membocorkan diam-diam ini. Benar kan, kalian berdua?"

"Tentu saja. Yakinlah, Reese. Kami berjanji tidak akan pernah membocorkannya"

"Seperti yang dikatakan Aniki dan Onee-chan! Aku tidak akan membocorkannya bahkan jikalau saya harus mati!!"

Mungkin lega mendengar perkataan kami, ketakutan di mata maupun ketegangan pada badan Reese menghilang.

"Aku sangat meminta maaf, saya kehilangan ketenangan tapi sudah tidak apa-apa sekarang. Ibuku selalu berkata biar tidak membocorkan diam-diam dimana saya bisa melihat roh, kalau tidak hidupku akan berakhir. Aku sering mendengarnya, itu sangat menakutkan...."

"Maaf. Aku berbicara perihal hal-hal menyerupai ini tanpa mengetahui apapun, tampaknya saya sudah membuatmu takut"

"Tidak, saya akan kebingungan dalam menangani duduk masalah ini jikalau kiprah kita dibalik. Tapi, bagaimana kamu tahu bahwa saya bisa melihat roh? Mungkinkah Sirius-kun, bisa melihatnya juga?"

"Bukan begitu. Kau tahu atributku, kan? Aku tidak mempunyai unsur yang disukai oleh roh dari keempat atribut tersebut"

"Ah....maafkan aku...."

Waktu antara beliau senang dengan pemikiran bahwa dirinya mempunyai sahabat yang bisa di andalkan dan ketika meminta maaf perihal atributku, ekspresi wajahnya berubah drastis. Perasaannya terang terlihat di wajah, betapa jujurnya anak ini.

"Bukan itu yang harus kamu mintai maaf, Reese. Untuk menjawab pertanyaanmu, saya pernah melihat roh di masa lalu....lebih tepatnya, saya bertemu dengan seseorang yang bisa melihatnya. Ada perasaan tidak nyaman yang tiba dari orang itu....yang kemudian membuatku berpikir bahwa itu mungkin ialah roh. Aku juga merasakan hal yang sama darimu, begitulah caraku mengetahuinya"

"Kau pernah bertemu dengan seseorang sepertiku?!"

"Dia merupakan orang remaja yang waktu itu sedang merantau. Dia juga menyembunyikan kemampuan melihat rohnya"

"Jadi, apa yang ibu katakan tidaklah salah"

"Tapi, Sirius-sama. Aku mengerti bahwa pembicaraan perihal roh itu penting, tapi apakah ada kaitannya dengan sihir {Flame} milik Reese?"

"Sebenarnya kaitannya sangatlah erat. Menurut orang itu, roh cenderung sangat cemburu"

"Cemburu?....Roh yang dikatakan sebagai makhluk hebat, mereka benar-benar merasakan hal menyerupai itu?"

"Sayangnya, mungkin begitu. Aku tidak terlalu tahu lantaran diriku tidak disukai oleh para roh"

Menurut Fia, rohnya sangat beesemangat ketika beliau memakai sihir angin. Tapi disaat beliau mencoba memakai sihir bumi, roh akan menjadi kesal. Daripada membantu, mereka malah akan menghalangi mantranya. Membuatnya tidak bisa memakai sihir bumi sama sekali.

Berdasarkan hal itu, kurasa roh gadis ini bisa dimengerti. Karena sihir apinya dihapus sedangkan sihir airnya diperkuat. Dia niscaya disukai oleh roh air.

"Reese bisa melihat roh dan juga mendengar suaranya, kan? Dapatkah kamu mengingat bagaimana tingkah mereka ketika kamu memakai sihir api dan sihir air?"

"Tentu saja....Ketika saya memakai sihir air, mereka dengan riang mendatangiku. Tapi, ketika saya memakai sihir {Flame}, mereka sama sekali tidak mendekat"

"Kau mungkin belum sadar lantaran terlalu senang ketika memakai itu, tapi saya merasakan sesuatu yang gila berkumpul di sekitar tanganmu ketika kamu mengaktifkan sihir {Flame} sebelumnya. Mereka mungkin memadamkan api itu lantaran cemburu"

"Itu....Mereka anak-anak yang baik, selalu melayang dengan senang di sekitar, saya bahkan sering mengobrol dengan mereka. Bagi mereka untuk melaksanakan sesuatu menyerupai ini...."

Dia kemudian terlihat murung dan murung, mungkin lantaran merasa dikhianati oleh apa yang beliau percayai.

Tapi, beliau harus memikirkannya. Mereka tidak melaksanakan itu dengan sengaja, namun lebih menyerupai sifat alami. Para roh bukanlah makhluk yang gampang diubah oleh seseorang.

"Karena mereka ialah roh, apa boleh buat. Jika kamu masih bersikeras ingin melakukannya, kamu bisa mencoba untuk membicarakannya dengan mereka. Bagaimana dengan meminta biar tidak menghalangimu, bahkan jikalau hanya satu kali?"

Ini berasal dari pengalaman sungguhan yang kudengar dari Fia. Walaupun meminta dengan putus asa, beliau nyaris tak bisa memakai sihir {Earth}. Namun, tampaknya beliau segera berhenti memakai sihir {Earth} lantaran akan sangat melelahkan untuk memohon pada mereka setiap saat.

"Aku akan mencoba. Tolonglah....sebentar saja....sebentar saja. Aku ingin kalian membiarkanku memakai sihir api"

Dia menutup matanya dan memohon pada roh....merekapun membiarkannya memakai sihir {Flame}.

Itu mengambang di atas tangannya yang terbuka dan berukuran cukup kecil. Tapi yang pasti, itu ialah bola api.

"Meskipun kecil dan agak kabur, bisa dipastikan ini ialah sihir {Flame}"

"Selamat, Reese!"

"Aku berhasil....aku berhasil melakukannya!"

Saat Reese mengangkat bunyi kegembiraan, apinya segera padam. Yah, roh memang sulit ditangani, saya hanya bisa bertanya-tanya seberapa jauh perilaku keras kepala mereka.

"Ah, mou*....roh-san tak bisa menahannya"
[Menggembungkan pipi]

"Itu lantaran kamu terlalu senang dan terlalu gampang terbawa perasaan"

Meski sedikit cemberut, tapi wajahnya sudah cerah kembali lantaran sumber masalahnya telah ditemukan.

"Dengan begini semuanya selesai, kan? Dengan teknik ini, kamu bisa menunjukkannya pada bajingan itu di lain waktu, Reese-ane!"

"Tidak, saya tidak begitu yakin perihal itu"

Apakah Gregory akan mengakui ini?

