Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

World Teacher Chap 38 B. Indonesia

Chapter 38 Berbeda dengan kesannya yang biasa
Diterjemahkan oleh




Bagian 1

Festival Panen Elysion

Acara ini diadakan di Elysion setiap beberapa tahun sekali. Ini ialah bazar dengan keinginan panen yang melimpah.

Festival yang melibatkan seluruh Elysion dan berlangsung hingga beberapa hari ini membuat seluruh kota ramai dengan kegembiraan.

Sekolah tampaknya akan diliburkan, namun beberapa kemudahan di dalamnya akan tetap terbuka. Selama para siswa menginginkannya, mereka diizinkan membuka toko di Arena, tempat Reus dan saya bertarung dalam pertandingan kecil berjulukan Trade. Inilah waktunya untuk memperoleh uang bagi siswa yang bukan bangsawan.

Pada suatu hari, sebulan sebelum festival, saya sedang minum teh di kantor kepala sekolah seusai jam pulang.

"Dari semua kuliner ringan manis yang dibentuk Sirius-kun, saya paling suka Kue Keju"

"Kupikir yang terbaik shortcake biasa"

Alasannya ialah untuk memberikan kuliner ringan manis ke kepala sekolah.

Sejak insiden dengan kelompok pembunuh mengerikan itu, saya sering mendatangi kantornya dan bersantai dalam banyak sekali cara. Dia juga tak menyamarkan diri sebagai Vile-sensei ketika dihapadanku. Menyelesaikan urusan diantara kami, topikpun beralih ke bazar panen yang akan datang.

"Selama bazar panen, lantaran kemudahan di sekolah dibuka untuk umum, para guru akan secara bergiliran berpatroli untuk mengawasi keadaan"

"Jumlah orang yang menghadiri program ini kelihatannya akan melimpah, itu mungkin akan menjadi pekerjaan sulit"

"Tepat sekali. Aku juga akan sibuk mengatur para siswa yang ingin membuka toko. Apa kau punya planning untuk bazar panen ini, Sirius-kun?"

"Tak ada yang khusus. Aku hanya berpikir untuk pergi ke kota dan menikmati suasana bazar dari pinggir jalan, berkeliling dengan murid-muridku"

"Itu bagus juga, tapi bagaimana kalau kau mencoba menjual kue? Buatanmu ini niscaya akan sangat populer"

"Jika itu hingga terjadi, undangan dari orang lain akan meningkat sehingga jumlah kuliner ringan manis yang bisa kukirimkan untuk Anda dan Magna-sensei akan---"

"Aku takkan membiarkan Sirius-kun membuka toko. Tak ada izin untukmu meski saya harus menggunakan gelarku"

Perubahannya benar-benar cepat. Dia memasang tampang serius yang tidak mengizinkanku untuk melakukannya. Sebegitu besarkah keinginannya untuk memakan kue?

Aku memberi kuliner ringan manis ke kepala sekolah dan Magna-sensei biar bisa lebih dekat dengan mereka, tapi tujuan utamanya ialah membuat mereka merasa berutang budi. Jika hanya satu kue, itu memang bukan suatu hal besar, tapi Jika terus diberikan, ini akan berkembang menjadi hutang yang sesungguhnya. Jujur saja, saya menggunakannya untuk mendapatkan banyak sekali hal. Hari ini, tampaknya informasi wacana 'hal' yang kuinginkan telah muncul.

"Oh ya, barang yang kau inginkan telah tiba"

Apa yang beliau letakkan di atas meja ialah permata hijau. Benda itu seukuran jari kelingkingku, tapi meski begitu harganya cukup mahal lantaran merupakan barang yang langka.

Permata ini ialah bijih yang mengandung Mana dan telah mengkristal selama bertahun-tahun. Secara umum disebut 'Magic Stone'. Tidak ibarat bijih biasa, permata ini sangat kompatibel untuk menggambar gugusan bulat sihir lantaran dipenuhi Mana. Aku telah menginginkannya untuk waktu yang lama.

"Berapa harga seukuran ini?"

"8 koin emas. Tapi jangan khawatir, Sirius-kun. Tidak apa-apa bahkan kalau kau membayarnya dengan mencicil---"

"Ini 8 koin emasnya. Silakan"

Aku mengeluarkan uang dari saku dadaku dan meletakkannya di atas meja. Kepala sekolah menerimanya sambil agak terkaku. Dia mungkin berpikir bahwa saya tidak mempunyai uang sebanyak itu, tapi berkat berbisnis dengan perusahaan Galgan, saya mempunyai penghasilan yang cukup besar.

Awalnya, saya berencana meminta pertolongan perusahaan Galgan. Hanya saja apa yang mereka beli harus mendapat izin terlebih dahulu dari Serikat Pedagang.

Oleh alasannya ialah itu, saya mengandalkan kepala sekolah. Yah, walaupun saya akan bisa mendapatkannya melalui mereka pada kesannya lantaran Zack sempat berkata akan segera mendapatkan izin.

"Kau mengejutkanku ibarat biasa. Daripada itu, apa yang ingin kau lakukan dengan 'Magic Stone'?"

