World Teacher Chap 43 B. Indonesia
Chapter 43 Sebagai seorang anggota keluarga kerajaan
Diterjemahkan oleh
Aku terus terbang di atas danau sambil menggendong Reese. Kamipun hingga di tepiannya tanpa masalah.
Sebuah sanatorium yang nampaknya milik Lifell-hime bisa terlihat bahkan dengan mata telanjang. Terdapat alun-alun sedikit didepannya, saya tetapkan untuk mendarat disana.
Mungkin alasannya sudah sangat jauh dari istana, {Search} tidak mendeteksi adanya pengejar. Ini melegakan tapi entah kenapa sesuatu terasa asing dari gadis yang kuculik. Sejak topeng yang kupakai untuk penyamaran terlepas, matanya tak bergeming dan terus menatap wajahku.
"Kita sudah sampai, Reese"
"...."
Tidak ada reaksi darinya meski sudah kupanggil. Dia masih mencengkeram topengku, tapi lebih dari itu, wajahnya memerah dan panas ketika disentuh.
Mungkinkah dirinya kelelahan? Ketika saya melepaskan {Scan}, detak jantungnya hanya sedikit lebih cepat, suhu badan juga agak tinggi dari rata-rata, tapi selain itu tidak ada kelainan yang terlihat.
"Ada apa, Reese? Apakah ada sesuatu di wajahku?"
"Fuee?! Bu-Bu-Bukan apa-apa!!"
"Mungkin alasannya saya tiba-tiba berlari di langit hingga membuatmu takut. Tapi tenanglah, kita sudah mendarat"
"Aku tidak takut! Malahan, ini sangat membahagiakan dan membuatku berpikir kita harus selamanya menyerupai ini!!"
Entah sudah sadar atau tidak, ia tampak cukup kebingungan dan mengalami kesulitan dalam berucap. Kepalanya menggeleng-geleng dengan mata yang tak fokus, namun akibatnya kembali menatapku dengan pandangan yang sama menyerupai sebelumnya.
Tatapannya terasa tak asing, kapan saya pernah melihatnya....ya, niscaya di masa lalu. Sehari sehabis mengobrol berdua dengan Emilia dan membuatnya mempercayaiku, pandangnya sama dengan gadis itu ketika ia memberiku handuk.
"Aku akan menurunkanmu, apa kau baik-baik saja?"
"Se-Sebentar lagi! Aku kurang tidur kemarin dan masih lelah....jadi...."
Normalnya, ia akan memaksa untuk turun alasannya malu. Namun kini berbeda, dirinya ingin tetap menyerupai ini dengan memberi alasan sambil tampak bersemangat. Reaksinya menyerupai Emilia.
Itu berarti....
"Reese, mungkinkah kau---"
"Reese!!"
"Reese-sama!!"
Tepat disaat saya ingin bertanya, terdengar bunyi yang berasal dari sanatorium memanggil Reese. Menoleh kesana, terlihat Lifell-hime dan Senia yang sedang berlari ke arah kami. Akupun menentukan untuk menunda pembahasan ini dan mengeraskan hati demi menempatkan Reese ke tanah.
Meski ia tampak kecewa ketika saya melakukannya, Reese eksklusif berpaling dan berlari juga ke arah Lifell-hime. Reuni yang sangat menyentuh antara sepasang saudara pun....---
"Kau....adik bodoh!!"
---tidak terjadi.
Sekepal tinju Lifell-hime menghantam ubun-ubun adiknya dan seketika menghancurkan seluruh suasana. Reese hanya bisa menatap tercengang bercampur galau sambil memegangi bab atas kepalanya dengan kedua tangan.
"Kenapa kau tidak menolak hal ini?! Kenapa kau tidak bicara padaku dulu?! Dan siapa yang memintamu untuk menjadi penggantiku?! Dari awal saya sudah menganggap bahwa tragedi ini yaitu hal yang bodoh, dan kau membuatnya lebih parah sampai-sampai saya tidak bisa tinggal diam!!"
"Ane-sama....tapi aku---!"
"Melakukannya demi diriku? Tidak, kau hanya menghindari dilema yang sebenarnya! Jujurlah pada perasaanmu!!"
"....Maafkan....aku...."
"Ya ampun. Tapi....aku lega kau aman"
Setelahnya, barulah Lifell-hime memeluk adik perempuannya. Ekspresi Reese pun runtuh dengan tangis yang meledak dimana wajahnya terbenam di dada sang kakak, badan ringkih dihadapanku itu tampak gemetar. Momen haru berlangsung untuk sementara, hingga Lifell-hime ingat bahwa ia mempunyai hal yang ingin ditanyakan dan melepaskan pelukannya.
"Apa kau sudah menjaga bibirmu? Kau terlihat masih secantik dulu*"
[Yah, singkat kata ia cuma memastikan tak ada yang mencuri ciuman pertama adiknya, mungkin]
"Itu....ya. Berkat Sirius-san, tak ada yang terjadi padaku"
Aku menatap Reese ketika ia menyampaikan itu. Meski wajah gadis ini memerah, pandangannya tetap tak berpaling dariku. Sang abang yang melihat kondisi adiknya, menaruh satu tangan dimulut dan mulai tertawa, kemudian memberi isyarat padaku.
"Permisi sebentar. Selain penculikan, apa yang Sirius-kun telah lakukan?"
"Tidak ada, saya hanya menggendongnya hingga kesini"
"Kau tidak bisa berkata 'tidak melaksanakan apapun' ketika seorang gadis sudah melihatmu menyerupai ini. Kau harus benar-benar bertanggung jawab"
Aku hanya jelata, dan meski secara teknis, ia yaitu seorang bangsawan. Jika begitu, kenapa kau malah mencoba menyatukan kami? Apa ini menyenangkan bagimu? Apa kau hanya berusaha membantu adikmu? Mungkinkah, ini persiapan untuk merekrutku ke faksimu di masa depan? Atau bahkan semua alasan diatas?
Namun satu hal yang benar yaitu sikap Reese yang aneh....adalah alasannya diriku.
Kesannya menyerupai seorang pangeran yang cuma akan ada dalam kisah dongeng. Dengan gagah berani muncul di tengah upacara ijab kabul kemudian menculik sang putri yang tidak menginginkan hal itu, menggendongnya dan terbang di langit malam.
Akan bagus bila Reese menyukaiku hanya sebagai guru. Namun, alasannya terlihat sama dengan Emilia sekarang, bukankah itu artinya ia menyukaiku sebagai seorang lelaki? Gadis ini memang belum mengakuinya, tapi dengan kakaknya yang menyatakan semua hal, suatu hari nanti mungkin akan terjadi.
Yah, saya pernah memperkirakan situasi dimana Emilia mengakui perasaannya. Jawabanku untuk hal semacam ini masih sama.
"Jika ia benar-benar menginginkannya, saya berniat untuk bertanggung jawab"
"Oh?"
"Fuee?!"
Mungkin mereka tidak mengharapkanku untuk menjawab secepat ini. Lifell-hime membuka mulutnya lebar-lebar sementara Reese mengeluarkan bunyi aneh.
"Namun, ini akan menjadi pembahasan di lain waktu, jadi bagaimana kalau kita tunda dulu? Sekarang, keributan di istana masih belum reda"
"....Yah, menyerupai yang diduga dari Sirius-kun. Sampai kekacauannya menjadi tenang, kita akan menundanya"
Bahkan, Lifell-hime berubah serius alasannya situasi ini. Dia kemudian menyerahkan Reese ke Senia, berpaling dariku dan mengawasi keadaan sekeliling dengan ketat.
"Ngomong-ngomong, kelihatannya Sirius-kun sendirian. Apa kau tidak membawa pengikutmu?"
"Mereka sedang berlari ke arah sini, kita seharusnya akan bertemu keduanya tidak usang lagi. Dengan begini, permintaanmu selesai, kan?"
"Ya, ini sudah sempurna. Aku sangat menghargaimu yang bersedia mendapatkan undangan tak masuk akalku, dan terimakasih alasannya sudah menyelamatkan Reese"
"Apa kau sudah memperkirakan bahwa saya takkan menolak?"
"Kita lupakan saja hal-hal perihal masa lalu. Bagaimanapun, sebagai gantinya, saya akan melindungimu dari segala eksekusi kerajaan"
Dia mengepalkan tangan dan berkata dengan penuh keyakinan. Begitu ya, ia mempunyai karisma sebagai seorang ratu yang bahkan akan menciptakan orang lain mempercayai ucapannya tanpa alasan.
"Aku telah membawa Reese kesini sesuai permintaanmu, tapi apa disini benar-benar aman?"
"Hanya ada kita dan beberapa pengikutku di kawasan ini. Mereka yaitu orang-orang yang kupilih dan terpercaya, disini lebih kondusif daripada di istana"
Walaupun hidupnya tidak ditargetkan, tapi memang akan jauh lebih baik daripada berada di istana dan dijadikan materi politik.
"Ada aneka macam persediaan, termasuk kuliner yang disimpan dalam jumlah banyak, kawasan ini juga bisa dibarikade dengan gampang bila para pengejar datang. Dan alasannya ada beberapa menara pengintai, kalaupun muncul keadaan darurat, kita bisa menggunakan jalan keluar rahasia"
"Selain itu, para petugas disini merupakan orang-orang yang telah berlatih untuk melindungi master-nya. Praktis bagi satu dari kami bila harus berurusan dengan beberapa tentara kerajaan"
"Aku yaitu Penjaga keluarga kerajaan. Takkan kubiarkan ada yang menyentuh Hime-sama, bahkan tidak satu jaripun"
Dengan Senia yang menyatakannya sambil maju, Melt mendadak muncul entah darimana dan hanya diabaikan oleh Lifell-hime.
"Paling tidak di sini akan kondusif setidaknya hingga besok. Aku telah mengirim salah satu bawahanku ke istana, kita akan mendapatkan informasi perihal situasinya besok pagi"
"Baiklah. Setelah saya bertemu dengan kedua muridku, kami akan kembali ke asrama sekolah dan...."
"Tunggu!!"
Sebelum saya bahkan selesai bicara perihal kembali ke asrama, Reese berteriak keras. Tapi, seolah tak mengetahui alasan dibalik melaksanakan itu, kepalanya menunduk malu. Sang abang yang terkekeh melihat adegan ini kemudian meletakkan tangannya di pundak Reese.
"Kenapa kau hingga berteriak? Katakanlah dengan lebih jelas"
"....Hari ini, saya ingin Sirius-san....tidak, saya ingin semuanya....tinggal bersama disini"
"Singkatnya, kau tidak ingin ia kembali?"
Meski hanya sedikit, Reese mengangguk. Gadis itu menatap kakaknya. Lifel-hime kemudian mengedipkan satu mata dan berkata kepadaku.
"Karena ruang tamu sedang kosong, tiga orang bisa menempatinya. Aku juga ingin membalas perbuatanmu, jadi maukah kau tinggal sementara di sini?"
"....Baiklah. Aku dengan ramah mendapatkan proposal baik itu"
Meskipun memutuskannya tanpa berdiskusi dengan kedua bersaudara, mereka cenderung akan oke bahkan bila saya tidak meminta.
Karena tidak ada pengabsenan sebelum tidur di asrama sekolah, kau sanggup berpura-pura hadir sebanyak yang diharapkan asalkan teman sekamarmu oke dan mau membantu, atau bahkan ikut pergi.
Teman sekamar Emilia ada di depan mataku. Teman sekamar Reus (anak buahnya) benar-benar patuh, alasannya ia yaitu bawahan Reus. Sedangkan aku, alasannya tinggal sendiri di pondok berlian, metode kamuflase akan berjalan dengan lancar. Takkan ada dilema bila kami bertiga menginap diluar.
Mata Reese berbinar-binar ketika mendengar kata-kataku, ia mengungkapkan kegembiraannya dengan memeluk Senia. Seandainya ini Emilia, ia mungkin akan mengayunkan kencang ekornya.