Apinya terlalu kecil dan tak bisa dipertahankan lama, biar laki-laki itu bisa mendapatkan sihir setingkat ini....itu tidak akan terjadi. Jika demikian, saya sanggup membayangkan beliau akan diejek lagi, dan situasi kini tidak akan berubah.

"Permisi, Reese. Tapi saya juga berpikir ini tak ada gunanya"

"Aku tahu. Aku niscaya tidak akan diterima jikalau hanya setingkat ini"

"Lalu apa yang kita lakukan? Jika Reese-ane tetap berada di daerah bajingan itu, beliau akan menjadi murung lagi. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi"

Semua mata kemudian terfokus padaku. Jika saya tidak menemukan ilham entah bagaimana, Reus mungkin akan menyerbu ke kelas Aion dengan pedang di tangan. Hmm....daripada mengubah dirinya, bagaimana kalau mengubah lingkungannya?

"Benar juga....kenapa kita tidak mentransfernya saja ke kelas Carlisle?"

Memanfaatkan koneksi cukup bagus, kan? Aku akan memberi tahu Kepala Sekolah melalui Magna-sensei bahwa saya ingin gadis ini dipindahkan ke kelas kami lantaran duduk masalah intimidasi.

Jika saya berkata ingin melatihnya menyerupai yang saya lakukan pada Emilia, beliau mungkin senang dan mengizinkannya.

Gregory juga tidak akan tertarik pada seseorang yang tidak bisa memakai sihir {Flame}. Seharusnya beliau tidak akan enggan melepaskannya.

"Ide bagus! Kita akan senang lantaran beliau dengan kita, dan Reese juga akan mendapatkan ketenangan. Ayo kita lalukan"

"Seperti yang diharapkan dari Aniki! Kau bisa melaksanakan apapun!!"

"Hah?! Tolong tunggu sebentar! Perpindahan kelas bukanlah hal yang gampang untuk dilakukan...."

Reese menolak gagasan keterlaluan itu sebagai hal yang tidak mungkin. Faktanya adalah, ketika menangani duduk masalah semacam ini, seorang siswa sepertiku tentu saja harus melaporkannya pribadi ke kepala sekolah.

"Baiklah, meski apa yang kamu katakan ada benarnya, saya masih ingin bertanya kepada Reese. Apa kamu ingin bergabung dengan kelas kami?"

"Itu....ya. Aku akan senang jikalau bisa berguru bersama dengan kalian semua, tapi...."

"Kalau begitu, tidak ada masalah. Aku akan segera memindahkanmu besok. Jadi, bertahanlah sedikit lagi di kelas Aion"

"Emm....kenapa melaksanakan sejauh ini untukku? Meskipun seorang bangsawan, saya tidak punya uang. Sedangkan, lantaran bisa melihat roh---....aduh!"

Karena beliau mulai melontarkan perkataan tidak sopan, saya menjitaknya pelan. Seharusnya tidak menyakitkan, tapi beliau memegangi kepalanya sambil melihat ke arahku dengan ekspresi sedikit serius. Akupun berbicara padanya.

"Ini tak ada hubungannya dengan darah biru atau roh. Kau ialah kenalan kami dan sahabat Emilia, itu sebabnya kami ingin membantu. Hanya itu"

Emilia, yang awalnya hanya melihat adiknya dan diriku, telah menemukan seorang sahabat berjulukan Reese. Dalam kehidupanku dulu, saya hanya akan menganggap seseorang sebagai sahabat yang sanggup dipercaya selama beliau sanggup diandalkan.

Itu sebabnya, saya akan menolong jikalau beliau dalam masalah. Lagipula, ini manis untuk Emilia. Dan yang terpenting, bagaimana mungkin saya membiarkan gadis baik ini menangis?

"....Terima kasih....banyak"

"Berterima kasihlah sehabis ini selesai. Yah, waktu untuk makan malam sebentar lagi akan tiba, tapi maukah kalian makan di sini hari ini? Dan bagaimana denganmu, Reese?"

"Apa? Tapi saya masih akan sempat ke ruang makan, mereka belum selesai menyiapkan makanannya"

"Apa kamu berencana kembali dan makan sekarang? Kami ingin merayakan pertama kalinya mengundangmu ke sini. Tolong, jangan sungkan dan mampirlah"

"Tidak apa-apa, kuliner Sirius-sama lebih enak dari pada apa yang dihidangkan oleh kantin. Tidakkah kamu sangat ingin ketika memikirkan kudapan manis itu?"

"Kue?.....ka-kalau begitu....itadakimasu*"
[Mereka memang masih diluar, tapi ucapan 'Itadakimasu' mengambarkan kalau Reese baiklah untuk makan bersama mereka]

Reese mengangguk meminta maaf sambil menelan air liurnya. Ya, anak-anak memang harus lebih bersikap jujur*.
[Maksudnya, bertindak egois]

"Bagaimana dengan menunya? Apa yang ingin kamu makan?"

"Apapun tidak masalah, tapi saya masih ingin biar Sirius-sama mengurus dagingnya"

"Pada ketika menyerupai ini, nabe ialah suatu keharusan! Ayo kita nikmati dengan semua orang!!"

"Kalau begitu, kita akan menciptakan nabe dengan daging dan sayuran. Reus, pergilah mencari daging dan jangan lupa untuk membuang darahnya. Kau mempunyai waktu 30 menit"

"Waktu segitu lebih dari cukup! Aku pergi!!"

"Kalau begitu, saya kira akan mencuci sayurannya"

Ketika kami bergerak untuk melaksakan kiprah masing-masing, Reese yang satu-satunya tidak melaksanakan apapun memanggil Emilia.

"Anu....Emilia? Dari apa yang kudengar, tampaknya Sirius-kun akan memasak, tapi tidakkah itu biasanya dilakukan oleh petugas?"

"Terkadang, saya yang memasak. Tapi Sirius-sama lah yang biasanya melaksanakan itu. Kue tadi juga dikembangkan oleh Sirius-sama"

"Bahkan kudapan manis itu?! A-Aku mengerti....Dia benar-benar menyerupai seorang ibu"

"Kau tidak bisa membandingkan Sirius-sama dengan orang lain"

Dia ialah gadis yang sudah cukup mengenal para bangsawan, apa boleh buat jikalau tindakanku sebagai master terlihat gila baginya.

Namun, daerah lain ialah daerah lain, rumahku ialah rumahku. Aku tidak terlalu peduli dengan nalar sehat disini.

Nah, seberapa banyak rumput maritim yang tersisa untuk menciptakan sup?