"Aku berencana untuk bereksperimen, apakah saya bisa menggambar bulat sihir untuk sihir asliku sendiri atau tidak. Begitulah"

Yang ingin saya buat ialah alat komunikasi dua arah dengan memanfaatkan sihir {Call}. Komunikasi satu arah dariku kurang berguna, saya gres bisa lega kalau mendapat tanggapan dari murid-muridku. Ada sihir angin yang bisa mengirim informasi ke rekanmu dengan memanipulasi angin, tapi ada kemungkinan yang besar kata-kata si pengirim takkan hingga kalau si peserta berada terlalu jauh. Hanya saja, {Call}-ku hampir niscaya mencapai target. Kelebihan utamanya adalah, itu bisa dipakai sama ibarat ponsel. Aku ingin menggunakan gugusan sihir sebagai gantinya. Itulah alasan diriku tidak ragu untuk membeli 'Magic Stone' meski harganya mahal.

Kepala sekolah terkejut mendengar penjelasanku. Dia menyentuh jidatnya dan mengerang.

"....Aku tidak tahu apa sihir aslimu, tapi ini akan menjadi prestasi besar kalau kau hingga bisa membuat teladan sihir baru. Ada juga kemungkinan kalau kau akan menjadi sasaran para teknisi sihir yang bodoh. Jadi, tolong sebisa mungkin tidak membicarakannya di depan umum"

"Aku tahu itu"

Lagi pula, yang akan menggunakannya hanya saya dan murid-muridku. Di sekitar sini memang damai, tapi ada negara-negara yang berperang untuk memperluas teritori masing-masing. Jika {Call} hingga ketahuan, mereka akan bergegas mencurinya untuk dipakai dalam perang. Sengketa ialah sifat manusia. Aku tidak menyampaikan bahwa diriku menentang perang, tapi jangan salahkan saya kalau ini malah memperburuk keadaan.

"Aku dengar kau ingin bepergian setelah lulus. Apa kau berencana untuk menjadi petualang?"

"Ya, saya ingin melihat banyak sekali hal di dunia"

"Cara berpikir itu sangatlah bagus. Kau mungkin tidak akan mempunyai duduk kasus lantaran tingkat kekuatanmu. Tapi bagiku, ini ialah hal yang disesalkan....Jika kau bukan seorang siswa, saya ingin mempekerjakanmu sebagai koki di rumahku, sayangnya...."

"Jangan bercanda"

"Tidak, saya serius"

Hei, bukankah raut wajahmu menjadi lebih serius dari beberapa dikala yang lalu? Aku menyukai memasak lantaran ini merupakan hobi. Namun, saya tidak berencana mencari uang dengan itu.

"Ketika berpikir bahwa Sirius-kun telah pergi dalam dua tahun mendatang, saya takkan bisa makan kuliner ringan manis lagi, kan? Haahh....walaupun kuenya sangat lezat...."

"Aku punya kabar baik wacana itu"

Sebenarnya, saya berencana menjual resep kuliner ringan manis ke perusahaan Galgan. Hanya saja, yang bergotong-royong kau butuhkan bukanlah informasi materi atau cara membuatnya, melainkan cara membuat alat sihir sebagai pengganti oven. Aku menggunakan alat sihir asliku untuk membuat kue, jadi yang sesungguhnya kujual ialah informasi wacana alat sihir ini ke perusahaan Galgan.

Tapi tetap saja, saya tidak akan menyebarkannya tanpa berpikir meskipun hanya berupa oven. Karena berkaitan dengan sihir, saya menjelaskan kepada kepala sekolah secara lengkap wacana keberadaan alat ini. Benda yang sesungguhnya cukuplah besar, jadi saya tetapkan untuk menulisnya di kertas dan menjelaskannya.

Meski tahu bahwa saya takkan berada di sini ditambah tak bisa memakan kuliner ringan manis lagi, mata kepala sekolah tetap berbinar-binar ketika mendengar wacana alat sihir panggangan untuk pertama kalinya.

"Hoouuhhh!!....Begitu ya! Ini alat sihir yang bisa memanggang secara seimbang dengan membuat gugusan sihir panas di seluruh sisinya, kan? Hahaha!! Ini sungguh alat sihir yang menarik"

"Bagaimana? Akankah timbul duduk kasus kalau informasinya hingga tersebar?"

"Kau akan menjual ini ke perusahaan Galgan, kan? Jika begitu, ini akan menjadi tanggung jawab perusahaan Galgan. Jadi, Sirius-kun tidak perlu mencemaskannya. Aku akan mencoba mengawasi perkembangan bisnis mereka. Tapi, haruskah saya berbicara dengan perwakilan perusahaan Galgan setidaknya sekali?"

"Apa ini wacana ada atau tidaknya resiko?"

"Jika mereka bisa memproduksi kuliner ringan manis itu secara massal, saya ingin giliranku diprioritaskan"

"Hoi"

Dari beberapa waktu yang lalu, laki-laki ini jadi berlebihan. Mungkin itu ialah bukti bahwa kami semakin akrab, tapi bukannya orang yang menganggumi sosok kepala sekolah akan kecewa ketika melihatmu? Yah, tampaknya tidak apa-apa kalau beliau memperlihatkan optimisme ibarat itu. Aku juga ingin berpikir begitu.