"Hime-sama, bagaimana kalau kita masuk segera? Meskipun kondisi fisik anda telah pulih, tolong jangan lupakan bahwa anda masih dalam tahap memulihkan diri"
"Itu benar. Semua orang, mari masuk dan beristirahat"
"Maaf, saya berniat menunggu kedua bersaudara di luar"
Aku mengkonfirmasi lokasi mereka menggunakan {Search}. Kakak beradik itu sedang menuju kesini dengan kecepatan tinggi. Kupikir, akan tiba sekitar 30 menit.
"Mereka berlari ke kawasan ini sesuai dengan instruksiku. Daripada bersantai di dalam, saya ingin menyapa mereka di luar selayaknya seorang guru"
"A-Aku juga ingin menyambut mereka. Karena dirikulah Emilia dan Reus berlari"
"Kalau begitu, saya akan menemani kalian. Melt, bisakah kau membawa meja dan kursi? Senia, tolong siapkan teh. Kita semua akan menunggu diluar sambil melihat bulan purnama"
"Apa boleh buat. Aku akan mempersiapkannya, tapi tolong pakailah sesuatu yang hangat"
"Aku mengerti. Kebetulan, bagaimana kalau kita makan disini? Menurut koki, hidangan akan segera siap"
"Boleh juga. Ayo adakan pesta makan malam kecil"
Awalnya saya hanya berencana untuk menunggu keduanya tiba, tapi ketika tersadar ini sudah menjelma pesta dadakan. Yah, kurasa akan bagus untuk menghibur Reese, sebut saja sebagai perayaan menyenangkan dikarenakan telah meninggalkan upacara menjijikan itu.
Begitulah, Reese kemudian pergi untuk mengganti gaun pengantinnya menjadi pakaian biasa, sementara meja dan dingklik disiapkan. Kamipun menunggu kedua bersaudara sambil minum teh.
Senia dan Melt berbincang-bincang dengan membahas betapa leganya mereka atas keselamatan Reese. Disaat Lifell-hime menciptakan lawakan perihal perlunya tanggung jawab seorang pria, mataku menangkap kehadiran Emilia dan Reus di kejauhan.
Segera setelahnya, Senia dan Melt bereaksi dengan menoleh ke arah dimana keduanya mendekat. Jarang juga melihat indera pendengaran Senia berkedut, sangat menyerupai dengan kelinci.
"Dari bunyi yang bisa kudengar....ada dua orang? Jumlah itu terlalu kecil untuk para pengejar, kan?"
"Ini Emilia dan Reus, jadi tidak perlu waspada"
"Tapi bukankah mereka terlalu cepat? Aku hampir tidak menyangka ada orang yang bisa bergerak secepat itu melalui lebatnya hutan"
"Bagi keduanya, hutan bukanlah halangan. Lihat, mereka sudah tiba"
Saat saya menunjuk jari tanganku ke sebuah arah, Emilia melompat keluar dari balik tirai pepohonan diiringi hempasan angin kencang. Rambut peraknya melambai, mencerminkan cahaya bulan. Ini diam-diam kecil dimana saya sempat terpesona pada muridku sendiri.
Dia mendarat dengan sangat indah, bersama tiupan angin yang semakin lembut, kemudian tersenyum padaku.
"Terima kasih sudah menunggu, Sirius-sama"
"Aah, kerja bagus"
Dia dengan riang memejamkan mata dan mengibaskan ekor ketika saya menepuk kepalanya. Kelihatanya gadis ini berkeringat sedikit, tapi kalau dilihat, tidak ada luka maupun noda di penampilannya. Ya, melegakan.
Beberapa detik kemudian, Reus muncul dari hutan. Namun entah kenapa ketika melihat pemandangan disini, wajahnya menjadi kecewa.
"Sialan!! Nee-chan memang terlalu cepat!"
"Huhuhu....dalam hal kecepatan, saya takkan kalah dari Reus. Hak istimewa untuk ditepuk-tepuk oleh Sirius-sama yaitu milikku"
Kalian ini, ternyata perihal pertandingan perihal siapa yang paling cepat ya. Tampaknya si pemenang akan memperoleh kesempatan ditepuk olehku, tapi saya sendiri bahkan tidak tahu kalau ada pertandingan. Reus kemudian menggoyang-goyangkan ekornya ketika kupanggil dan ditepuk dengan kasar.
"Uhyoo! Yeeey! Aku juga dapat!"
"Padahal saya yang menang...."
"Aku akan menyisir ekormu nanti"
"Ya!"
Selesai memberi penghargaan, saya membawa mereka ke depan Lifell-hime dan Reese. Meskipun apa yang keduanya kenakan kini yaitu pakaian petualang compang-camping dan jauh dari kesan indah, Reese masih memeluk Emilia dan Reus dengan sayang.
"Terima kasih. Sungguh terima kasih, kalian berdua"
"Tunggu sebentar, Reese. Walaupun ini membahagiakan, tapi bajumu akan jadi kotor"
"Reese-ane, ini agak sakit"
"Bagus kan. Ini rasa syukurnya yang terbaik untuk kalian berdua*"
[Kayaknya yg ngucapin ini Putri Lifell]
Emilia dan Reus hanya bisa tersenyum masam sambil membiarkan dipeluk oleh Reese, yang terlihat masih tak ingin melepaskan keduanya. Lifell-hime juga ikut dan memeluk mereka dari belakang, dan merubahnya menjadi pemandangan yang kacau.
"Aku juga ingin mengucapkan rasa syukurku. Emilia, Reus, terima kasih. Berkat kalian, Reese bisa tiba disini dengan aman"
"Tidak menyerupai itu. Kami hanya mengikuti apa yang Sirius-sama katakan"
"Ya. Namun, bahkan tanpa dimintapun, kami akan bergerak untuk menyelamatkan Reese-ane!"
Di belakang keduanya yang tersenyum malu, persiapan makan malam sedang berlangsung dengan lancar. Perut Reus menggeram keras ketika mencium aroma lezat. Itu mengingatkanku, mereka belum makan apapun semenjak operasi dimulai, tidak heran bila abang adik ini lapar. Baik Emilia maupun Reese menelan ludah, memegangi perut masing-masing dengan wajah memerah.
"Untuk sekarang, bagaimana kalau kita makan? Kelihatannya semua orang sudah lapar"
"Apakah baik-baik saja untuk kami?"
"Tentu saja. Makanan yang disiapkan ini untuk Reese dan kalian, jadi jangan sungkan. Ah, alasannya disini bukan istana, kalian tidak perlu memikirkan perihal etika"
"Yahoooo!! Aniki, apa kau akan makan juga?"
"Yah, ayo. Aku juga lapar"
Setelah menerima konfirmasi dariku, kedua bersaudara duduk di dingklik dan mengulurkan tangan ke piring untuk meraih aneka macam makanan. Aku juga duduk alasannya ingin merasakan kuliner yang biasanya ditujukan pada para bangsawan. Seperti yang di harapkan, kuliner yang dibentuk dengan alat dan materi berkualitas akan menjadi lezat.
"Enak! Ini sangat enak, tapi saya masih lebih suka kuliner Aniki!"
"Benar, hidangan Sirius-sama yaitu yang terbaik"
Itu bukan sesuatu yang harus kalian katakan ketika makan. Lihat, si koki hingga tersenyum pahit.
"Maaf. Mereka sudah terbiasa dengan masakanku, keduanya mungkin merasa bahwa kuliner yang tak asing yaitu yang terbaik"
"Tapi saya juga berpikir hidangan dari Sirius-san yang terbaik"
"Asal tahu saja, hidangan ini dibentuk oleh seorang juru masak yang sangat populer di Elysion. Kalian sungguh mempunyai selera yang menarik"
Terdapat adegan memalukan lainnya, tapi pesta kecil itu berakhir dengan damai.
☆☆☆
"Aniki, keluarga darah biru memang luar biasa!"
"Kau benar"
Seusai makan, kami dibawa ke ruang tamu dimana kami akan bermalam kemudian mandi. Meskipun dirancang sebagai kemudahan medis, ada juga hal-hal glamor menyerupai pemandian air panas. Terlebih lagi, itu dibentuk terpisah untuk laki-laki dan perempuan dan tergolong sangat mewah.
Reus tampak bersemangat ketika masuk ke pemandian alasannya ukurannya yang cukup besar hingga bisa menampung sepuluh orang. Berbeda sekali dengan yang saya rancang di pondok berlian dimana hanya muat untuk satu orang.
"Apa kedua Nee-chan dan yang lainnya di pemandian yang sama?"
"Kupikir begitu. Meskipun ini bukan niatmu, tapi jangan hingga mengintip ya"
Melakukan itu memang mustahil, alasannya dindingnya membentang hingga ke langit-langit tanpa celah. Mendengar perkataanku, Reus pun menggeleng beberapa kali.
"Aku takkan melakukannya, Aniki! Nee-chan akan membunuhku!"
"Yah, mungkin itu yang akan terjadi. Aku saja bahkan mungkin dilempar baskom bila mencobanya"
"Hmm, bila Aniki, kau mungkin akan diundang untuk bergabung. Reese-ane juga....mungkin"
"Apa maksudmu 'mungkin'?"
"Aku hanya berpikir kalau Reese-ane telah berubah sehabis kita tiba ke sini. Walau cuma sebentar, saya sempat melihat warna pink yang menyerupai dengan Nee-chan dan Noel-ane dari Reese-ane"
Instingnya masih tajam menyerupai yang dulu.
Apa yang akan Emilia lakukan bila ia tahu perihal perasaan Reese? Aku menyampaikan ingin bepergian bersama semua orang, yang artinya Reese akan ikut. Mungkin mereka takkan akur.
Yah, kecemburuan perempuan itu menakutkan. Aku mempunyai rekan kerja perempuan di kehidupan sebelumnya, yang akibatnya ditikam pada bab perut menggunakan pisau dapur alasannya dikelilingi oleh kecemburuan perempuan lain. Ngomong-ngomonng, ia beruntung alasannya tusukannya masih sempat dihalang oleh majalah yang dirinya bawa. Kupikir ia sudah terluka serius alasannya pihak lain begitu buruk.
Emilia dan Reese mungkin sedang membicarakannya di pemandian, namun saya masih takut bila hingga berakhir di adegan penuh huru-hara. Lebih baik bila mereka membahas itu sehabis selesai mandi.
"Yah, dari kini mungkin ada banyak yang akan berubah"
"Itu benar. Entah itu nee-chan, Reese-ane maupun diriku menyukai aniki, jadi kupikir takkan ada masalah! Baiklah, kini saatnya untuk membersihkan aniki! Aku akan mulai dengan punggungmu"
"Ya, kuserahkan padamu"
Kami bergantian untuk membasuh punggung. Sewaktu saya membawanya untuk pertama kali dulu, lengan dan kakinya sangat ringkih seolah akan patah kapanpun. Tapi kini tubuhnya sehat dengan otot-otot yang menonjol alasannya latihan. Bagaimanapun, saya senang melihat pertumbuhan fisiknya, entah sebagai guru maupun orangtua.
Usia kami memang hampir sama, namun ini mengingatkanku pada murid-murid di di kehidupanku yang dulu. Mereka juga akan membasuh punggungku menyerupai adegan sekarang. Itu membuatku ingin tau perihal bagaimana keadaan semuanya.
☆☆☆
Kami selesai membasuh satu sama lain tanpa butuh waktu lama. Tepat ketika saya hendak kembali ke kolam mandi, seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Permisi"
Sejenak kupikir itu Emilia (yang benar saja), tapi ternyata si pengawal dari Lifell-hime, Melt.
Pertemuan pertama dengannya sempat diwarnai keributan, tapi itu juga alasannya pengabdian atas pekerjaannya. Dan sekarang, tanpa kehadiran Lifell-hime, suasana tegang berputar diantara kami.
"Ada apa? Tidak dilema kan bila saya masuk juga?"
"Ya, silakan"
Untuk ketika ini, Melt berendam di sisi kolam mandi tak jauh dari kami. Secara pribadi, ku pikir seseorang harusnya tidak memasuki pemandian sebelum mencuci tubuhnya dulu, tapi saya mengabaikannya alasannya ini bukan rumahku dan tidak menggunakan kebiasaan semacam itu.