☆☆☆☆

Bagian 2

---Sudut pandang Emilia---

"Haah....seperti yang Emilia katakan. Hidangan berjulukan nabe itu, ini ialah pertama kali saya memakannya tapi rasanya lebih enak daripada apa yang disediakan di kantin"

"Ada banyak hidangan yang dibentuk Sirius-sama. Nabe hanya satu di antaranya"

"Meskipun saya tidak tahu bagaimana beliau mendapatkan semua ilham itu, beliau belum pernah menciptakan kuliner yang jelek atau sejenisnya"

Setelah selesai makan di Pondok Berlian, kami dalam perjalanan kembali ke asrama siswa.

Nabe yang dibentuk Sirius-sama tampaknya sangat disukai oleh Reese, beliau terlihat puas ketika berjalan disampingku.

Seperti yang diharapkan dari Sirius-sama, beliau sudah menangkap hatinya pada pertemuan pertama.

"Ketika mendengar perihal beliau darimu, saya sempat ragu dan heran. Apakah ada orang seluar biasa itu, tapi sehabis bertemu dengannya, saya kini mengerti. Dia memang luar biasa, hanya saja....aneh dalam beberapa hal"

"Aneh? Apanya yang aneh, Reese-ane?"

"Ya, beliau orang yang sangat aneh. Aku gres saja menjadi seorang bangsawan, tapi dari apa yang saya lihat, perlakuan para darah biru terhadap petugas mereka tidaklah begitu bagus. Namun, meski seorang jelata, beliau tidak memberi kalian berdua, petugasnya, perintah yang kalian tidak sukai. Malah, beliau menghargai kalian layaknya keluarga"

Erina-san juga menyampaikan hal serupa.

Dia ialah orang yang tidak memperlakukan kami sebagai petugas, melainkan sebagai keluarga. Perilaku itu dianggap tidak pantas di kalangan bangsawan. Namun, justru lantaran beliau orang menyerupai itulah, kami ingin mendukung dan memenuhi harapannya. Sirius-sama sama menyerupai ibunya, Aria-sama.

"Itu sebabnya, beliau orang yang aneh....Kupikir. Yang tertinggal sebagai keluargaku hanyalah ayahku, tapi saya belum pernah bertemu dengannya semenjak tiba ke Elysion, oleh lantaran itu saya bahkan tidak tahu apa yang dipikirkannya. Jadi....ini agak tidak pantas bagiku, hanya saja kurasa saya merasa sedikit iri padamu"

"Kalau begitu....apa kamu juga ingin menjadi petugasnya, Reese?"

"Haaah?!"

Yah, saya rasa itu bukan ilham yang buruk. Dengan begitu saya bisa terus bersama Reese, dan kupikir Sirius-sama juga tidak keberatan. Ini hanya duduk masalah waktu sebelum Reese jatuh cinta padanya. Aku akan menganggap beliau sudah menjadi kandidat untuk menjadi wanitanya.

"....Mustahil! Aku seorang bangsawan, tidak mungkin saya melakukannya!"

"Aneh, ada jeda sebelum kamu menjawab. Apa barusan kamu membayangkannya?"

"Bukan begitu! Reus-kun juga, katakan sesuatu!"

Reese mencari pinjaman Reus dengan panik, beliau terlihat lucu. Namun, ada kalanya dimana Reus menciptakan komentar yang menyulitkan. Kaprikornus jikalau kamu berbicara kepadanya, beliau akan menjawab tanpa berpikir panjang. Hei, anak ini telah merenungkan sesuatu dari tadi, apa yang sedang beliau pikirkan?

"....Tidak berguna! Aku sama sekali tidak mengerti!!"

"Hah, apanya? Tentang petugas?"

"Bukan begitu! Ini perihal kamu yang berkata kalau aniki itu aneh, Reese-ane! Bagiku beliau menakjubkan!!"

Anak ini kadang akan mengungkapkan apa yang diyakininya dalam satu kalimat menyerupai itu. Kali ini berujung pada hal yang baik, namun....

"....Tidak, beliau luar biasa dan baik hati! Atau lebih tepatnya, Reese-ane, terlepas dari darah biru lainnya! Aniki hebat! Itu saja!!"

Tepat sekali. Sirius-sama itu menakjubkan....hanya menyerupai itulah penjelasannya. Kau menyampaikan hal yang bagus, Reus. Aku akan memberimu kudapan ekstra besok.

"Reus-kun....kurasa kamu benar, Sirius-kun ialah orang yang menakjubkan dan lembut. Selain perihal bagaimana beliau dengan cepat mengetahui bahwa saya bisa melihat roh dan memecahkan masalahku, beliau bahkan mengusulkan untuk memindahkanku ke kelas kalian. Walaupun saya merasa hal menyerupai itu ialah mustahil, tapi jikalau beliau yang mengurusnya....mungkin ini akan terwujud"

Kau sama lembutnya dengan dia, Reese. Karena itulah, saya pribadi memanggilkan Sirius-sama untukmu. Aku yakin bahwa jikalau demi dirimu, beliau niscaya akan membantu.

"Itu benar, menyerahkannya kepada Aniki akan baik-baik saja!"

"Aku baiklah dengan Reus. Paling tidak, takkan ada hal jelek dari sana, jadi kamu bisa merasa nyaman"

"Kalian berdua....benar. Aku berharap akan sanggup berguru bersama dengan semua orang"

Aku merasakan hal yang sama. Kau ialah sahabat pertama semenjak saya tiba ke sekolah ini....Aku ingin kamu lebih banyak tersenyum dari sekarang.

Kamipun hingga ke depan asrama siswa. Namun menyerupai yang diharapkan, saya tidak bisa menahan ini....aku khawatir.

Apakah Sirius-sama beristirahat dengan baik sekarang? Apa beliau sudah mandi? Ahh....Aku sangat khawatir.

Suatu hari, pasti! Pasti....aku akan tinggal di Pondok Berlian. Aku sudah memindahkan beberapa barang kesana sebagai pengalih, namun tampaknya tidak terlalu efektif.

Selanjutnya, bagaimana dengan taktik membawa alkohol kesana, berpura-pura mabuk dan tinggal? Namun saya belum bisa minum lantaran masih dibawah umur, mungkin kalau hanya sekali....Tapi Sirius-sama akan marah.

"Emilia? Hei, apa yang tiba-tiba kamu pikirkan?"

"Ah....jangan khawatir lantaran itu hanya kebiasaannya. Hati-hati Onee-chan, perhatikan langkahmu"

"....Apakah stratrgi alkohol akan berhasil?"

"Apa yang sedang kamu lanturkan?! Sadarlah, Emilia!"

Hari itu, saya menciptakan Reese khawatir hingga kami kembali ke kamar asrama dan tidur.

Aku seorang gadis yang sehat tapi....kenapa?