Setelah saya menceritakan penyakit seram yang bisa terjadi jawaban mengkonsumsi terlalu banyak kue, saya meninggalkan kantor kepala sekolah.

☆☆☆☆

Bagian 2

Langkahku menuju ke tempat latihan dimana para muridku sedang menunggu.

Tempat latihan di sekolah ini tidak mengecewakan luas. Ada banyak papan sasaran yang berjejer untuk dipakai sebagai sasaran sihir atau boneka kayu untuk latihan ayunan pedang. Reus terlihat di sebuah petak area latih tanding, sedang mengayunkan pedangnya diam-diam. Di sekitarnya tergelatak banyak 'mayat' orang yang menghadapinya.

"Ah, Aniki!! Kau sudah selesai?!"

"Yah, kelihatannya kegiatanmu juga sudah selesai"

Begitu menyadariku, beliau berlari melewati sekumpulan 'mayat' dan melompat keluar dari pagar pembatas kemudian tiba didekatku sambil mengibas-ngibaskan ekornya.

"Tentu saja, kan? Lagipula saya berada dalam kondisi tepat sekarang!"

"Sepertinya tidak ada lagi imbas dari luka yang tersisa sebelumnya"

Setengah bulan telah berlalu semenjak kejadian pembunuh mengerikan itu, kedua kakak beradik telah pulih sepenuhnya dan mulai melanjutkan latihan mereka. Contohnya Reus, dalam kondisi sempurnanya, beliau bisa mengalahkan para lawannya dengan terlalu mudah. Melihat lebih teliti, ada juga si aristokrat Hart yang ambruk bercampur dengan 'mayat' lainnya di tanah. Meski ini seharusnya bukanlah hal yang aneh.

"Dimana Emilia dan Reese?"

"Nee-chan sedang berlari mengelilingi batas luar sekolah, kupikir beliau akan segera kembali. Sedangkan Reese-ane tampaknya mendapat suatu kabar kemudian pulang ke rumahnya sendiri"

"Ke rumahnya....ya. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi kalau Emilia mendengar wacana ini"

Begitu menoleh ke arah di mana Emilia seharusnya berlari, saya pribadi melihat sosoknya. Ada sepuluh orang di belakang gadis itu, beliau mungkin berlari sambil memimpin sobat sekelasnya.

"SIRIUS-SAMAAAA!!!!!"

....Tapi, begitu melihatku, beliau meninggalkan kiprahnya sebagai pemimpin kemudian melesat menghampiriku. Gadis ini berhenti tepat di depanku sambil tersenyum lebar dan mengibaskan ekornya ibarat Reus. Setelah merapikan bajunya, beliau membungkuk.

"Terima kasih atas kerja kerasnya. Apa kau sudah selesai dengan urusanmu, Sirius-sama?"

"Yah, sudah selesai, tapi....bukankah kau masih di tengah-tengah memimpin mereka?"

"Ah benar juga! Tolong tunggu sebentar!"

Membungkuk sekali lagi, beliau kemudian berlari ke sobat sekelasnya. Setelah sampai, gadis itu memimpin mereka lagi dan mengkonfirmasi kondisi fisik setiap orang, setelah selesai beliau kembali ke tempatku.

"Terima kasih sudah menunggu"

"Kerja bagus. Apa semua orang memintamu untuk membimbing mereka?"

"Benar sekali. Itu lantaran mereka ingin tahu rahasia kekuatan kita. Tapi walaupun saya berlari agak ringan...."

Semua sobat sekelas yang berlari bersamanya, roboh dan tak bergerak sambil bernafas tersengal-sengal. Jika dibandingkan dengan Emilia yang terus tersenyum cerah tanpa kehabisan napas, perbedaannya terlihat jelas

"Yah, dengan ini mereka akan menyadari kenyataannya. Ngomong-ngomong, apa Emilia mendengar sesuatu wacana Reese?"

"Aku juga belum tahu rinciannya. Seorang utusan dari rumahnya tiba beberapa waktu yang lalu. Setelah mereka selesai berbicara, Reese berkata bahwa dirinya harus pulang"

"Bagaimana ekspresinya dikala itu?"

"Dari wajahnya, beliau tampak sedang mengalami hal yang sulit. Aku yakin ada sesuatu yang telah terjadi"

Sejak kejadian tersebut, kondisi kedua bersaudara telah membaik, hanya Reese yang bertingkah aneh. Ada banyak dari perilakunya yang mencurigakan, mungkin saya harus menemuinya.

"Benar juga. Bagaimanapun, maukah kalian berbicara dengannya ketika gadis itu kembali? Dalam kasusnya, akan sulit membuatnya berbicara kecuali kalau kalian sedikit memaksa"

"Haruskah saya mencoba mengikuti kemana beliau pergi dengan baunya?"

"Aku mengerti kalau kau khawatir wacana beliau dan segera ingin menyusulnya, tapi tolong hentikan. Paling tidak, tampaknya bukan situasi yang mengancam jiwa"

Aku mengelus kepala Emilia untuk menenangkannya, tindakan ini membuatnya memejamkan mata dengan nyaman. Belakangan ini saya tahu kalau akar indera pendengaran serigala merupakan titik paling menyenangkan baginya. Dengan kata lain, kalau saya berfokus untuk membelai bab itu, beliau bisa ketagihan.