Keheningan berlanjut, waktu di pemandian terlewat begitu saja. Reus awalnya hanya membisu dan mengawasi Melt, tapi keingintahuannya memecahkan kesunyian.
"Emm, Melt....-san?"
"....Apa?"
"Melt-san, apa kau....membenci ras binatang?"
"Benar juga. Apa boleh buat bila kau hingga berpikir begitu alasannya sikap kasarku yang dulu"
Saat Melt berbalik ke arah kami, senyuman masam muncul di wajah yang biasanya memasang ekspresi keras. Apa-apaan, kau ternyata bisa mengeluarkan ekspresi semacam itu.
"Aku yaitu orang yang ada untuk melindungi Hime-sama. Ini memang alasan yang buruk, tapi ketika Hime-sama terserang penyakit asing itu, saya merasa putus asa dan mulai menganggap semua orang sebagai musuh. Ketika pertama kali bertemu dengan kalian, saya seolah melihat musuh yang ingin kusingkirkan alasannya berpikir bahwa kalian akan membawa wabah lain untuknya"
"Aku mengerti. Jika ada seseorang yang akan menjadikan ancaman terhadap aniki, kurasa perlakuanku takkan berbeda...."
"Tak perlu menggunakan bahasa formal. Aku yang kini hanyalah Melt, bukan penjaga keluarga kerajaan. Kupikir akan memalukan bila saya terus berasalan, kalian bukan saja menyelamatkan Hime-sama, tapi juga Felice-sama. Ada satu hal yang perlu kukatakan sebagai seorang pria"
Dan seseorang berjulukan Melt pun menundukkan kepalanya. Bagaikan tak peduli bahwa kami lebih muda darinya.
"....Maaf. juga, terimakasih"
Aku tidak begitu yakin....apa ini bisa disebut komunikasi secara telanjang*....tapi rasanya kami menjadi sedikit lebih dekat dengan si Penjaga keluarga kerajaan hari ini.
[裸の付き合い (Hadaka no Tsukiai) secara harfiah ya bersosialisai sambil telanjang. Ini istilah atau mungkin budaya(?)ketika di onsen/pemandian air panas di jepang]
☆☆☆
Keesokan harinya, saya terbangun diiringi sensasi yang aneh.
Ketika menoleh bergantian ke kedua sisi untuk mengkonfirmasi perasaan itu, saya bisa melihat warna perak di sebelah kanan, dan warna biru di sebelah kiri.
"Selamat pagi, Sirius-sama"
"....Se-Selamat pagi"
Atau dengan kata lain, ini Emilia dan Reese. Keduanya menggunakan suatu pakaian yang menyerupai daster, dimana sensasi asing itu berasal dari sana. Sedangkan di dekat kakiku....
"Aniyukyii...."
....Ada Reus yang masih tidur. Meski ruang tamunya mempunyai kawasan tidur ukuran besar yang bahkan bisa dengan gampang menampung empat orang, tapi kenapa situasinya menjadi begini?
"....Selamat pagi. Sekarang, saya ingin penjelasan"
"Itu alasannya berada tepat di samping Sirius-sama yaitu yang terbaik"
"A-Aku....diminta oleh Ane-sama kesini...."
"Kupi---*...."
[くぴー....kayaknya bunyi dengkuran Reus]
Meski mereka terlihat tidak melaksanakan apapun selain berbaring, apa yang terjadi sehabis saya tidur kemarin?
Seusai keluar dari pemandian, saya yakin eksklusif jatuh di kasur. Terdapat kasur lain disebelah, jadi Emilia seharusnya tidur di sana*.
[Kamarnya punya dua kasur]
Aku sedang menunggu mereka bicara tapi, ada kemungkinan saya terlelap ditengah berendam dalam kolam mandi begitu lama. Itu bisa saja terjadi alasannya kekurangan tidur selama beberapa hari terakhir. Memang tidak ada kewaspadaaan alasannya yang tiba yaitu mereka, tapi agak disesalkan alasannya saya tidak sadar sama sekali meski keduanya sudah mendekat sejauh ini.
Intinya, dari perkataan kedua gadis, mereka hanya berbaring dan memandangiku. Sedangkan Reus....tidakkah ia kesal alasannya ditinggalkan?
Tunggu sebentar. Situasi dimana saya terjepit diantara Emilia dan Reese di ranjang yang sama, itu berarti keduanya masih mempunyai relasi baik, kan?
"Kalian....sangat akrab"
"Iya! Aku menyukai Sirius-sama dan Reese"
"Aku juga, menyukai Emilia dan Si-....Sirius-san...."
Alih-alih bersikap baik, relasi mereka tampaknya sudah semakin dalam.
Ini niscaya perihal hal itu, kan? Tentang poligami yang masuk akal didunia ini? Jika memang begitu, kurasa diriku lah yang asing alasannya terbiasa dengan standar kehidupan sebelumnya.
Yah....faktanya, mereka yaitu muridku. Umur kami masih terlalu dini untuk memikirkan pernikahan. Selain itu, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Sekarang ini, saya lebih baik fokus berperan sebagai seorang guru.
Aku dari awal memang berniat untuk mendukung pertumbuhan mereka hingga masing-masingnya menjadi mandiri. Hanya saja, sebagai seorang pria, mempunyai satu atau dua istri----....eh? Dipikir-pikir lagi, ini bukan 'dua', nyatanya ada seorang elf yang telah menciptakan reservasi terlebih dahulu....
"Sirius-sama? Apa kau ingin tidur kembali?"
"....Tidak, tidak apa-apa. Kita harus segera bangun"
Berhentilah memikirkan hal itu. Kurasa akan lebih baik untuk memutuskannya sehabis bertemu dengan Fia lagi. Meski agak salah menundanya, ada kemungkinan mereka akan bertemu laki-laki yang lebih baik daripada diriku.
"---Kue?!....Eh? Aniki, kemana kueku pergi?"
Keadaanmu benar-benar membuatku iri.
☆☆☆
Semua orang kemudian berdiri dan berkumpul untuk sarapan di ruang makan.
Seorang pelayan mendadak masuk dengan tergesa-gesa kemudian membisikkan sesuatu kepada Lifell-hime. Adegan itu menyerupai dengan situasi ketika Reese dibawa ke istana.
Karena ini niscaya bekerjasama dengan Reese, saya menguping tanpa ragu dan terkejut dengan isinya.
"Begitukah....hanya ada dua, termasuk pengikutnya? Untuk sekarang, kami akan membahasnya dengan para tamu. Sedangkan kalian berjagalah sambil mengawasi bila ada orang yang bersembunyi"
Setelah memberi kode pada pelayan itu, Lifell-hime berdiri dan menatap kami dengan serius.
"Orang yang pergi untuk menyidik situasi di istana telah kembali dan memberitahu bahwa ayah akan datang"
"Tou-sama?!"
"Benar. Namun, ia hanya bersama seorang pengikut yang tidak membawa apapun selain senjata untuk membela diri. Kupikir mereka tidak kemari dengan tujuan menciptakan keributan, tapi untuk berjaga-jaga, kalian tetaplah di sini"
"Ane-sama! Jika begitu, saya juga....!"
"Perasaanmu itu membuatku senang. Hanya saja, biarkan saya bicara dengannya terlebih dahulu. Sirius-kun, andaikan terjadi sesuatu, tolong bawa Reese dan kaburlah"
"Baiklah. Kurasa takkan hingga terjadi hal yang berbahaya, tapi tentu saja saya akan menjamin keselamatan Reese"
"Kuserahkan padamu"
Seusai mengucapkan itu sambil tertawa kecil, ia memberi isyarat kepada Senia dan Melt, ketiganya pun keluar dari ruangan. Sisa dari kami menunggu dengan tetap duduk dan meminum teh. Namun, menyerupai yang diharapkan, Reese tidak bisa tenang. Emilia kemudian mendekat dan menggenggam tangannya.
"Tidak apa-apa Reese. Kakakmu niscaya bisa membujuk ayahmu"
"Ya, saya memang percaya. Namun, alasannya Tou-sama sendiri yang datang, saya jadi khawatir bahwa sesuatu akan terjadi...."
"Tenanglah, Reese"
Ya, faktor terpenting di sini yaitu bahwa raja tiba dengan hampir tanpa membawa pengikutnya. Ini berarti sesuatu yang krusial menyerupai pertarungan tak mungkin terjadi. Kurasa ia menginginkan hal lain. Jika pemikiranku benar, raja tidak berniat menyakiti Reese maupun Lifell-hime.
"Pikirkanlah ini. Jika sungguh ingin menangkapmu, mereka takkan tiba hanya dengan dua orang. Menurutku, ia sekedar ingin berbicara"
"Percakapan tampaknya bukan hal yang Tou-sama akan lakukan. Dia bahkan hanya berbicara padaku bila benar-benar perlu, kau tahu?"
"Itu murni intuisiku. Sekarang waktunya untuk melihat apa yang terjadi...."
☆☆☆
"Jangan bercanda!"
Mungkin mereka sedang saling berhadapan di kamar sebelah, tapi bunyi murka Lifell-hime bahkan bisa terdengar hingga ke ruang makan. Aku secara refleks melepaskan {Search}, hanya saja tidak merasakan adanya gejala pertarungan.
"Yang barusan itu, bunyi Lifell-ane....kan?"
"Ini tidak normal. Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan?"
"Tidak masalah, tunggulah sebentar. Kelihatannya, situasi takkan mengarah menjadi lebih buruk"
"Ane-sama....apa yang terjadi?"
Ketika Reese dan kedua bersaudara merasa gelisah alasannya mendengar bunyi yang bergema keseluruh tempat, pintu ruang makan terbuka dimana Senia berjalan masuk dari sana. Tampaknya tak ada keadaan yang menciptakan ia terburu-buru, namun dirinya terlihat sangat kesal.
"Senia, kenapa Ane-sama hingga berteriak menyerupai itu?"
"Anda akan mengetahuinya begitu hingga di sana. Reese-sama, semuanya, mari kita pergi ke ruang tamu, kawasan Lifell-sama berada"
"Kami juga?"
"Iya. Ada sesuatu yang perlu didengar semua orang di sini. Ou-sama* juga ada disana. Namun, dikarenakan ini yaitu situasi ringan, sedikit ketidak-formalan akan dimaafkan"
[Baginda raja, Ou=Raja]
"Ayo, Reese. Kami akan ikut juga, jadi jangan takut untuk berbicara dengan ayahmu"
"....Ya. Terima kasih"
Bersama Reese yang telah bertekad, kamipun dipimpin oleh Senia menuju ruang tamu. Setelah Senia mengetuk pintu, semua orang masuk dengan izin dari Lifell-hime.
Dan akhirnya, kelompok ini bertemu bertemu dengan sang raja....Ayah Reese, Cardeas.
"....Kau tiba ya"
Orang itu sedang duduk di salah satu sofa.
Dia mempunyai rambut merah pendek bagaikan api dan mata tajam mengingatkanku pada burung pemangsa. Sesuai dengan rumor yang beredar di seluruh Elysion, seseorang sanggup merasakan ambisi darinya bahkan ketika ia sedang duduk. Mereka yang tak mengetahui apa-apa mungkin akan berlutut tanpa sadar.
Mengenyampingkan statusnya sebagai penguasa dari sebuah negeri, kesan pertama yang saya rasakan ketika bertemu adalah....dia setajam bilah pedang. Aku kini mengerti tekanan yang dialami oleh Reese.
Namun---
"Apakah kalian teman Reese?"
---ketika ia memalingkan wajah ke arah kami, garis indah dari sebuah tamparan yang tersisa di pipi kanan menghancurkan seluruh citranya. Mungkin terjadi ketika Lifell-hime berteriak, hingga bunyinya tidak terdengar.
"Kenapa gres kini kau mengatakannya? Kalian, duduklah di sampingku"
Dalam suasana yang lembut, kamipun duduk berdampingan dengan Lifell-hime. Disatu sisi, Emilia dan Reus sangat berusaha untuk menahan tawa ketika melihat bekas merah di wajah sang raja. Kalian....karena kau yaitu raja, tolong maafkan bunyi mereka yang masih bocor.