☆☆☆☆

---Sudut pandang Sirius---

"Memang....itu niscaya masalah"

Pagi harinya, saya pergi ke sekolah sedikit lebih awal dan mengunjungi Magna-sensei di ruang stafnya. Aku khawatir Gregory-sensei akan mendengar kami, tapi status Magna-sensei lebih unggul, jadi ruangannya ialah ruang pribadi. Seperti yang diharapkan dari asisten kepala sekolah, kami bisa berbicara tanpa menahan diri di sini, itu melegakan.
Akupun bercerita kepadanya perihal bagaimana Reese mendapatkan intimidasi, dan menjelaskan bahwa talenta gadis itu akan berkembang dengan pesat jikalau dipindahkan ke kelas Carlisle.

"Jadi, saya ingin Anda berbicara dengan kepala sekolah untukku. Ah, ini merupakan bingkisan. Aku punya dua, jangan ragu untuk mengambilnya, Magna-sensei"

"Aku resah sekarang, apakah ini suap?"

"Tidak, tidak, hanya sekedar bingkisan. Ini cemilan yang saya buat. Karena sangat disukai oleh kedua petugasku, saya ingin mendengar pendapat dari sisi orang dewasa"

Ini mungkin tampak menyerupai suap dari sudut manapun kamu melihat, namun itu bukanlah niatku. Isinya hanya kue-kue sisa kemarin. Namun, untuk berjaga-jaga, saya memberikan itu pada Magna-sensei biar beliau meninjaunya.

"Heeh, pertama kalinya saya melihat cemilan menyerupai ini. Meskipun saya biasanya tidak mau menerima, ini menarik minatku"

....Kena!

Jika saya membiarkan apa yang saya rasakan kini muncul di wajah, saya akan terlihat mengerikan.

Seperti apa yang kudengar dari para siswa lain perihal Magna-sensei yang sangat menyukai cemilan itu benar, kini saya hanya harus menunggu. Aku akan mengatakannya lagi, ini bukan penyuapan, melainkan langkah strategis. Sekarang, ambillah bom kudapan manis yang telah menciptakan banyak orang di bawah kendali pesonanya!

"Oh ya, saya mengerti kamu dan teman-temanmu tidak perlu mempelajari dasar-dasarnya, tapi setidaknya berpura-puralah mengambil kelas. Untungnya, siswa-siswi lain tampaknya belum menyadari itu, hanya saja kamu tidak mempunyai efek yang baik terhadap lingkungan sekitarmu"

....jadi begitu*.
[ばれてら]

Ketika diriku menuju kantin dan hendak makan siang, bukan Magna-sensei tapi Rodwell sendiri yang muncul. Tentu saja, beliau menyamar sebagai Vile-sensei.

"Ah, Sirius-kun....Tentang pembicaraan sebelumnya, bisakah kamu ikut denganku? "

Aku ingin segera pergi lantaran dipanggil, namun kedua bersaudara belum tahu kalau Vile-sensei ialah kepala sekolah. Aku tidak bisa membiarkan mereka ikut, jadi saya memutuskan memberi mereka kiprah yang berbeda.

"Sirius-sama, apa kamu tidak mau makan siang?"

"Pembicaraan kami mungkin akan berlangsung lama, silakan saja duluan. Aku juga ingin kalian mengusut keadaan Reese"

"Reese-ane....dari apa yang beliau katakan kemarin, hari ini terdapat tes keterampilan praktek"

"Itu benar, kami akan menghiburnya jikalau beliau mulai merasa sedih. Lalu, maafkan saya Sirius-sama, saya akan permisi dulu"

Ketika saya selesai melihat mereka dan menghadap Vile-sensei, beliau menatap ke arah kedua bersaudara itu pergi sambil tersenyum lembut.

"Syukurlah....Gadis itu mempunyai sahabat yang sangat baik"

"Anda mengenal Reese?"

"Sedikit. Kesampingkan itu, ayo kita bicara? Ikuti aku"

Dipimpin oleh Vile-sensei, kami hingga di koridor dimana ruangan para guru berbaris. Di ujung koridor itu ialah ruangan kepala sekolah, dan disebelahnya merupakan ruang pribadi Magna-sensei yang saya kunjungi pagi ini. Mungkin lantaran sedang istirahat makan siang, beberapa guru dan siswa sanggup terlihat di sana-sini. Akan terkesan mencolok jikalau kami memasuki ruangan kepala sekolah.

Bagaimana kami akan melanjutkan?.

"Karena hanya sebuah pembicaraan, kita tidak perlu pergi ke ruanganku. Ayo ke ruangan Magna-sensei"

Aku bergotong-royong tertarik dengan ruangan kepala sekolah. Tapi lantaran beliau menyampaikan itu, tak ada pilihan lain

Saat kami memasuki kamar tanpa mengetuk pintu yang diberi tanda {Magna} di atasnya, Magna-sensei terlihat sedang menunggu, beliau mungkin sudah diberitahu perihal kedatangan kami.

Vile-sensei dan saya duduk saling berhadapan di meja. Kamipun pribadi ke topik utama ketika Magna-sensei menyiapkan teh.

"Sekarang....aku susah mendengar ceritanya. Sepertinya Reese-kun sudah mengalami masa-masa sulit"

"Iya. Kemarin ialah pertama kali saya berbicara dengannya, tapi pikirannya niscaya sudah kewalahan. Aku yakin ini perlu ditanggapi segera"

Mungkin lantaran bersimpati dengan perasaan Reese sehabis mendengarku, Vile-sensei mendesah seperti sedang depresi.

"Haah....sungguh, orang itu....lalu untuk tujuan apa beliau membawa siswi ini? Menyedihkan"

"Apa Anda tidak menganggapnya sebagai pion? Gadis itu penting, tapi kita harus melaksanakan sesuatu terhadapnya"

"Aku tahu. Namun, ayo berfokus dulu pada Reese-kun untuk ketika ini. Bagaimana dengan pembicaraan sebelumnya?"

"Yah....dia menolak"

"Begitu ya. Sesuai dugaan, tapi masih mengejutkan, saya tidak bisa berkata apapun"

Aku tidak tahu apa yang keduanya bicarakan. Aku mengerti kalau mereka mencoba sesuatu tapi balasannya tidak menguntungkan. Bagaimanapun, saya ingin penjelasan.