"Aniki! Aku juga, saya juga!"

"Aah, iya iya"

Reus juga suka dikala saya dengan ringan memijat indera pendengaran serigalanya. Ketika nyaman, beliau akan berseru 'Ooohh....' atau apalah, tapi terkesan absurd kalau dilihat dari samping.

Setidaknya keduanya tidak menjadi manja.

"Haahh....sungguh memuaskan. Baiklah, saya akan menceritakan kehebatan Sirius-sama kepada semua orang"

"Hentikan!"

Apa rencanamu dengan memberitahu sobat sekelas disaat mempunyai ekspresi besar hati yang ekstrim itu? Aku sangat takut kalau mereka hingga menyembahku ibarat penganut ajaran sesat. Oleh lantaran itu, saya bertekad untuk tidak membiarkannya terjadi. Situasi akan menjadi terlalu tak tertahankan.

Entah bagaimana Emilia berhasil dihentikan, sedangkan sobat sekelas mulai bubar lantaran sudah mencapai batas stamina mereka.

☆☆☆☆

Seusai menuntaskan training di sekolah, kami semua kecuali Reese menuju ke kota.

Ini ialah perjalanan untuk mengisi bumbu dan materi kuliner kami yang mulai menipis. Kami berjalan menyusuri daerah perbelanjaan dan melintasi
 berbagai toko, dari yang sudah kami kenal hingga toko yang pertama kalinya kami kunjungi. Reus agak kagum padaku yang mengunjungi beberapa toko tanpa membeli hal-hal menarik disana.

"Aniki suka melihat banyak sekali toko ya"

"Begitulah. Tapi, lantaran saya bisa membuat variasi kuliner baru, ketika melaksanakan ini berulang-ulang, apa kesannya terlihat bodoh?"

"Itu ialah hal yang penting!"

Untung beliau mengerti. Kami terus melewati satu toko ke toko lain dan kesannya tiba di perusahaan Galgan. Ada banyak hal yang hanya tersedia di sini. Lagipula, bab terpentingnya ialah saya berencana membahas topik kue.

"Selamat datang, Danna. Apa yang kau perlukan hari ini?"

"Aku tiba untuk membeli bumbu dan hal-hal lain. Ah, juga untuk membahas wacana kue"

"Kau kesannya akan mengajari kami?! Seperti yang diperlukan dari Danna!! Ini bukan tempat yang cocok untuk mendiskusikannya, jadi ayo ke kantor pemimpin!"

"Zack-san, saya ingin meminjam dapurnya"

"Lakukan saja sesukamu. Ayo, ayo. Masuklah, Danna"

Aku memasuki kantor pimpinan atas bimbingan Zack, tapi entah kenapa malah saya yang diperlakukan selayaknya bos. Pada kenyataannya, kupikir takkan ada yang protes bahkan kalau saya duduk di bangku pimpinan.

"Meski Zack-niichan yang harusnya menjadi orang yang paling penting di sini, tampaknya Aniki memegang posisi paling tinggi. Bagaimana kalau duduk di bangku sana, Aniki?"

"Haha, itu belum tentu salah. Memang benar kalau diriku ialah orang paling penting di sini, tapi saya tidaklah hebat. Jika bukan lantaran pengetahuan Danna, saya tidak akan bisa mencapai titik ini. Takkan ada duduk kasus bahkan seandainya Danna ingin duduk di bangku itu. Bagaimana kalau menjadi wakil cabang ini menggantikan diriku?"

"Tidak....Terima kasih"

Sungguh hal mengerikan untuk dikatakan. Reus mempunyai intuisi yang sangat bagus. Begitu seram kalau Zack bisa secepat itu menyerahkan bangku pemimpin dengan mudah.

Sementara saya menggigil terhadap dua orang yang mempunyai pemikiran serupa, Emilia tiba menyiapkan beberapa minuman di atas nampan yang beliau pinjam dari dapur.

"Ini dia. Kopi hitam untuk Sirius-sama, kan?"

"Terima kasih"

Dia menuangkan cairan gelap ke cangkir tanpa menjadikan suara. Aku bisa mencium aroma yang menyebar mengisi ruangan. Inilah yang kau sebut kopi. Di suatu hari, kesannya saya berhasil menemukan sesuatu ibarat biji kopi.

Ada sebuah gerai yang dibuka oleh sekelompok suku tertentu. Mereka memperlihatkan suatu bentuk biji-bijian yang ibarat kopi. Saat di kunyah ternyata rasanya juga sama. Suku itu tidak sekedar memakan biji-bijian ini lantaran suka, tapi dengan mengunyah biji yang dipanggang juga akan meningkatkan semangat juang ketika bertarung. Sepertinya mereka lebih terbiasa dengan memanggangnya....Dan dari sanalah, saya berpikir untuk menggiling kemudian meminumnya.

Aku tidak terlalu peduli pada kualitas, saya hanya ingin minum kopi lantaran sudah usang tak mencicipinya. Dengan cepat, saya membeli banyak biji itu menggunakan satu koin emas dan membawanya ke perusahaan Galgan, memanggang kemudian mencicipinya. Ini  kurang lebih lantaran kebiasaan, tapi ketika bisa merasakan kepahitan, aroma, dan cita rasa uniknya setelah sekian usang membuatku merasa senang. Ngomong-ngomong, Reus mencoba meniruku dengan menenggak secangkir kopi tanpa gula, tapi pribadi disemprotkan hingga membuat kabut dan membuat Emilia marah.