"Aku memanggil kalian alasannya ingin memberitahukan kebenaran dari upacara pertunangan kemarin. Ini gres ku sadari bahwa seluruh prosesi yang kau jalani kemarin....itu palsu"
"... Ane-sama, tolong katakan sekali lagi"
"Upacara pertunangan itu palsu. Mungkin lebih tepat bila dikatakan kalau tujuan aslinya yaitu sebagai jebakan untuk mengumpulkan para darah biru yang korup dan kotor?"
Makara begitu?.
Orang-orang yang terlihat dalam upacara kemarin hanyalah darah biru yang baik dari segi penampilan namun busuk hingga ke inti. Jika upacara itu memang penting, mereka yang menyerupai Kepala Sekolah, Rodwell atau orang-orang kuat akan diundang. Dengan kata lain, ketidakhadirannya justru menjadi bukti.
Kalau dipikirkan lagi, reaksi para penjaga istana juga sangat cepat. Mereka tidak gagal menangkap darah biru yang mencoba lari dari aula, dan bergerak tanpa melewatkan satupun. Memikat semua orang serakah dengan madu hingga bisa ditangkap sekaligus. Ini sangat menyerupai tindakan polisi di kehidupanku sebelumnya. Memang tidak sanggup dipakai secara luas, tapi cukup efektif untuk membersihkan kotoran yang tertinggal.
Masalah sebetulnya yaitu dampak yang akan terjadi di masyarakat dan dendam dari tindakan tersebut.
"Kau sudah mengerti sekarang? Pria ini bukan saja merahasiakannya dariku, tapi juga darimu, Reese, yang dipakai sebagai umpan dalam rencananya! Apa yang kau pikirkan hingga mempermainkan putrimu dalam ijab kabul palsu?!"
"Jika saya memberitahumu, bukankah kau akan menolaknya?"
"Tentu saja kan! Bagaimana bisa saya membisu saja seandainya tahu adiknya yang manis menanggung beban seberat ini!"
"Karena itulah saya tidak mengatakannya! Aku sudah memikirkan aneka macam persiapan dan terlanjur menghabiskan banyak tenaga untuk mengumpulkan dan menangkap orang-orang idiot di negeri ini!"
Bahkan ketika pertunangan Lifell-hime tidak boleh alasannya dirinya sakit, upacara tetap berlanjut semoga planning itu tidak sia-sia dengan dialihkan ke Reese, yang harusnya disembunyikan alasannya situasi khusus. Raja Cardeas, orang ini sangat penghitungan sekaligus tak kenal takut.
Hanya saja, alasan semacam itu takkan bisa meredakan amarah sang kakak.
"Siapa yang peduli! Harusnya akulah yang berada disana alasannya diriku sudah sembuh!"
"Ingatlah bahwa kau masih di tahap pemulihan! Aku juga kesulitan ketika mengambil pilihan ini!!"
"Kalau begitu, buatlah lebih banyak anak perempuan! Kakak tertua membosankan, abang kedua kutu buku, ditambah lagi adik yang lemah! Kau pikir berapa banyak dilema yang kuhadapi dengan dikelilingi oleh pria?! Ketika akibatnya muncul seorang adik perempuan manis hingga saya terikat padanya, apa boleh buat kan!!
"Tujuanku bukanlah untuk mempunyai lebih banyak anak!!"
....Pembicaraan ini mulai melenceng.
Sosok raja yang kudengar dari Reese yaitu seseorang berkepribadian hambar dan akan berucap bila diharapkan saja. Namun, laki-laki yang sedang berdebat di hadapan kami kini tak lain hanyalah seorang ayah dengan aspirasi berlimpah.
Dan orang yang paling terkejut diantara kami perihal 'perbedaan' ini tentunya yaitu Reese. Dia terkaku dengan mata terbuka lebar.
"Anu....bisakah kalian sedikit lebih tenang?"
"Ya....kau benar. Kali ini saya agak kelewatan"
"Aku juga. Sudah usang saya tidak berteriak menyerupai sekarang"
Apa ini memang pertama kalinya kalian berbicara sehabis sekian lama? Senia, Melt dan seorang pelayan yang menunggu di belakang raja masih bersikap tenang, seakan-akan sudah menyaksikan tragedi ini setiap hari.
"Jadi, inikah alasan kami dipanggil?"
"Tentu saja ada alasan lain. Sebagai permulaan, permintaanku untuk menculik Reese"
"Aku akan mengambil alih dari sini. Faktanya, kalian telah mengganggu upacara itu atas undangan Lifell. Biasanya, saya akan tetap menjatuhkan semacam hukuman, namun alasannya ini upacara palsu, saya menentukan melupakannya"
Dengan kata lain, ia membiarkan dilema ini hanya alasannya upacaranya sendiri palsu. Meskipun sebagai raja, bukankah otoritasnya terlalu kuat*?
[Maksudnya gini, sang raja melupakannya, tapi bagaimana dengan darah biru lain (yang bukan sasaran dari planning itu)? Mereka niscaya menyarankan semoga 'mencari dan menghukum si penculik keluarga kerajaan'. Sirius cuma heran dengan bagaimana cara Cardeas menghilangkan 'masalah itu'.]
"Anda melaksanakan tindakan drastis menyerupai itu. Apakah alasannya keluhan dari segala arah kali ini?"
"Seperti katamu, keluhan tiba layaknya longsor. Namun, kini saya bisa menyerahkan sisanya kepada orang-orang dibalik layar"
"Bahkan bila demi membersihkan negeri dari sampah, bukankah itu terlalu berlebihan?"
"Mereka yang menaruh Mana Stone di dalam dirimu juga terlibat dengan ini. Aku tidak bisa membiarkan dilema itu mengalir begitu saja. Lagi pula, bila dianggap remeh, mereka akan menyulitkanmu ketika kau menjadi penerus tahta kelak, ya kan?"
Rencananya tidak hanya dirancang untuk menangkap para darah biru korup, tapi juga berfungsi sebagai balas dendam untuk sang putri. Ini bahkan sanggup dijadikan pola bagi orang lain, sehabis tahu apa yang akan terjadi pada orang-orang busuk itu, darah biru lain akan jauh lebih kecil kemungkinannya bertindak melawan Lifell-hime, terutama sehabis ia mengambil alih posisi diatas tahkta. Meski tergantung seberapa luas skala kebijakannya, takkan ada yang perlu dikhawatirkan alasannya dirinya bisa menyesuaikan keadaan sekitar dan menilai hal-hal dengan disiplin.
"Ini akan memberi tanda pada lingkungan bahwa menyerupai itulah selesai dari orang-orang busuk, saya berencana mengumumkan hasil penangkapan mereka semua secara langsung. Juga, tolong jangan khawatir, tindakan kalian akan tetap dirahasiakan"
"Otoritas raja, ya"
"Terserah padamu menyebutnya apa. Jika orang yang menyelamatkan putriku dihukum, maka saya akan menggunakan sebanyak mungkin otoritas kerajaan untuk mengubahnya"
Apa-apaan, bukankah laki-laki ini tidak terlihat menyerupai sosok yang akan menatap Reese dengan mata dinginnya? Bagiku, ia hanyalah laki-laki bau tanah naif.
"Hei, Aniki. Apakah tindakan kita ini sebetulnya tidak berguna?"
"Tidak ada hal menyerupai itu. Reese bisa merasa lega alasannya bebas, dan kurasa kini mentalnya sudah agak berkembang*"
[Lebih berani alasannya mengetahui sifat orisinil ayahnya, lebih bisa mengambil keputusan alasannya kakaknya....atau mungkin, yg dimaksud disini yaitu rasa cintanya pada Sirius hingga mengubah sedikit jalan pemikirannya. Ingat, cinta bisa merubah sikap seorang gadis XD .]
"Sesuai perkataan Sirius-san. Meski tidak yakin apakah mentalku sudah berkembang atau tidak, tapi saya sangat senang ketika melihat kalian tiba ke aula pertemuan"
Reese yang awalnya galau dengan perbedaan antara gambaran ayahnya dan kenyataan, tersadar kembali kemudian tersenyum pada kami. Di momen ketika wajah putrinya menoleh ke arah sini, saya melihat sang Raja menatapnya dengan lembut. Sikap hambar terhadap Reese memang ada, tapi tampaknya bukan alasannya perasaan tidak suka.
Saat saya memikirkan hal itu, Lifell-hime yang duduk di dekat kami mencondongkan badan ke depan, dan mulai membuka lisan dengan ekspresi serius.
"Sekarang saya tahu apa yang ayah ingin sampaikan, kau melaksanakan itu demi diriku. Namun, ada satu hal yang saya masih belum mengerti. Ini perihal Reese"
Wajah raja menjadi terkaku ketika pembicaraan berlanjut membahas Reese, ia kemudian melihat ke sini dengan wajah murung. Walaupun sesaat yang kemudian ia menjadi orang yang mempunyai kesan akrab, perubahan mendadak macam apa ini?
"Awalnya, kupikir Reese dibenci dan dijauhi alasannya bukan secara utuh berasal dari keluarga kerajaan. Namun, saya sadar keadaanya lebih rumit disaat mendengar bahwa ia dipakai sebagai umpan di upacara itu. Biasanya, orang lain tidak diperbolehkan ikut mendengarnya, tapi kini saya ingin ini menjadi jelas. Ayah, apa pendapatmu perihal Reese?"
"...."
"Katakanlah bila kau mendapatkan atau membencinya dengan jelas!! Apa kau tidak tahu kalau tindakan setengah hatimu itu akan menyakiti anak ini?!"
"Ane-sama, tou-sama jadi terganggu. Tolong jangan mengejar ini lebih jauh, saya sudah baik-baik saja"
"Tidak, saya ingin menciptakan semuanya jelas, disini dan sekarang. Jawablah, bagaimana perasaanmu terhadap Reese?!"
Kupikir kami harus pergi alasannya ini terdengar menyerupai percakapan untuk anggota keluarga saja. Namun, seolah tidak mengingingkannya, Reese meraih lengan bajuku sambil gemetar. Bahkan tak perlu kata-kata lain, kami akan berusaha tetap disini dan mendengarkan.
Setelah Lifell-hime menyatakanya dengan memukul meja di depan, tatapa sang raja beralih ke arah Reese diiringi senyuman pahit.
"Perasaanku....ya? Sejujurnya, saya juga tidak tahu"
"Tou-sama. Aku---....apa saya seharusnya tidak tiba ke sini?"
"Tidak, Felice. Kau tidak salah. Itu aku, akulah yang bersalah pada ibumu, Laura"
Pemandangan dimana ia menyesap teh, kemudian menatap langit dibalik jendela terasa melankolis. Intuisiku berkata kalau orang yang berbicara dihadapan kami kini bukanlah raja Elysion, melainkan hanya seorang laki-laki berjulukan Cardeas.
"....Laura niscaya selalu membenciku untuk ini"
Gumam Cardeas sedih.
☆☆☆Chapter 43 berakhir disini☆☆☆
Catatan Penulis : Awalnya saya berencana mengakhiri Arc di chapter ini, tapi ternyata masih akan berlanjut.
Ber-setting di keluarga kerajaan itu rumit, selain ada banyak kata-kata yang tidak berguna, ada banyak juga hal yang ingin kutulis, tapi malah bersambung di tengah jalan (lol).
Update selanjutnya akan muncul di tiga, empat hari lagi. Akan kuberikan jadwal kegiatanku menyerupai biasa.
Sebelumnya, Lifell-hime mempunyai tiga abang laki-laki. Tapi di tanggal 14 september, settingnya diubah menjadi dua abang laki-laki dan satu adik laki-laki.
Cerita tambahan>>>
Pada aula pertemuan dimana Reese sedang linglung, dan waktu kuliner ringan manis pengantinnya dihancurkan oleh sihir....
"HAAHH?! Baru saja, saya merasakan sesuatu yang berharga telah rusak!!!"
"Aku juga merasakannya, kepala sekolah!!"