"Oh maaf. Sejujurnya, saya mempertimbangkan gagasanmu perihal memindahkan Reese-kun ke kelas Carlisle. Tadi pagi, saya membahas hal itu dengan Gregory-sensei"

"Terima kasih banyak atas tindakan cepatnya"

"Ya, saya mencoba yang terbaik lantaran cemilan itu sangat lezat. Tapi, menyerupai yang kamu dengar, laki-laki tersebut menolak"

"Menurut perkataan Anda, saya ingin tau hal menarik apa perihal Reese bagi Gregory-sensei? Dia berkata bahwa seseorang yang tidak mahir dalam semua dasar-dasar sihir tidaklah bagus. Hanya satu yang gadis itu tak bisa kuasai, kan? Anehnya, beliau tidak ingin membiarkannya pergi, ini tidak konsisten"

Ada sesuatu yang saya kaji dari percakapan kemarin. Ini hanya dugaanku sendiri, tapi ayah si gadis mungkin ialah seorang darah biru kelas tinggi. Aku bisa memperkirakan kalau Gregory suka mengumpulkan darah biru terkenal, namun kedua orang ini tampaknya tahu lebih banyak.

"Seberapa banyak kamu tahu perihal gadis itu?"

"Yang saya tahu ialah bahwa beliau menjadi seorang darah biru baru-baru ini. Namun, saya tidak peduli dengan hal menyerupai itu. Dia sahabat Emilia dan sahabat kami, saya tidak perlu motivasi lain untuk membantunya"

Magna-sensei dan Vile-sensei bertukar pandang, mereka berduapun mengangguk pelan.

"Aku tahu perihal diam-diam miliknya. Ini merupakan duduk masalah rumit yang saya pikir Sirius-kun harus tahu, apa kamu ingin mendengarnya?"

"Itu tidak perlu. Aku yakin nantinya akan mendengar itu pribadi dari orangnya sendiri. Aku juga tidak tertarik pada duduk masalah keluarga yang rumit. Apa perlu alasan lain?"

"Kau lulus*. Aku benar-benar paham watakmu, Sirius-kun. Jadi, saya akan memberitahumu perihal planning kami. Ini mempunyai beberapa kelemahan yang merepotkan, tapi hanya ini langkah terbaik yang bisa kita lakukan"

"Tolong jelaskan"

"Meski tidak terlalu sering ketika ini, ada sebuah kontes yang memungkinkan seorang guru menunjuk seorang siswa dan menggantinya, disebut dengan 'Trade'"



Trade.

Awalnya, seorang guru tertentu memusatkan perhatiannya pada siswa yang telah diangkat oleh guru lain. Dia kemudian menyatakan bahwa beliau sanggup mengajarkan siswa itu lebih baik dari dirinya, konon di sanalah hal ini berasal.

Ada kalanya di mana sesama guru tidak sanggup mengikuti kontes lantaran perbedaan usia, jadi mereka menyuruh siswa yang diajari sendiri, untuk bertarung menggantikan mereka. Pemenangnya sanggup menunjuk seorang siswa untuk diambil, hanya itu saja.

Ini memang cukup merepotkan. Namun jikalau kami menang, Reese niscaya akan berpindah kelas.

"Tapi itu tidak akan terjadi jikalau kedua belah pihak tidak menyetujuinya, kan? Kita tidak bisa memulai kontes jikalau Gregory-sensei tidak menginginkan seorang siswa dari kelas Carlisle"

"Bakat dari kelas Carlisle yang diinginkan Gregory-sensei? Mark-kun ialah kandidat yang bagus. Tapi jikalau beliau memang ingin, beliau niscaya sudah membawa anak itu ke kelasnya sendiri...."

Mark memang berasal dari keluarga yang tinggi, keahlian sihirnya juga menonjol. Tapi kurasa karakternya tidak cocok untuk Gregory. Ini sudah menjadi semakin rumit, haruskah memakai cara yang lain?

"Bagaimana dengan sesuatu yang lebih sepihak? Sepertinya beliau mendapatkan suap dari para siswa, itu akan menciptakan rumor yang sangat buruk, kan?"

"Apa kamu menyarankan pemerasan? Itu bukan langkah yang bagus"

"Tidak, tidak, tentu saja tidak, kita hanya perlu berbicara. Tapi beberapa dokumen kompromi atau semacamnya bisa saja terjatuh di mejanya"

"Jadi bisa saja terjatuh di atasnya, ya?"

"Ya, itu bisa saja terjatuh"

Vile-sensei dan saya saling bertukar pandang, lisan kami segera terdistorsi ketika kami saling menyeringai. Kesepakatan sudah dibuat.

"Haah....Apa kamu memang masih anak kecil? Baiklah, saya ingin tau apa Gregory-sensei benar-benar akan mendengarkanku...."

"Tolong berikan yang terbaik, Magna-sensei....Ah, ini mengingatkanku. Bagaimana cemilan yang saya berikan pada Anda? Ngomong-ngomong, itu disebut kue"

Aku bertanya kepada Magna-sensei, yang tampak tertekan perihal kesannya pada kudapan manis yang saya berikan. Wajah yang awalnya suram pun beralih sepenuhnya menjadi senyuman lebar sambil meraih pundakku. Oh, ini lebih dari yang kuharapkan.

"Jadi hal lembut, manis namun bisa mencair di pengecap itu ialah kue?! Tidak, ini cemilan yang kamu buat sehingga tak ada gunanya memikirkan hal itu. Bagaimanapun, ini sangat menakjubkan!! Aku ingin kamu membuatnya lagi jikalau tidak keberatan!"

"Yah, mungkin nanti....Ngomong-ngomong, apa Magna-sensei menyukai keju?"

"Keju katamu? Maksudnya kuliner yang perusahaan Galgan sudah mulai jual? Jika begitu, saya sudah mencobanya beberapa hari yang lalu, dan itu sangat lezat"

"Aku sedang berpikir untuk mencoba menciptakan kudapan manis dengan materi keju di lain waktu. Ini merupakan kudapan manis yang kaya dengan rasa manis sekaligus asam....Anda mau mencicipinya untukku?"

"Pastinya! Beritahu saya jikalau kamu membutuhkan uang. Aku akan membayar harga yang kamu minta!"

Sepuluh koin emas....Bahkan jikalau berkata menyerupai itu, saya merasa seolah beliau akan melompat dan membayarnya. Namun, tetap saja saya tidak bisa melakukannya. Aku tidak mengira beliau menyukai kudapan manis hingga sejauh ini, persiapan awalku tampaknya cukup efektif.

"Aku tidak perlu uang, kuliner ini hanya untuk dicicipi. Namun, ada hal perihal Reese yang membuatku kurang konsentrasi menciptakan kue. Kecuali jikalau masalahnya selesai...."

"Mengerti. Aku akan segera berbicara dengan Gregory-sensei. Kepala sekolah, tolong!"

"Serahkan padaku. Ini menjadi semakin menarik"

Magna-sensei berjalan dan meninggalkan ruangan, namun kecepatan itu membuatnya tampak bagaikan terbang keluar. Melihat kondisi wajahnya, saya bisa membayangkan beliau akan mengetuk kuat-kuat pintu ruangan Gregory. Hmm....dengan semangat itu, kurasa ini akan berhasil.