"Zack-san lebih suka menaruh sedikit gula dan susu, kan?"

"Ya, ini suatu kehormatan untuk mempelajarinya hingga saya bisa membuat versiku sendiri. Hmm, aromanya begitu memikat"

"Reus harus meminumnya dengan banyak gula dan susu"

"Terima kasih, Nee-chan"

Warna kopi Reus pun berubah. Daripada menyebut itu kopi, ini lebih ibarat cafe au lait*. Kupikir tak ada salahnya lantaran yang beliau minum masihlah sejenis kopi.
[Cappucino]

"Produksi massal bumbu kari sudah dimulai. Selain itu, kontrak bisnis biji kopi telah dibentuk dengan suku yang bersangkutan. Kami telah menyiapkan pemesanannya. Makara ini segera bisa dipasok pada Danna dengan stabil"

"Seperti biasa, saya akan mengandalkanmu. Sekarang, ke duduk kasus utama. Tentang kue...."

Dulunya, dikala saya memberikan kuliner ringan manis ke Zack, tentu saja ia dipenuhi ketertarikan. Namun, ada karakteristik khusus yang disebut oven, jadi saya sengaja menolak menjualnya dan menunggu keputusan kepala sekolah. Kali ini, lantaran sudah mendapat izin resmi darinya, saya bisa mengajarkan metode pembuatan panggangan sekaligus kuenya. Mengambil kesempatan ini, saya juga memberikan kalau kepala sekolah ingin segera menjalin relasi dengan perusahaan Galgan.

"Uwaahh....situasi yang tak terpikirkan. Makara saya harus berbicara dengan kepala sekolah sendiri"

"Dia cuma seorang elf pecandu kue"

"Hanya Danna yang akan berpikir ibarat itu! Status sosial laki-laki itu sendiri setinggi anggota kerajaan. Leherku mungkin akan terputus kalau hingga ceroboh, kau tahu!"

Memang benar orang itu berpengaruh dan hebat, tapi lantaran saya terus melihatnya menikmati kuliner ringan manis bersama Magna-sensei, martabatnya menjadi lenyap. Meski belum menemukan tanda-tanda apapun, saya masih khawatir kalau mereka akan terkena diabetes dari memakan kuliner ringan manis berlebih. Oleh lantaran itu, saya mulai memberi saran hingga membuat kuliner ringan manis yang bahannya sebagai pertimbangan kondisi fisik mereka. Kenapa saya hingga khawatir begini?

"Ketika bertemu dengannya nanti, saya akan menceritakan dirimu, Zack. Selama tidak diprovokasi, beliau orang yang sangat sopan. Bicara saja dengannya ibarat kau bicara denganku"

"Y-Ya. Aku memang masih berguru wacana sopan santun, tapi saya akan berusaha yang terbaik. Dan juga, saya akan memberitahu Danna waktu kapan bisnis kuliner ringan manis ini dibuka"

"Tolong beritahu aku. Selanjutnya, ini ialah daftar pesananku"

Yang saya serahkan ialah sekumpulan kertas berisi jumlah pembelian materi dan bumbu. Barang-barang pesanan yang tertera disana hanya tersedia di perusahaan Galgan. Zack membolak-baliknya, kemudian memanggil si sekretaris perempuan dan menyerahkan daftar itu padanya.

"Begitu selesai memastikan stoknya, saya akan mengantarkan ini semua ke Pondok Berlian. Makara tolong tunggulah"

"Maaf lantaran merepotkan, tapi bisakah kau membungkus daging dan bahan-bahan kecilnya untuk kubawa sendiri?"

"Tentu, tidak masalah. Tapi apa yang akan Danna makan hari ini? Aku gres saja menemukan restoran baru, kau tahu"

Kapan pun kami tiba ke perusahaan Galgan, pergi bersama Zack untuk makan ialah program yang biasa. Hanya saja, Reese tidak bersama kami hari ini. Mungkin beliau sudah kembali dan hingga di Pondok Berlian. Jika benar, saya tidak ingin meninggalkan dirinya sendirian disana terlalu lama.

"Membiarkan Reese di Pondok Berlian akan buruk. Maaf, tapi saya harus menolak yang ini"

"Aku mengerti. Tunggulah sebentar lagi, butuh sedikit waktu untuk mempersiapkannya"

Sekretaris perempuan dengan elegan mengembalikan daftarnya padaku, yang perlu dilakukan kini hanyalah menunggu. Karena urusan bisnis sudah berakhir, murid-murid dan saya terus mengobrol dengan Zack sebagai pengisi waktu. Isi dialog kamipun berubah ke topik bazar panen yang akan tiba ke lingkungan sekitar.