Indra keenam kepala sekolah dan bawahannya yang bekerja lembur malam itu, mendadak aktif.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
Aku terus terbang di atas danau sambil menggendong Reese. Kamipun hingga di tepiannya tanpa masalah.
Sebuah sanatorium yang nampaknya milik Lifell-hime bisa terlihat bahkan dengan mata telanjang. Terdapat alun-alun sedikit didepannya, saya tetapkan untuk mendarat disana.
Mungkin alasannya sudah sangat jauh dari istana, {Search} tidak mendeteksi adanya pengejar. Ini melegakan tapi entah kenapa sesuatu terasa asing dari gadis yang kuculik. Sejak topeng yang kupakai untuk penyamaran terlepas, matanya tak bergeming dan terus menatap wajahku.
"Kita sudah sampai, Reese"
"...."
Tidak ada reaksi darinya meski sudah kupanggil. Dia masih mencengkeram topengku, tapi lebih dari itu, wajahnya memerah dan panas ketika disentuh.
Mungkinkah dirinya kelelahan? Ketika saya melepaskan {Scan}, detak jantungnya hanya sedikit lebih cepat, suhu badan juga agak tinggi dari rata-rata, tapi selain itu tidak ada kelainan yang terlihat.
"Ada apa, Reese? Apakah ada sesuatu di wajahku?"
"Fuee?! Bu-Bu-Bukan apa-apa!!"
"Mungkin alasannya saya tiba-tiba berlari di langit hingga membuatmu takut. Tapi tenanglah, kita sudah mendarat"
"Aku tidak takut! Malahan, ini sangat membahagiakan dan membuatku berpikir kita harus selamanya menyerupai ini!!"
Entah sudah sadar atau tidak, ia tampak cukup kebingungan dan mengalami kesulitan dalam berucap. Kepalanya menggeleng-geleng dengan mata yang tak fokus, namun akibatnya kembali menatapku dengan pandangan yang sama menyerupai sebelumnya.
Tatapannya terasa tak asing, kapan saya pernah melihatnya....ya, niscaya di masa lalu. Sehari sehabis mengobrol berdua dengan Emilia dan membuatnya mempercayaiku, pandangnya sama dengan gadis itu ketika ia memberiku handuk.
"Aku akan menurunkanmu, apa kau baik-baik saja?"
"Se-Sebentar lagi! Aku kurang tidur kemarin dan masih lelah....jadi...."
Normalnya, ia akan memaksa untuk turun alasannya malu. Namun kini berbeda, dirinya ingin tetap menyerupai ini dengan memberi alasan sambil tampak bersemangat. Reaksinya menyerupai Emilia.
Itu berarti....
"Reese, mungkinkah kau---"
"Reese!!"
"Reese-sama!!"
Tepat disaat saya ingin bertanya, terdengar bunyi yang berasal dari sanatorium memanggil Reese. Menoleh kesana, terlihat Lifell-hime dan Senia yang sedang berlari ke arah kami. Akupun menentukan untuk menunda pembahasan ini dan mengeraskan hati demi menempatkan Reese ke tanah.
Meski ia tampak kecewa ketika saya melakukannya, Reese eksklusif berpaling dan berlari juga ke arah Lifell-hime. Reuni yang sangat menyentuh antara sepasang saudara pun....---
"Kau....adik bodoh!!"
---tidak terjadi.
Sekepal tinju Lifell-hime menghantam ubun-ubun adiknya dan seketika menghancurkan seluruh suasana. Reese hanya bisa menatap tercengang bercampur galau sambil memegangi bab atas kepalanya dengan kedua tangan.
"Kenapa kau tidak menolak hal ini?! Kenapa kau tidak bicara padaku dulu?! Dan siapa yang memintamu untuk menjadi penggantiku?! Dari awal saya sudah menganggap bahwa tragedi ini yaitu hal yang bodoh, dan kau membuatnya lebih parah sampai-sampai saya tidak bisa tinggal diam!!"
"Ane-sama....tapi aku---!"
"Melakukannya demi diriku? Tidak, kau hanya menghindari dilema yang sebenarnya! Jujurlah pada perasaanmu!!"
"....Maafkan....aku...."
"Ya ampun. Tapi....aku lega kau aman"
Setelahnya, barulah Lifell-hime memeluk adik perempuannya. Ekspresi Reese pun runtuh dengan tangis yang meledak dimana wajahnya terbenam di dada sang kakak, badan ringkih dihadapanku itu tampak gemetar. Momen haru berlangsung untuk sementara, hingga Lifell-hime ingat bahwa ia mempunyai hal yang ingin ditanyakan dan melepaskan pelukannya.
"Apa kau sudah menjaga bibirmu? Kau terlihat masih secantik dulu*"
[Yah, singkat kata ia cuma memastikan tak ada yang mencuri ciuman pertama adiknya, mungkin]
"Itu....ya. Berkat Sirius-san, tak ada yang terjadi padaku"
Aku menatap Reese ketika ia menyampaikan itu. Meski wajah gadis ini memerah, pandangannya tetap tak berpaling dariku. Sang abang yang melihat kondisi adiknya, menaruh satu tangan dimulut dan mulai tertawa, kemudian memberi isyarat padaku.
"Permisi sebentar. Selain penculikan, apa yang Sirius-kun telah lakukan?"
"Tidak ada, saya hanya menggendongnya hingga kesini"
"Kau tidak bisa berkata 'tidak melaksanakan apapun' ketika seorang gadis sudah melihatmu menyerupai ini. Kau harus benar-benar bertanggung jawab"
Aku hanya jelata, dan meski secara teknis, ia yaitu seorang bangsawan. Jika begitu, kenapa kau malah mencoba menyatukan kami? Apa ini menyenangkan bagimu? Apa kau hanya berusaha membantu adikmu? Mungkinkah, ini persiapan untuk merekrutku ke faksimu di masa depan? Atau bahkan semua alasan diatas?
Namun satu hal yang benar yaitu sikap Reese yang aneh....adalah alasannya diriku.
Kesannya menyerupai seorang pangeran yang cuma akan ada dalam kisah dongeng. Dengan gagah berani muncul di tengah upacara ijab kabul kemudian menculik sang putri yang tidak menginginkan hal itu, menggendongnya dan terbang di langit malam.
Akan bagus bila Reese menyukaiku hanya sebagai guru. Namun, alasannya terlihat sama dengan Emilia sekarang, bukankah itu artinya ia menyukaiku sebagai seorang lelaki? Gadis ini memang belum mengakuinya, tapi dengan kakaknya yang menyatakan semua hal, suatu hari nanti mungkin akan terjadi.
Yah, saya pernah memperkirakan situasi dimana Emilia mengakui perasaannya. Jawabanku untuk hal semacam ini masih sama.
"Jika ia benar-benar menginginkannya, saya berniat untuk bertanggung jawab"
"Oh?"
"Fuee?!"
Mungkin mereka tidak mengharapkanku untuk menjawab secepat ini. Lifell-hime membuka mulutnya lebar-lebar sementara Reese mengeluarkan bunyi aneh.
"Namun, ini akan menjadi pembahasan di lain waktu, jadi bagaimana kalau kita tunda dulu? Sekarang, keributan di istana masih belum reda"
"....Yah, menyerupai yang diduga dari Sirius-kun. Sampai kekacauannya menjadi tenang, kita akan menundanya"
Bahkan, Lifell-hime berubah serius alasannya situasi ini. Dia kemudian menyerahkan Reese ke Senia, berpaling dariku dan mengawasi keadaan sekeliling dengan ketat.
"Ngomong-ngomong, kelihatannya Sirius-kun sendirian. Apa kau tidak membawa pengikutmu?"
"Mereka sedang berlari ke arah sini, kita seharusnya akan bertemu keduanya tidak usang lagi. Dengan begini, permintaanmu selesai, kan?"
"Ya, ini sudah sempurna. Aku sangat menghargaimu yang bersedia mendapatkan undangan tak masuk akalku, dan terimakasih alasannya sudah menyelamatkan Reese"
"Apa kau sudah memperkirakan bahwa saya takkan menolak?"
"Kita lupakan saja hal-hal perihal masa lalu. Bagaimanapun, sebagai gantinya, saya akan melindungimu dari segala eksekusi kerajaan"
Dia mengepalkan tangan dan berkata dengan penuh keyakinan. Begitu ya, ia mempunyai karisma sebagai seorang ratu yang bahkan akan menciptakan orang lain mempercayai ucapannya tanpa alasan.
"Aku telah membawa Reese kesini sesuai permintaanmu, tapi apa disini benar-benar aman?"
"Hanya ada kita dan beberapa pengikutku di kawasan ini. Mereka yaitu orang-orang yang kupilih dan terpercaya, disini lebih kondusif daripada di istana"
Walaupun hidupnya tidak ditargetkan, tapi memang akan jauh lebih baik daripada berada di istana dan dijadikan materi politik.
"Ada aneka macam persediaan, termasuk kuliner yang disimpan dalam jumlah banyak, kawasan ini juga bisa dibarikade dengan gampang bila para pengejar datang. Dan alasannya ada beberapa menara pengintai, kalaupun muncul keadaan darurat, kita bisa menggunakan jalan keluar rahasia"
"Selain itu, para petugas disini merupakan orang-orang yang telah berlatih untuk melindungi master-nya. Praktis bagi satu dari kami bila harus berurusan dengan beberapa tentara kerajaan"
"Aku yaitu Penjaga keluarga kerajaan. Takkan kubiarkan ada yang menyentuh Hime-sama, bahkan tidak satu jaripun"
Dengan Senia yang menyatakannya sambil maju, Melt mendadak muncul entah darimana dan hanya diabaikan oleh Lifell-hime.
"Paling tidak di sini akan kondusif setidaknya hingga besok. Aku telah mengirim salah satu bawahanku ke istana, kita akan mendapatkan informasi perihal situasinya besok pagi"
"Baiklah. Setelah saya bertemu dengan kedua muridku, kami akan kembali ke asrama sekolah dan...."
"Tunggu!!"
Sebelum saya bahkan selesai bicara perihal kembali ke asrama, Reese berteriak keras. Tapi, seolah tak mengetahui alasan dibalik melaksanakan itu, kepalanya menunduk malu. Sang abang yang terkekeh melihat adegan ini kemudian meletakkan tangannya di pundak Reese.
"Kenapa kau hingga berteriak? Katakanlah dengan lebih jelas"
"....Hari ini, saya ingin Sirius-san....tidak, saya ingin semuanya....tinggal bersama disini"
"Singkatnya, kau tidak ingin ia kembali?"
Meski hanya sedikit, Reese mengangguk. Gadis itu menatap kakaknya. Lifel-hime kemudian mengedipkan satu mata dan berkata kepadaku.
"Karena ruang tamu sedang kosong, tiga orang bisa menempatinya. Aku juga ingin membalas perbuatanmu, jadi maukah kau tinggal sementara di sini?"
"....Baiklah. Aku dengan ramah mendapatkan proposal baik itu"
Meskipun memutuskannya tanpa berdiskusi dengan kedua bersaudara, mereka cenderung akan oke bahkan bila saya tidak meminta.
Karena tidak ada pengabsenan sebelum tidur di asrama sekolah, kau sanggup berpura-pura hadir sebanyak yang diharapkan asalkan teman sekamarmu oke dan mau membantu, atau bahkan ikut pergi.
Teman sekamar Emilia ada di depan mataku. Teman sekamar Reus (anak buahnya) benar-benar patuh, alasannya ia yaitu bawahan Reus. Sedangkan aku, alasannya tinggal sendiri di pondok berlian, metode kamuflase akan berjalan dengan lancar. Takkan ada dilema bila kami bertiga menginap diluar.
Mata Reese berbinar-binar ketika mendengar kata-kataku, ia mengungkapkan kegembiraannya dengan memeluk Senia. Seandainya ini Emilia, ia mungkin akan mengayunkan kencang ekornya.