"Sekarang, kurasa kita kembali ke duduk masalah dokumen. Ngomong-ngomong, Sirius-kun, kontes Trade akan berlangsung antar siswa, tapi apa kamu sudah memutuskan siapa yang akan bertanding?"

"Tentu saja aku. Akan sangat memalukan ketika orang yang membawa duduk masalah ini tidak melaksanakan apapun"

"Kepercayaan diri itu....Tidak, saya rasa itulah alasan kenapa dirimu mendapatkan rencananya. Apa kamu yakin tidak memerlukan bantuan?"

"Aku sama sekali tidak membutuhkannya. Sudah cukup jikalau Anda mau mengurus persiapan kontes"

Aku sudah mempertimbangkan untuk tidak menjadi seseorang yang menonjol. Namun tergantung bagaimana ini berlangsung, akan ada banyak cara untuk mengatasinya. Masalahnya terletak pada hukum pertandingan, tapi ayo kita pikirkan sehabis itu diputuskan.

"Aku mengerti. Aku tidak akan menyampaikan apapun lagi. Tapi, Sirius-kun, ada satu hal terakhir yang perlu kusampaikan...."

Wajah Vile-sensei mendadak berubah serius, secara refleks saya menahan diri dari tekanan itu.

Sialan....Dia mungkin bukan musuh, tapi saya ceroboh. Jika beliau mencoba menghabisiku sekarang, kemungkinan besar saya akan berakhir

"Tolong buatkan saya kudapan manis dari keju itu juga!! Buatlah sebanyak mungkin!!"

....Ini bukan kata-kata yang perlu kamu ungkapkan dengan niat membunuh.

Mungkin lantaran cemilan manis sulit didapatkan di dunia ini, obat yang disebut kudapan manis bahkan bisa memikat seseorang yang hidup selama empat abad.

Yang terkuat ialah kue.

☆☆☆☆

Dan sehabis kelas berakhir, saya diberi selembar kertas oleh Magna-sensei dan diberitahu bahwa Trade dengan kelas Aion sudah disetujui untuk dilakukan.

Ini cukup mendadak. Namun lantaran hanya berupa pertandingan antar siswa, hampir tak ada yang perlu dipersiapkan. Kontes akan digelar besok pagi.

Tampaknya Magna-sensei dan Vile-sensei berhasil melaksanakan perundingan biar Gregory setuju, jadi kami bisa mendapatkan Reese secara sepihak.

Dia hanya melaksanakan hal-hal bodoh, saya tidak merasa bersalah lantaran kupikir akan manis untuk melihat kejadian kurang berilmu darinya sesekali.

Hanya saja, lantaran ini merupakan ajakan satu sisi dari kami, peraturan pertandingan akan diputuskan oleh Gregory. Kaprikornus saya harus lebih berhati-hati. Disamping itu, saya teringat akan duduk masalah kue.

Dengan kertas di tangan, kami semua termasuk Reese berkumpul di Pondok Berlian.

Pada kertas yang saya taruh di atas meja, tercantum peraturan Trade. Saat menunjukkannya kepada kedua bersaudara dan Reese, saya melaporkan hasil operasi hari ini.

"Aku sangat menyesal masalahnya menjadi sebesar ini"

"Aku yang akan menghadapinya. Kau hanya harus berkemas-kemas untuk memasuki kelas Carlisle tanpa khawatir"

Aliran rencanaku harusnya menyerupai ini. Meminta guru memindahkan Reese, sehabis mengetahui bahwa ini sulit, saya menyogok memakai kue....seharusnya planning ini berakhir dalam tiga langkah gampang lantaran adanya koneksi. Sayangnya, hal-hal tidak selalu berjalan menyerupai yang kita inginkan.

Tak ada gunanya berpikir terlalu jauh. Sekarang saya harus berfokus pada Trade dihadapanku.

Nah, beralih ke peraturan di atas kertas yang telah diputuskan oleh Gregory, ialah sebagai berikut.

☆Sihir di atas tingkat menengah tidak diijinkan.

☆Hanya senjata kayu yang boleh digunakan. Selama tidak fatal, setiap serangan pribadi diperbolehkan.

☆Jumlah penerima per tim ialah dua orang.

☆Hasilnya ditentukan ketika penerima menyatakan bahwa mereka menyerah. Atau ketika wasit menganggap mereka tidak sanggup melanjutkan, yang memberi kemenangan kepada pihak lawan.

☆Seporsi besar kudapan manis keju diperlukan.

Aku mencoret kalimat terakhir yang sengaja ditambahkan.

Hmm....untuk peraturan yang telah ditulis oleh laki-laki itu, saya merasa catatannya terlalu sedikit. Aku pikir ada celah dalam peraturan, namun beruntungnya saya tidak menemukan apa pun yang perlu dikhawatirkan.

Kelas Aion mempunyai banyak siswa elit, jadi mereka mungkin yakin bahwa kami akan gampang dikalahkan. Kurasa itu memberikan bahwa mereka memandang rendah kami.

"Sirius-sama, lantaran peraturannya tertulis bahwa harus ada dua penerima per tim, Reus dan saya akan pergi"

"Tidak. Seperti yang saya katakan kepada guru, itu ialah saranku jadi saya telah memutuskan untuk melakukannya. Meski saya mengerti kekhawatiran kalian, saya tetap akan pergi"

"Kalau begitu, Aniki, penerima keduanya ialah aku!"

Reus bangun tegak, penuh motivasi sambil mengepalkan tinjunya erat-erat. Biasanya, Emilia akan mendorong Reus ke samping dan menyatakan dirinya sebagai kandidat. Tapi kali ini, beliau hanya melihat kertas tanpa menyampaikan apapun. Aku bahkan sudah memikirkan bagaimana membujuknya, tapi beliau sangat diam. Reus, yang juga berpikiran sama, dengan takut mengintip wajah Emilia.

"....Onee-chan, apa kamu baiklah jikalau saya yang akan pergi?"

"Aku akan menyerahkan itu padamu kali ini. Kau lebih besar lengan berkuasa dariku, jadi masuk akal saja"

"Apa sungguh tidak apa-apa, Emilia?"

"Jika diriku benar-benar jujur, saya ingin bertarung di samping Sirius-sama. Tapi ini ialah pertandingan penting dimana masa depan Reese dipertaruhkan. Kaprikornus untuk memastikan kemenangan, sebaiknya Reus yang ikut"

"Emilia....maafkan aku. Dan terima kasih"

Dilimpahi emosi, Reese merangkul Emilia sambil meneteskan air mata.