"Festival panen ya? Perusahaan Galgan berencana menjual crepes yang Danna pernah ajarkan. Aku berharap proses kuliner ringan manis ini bisa selesai tepat waktu, tapi tampaknya mustahil"

"Cobalah berkompromi dengan kepala sekolah. Dialah yang paling berisik kalau itu wacana kue"

"Aku akan bekerja keras. Selain itu, apa kau sudah tahu wacana ini? Putri tunggal raja, Putri Lifell, akan segera menikah"

Aku tahu lantaran itu telah menjadi materi perbincangan di sekolah.

Raja dikala ini, Cardeas Bartfeld mempunyai beberapa anak lelaki dan satu perempuan. Putri Lifell, yang merupakan satu-satunya gadis tampaknya sangat manis dan cerdas. Sekarang ialah tahun yang baik, tapi kelihatannya raja mulai tidak sabaran lantaran putrinya belum menemukan pasangan untuk menikah. Namun, pada kesannya mereka menemukan kandidat baru-baru ini, dan kabar itu membuat keributan pada bazar panen bertambah meriah.

"Aku tahu. Tapi kenapa kita membicarakannya?"

"Tidak. Hanya saja, kalau saya mengirim kuliner ringan manis ucapan selamat ke pernikahannya, apa menurutmu perusahaan Galgan akan berkembang secara drastis?"

"Jiwa berdagang yang gigih. Meski saya tidak terlalu keberatan wacana kuliner ringan manis dan ijab kabul yang akan terjadi, tapi bekerja keraslah"

"Galgan akan bekerja keras lantaran kami berada dalam kondisi terbaik! Pertama, saya akan bertemu dan berbicara dengan orang yang bertanggung jawab menyiapkan makanan"

Obrolan berlanjut sesudahnya. Begitu mendapatkan barang yang kami pesan tadi, kamipun meninggalkan perusahaan Galgan.

☆☆☆☆

"Kita mendapat daging yang lezat. Apa yang akan kita makan hari ini?"

"Yah....mungkin saya harus membuat Roast Beef lagi"

"Bagus, Aniki!! Aku akan mengirisnya dengan lurus kemudian menggigitnya ibarat ini!"

"Kita akan menyisakan bab untuk Reese, kau tahu. Jika beliau tidak kembali hari ini atau besok, beliau mungkin akan duka lantaran tidak memperoleh bab makanannya"

"Gadis itu tidak akan menangis kalau kita meninggalkan porsinya, tapi paling tidak membuatnya frustrasi. Reese mungkin tidak terlihat ibarat itu, tapi beliau cukup rakus"

"....Maksudnya, Reese-ane?"

Sambil memikirkan planning untuk malam ini, kami terus berjalan menuju Pondok Berlian. Kemudian, secara mendadak Reus berpaling ke Emilia dan saya dengan wajah yang rumit.

"Ada apa Reus?"

"....Aniki, Nee-chan. Apa yang akan dilakukan Reese-ane dikala beliau lulus dari sekolah?"

"Itu....aku juga belum pernah mendengarnya"

Ketika lulus dari sekolah, kami telah tetapkan untuk berkeliling dunia.  Tanpa adanya tempat untuk dipanggil sebagai rumah, kami bisa melaksanakan perjalanan sebagai petualang tanpa harus khawatir.

Di sisi lain, Reese mempunyai rumah dan keluarga, hanya saja....apa yang ingin beliau lakukan setelah lulus? Itu tetap belum diketahui....seolah menjadi satu-satunya rahasia yang beliau pegang.

"Reese-ane....bukankah beliau akan ikut bersama kita?"

"....Yah, kupikir akan menyenangkan kalau kita bisa bepergian bersama. Namun, saya tidak bisa memaksanya melaksanakan itu"

"Bagaimana perasaanmu wacana Reese-ane, Aniki?*"
[Yg dimaksud Reus disini lebih tepatnya ialah rasa kepedulian]

Perasaanku wacana Reese....ya?

Baru-baru ini, ada banyak kesempatan di mana beliau menatapku seolah saya ialah ayahnya. Di lain sisi, saya juga menganggapnya sebagai anak perempuan yang imut.

Reese ialah seorang gadis baik hati yang berteman dekat dengan Emilia. Jujur saja, saya menyukainya entah sebagai murid maupun sebagai perempuan. Akan bagus kalau beliau bisa bepergian bersama kami. Tapi, beliau mempunyai rumah untuk pulang....Aku bergotong-royong ingin tahu apa yang beliau pikirkan.

"Aku juga merasa bahagia kalau beliau bisa ikut dengan kita. Hanya saja, bahkan kalau orangnya sendiri oke ingin pergi, keputusan itu akan ditentang oleh keluarganya lantaran beliau seorang bangsawan"

"Ya. Tapi, kita perlu membicarakan hal ini dengan Reese setidaknya sekali"

"Pertama-tama, apa yang akan terjadi setelah itu. Andaikan beliau menentukan pergi, keluarganya akan memprotes itu... jadi apa menurutmu kita harus melarikan diri dengan Reese? Posisi kita akan berkembang menjadi buronan"

"Itu juga bisa terjadi, kan? Bahkan kalau saya menjadi buronan, saya masih akan menemani Sirius-sama kemanapun"

"Aku juga!!"