"Hime-sama, bagaimana kalau kita masuk segera? Meskipun kondisi fisik anda telah pulih, tolong jangan lupakan bahwa anda masih dalam tahap memulihkan diri"
"Itu benar. Semua orang, mari masuk dan beristirahat"
"Maaf, saya berniat menunggu kedua bersaudara di luar"
Aku mengkonfirmasi lokasi mereka menggunakan {Search}. Kakak beradik itu sedang menuju kesini dengan kecepatan tinggi. Kupikir, akan tiba sekitar 30 menit.
"Mereka berlari ke kawasan ini sesuai dengan instruksiku. Daripada bersantai di dalam, saya ingin menyapa mereka di luar selayaknya seorang guru"
"A-Aku juga ingin menyambut mereka. Karena dirikulah Emilia dan Reus berlari"
"Kalau begitu, saya akan menemani kalian. Melt, bisakah kau membawa meja dan kursi? Senia, tolong siapkan teh. Kita semua akan menunggu diluar sambil melihat bulan purnama"
"Apa boleh buat. Aku akan mempersiapkannya, tapi tolong pakailah sesuatu yang hangat"
"Aku mengerti. Kebetulan, bagaimana kalau kita makan disini? Menurut koki, hidangan akan segera siap"
"Boleh juga. Ayo adakan pesta makan malam kecil"
Awalnya saya hanya berencana untuk menunggu keduanya tiba, tapi ketika tersadar ini sudah menjelma pesta dadakan. Yah, kurasa akan bagus untuk menghibur Reese, sebut saja sebagai perayaan menyenangkan dikarenakan telah meninggalkan upacara menjijikan itu.
Begitulah, Reese kemudian pergi untuk mengganti gaun pengantinnya menjadi pakaian biasa, sementara meja dan dingklik disiapkan. Kamipun menunggu kedua bersaudara sambil minum teh.
Senia dan Melt berbincang-bincang dengan membahas betapa leganya mereka atas keselamatan Reese. Disaat Lifell-hime menciptakan lawakan perihal perlunya tanggung jawab seorang pria, mataku menangkap kehadiran Emilia dan Reus di kejauhan.
Segera setelahnya, Senia dan Melt bereaksi dengan menoleh ke arah dimana keduanya mendekat. Jarang juga melihat indera pendengaran Senia berkedut, sangat menyerupai dengan kelinci.
"Dari bunyi yang bisa kudengar....ada dua orang? Jumlah itu terlalu kecil untuk para pengejar, kan?"
"Ini Emilia dan Reus, jadi tidak perlu waspada"
"Tapi bukankah mereka terlalu cepat? Aku hampir tidak menyangka ada orang yang bisa bergerak secepat itu melalui lebatnya hutan"
"Bagi keduanya, hutan bukanlah halangan. Lihat, mereka sudah tiba"
Saat saya menunjuk jari tanganku ke sebuah arah, Emilia melompat keluar dari balik tirai pepohonan diiringi hempasan angin kencang. Rambut peraknya melambai, mencerminkan cahaya bulan. Ini diam-diam kecil dimana saya sempat terpesona pada muridku sendiri.
Dia mendarat dengan sangat indah, bersama tiupan angin yang semakin lembut, kemudian tersenyum padaku.
"Terima kasih sudah menunggu, Sirius-sama"
"Aah, kerja bagus"
Dia dengan riang memejamkan mata dan mengibaskan ekor ketika saya menepuk kepalanya. Kelihatanya gadis ini berkeringat sedikit, tapi kalau dilihat, tidak ada luka maupun noda di penampilannya. Ya, melegakan.
Beberapa detik kemudian, Reus muncul dari hutan. Namun entah kenapa ketika melihat pemandangan disini, wajahnya menjadi kecewa.
"Sialan!! Nee-chan memang terlalu cepat!"
"Huhuhu....dalam hal kecepatan, saya takkan kalah dari Reus. Hak istimewa untuk ditepuk-tepuk oleh Sirius-sama yaitu milikku"
Kalian ini, ternyata perihal pertandingan perihal siapa yang paling cepat ya. Tampaknya si pemenang akan memperoleh kesempatan ditepuk olehku, tapi saya sendiri bahkan tidak tahu kalau ada pertandingan. Reus kemudian menggoyang-goyangkan ekornya ketika kupanggil dan ditepuk dengan kasar.
"Uhyoo! Yeeey! Aku juga dapat!"
"Padahal saya yang menang...."
"Aku akan menyisir ekormu nanti"
"Ya!"
Selesai memberi penghargaan, saya membawa mereka ke depan Lifell-hime dan Reese. Meskipun apa yang keduanya kenakan kini yaitu pakaian petualang compang-camping dan jauh dari kesan indah, Reese masih memeluk Emilia dan Reus dengan sayang.
"Terima kasih. Sungguh terima kasih, kalian berdua"
"Tunggu sebentar, Reese. Walaupun ini membahagiakan, tapi bajumu akan jadi kotor"
"Reese-ane, ini agak sakit"
"Bagus kan. Ini rasa syukurnya yang terbaik untuk kalian berdua*"
[Kayaknya yg ngucapin ini Putri Lifell]
Emilia dan Reus hanya bisa tersenyum masam sambil membiarkan dipeluk oleh Reese, yang terlihat masih tak ingin melepaskan keduanya. Lifell-hime juga ikut dan memeluk mereka dari belakang, dan merubahnya menjadi pemandangan yang kacau.
"Aku juga ingin mengucapkan rasa syukurku. Emilia, Reus, terima kasih. Berkat kalian, Reese bisa tiba disini dengan aman"
"Tidak menyerupai itu. Kami hanya mengikuti apa yang Sirius-sama katakan"
"Ya. Namun, bahkan tanpa dimintapun, kami akan bergerak untuk menyelamatkan Reese-ane!"
Di belakang keduanya yang tersenyum malu, persiapan makan malam sedang berlangsung dengan lancar. Perut Reus menggeram keras ketika mencium aroma lezat. Itu mengingatkanku, mereka belum makan apapun semenjak operasi dimulai, tidak heran bila abang adik ini lapar. Baik Emilia maupun Reese menelan ludah, memegangi perut masing-masing dengan wajah memerah.
"Untuk sekarang, bagaimana kalau kita makan? Kelihatannya semua orang sudah lapar"
"Apakah baik-baik saja untuk kami?"
"Tentu saja. Makanan yang disiapkan ini untuk Reese dan kalian, jadi jangan sungkan. Ah, alasannya disini bukan istana, kalian tidak perlu memikirkan perihal etika"
"Yahoooo!! Aniki, apa kau akan makan juga?"
"Yah, ayo. Aku juga lapar"
Setelah menerima konfirmasi dariku, kedua bersaudara duduk di dingklik dan mengulurkan tangan ke piring untuk meraih aneka macam makanan. Aku juga duduk alasannya ingin merasakan kuliner yang biasanya ditujukan pada para bangsawan. Seperti yang di harapkan, kuliner yang dibentuk dengan alat dan materi berkualitas akan menjadi lezat.
"Enak! Ini sangat enak, tapi saya masih lebih suka kuliner Aniki!"
"Benar, hidangan Sirius-sama yaitu yang terbaik"
Itu bukan sesuatu yang harus kalian katakan ketika makan. Lihat, si koki hingga tersenyum pahit.
"Maaf. Mereka sudah terbiasa dengan masakanku, keduanya mungkin merasa bahwa kuliner yang tak asing yaitu yang terbaik"
"Tapi saya juga berpikir hidangan dari Sirius-san yang terbaik"
"Asal tahu saja, hidangan ini dibentuk oleh seorang juru masak yang sangat populer di Elysion. Kalian sungguh mempunyai selera yang menarik"
Terdapat adegan memalukan lainnya, tapi pesta kecil itu berakhir dengan damai.
☆☆☆
"Aniki, keluarga darah biru memang luar biasa!"
"Kau benar"
Seusai makan, kami dibawa ke ruang tamu dimana kami akan bermalam kemudian mandi. Meskipun dirancang sebagai kemudahan medis, ada juga hal-hal glamor menyerupai pemandian air panas. Terlebih lagi, itu dibentuk terpisah untuk laki-laki dan perempuan dan tergolong sangat mewah.
Reus tampak bersemangat ketika masuk ke pemandian alasannya ukurannya yang cukup besar hingga bisa menampung sepuluh orang. Berbeda sekali dengan yang saya rancang di pondok berlian dimana hanya muat untuk satu orang.
"Apa kedua Nee-chan dan yang lainnya di pemandian yang sama?"
"Kupikir begitu. Meskipun ini bukan niatmu, tapi jangan hingga mengintip ya"
Melakukan itu memang mustahil, alasannya dindingnya membentang hingga ke langit-langit tanpa celah. Mendengar perkataanku, Reus pun menggeleng beberapa kali.
"Aku takkan melakukannya, Aniki! Nee-chan akan membunuhku!"
"Yah, mungkin itu yang akan terjadi. Aku saja bahkan mungkin dilempar baskom bila mencobanya"
"Hmm, bila Aniki, kau mungkin akan diundang untuk bergabung. Reese-ane juga....mungkin"
"Apa maksudmu 'mungkin'?"
"Aku hanya berpikir kalau Reese-ane telah berubah sehabis kita tiba ke sini. Walau cuma sebentar, saya sempat melihat warna pink yang menyerupai dengan Nee-chan dan Noel-ane dari Reese-ane"
Instingnya masih tajam menyerupai yang dulu.
Apa yang akan Emilia lakukan bila ia tahu perihal perasaan Reese? Aku menyampaikan ingin bepergian bersama semua orang, yang artinya Reese akan ikut. Mungkin mereka takkan akur.
Yah, kecemburuan perempuan itu menakutkan. Aku mempunyai rekan kerja perempuan di kehidupan sebelumnya, yang akibatnya ditikam pada bab perut menggunakan pisau dapur alasannya dikelilingi oleh kecemburuan perempuan lain. Ngomong-ngomonng, ia beruntung alasannya tusukannya masih sempat dihalang oleh majalah yang dirinya bawa. Kupikir ia sudah terluka serius alasannya pihak lain begitu buruk.
Emilia dan Reese mungkin sedang membicarakannya di pemandian, namun saya masih takut bila hingga berakhir di adegan penuh huru-hara. Lebih baik bila mereka membahas itu sehabis selesai mandi.
"Yah, dari kini mungkin ada banyak yang akan berubah"
"Itu benar. Entah itu nee-chan, Reese-ane maupun diriku menyukai aniki, jadi kupikir takkan ada masalah! Baiklah, kini saatnya untuk membersihkan aniki! Aku akan mulai dengan punggungmu"
"Ya, kuserahkan padamu"
Kami bergantian untuk membasuh punggung. Sewaktu saya membawanya untuk pertama kali dulu, lengan dan kakinya sangat ringkih seolah akan patah kapanpun. Tapi kini tubuhnya sehat dengan otot-otot yang menonjol alasannya latihan. Bagaimanapun, saya senang melihat pertumbuhan fisiknya, entah sebagai guru maupun orangtua.
Usia kami memang hampir sama, namun ini mengingatkanku pada murid-murid di di kehidupanku yang dulu. Mereka juga akan membasuh punggungku menyerupai adegan sekarang. Itu membuatku ingin tau perihal bagaimana keadaan semuanya.
☆☆☆
Kami selesai membasuh satu sama lain tanpa butuh waktu lama. Tepat ketika saya hendak kembali ke kolam mandi, seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Permisi"
Sejenak kupikir itu Emilia (yang benar saja), tapi ternyata si pengawal dari Lifell-hime, Melt.
Pertemuan pertama dengannya sempat diwarnai keributan, tapi itu juga alasannya pengabdian atas pekerjaannya. Dan sekarang, tanpa kehadiran Lifell-hime, suasana tegang berputar diantara kami.
"Ada apa? Tidak dilema kan bila saya masuk juga?"
"Ya, silakan"
Untuk ketika ini, Melt berendam di sisi kolam mandi tak jauh dari kami. Secara pribadi, ku pikir seseorang harusnya tidak memasuki pemandian sebelum mencuci tubuhnya dulu, tapi saya mengabaikannya alasannya ini bukan rumahku dan tidak menggunakan kebiasaan semacam itu.