Aku mengerti....kau selalu mengutamakan perasaan ingin bersamaku. Tapi kini kamu telah berguru untuk berjuang demi seorang teman. Kau sudah dewasa, Emilia.

"Aku baik-baik saja, jadi jangan menangis, Reese. Sirius-sama dan Reus niscaya akan menang, saya yakin itu dan tunggulah"

"Ya....Sirius-kun, Reus-kun....aku akan bergantung pada kalian"

""Serahkan pada kami!!""

Tak ada hal lain yang bisa kami lakukan selain menang besok.

Aku telah menemukan beberapa taktik untuk pertarungan, jadi yang tersisa ialah memastikan kerjasama dan koordinasi dengan Reus.

Setelah selesai training kami yang biasa dan tidak berubah, kami semua makan malam dan hari inipun selesai.

☆☆☆☆

Bagian 3

Keesokan harinya.

Ada banyak sekali akomodasi di sekolah yang luas. Bagian mengejutkannya adalah, bahkan ada yang namanya arena.

Awalnya daerah ini dibuka untuk program tahunan dan festival, namun tetap bisa dipakai untuk latih tanding antar siswa, peraturan Akademi Elysion sungguh tidak terduga. Sebenarnya, kecuali untuk latih tanding, arena sangat jarang digunakan. Oleh lantaran itu ajakan untuk menggunakannya pun diterima.

Penampilannya menyerupai dengan Colosseum di kehidupanku dulu. Kursi-kursi kerikil berjejer dalam bentuk tangga sehingga orang-orang di belakangnya juga bisa melihat, dataran terbuka menyebar di pusat arena. Reus dan saya pergi kesana sehabis bersiap.

"Aniki, arenanya sangat besar. Apa kita benar-benar akan bertarung disini?"

"Ya. Meski tidak di daerah menyerupai ini, daerah terbuka yang sesuai juga sudah cukup"

Pada area bangku penonton ialah siswa kelas Carlisle, di mana siswa kelas Aion duduk di sisi berlawanan. Karena hanya ada darah biru di kelas itu, mereka membawa petugas masing-masing. Akibatnya jumlah penonton menjadi dua kali lipat.

Namun, kurasa perbedaan terbesar terletak pada perilaku dan penampilan mereka. Sementara kelas Carlisle bersorak, secara umum dikuasai siswa kelas Aion menatap kami dengan kesan menghina.

Ngomong-ngomong, lantaran ini bukanlah program resmi melainkan suatu kejadian mendadak, kelas lain sedang menjalani pelajaran menyerupai biasa. Hanya ada kelas Carlisle, kelas Aion, guru sebagai wasit, dan tim medis.

"Sirius-sama, lakukan yang terbaik!"

"Kau mendapat dukungan kami, Sirius-kun!"

"Kami mendukung kalian berdua!"

"""Aniki!! Oya-bun!! BERJUANGLAH!!!!"""

"Orang-orang rendahan itu sungguh berisik"

"Apa mereka pikir bisa menang melawan garis keturunan tinggi menyerupai kita?"

"Sungguh....menjadi kotor juga ada batasnya, kamu tahu"

"Jangan buang waktu kami untuk hal-hal sepele menyerupai ini"

Jika kamu mendengarkan apa yang mereka ucapkan dari tadi....yah, semacam inilah darah biru yang laki-laki itu kumpulkan.

Setelah melihat siswa-siswa kelas Aion dengan ekspresi terkejut, Reese yang merupakan tujuan dari Trade dan berada di bersahabat mereka menoleh pada kami dengan ekspresi cemas.

Dia tidak ikut menyoraki kami, lantaran secara resmi dirinya masih berada di kelas Aion. Namun, kedua tangannya menyatu seolah sedang berdoa. Dan jikalau membaca dari gerak bibirnya, saya tahu kalau gadis itu berkata 'Aku akan mendukung kalian'. Sekarang, beliau bagaikan seorang putri yang tertangkap di negara musuh.

"Aniki, Reese-ane melihat kemari"

"Ya. Sepertinya beliau menyuruh kita melaksanakan yang terbaik"

"Iya. Kami akan segera menolongmu, Reese-ane! Ngomong-ngomong....kapan lawan kita datang?"

Seperti kata Reus, tidak ada yang lain selain kami di arena. Kami sudah selesai pemanasan dan siap memulainya kapanpun, namun kelompok lain belum muncul. Ketika saya hendak berkata untuk jangan mempermainkan kami, lawanpun tiba bersama dengan guru yang bertindak sebagai wasit.

"Maaf atas keterlambatannya. Ada duduk masalah kecil tadi"

"Wajar-wajar saja jikalau membiarkan seorang tidak kompeten dan ras hewan menunggu"

Guru wali kelas masing-masing, Magna-sensei dan Gregory muncul bersama lawan kami, siswa dari kelas Aion. Hanya saja....jumlah mereka terlalu banyak. Entah kenapa, ada lima orang.

"Karena membuang-buang waktu itu tidak perlu, pertandingan akan segera dimulai. Kalian semua, masuk posisi!"

"Tahan dulu! Aku masih belum setuju!!"

Gregory mencoba memulai ini secepat mungkin namun Magna-sensei menghentikannya dengan kemarahan yang sangat langka. Ketika Reus dan saya terheran-heran, Vile-sensei tiba dari arah yang berbeda dan mendekati kami.

"Maaf telah menciptakan kalian menunggu. Terus terang, tampaknya ada duduk masalah dengan peraturan"

"Tidak ada masalah! Aku sudah jelas-jelas menyebutnya dalam peraturan!"

"Di cuilan mana yang kamu maksud, ha?! Apa kamu tidak aib pada dirimu sendiri sebagai seorang bangsawan?!"

Vile-sensei mendesah melihat kedua orang itu bertengkar sekali lagi, kemudian mengeluarkan secarik kertas untukku. Meski merupakan kertas yang sama saya terima kemarin dengan peraturan yang tercantum di dalamnya, saya diberitahu bahwa ini yang orisinil milik Gregory.

"Lihat dan bandingkan isinya"

Aku gres saja akan melihatnya sambil mencoba mengingat isi peraturan dari kemarin, tapi itu ternyata tidak perlu. Karena….

☆Jumlah penerima per tim ialah dua orang....tapi petugas tidak termasuk.

....Tidak perlu dibandingkan. Sangat terang bagi mata, ada cuilan yang tidak tertulis di kertas milik kami.

"Ini hanya perihal ketidaksempurnaan dalam dokumen, kan? Apa yang tidak kamu sukai?!"

"Tidak tepat katamu?! Jangan bercanda!! Lagipula, tolong jangan berpikir bahwa sudah biasa kalau master ditemani petugasnya!!"