"Tetap saja, saya tidak ingin menjadi buronan lantaran saya menyukai kebebasan"

Aku mengatakannya sebagai lelucon, tapi kalau benar gadis itu mempunyai duduk kasus dengan rumah dan orang tuanya, mungkin saya akan serius menculik Reese. Dia ialah anak yang berharga bagi kami. Ditambah lagi, beliau merupakan murid ketigakku. Wajar saja kalau kami ingin menyelamatkannya.

Seusai makan malam, Emilia masih menunggu hingga dikala terakhir sebelum waktunya tidur. Tapi pada akhirnya, Reese tidak kembali.

☆☆☆☆

Bagian 3

Sebagai kesimpulan, Reese kembali dua hari kemudian.

Sekolah sudah memasuki masa liburan. Kami akan memulai training setelah makan siang di Pondok Berlian. Tapi entah kenapa kami merasakan sesuatu dan mengalihkan perhatian ke jalan yang menuju ke sekolah.

"....Aniki. Aku mencium sesuatu yang tiba ke sini dengan kecepatan tinggi"

"Aku tahu. Menilai dari reaksinya....apa itu kereta kuda?"

"Perusahaan Galgan? Tapi, barang yang kita pesan sudah hingga kemarin, kan?"

Ketika kuperiksa menggunakan {Search}, kereta kuda yang tiba tak usang setelahnya ternyata bukan dari perusahaan Galgan. Kudanya berlari kencang seolah dikejar sesuatu dan tiba dalam beberapa menit. Untuk berjaga-jaga, kami mulai menjadi waspada.

Begitu berhenti sedikit di depan kami, penampilannya pun terlihat jelas. Itu merupakan sebuah kereta kelas tinggi yang ibarat dengan apa yang dinaiki para bangsawan. Sang kusir sedang mencoba menenangkan kudanya. Pintu gerbong pun mendadak terbuka dengan keras seiring Reese yang melompat keluar dari interiornya. Dia muncul dengan dampak yang hebat.

"Sirius-san, saya bahagia kau ada di sini!!"

Meski terburu-buru, beliau tampak lega begitu menyadari keberadaanku dan pribadi berubah serius. Gadis itu berdiri di hadapan kami kemudian membungkuk dalam-dalam.

"Aku meminta padamu. Maukah kau ikut denganku menaiki kereta ini?"

"Reese, apa yang telah terjadi? Mendadak tiba ibarat itu...."

"Aku akan membicarakan rinciannya dikala kita bergerak. Maafkan saya kalau ini terlalu tiba-tiba dan mungkin membuatmu terganggu! Tapi tolong, tolong ikutlah denganku!!"

"....Apa ada hal lain yang kau butuhkan?"

Aku tidak yakin kenapa beliau terburu-buru, tapi diriku tetapkan untuk pergi. Diriku ini telah menentukan untuk membantunya kalau beliau berada dalam masalah. Dan inilah dikala yang tepat. Senang atas jawabanku, beliau meraih dan memegang tanganku dengan erat.

"Terima kasih banyak! Jika Sirius-san oke untuk ikut, itu saja sudah cukup!"

"Reese, apa kami berdua juga boleh ikut?"

"Boleh kah, Reese-ane?"

"....Aku juga ingin kalian ikut. Itu karena....aku ingin kalian tahu segalanya wacana diriku"

Telah di pastikan bahwa semua orang akan pergi. Kami menaiki kereta tanpa membawa apapun. Ketika Reese selesai berbicara dengan si kusir, kereta kuda pun melesat dan meninggalkan pondok berlian. Kecepatannya tetap stabil meski jumlah penumpangnya bertambah. Kereta ini berlari melewati sekolah dan hingga di kota dalam waktu singkat.

Selama berada di dalam, kami mulai mengagumi interior glamor dari sebuah gerbong yang jarang terlihat. Ukuran kereta tidak terlalu besar, tapi empat orang bisa mengikuti keadaan dengan nyaman. Reus di sampingku, sedangkan Emilia dan Reese berada di sisi yang berlawanan.

"Ini luar biasa, aniki!! Kursinya begitu empuk! Mungkin akan nyaman kalau saya berbaring disini!"

"Itu memalukan, Reus. Maaf lantaran terlalu ribut, Reese"

"Tidak apa-apa. Saat masuk kesini untuk pertama kalinya, saya juga ingin berbaring"

Ekspresi Reese melunak, beliau tersenyum pada Reus dan Emilia. Mungkin lantaran gadis ini merasa lega bahwa kami ada di sini. Namun, dilihat lebih teliti, saya bisa mengerti kalau beliau sedang kewalahan. Sangat terang bahwa ada sesuatu yang terjadi. Tanpa mengetahui situasinya, tak ada yang bisa kami lakukan. Aku ingin beliau pribadi bicara.

"Jadi....apa yang telah terjadi?"

"....Baiklah, biarkan saya menjelaskannya. Tapi sebelum itu, saya ingin menyampaikan satu hal. Jika kalian bersedia mendengarkan topik ini, mulai kini semua orang mungkin akan terlibat dalam banyak sekali hal yang tidak terduga. Tapi tetap saja, aku....tidak punya pilihan lain kecuali mengandalkan Sirius-san"

"Jangan ragu dan katakanlah. Aku ialah Shishou dan temanmu. Kau bisa mengandalkanku"

"Aku tidak yakin apa yang bisa saya perbuat. Tapi saya juga akan membantumu, Reese"

"Apa ada yang bisa saya bantu, Reese-ane?"