Keheningan berlanjut, waktu di pemandian terlewat begitu saja. Reus awalnya hanya membisu dan mengawasi Melt, tapi keingintahuannya memecahkan kesunyian.
"Emm, Melt....-san?"
"....Apa?"
"Melt-san, apa kau....membenci ras binatang?"
"Benar juga. Apa boleh buat bila kau hingga berpikir begitu alasannya sikap kasarku yang dulu"
Saat Melt berbalik ke arah kami, senyuman masam muncul di wajah yang biasanya memasang ekspresi keras. Apa-apaan, kau ternyata bisa mengeluarkan ekspresi semacam itu.
"Aku yaitu orang yang ada untuk melindungi Hime-sama. Ini memang alasan yang buruk, tapi ketika Hime-sama terserang penyakit asing itu, saya merasa putus asa dan mulai menganggap semua orang sebagai musuh. Ketika pertama kali bertemu dengan kalian, saya seolah melihat musuh yang ingin kusingkirkan alasannya berpikir bahwa kalian akan membawa wabah lain untuknya"
"Aku mengerti. Jika ada seseorang yang akan menjadikan ancaman terhadap aniki, kurasa perlakuanku takkan berbeda...."
"Tak perlu menggunakan bahasa formal. Aku yang kini hanyalah Melt, bukan penjaga keluarga kerajaan. Kupikir akan memalukan bila saya terus berasalan, kalian bukan saja menyelamatkan Hime-sama, tapi juga Felice-sama. Ada satu hal yang perlu kukatakan sebagai seorang pria"
Dan seseorang berjulukan Melt pun menundukkan kepalanya. Bagaikan tak peduli bahwa kami lebih muda darinya.
"....Maaf. juga, terimakasih"
Aku tidak begitu yakin....apa ini bisa disebut komunikasi secara telanjang*....tapi rasanya kami menjadi sedikit lebih dekat dengan si Penjaga keluarga kerajaan hari ini.
[裸の付き合い (Hadaka no Tsukiai) secara harfiah ya bersosialisai sambil telanjang. Ini istilah atau mungkin budaya(?)ketika di onsen/pemandian air panas di jepang]
☆☆☆
Keesokan harinya, saya terbangun diiringi sensasi yang aneh.
Ketika menoleh bergantian ke kedua sisi untuk mengkonfirmasi perasaan itu, saya bisa melihat warna perak di sebelah kanan, dan warna biru di sebelah kiri.
"Selamat pagi, Sirius-sama"
"....Se-Selamat pagi"
Atau dengan kata lain, ini Emilia dan Reese. Keduanya menggunakan suatu pakaian yang menyerupai daster, dimana sensasi asing itu berasal dari sana. Sedangkan di dekat kakiku....
"Aniyukyii...."
....Ada Reus yang masih tidur. Meski ruang tamunya mempunyai kawasan tidur ukuran besar yang bahkan bisa dengan gampang menampung empat orang, tapi kenapa situasinya menjadi begini?
"....Selamat pagi. Sekarang, saya ingin penjelasan"
"Itu alasannya berada tepat di samping Sirius-sama yaitu yang terbaik"
"A-Aku....diminta oleh Ane-sama kesini...."
"Kupi---*...."
[くぴー....kayaknya bunyi dengkuran Reus]
Meski mereka terlihat tidak melaksanakan apapun selain berbaring, apa yang terjadi sehabis saya tidur kemarin?
Seusai keluar dari pemandian, saya yakin eksklusif jatuh di kasur. Terdapat kasur lain disebelah, jadi Emilia seharusnya tidur di sana*.
[Kamarnya punya dua kasur]
Aku sedang menunggu mereka bicara tapi, ada kemungkinan saya terlelap ditengah berendam dalam kolam mandi begitu lama. Itu bisa saja terjadi alasannya kekurangan tidur selama beberapa hari terakhir. Memang tidak ada kewaspadaaan alasannya yang tiba yaitu mereka, tapi agak disesalkan alasannya saya tidak sadar sama sekali meski keduanya sudah mendekat sejauh ini.
Intinya, dari perkataan kedua gadis, mereka hanya berbaring dan memandangiku. Sedangkan Reus....tidakkah ia kesal alasannya ditinggalkan?
Tunggu sebentar. Situasi dimana saya terjepit diantara Emilia dan Reese di ranjang yang sama, itu berarti keduanya masih mempunyai relasi baik, kan?
"Kalian....sangat akrab"
"Iya! Aku menyukai Sirius-sama dan Reese"
"Aku juga, menyukai Emilia dan Si-....Sirius-san...."
Alih-alih bersikap baik, relasi mereka tampaknya sudah semakin dalam.
Ini niscaya perihal hal itu, kan? Tentang poligami yang masuk akal didunia ini? Jika memang begitu, kurasa diriku lah yang asing alasannya terbiasa dengan standar kehidupan sebelumnya.
Yah....faktanya, mereka yaitu muridku. Umur kami masih terlalu dini untuk memikirkan pernikahan. Selain itu, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Sekarang ini, saya lebih baik fokus berperan sebagai seorang guru.
Aku dari awal memang berniat untuk mendukung pertumbuhan mereka hingga masing-masingnya menjadi mandiri. Hanya saja, sebagai seorang pria, mempunyai satu atau dua istri----....eh? Dipikir-pikir lagi, ini bukan 'dua', nyatanya ada seorang elf yang telah menciptakan reservasi terlebih dahulu....
"Sirius-sama? Apa kau ingin tidur kembali?"
"....Tidak, tidak apa-apa. Kita harus segera bangun"
Berhentilah memikirkan hal itu. Kurasa akan lebih baik untuk memutuskannya sehabis bertemu dengan Fia lagi. Meski agak salah menundanya, ada kemungkinan mereka akan bertemu laki-laki yang lebih baik daripada diriku.
"---Kue?!....Eh? Aniki, kemana kueku pergi?"
Keadaanmu benar-benar membuatku iri.
☆☆☆
Semua orang kemudian berdiri dan berkumpul untuk sarapan di ruang makan.
Seorang pelayan mendadak masuk dengan tergesa-gesa kemudian membisikkan sesuatu kepada Lifell-hime. Adegan itu menyerupai dengan situasi ketika Reese dibawa ke istana.
Karena ini niscaya bekerjasama dengan Reese, saya menguping tanpa ragu dan terkejut dengan isinya.
"Begitukah....hanya ada dua, termasuk pengikutnya? Untuk sekarang, kami akan membahasnya dengan para tamu. Sedangkan kalian berjagalah sambil mengawasi bila ada orang yang bersembunyi"
Setelah memberi kode pada pelayan itu, Lifell-hime berdiri dan menatap kami dengan serius.
"Orang yang pergi untuk menyidik situasi di istana telah kembali dan memberitahu bahwa ayah akan datang"
"Tou-sama?!"
"Benar. Namun, ia hanya bersama seorang pengikut yang tidak membawa apapun selain senjata untuk membela diri. Kupikir mereka tidak kemari dengan tujuan menciptakan keributan, tapi untuk berjaga-jaga, kalian tetaplah di sini"
"Ane-sama! Jika begitu, saya juga....!"
"Perasaanmu itu membuatku senang. Hanya saja, biarkan saya bicara dengannya terlebih dahulu. Sirius-kun, andaikan terjadi sesuatu, tolong bawa Reese dan kaburlah"
"Baiklah. Kurasa takkan hingga terjadi hal yang berbahaya, tapi tentu saja saya akan menjamin keselamatan Reese"
"Kuserahkan padamu"
Seusai mengucapkan itu sambil tertawa kecil, ia memberi isyarat kepada Senia dan Melt, ketiganya pun keluar dari ruangan. Sisa dari kami menunggu dengan tetap duduk dan meminum teh. Namun, menyerupai yang diharapkan, Reese tidak bisa tenang. Emilia kemudian mendekat dan menggenggam tangannya.
"Tidak apa-apa Reese. Kakakmu niscaya bisa membujuk ayahmu"
"Ya, saya memang percaya. Namun, alasannya Tou-sama sendiri yang datang, saya jadi khawatir bahwa sesuatu akan terjadi...."
"Tenanglah, Reese"
Ya, faktor terpenting di sini yaitu bahwa raja tiba dengan hampir tanpa membawa pengikutnya. Ini berarti sesuatu yang krusial menyerupai pertarungan tak mungkin terjadi. Kurasa ia menginginkan hal lain. Jika pemikiranku benar, raja tidak berniat menyakiti Reese maupun Lifell-hime.
"Pikirkanlah ini. Jika sungguh ingin menangkapmu, mereka takkan tiba hanya dengan dua orang. Menurutku, ia sekedar ingin berbicara"
"Percakapan tampaknya bukan hal yang Tou-sama akan lakukan. Dia bahkan hanya berbicara padaku bila benar-benar perlu, kau tahu?"
"Itu murni intuisiku. Sekarang waktunya untuk melihat apa yang terjadi...."
☆☆☆
"Jangan bercanda!"
Mungkin mereka sedang saling berhadapan di kamar sebelah, tapi bunyi murka Lifell-hime bahkan bisa terdengar hingga ke ruang makan. Aku secara refleks melepaskan {Search}, hanya saja tidak merasakan adanya gejala pertarungan.
"Yang barusan itu, bunyi Lifell-ane....kan?"
"Ini tidak normal. Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan?"
"Tidak masalah, tunggulah sebentar. Kelihatannya, situasi takkan mengarah menjadi lebih buruk"
"Ane-sama....apa yang terjadi?"
Ketika Reese dan kedua bersaudara merasa gelisah alasannya mendengar bunyi yang bergema keseluruh tempat, pintu ruang makan terbuka dimana Senia berjalan masuk dari sana. Tampaknya tak ada keadaan yang menciptakan ia terburu-buru, namun dirinya terlihat sangat kesal.
"Senia, kenapa Ane-sama hingga berteriak menyerupai itu?"
"Anda akan mengetahuinya begitu hingga di sana. Reese-sama, semuanya, mari kita pergi ke ruang tamu, kawasan Lifell-sama berada"
"Kami juga?"
"Iya. Ada sesuatu yang perlu didengar semua orang di sini. Ou-sama* juga ada disana. Namun, dikarenakan ini yaitu situasi ringan, sedikit ketidak-formalan akan dimaafkan"
[Baginda raja, Ou=Raja]
"Ayo, Reese. Kami akan ikut juga, jadi jangan takut untuk berbicara dengan ayahmu"
"....Ya. Terima kasih"
Bersama Reese yang telah bertekad, kamipun dipimpin oleh Senia menuju ruang tamu. Setelah Senia mengetuk pintu, semua orang masuk dengan izin dari Lifell-hime.
Dan akhirnya, kelompok ini bertemu bertemu dengan sang raja....Ayah Reese, Cardeas.
"....Kau tiba ya"
Orang itu sedang duduk di salah satu sofa.
Dia mempunyai rambut merah pendek bagaikan api dan mata tajam mengingatkanku pada burung pemangsa. Sesuai dengan rumor yang beredar di seluruh Elysion, seseorang sanggup merasakan ambisi darinya bahkan ketika ia sedang duduk. Mereka yang tak mengetahui apa-apa mungkin akan berlutut tanpa sadar.
Mengenyampingkan statusnya sebagai penguasa dari sebuah negeri, kesan pertama yang saya rasakan ketika bertemu adalah....dia setajam bilah pedang. Aku kini mengerti tekanan yang dialami oleh Reese.
Namun---
"Apakah kalian teman Reese?"
---ketika ia memalingkan wajah ke arah kami, garis indah dari sebuah tamparan yang tersisa di pipi kanan menghancurkan seluruh citranya. Mungkin terjadi ketika Lifell-hime berteriak, hingga bunyinya tidak terdengar.
"Kenapa gres kini kau mengatakannya? Kalian, duduklah di sampingku"
Dalam suasana yang lembut, kamipun duduk berdampingan dengan Lifell-hime. Disatu sisi, Emilia dan Reus sangat berusaha untuk menahan tawa ketika melihat bekas merah di wajah sang raja. Kalian....karena kau yaitu raja, tolong maafkan bunyi mereka yang masih bocor.