Ini ialah dunia tanpa mesin fotokopi. Dokumen hanya bisa ditulis dengan tangan, jadi saya sanggup mengerti bagaimana kesalahan menyerupai itu sanggup terjadi. Sayangnya, ini terlalu mencolok. Trik murahan.

"Bagaimanapun, Trade telah diputuskan, sudah terlambat untuk membatalkannya. Tidakkah argumen ini akan berakhir jikalau bajingan itu juga membawa petugasnya, daripada kamu harus mengeluh?"

Sambil menahan tawa, Gregory memandang ke arah kami seolah menyuruh biar membawa petugas sendiri jikalau bisa. Apa orang ini tidak tahu kalau saya mempunyai petugas? Namun tetap saja, tiga orang....Tidak, kukira itu akan menjadi empat orang dengan diriku bersama kedua bersaudara dan satu orang lagi*. Meski begitu, masih ada perbedaan satu orang antara lawan dengan kami.
[Aku juga bingung. Siapa satu orangnya lagi? Tapi, ingat tidak kalo Mark punya 'hutang' ke Sirius? Menurutku Sirius akan memanfaatkan itu biar Mark membawakannya satu petugas lagi. Namun saya juga tidak terlalu yakin sih. Kalo beliau bisa meminta petugas, beliau bisa aja pribadi meminta dua biar seimbang]

"Apapun, saya tetap akan menuntut redo*. Aku akan melaporkan ke kepala sekolah untuk ditanggapi secara adil"
[Maksudnya, Magna ingin peraturan itu dibentuk lagi]

"Katakan apapun yang kamu mau. Hak untuk memutuskan peraturan telah diserahkan kepadaku, jadi ini tidaklah salah"

"Tolong tenang, Magna-sensei, Gregory-sensei"

Sementara pertarungan verbal berlanjut, Vile-sensei menyela diantara keduanya dan memblokir pembicaraan. Meskipun tidak puas, Magna-sensei kembali. Sedangkan Gregory melemparkan tatapan penuh kebencian.

"Diam! Kau hanya seorang guru biasa, tutup mulutmu!"

"Guru biasa yang kamu bicarakan telah menyaksikan pemandangan yang tidak sedap dipandang ini dan merasa perlu untuk menghentikan dirimu. Wajar saja jikalau kalian berdua memperdebatkan pendapat masing-masing, tapi bagaimana kalau bertanya terlebih dahulu?"

Ketika berkata begitu, Vile-sensei menoleh kebalik bahunya dan menatapku seakan ingin memberikan 'Bagi kalian ini tidak duduk masalah kan?'....Yah, begitulah.

"Ayo kita tanyakan kepada orang yang akan bertanding, yaitu Sirius-kun. Apa kamu mempunyai keberatan dengan peraturan ini?"

"Tidak"

"Sirius-kun?!"

Magna-sensei dan Gregory sangat terkejut dengan penolakan datarku. Hanya saja, segera setelahnya Gregory melihat seolah merendahkan.

"Lalu, bagaimana denganmu, Reus?"

"Aku mengikuti Aniki!"

"Dan begitulah. Para siswa sedang menunggu, jadi ayo kita mulai segera pertandingannya"

"Haha....orang bodoh"

Meninggalkan Magna-sensei yang masih tercengang, Vile-sensei dan Gregory menjauh dari kami. Di tengah jalan, Vile-sensei membisikkan harapannya.

"Sirius-kun, saya bergotong-royong juga menolak untuk menyetujui metode ini. Jika kalah, kita tidak akan mendapat apapun. Kaprikornus kamu lebih baik menjauh*"
[Intinya, Vile/Rodwell nyuruh Sirius untuk berhati-hati]

"Jika saya membiarkan duduk masalah ini berlarut-larut, hati Reese yang akan menjadi korbannya. Jangan khawatir, hanya lima orang tidak sebanding untuk Reus dan aku"

"Aniki dan saya tidak akan kalah!"

Atas tanggapan kami yang penuh kepercayaan diri, Magna-sensei menghembuskan napas seolah menyerah, kemudian meletakkan tangannya di pundak dan tersenyum lembut*.
[Aku heran. Kan yg lagi omong-omongan sama sirius ini Vile-sensei. Kok yg nanggepin malah Magna-sensei?? Beneran loh ini. Di RAW nya juga gitu]

"Aku mengerti, bertarunglah dengan hati-hati. Namun, saya akan segera menghentikannya jikalau saya menilai kalau keadaan sudah menjadi berbahaya"

"Kami niscaya akan menang"

"Serahkan pada kami!"

Magna-sensei pergi. Kelima lawan menunggu kami di tengah arena dengan senjata di tangan.

Dilihat lebih teliti, terdapat darah biru dengan petugasnya yang pernah mengikuti wawancara masuk Akademy bersamaku. Dia ialah darah biru yang mempunyai dua atribut, angin dan api. Seorang Double. Hanya saja, apa beliau terpilih untuk mengikuti kontes Trade lantaran kuat?.

Disaat saling berhadapan sambil menganalisa lawan, mereka memandangi kami dengan tatapan merendahkan dan tersenyum busuk.

"Merasa terhormat lah. Karena bisa melawanku yang seorang Double, Alstro Elmeroy"

"Ahh, iya iya. Datanglah padaku jikalau kamu mau"

"Bajingan....Hei, kalian! Buat orang-orang ini meratapi lantaran menghinaku!"

"Tolong serahkan ini kepadaku!"

"Tak Kompeten! Kami tidak akan membiarkanmu berakhir dengan mudah!"

"Berisik!! Aku yang akan menciptakan kalian semua menyesal!!!"

Sambil menenangkan Reus yang sedang memamerkan gigi taringnya, hitungan mundur untuk pertandingan mulai bergulir.

Karena perbedaan jumlah yang jelas, suara-suara gelisah sanggup terdengar dari kelas kami, tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Masalahnya ialah jikalau saya yang khawatir, Emilia kemungkinan akan menyerbu kesini dan mengamuk.

Perbedaan kekuatan antara dua dan lima memang merugikan.

Namun, ketika Reus dan saya berpasangan, masing-masing dari kami bernilai banyak orang.

Kami akan memberikan kepada darah biru kurang berilmu itu bagaimana cara kombinasi tempur dua orang.

"Kalau begitu, dari sini, Trade antara kelas Carlisle dan kelas Aion akan dimulai"

Vile-sensei menatap lawan dan kami berdua, menarik napas dalam-dalam kemudian mengangkat tangannya.

"Trade.....DIMULAI!!!!"

☆☆☆Chapter 30 berakhir disini☆☆☆

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya


Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/