"....Terima kasih....banyak"

Walaupun butiran kecil air mata sedikit merembes dari sana, beliau tetap menegakkan tubuhnya dan membuka verbal sambil menatapku yang ada di hadapannya.

"Persoalan tentangku yang ialah anak haram dari aristokrat tertentu ialah sebuah kebohongan. Nama asliku ialah Felice, dengan nama keluarga....Bardfeld. Ayahku ialah Raja Elysion"

Reese mengaku bahwa beliau ialah putri raja. Mungkin tidak ada orang lain, kecuali anggota kerajaan yang tahu wacana ini. Bahkan seseorang dengan posisi kepala sekolah, Rodwell, tidak mengetahuinya. Setelah secara jujur menyampaikan itu, Reese ​​memejamkan mata seolah berdoa untuk bertahan dari sesuatu.

"....Jadi, kami harus memanggilmu apa?"

"Heh?! I-Itu....aku ingin dipanggil Reese, ibarat biasanya"

"Haruskah saya menggunakan sebutan kehormatan, Reese-ane*?"
[-sama, -dono]

"Tolong hentikan itu. Aku ingin kalian semua bertindak secara normal"

"Kalau begitu, kami akan memperlakukanmu ibarat sebelumnya"

"....kau tidak terkejut ya. Itu agak tak terduga"

Selain diriku, kedua bersaudara juga tidak terkejut. Alasannya mungkin lantaran kami tidak berafiliasi dengan bangsawan. Rumah tempatku dilahirkan ialah wilayah tertutup yang hampir tak terjangkau oleh dunia luar. Kedua bersaudara mungkin berpikir bahwa saya lebih menakjubkan daripada raja, jadi mereka tidak merasa bahwa anaknya seistimewa itu.

Meski perasaan Reese tengah tercampur aduk sekarang, beliau tetap berbicara sambil terharu. Wajahnya tampak lebih cerah, seolah banyak beban yang menimpa gadis ini ikut jatuh bersama air matanya.

"Sungguh....tadinya saya berpikir bahwa diriku ini sendirian....seperti orang ndeso saja"

"Bahkan kalau kau menyampaikan itu, Reese tidak memancarkan suasana seorang dari keluarga kerajaan"

"Ya. Daripada menggunakan gaun cantik, Reese-ane terlihat lebih baik ketika menikmati kuliner Aniki"

"Apa-apaan itu....Tapi....aku senang. Terima kasih"

Reese yang telah melenyapkan beban di hatinya, meraih jemari Emilia dan Reus kemudian memeluk mereka. Meski kakak beradik ini sedikit malu, tapi masih terlihat bahagia lantaran merasakan kehangatan kedua tangan Reese.

"Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal ibarat keluarga kerajaan. Daripada itu, Reese harusnya mempunyai sesuatu yang lebih penting untuk diceritakan, jadi bisakah muridku ini melanjutkannya?"

"Ya, mulai sekarang, mohon bantuannya"

"Serahkan saja padaku"

Kami berdua tertawa ringan

Aku tidak terkejut dengan latar belakangnya. Bagiku, seorang aristokrat ataupun keluarga kerajaan itu tidaklah relevan. Aku menganggap semua muridku sama. Bahkan kalau raja campur tangan, saya sama sekali tidak berniat mengubah pendirianku sendiri.

Ketika menengok ke samping dan melihat apa yang ada di balik jendela gerbong, pemandangan diluar terisi dengan barisan bangunan-bangunan besar nan megah. Ini mungkin distrik di mana hanya para aristokrat yang bisa tinggal, sedangkan jelata sepertiku tak bisa memasukinya. Sampai-sampai membawaku ke sini dengan terburu-buru.....apa yang sedang terjadi?

"Sekarang, bisakah kau memberi tahuku alasan kenapa saya dibawa kemari?"

"Ya...."

Dia membungkukkan tubuhnya ke depan dan meminta dengan sungguh-sungguh.

"Ane-sama....Putri Lifell....aku ingin kau bertemu dengannya"

☆☆☆Chapter 38 berakhir disini☆☆☆

>Catatan penulis: Kebanyakan orang mungkin mengharapkan ini, tapi Reese bergotong-royong anggota keluarga kerajaan, bukannya bangsawan.

Cerita Ekstra / Bonus

Beberapa waktu kemudian....ini ialah pecahan singkat dari kisah antara Emilia dan Noel.

Emilia

"Onee-chan, kehebatan Sirius-sama tidak tersebar dengan baik kepada semua orang. Aku dilarang oleh Sirius-sama sendiri"

Noel

"Jangan khawatir, Emi-chan. Karena kita akan tetap mengerjakan 'misi' ini !"

....Isi topik itu bocor kemudian dilarang pribadi oleh Sirius.

>Catatan penerjemah : Chapter ini tampaknya mempunyai penerjemah/pengedit english yg berbeda. Hasilnya hampir sama dengan Omega Harem Translation, yaitu sudah sangat sesuai dengan versi RAW. Bahkan beberapa bagiannya di jelaskan lebih detail sehingga paragrafnya menjadi lebih panjang.

Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya


Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/