"Aku memanggil kalian alasannya ingin memberitahukan kebenaran dari upacara pertunangan kemarin. Ini gres ku sadari bahwa seluruh prosesi yang kau jalani kemarin....itu palsu"
"... Ane-sama, tolong katakan sekali lagi"
"Upacara pertunangan itu palsu. Mungkin lebih tepat bila dikatakan kalau tujuan aslinya yaitu sebagai jebakan untuk mengumpulkan para darah biru yang korup dan kotor?"
Makara begitu?.
Orang-orang yang terlihat dalam upacara kemarin hanyalah darah biru yang baik dari segi penampilan namun busuk hingga ke inti. Jika upacara itu memang penting, mereka yang menyerupai Kepala Sekolah, Rodwell atau orang-orang kuat akan diundang. Dengan kata lain, ketidakhadirannya justru menjadi bukti.
Kalau dipikirkan lagi, reaksi para penjaga istana juga sangat cepat. Mereka tidak gagal menangkap darah biru yang mencoba lari dari aula, dan bergerak tanpa melewatkan satupun. Memikat semua orang serakah dengan madu hingga bisa ditangkap sekaligus. Ini sangat menyerupai tindakan polisi di kehidupanku sebelumnya. Memang tidak sanggup dipakai secara luas, tapi cukup efektif untuk membersihkan kotoran yang tertinggal.
Masalah sebetulnya yaitu dampak yang akan terjadi di masyarakat dan dendam dari tindakan tersebut.
"Kau sudah mengerti sekarang? Pria ini bukan saja merahasiakannya dariku, tapi juga darimu, Reese, yang dipakai sebagai umpan dalam rencananya! Apa yang kau pikirkan hingga mempermainkan putrimu dalam ijab kabul palsu?!"
"Jika saya memberitahumu, bukankah kau akan menolaknya?"
"Tentu saja kan! Bagaimana bisa saya membisu saja seandainya tahu adiknya yang manis menanggung beban seberat ini!"
"Karena itulah saya tidak mengatakannya! Aku sudah memikirkan aneka macam persiapan dan terlanjur menghabiskan banyak tenaga untuk mengumpulkan dan menangkap orang-orang idiot di negeri ini!"
Bahkan ketika pertunangan Lifell-hime tidak boleh alasannya dirinya sakit, upacara tetap berlanjut semoga planning itu tidak sia-sia dengan dialihkan ke Reese, yang harusnya disembunyikan alasannya situasi khusus. Raja Cardeas, orang ini sangat penghitungan sekaligus tak kenal takut.
Hanya saja, alasan semacam itu takkan bisa meredakan amarah sang kakak.
"Siapa yang peduli! Harusnya akulah yang berada disana alasannya diriku sudah sembuh!"
"Ingatlah bahwa kau masih di tahap pemulihan! Aku juga kesulitan ketika mengambil pilihan ini!!"
"Kalau begitu, buatlah lebih banyak anak perempuan! Kakak tertua membosankan, abang kedua kutu buku, ditambah lagi adik yang lemah! Kau pikir berapa banyak dilema yang kuhadapi dengan dikelilingi oleh pria?! Ketika akibatnya muncul seorang adik perempuan manis hingga saya terikat padanya, apa boleh buat kan!!
"Tujuanku bukanlah untuk mempunyai lebih banyak anak!!"
....Pembicaraan ini mulai melenceng.
Sosok raja yang kudengar dari Reese yaitu seseorang berkepribadian hambar dan akan berucap bila diharapkan saja. Namun, laki-laki yang sedang berdebat di hadapan kami kini tak lain hanyalah seorang ayah dengan aspirasi berlimpah.
Dan orang yang paling terkejut diantara kami perihal 'perbedaan' ini tentunya yaitu Reese. Dia terkaku dengan mata terbuka lebar.
"Anu....bisakah kalian sedikit lebih tenang?"
"Ya....kau benar. Kali ini saya agak kelewatan"
"Aku juga. Sudah usang saya tidak berteriak menyerupai sekarang"
Apa ini memang pertama kalinya kalian berbicara sehabis sekian lama? Senia, Melt dan seorang pelayan yang menunggu di belakang raja masih bersikap tenang, seakan-akan sudah menyaksikan tragedi ini setiap hari.
"Jadi, inikah alasan kami dipanggil?"
"Tentu saja ada alasan lain. Sebagai permulaan, permintaanku untuk menculik Reese"
"Aku akan mengambil alih dari sini. Faktanya, kalian telah mengganggu upacara itu atas undangan Lifell. Biasanya, saya akan tetap menjatuhkan semacam hukuman, namun alasannya ini upacara palsu, saya menentukan melupakannya"
Dengan kata lain, ia membiarkan dilema ini hanya alasannya upacaranya sendiri palsu. Meskipun sebagai raja, bukankah otoritasnya terlalu kuat*?
[Maksudnya gini, sang raja melupakannya, tapi bagaimana dengan darah biru lain (yang bukan sasaran dari planning itu)? Mereka niscaya menyarankan semoga 'mencari dan menghukum si penculik keluarga kerajaan'. Sirius cuma heran dengan bagaimana cara Cardeas menghilangkan 'masalah itu'.]
"Anda melaksanakan tindakan drastis menyerupai itu. Apakah alasannya keluhan dari segala arah kali ini?"
"Seperti katamu, keluhan tiba layaknya longsor. Namun, kini saya bisa menyerahkan sisanya kepada orang-orang dibalik layar"
"Bahkan bila demi membersihkan negeri dari sampah, bukankah itu terlalu berlebihan?"
"Mereka yang menaruh Mana Stone di dalam dirimu juga terlibat dengan ini. Aku tidak bisa membiarkan dilema itu mengalir begitu saja. Lagi pula, bila dianggap remeh, mereka akan menyulitkanmu ketika kau menjadi penerus tahta kelak, ya kan?"
Rencananya tidak hanya dirancang untuk menangkap para darah biru korup, tapi juga berfungsi sebagai balas dendam untuk sang putri. Ini bahkan sanggup dijadikan pola bagi orang lain, sehabis tahu apa yang akan terjadi pada orang-orang busuk itu, darah biru lain akan jauh lebih kecil kemungkinannya bertindak melawan Lifell-hime, terutama sehabis ia mengambil alih posisi diatas tahkta. Meski tergantung seberapa luas skala kebijakannya, takkan ada yang perlu dikhawatirkan alasannya dirinya bisa menyesuaikan keadaan sekitar dan menilai hal-hal dengan disiplin.
"Ini akan memberi tanda pada lingkungan bahwa menyerupai itulah selesai dari orang-orang busuk, saya berencana mengumumkan hasil penangkapan mereka semua secara langsung. Juga, tolong jangan khawatir, tindakan kalian akan tetap dirahasiakan"
"Otoritas raja, ya"
"Terserah padamu menyebutnya apa. Jika orang yang menyelamatkan putriku dihukum, maka saya akan menggunakan sebanyak mungkin otoritas kerajaan untuk mengubahnya"
Apa-apaan, bukankah laki-laki ini tidak terlihat menyerupai sosok yang akan menatap Reese dengan mata dinginnya? Bagiku, ia hanyalah laki-laki bau tanah naif.
"Hei, Aniki. Apakah tindakan kita ini sebetulnya tidak berguna?"
"Tidak ada hal menyerupai itu. Reese bisa merasa lega alasannya bebas, dan kurasa kini mentalnya sudah agak berkembang*"
[Lebih berani alasannya mengetahui sifat orisinil ayahnya, lebih bisa mengambil keputusan alasannya kakaknya....atau mungkin, yg dimaksud disini yaitu rasa cintanya pada Sirius hingga mengubah sedikit jalan pemikirannya. Ingat, cinta bisa merubah sikap seorang gadis XD .]
"Sesuai perkataan Sirius-san. Meski tidak yakin apakah mentalku sudah berkembang atau tidak, tapi saya sangat senang ketika melihat kalian tiba ke aula pertemuan"
Reese yang awalnya galau dengan perbedaan antara gambaran ayahnya dan kenyataan, tersadar kembali kemudian tersenyum pada kami. Di momen ketika wajah putrinya menoleh ke arah sini, saya melihat sang Raja menatapnya dengan lembut. Sikap hambar terhadap Reese memang ada, tapi tampaknya bukan alasannya perasaan tidak suka.
Saat saya memikirkan hal itu, Lifell-hime yang duduk di dekat kami mencondongkan badan ke depan, dan mulai membuka lisan dengan ekspresi serius.
"Sekarang saya tahu apa yang ayah ingin sampaikan, kau melaksanakan itu demi diriku. Namun, ada satu hal yang saya masih belum mengerti. Ini perihal Reese"
Wajah raja menjadi terkaku ketika pembicaraan berlanjut membahas Reese, ia kemudian melihat ke sini dengan wajah murung. Walaupun sesaat yang kemudian ia menjadi orang yang mempunyai kesan akrab, perubahan mendadak macam apa ini?
"Awalnya, kupikir Reese dibenci dan dijauhi alasannya bukan secara utuh berasal dari keluarga kerajaan. Namun, saya sadar keadaanya lebih rumit disaat mendengar bahwa ia dipakai sebagai umpan di upacara itu. Biasanya, orang lain tidak diperbolehkan ikut mendengarnya, tapi kini saya ingin ini menjadi jelas. Ayah, apa pendapatmu perihal Reese?"
"...."
"Katakanlah bila kau mendapatkan atau membencinya dengan jelas!! Apa kau tidak tahu kalau tindakan setengah hatimu itu akan menyakiti anak ini?!"
"Ane-sama, tou-sama jadi terganggu. Tolong jangan mengejar ini lebih jauh, saya sudah baik-baik saja"
"Tidak, saya ingin menciptakan semuanya jelas, disini dan sekarang. Jawablah, bagaimana perasaanmu terhadap Reese?!"
Kupikir kami harus pergi alasannya ini terdengar menyerupai percakapan untuk anggota keluarga saja. Namun, seolah tidak mengingingkannya, Reese meraih lengan bajuku sambil gemetar. Bahkan tak perlu kata-kata lain, kami akan berusaha tetap disini dan mendengarkan.
Setelah Lifell-hime menyatakanya dengan memukul meja di depan, tatapa sang raja beralih ke arah Reese diiringi senyuman pahit.
"Perasaanku....ya? Sejujurnya, saya juga tidak tahu"
"Tou-sama. Aku---....apa saya seharusnya tidak tiba ke sini?"
"Tidak, Felice. Kau tidak salah. Itu aku, akulah yang bersalah pada ibumu, Laura"
Pemandangan dimana ia menyesap teh, kemudian menatap langit dibalik jendela terasa melankolis. Intuisiku berkata kalau orang yang berbicara dihadapan kami kini bukanlah raja Elysion, melainkan hanya seorang laki-laki berjulukan Cardeas.
"....Laura niscaya selalu membenciku untuk ini"
Gumam Cardeas sedih.
☆☆☆Chapter 43 berakhir disini☆☆☆
Catatan Penulis : Awalnya saya berencana mengakhiri Arc di chapter ini, tapi ternyata masih akan berlanjut.
Ber-setting di keluarga kerajaan itu rumit, selain ada banyak kata-kata yang tidak berguna, ada banyak juga hal yang ingin kutulis, tapi malah bersambung di tengah jalan (lol).
Update selanjutnya akan muncul di tiga, empat hari lagi. Akan kuberikan jadwal kegiatanku menyerupai biasa.
Sebelumnya, Lifell-hime mempunyai tiga abang laki-laki. Tapi di tanggal 14 september, settingnya diubah menjadi dua abang laki-laki dan satu adik laki-laki.
Cerita tambahan>>>
Pada aula pertemuan dimana Reese sedang linglung, dan waktu kuliner ringan manis pengantinnya dihancurkan oleh sihir....
"HAAHH?! Baru saja, saya merasakan sesuatu yang berharga telah rusak!!!"
"Aku juga merasakannya, kepala sekolah!!"
Indra keenam kepala sekolah dan bawahannya yang bekerja lembur malam itu, mendadak aktif.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/