Baka To Test:Volume3.5 Aku, Preman Dan Sebuah Surat Cinta, B. Indonesia
“Halo Yoshii Akihisa-kun:
Maaf kalau gres menulis surat untukmu sekarang, tapi saya ingin sekali menyampaikan ini kepada Akihisa-kun. Kaprikornus lantaran itulah saya mulai menulis surat ini.
Akihisa-kun masih ingat denganku? Kita ada di kelas yang sama dikala kelas 3 SD. Saat itu, saya selalu merasa kalau Akihisa-kun perjaka yang menarik, dan orang yang selalu menyemangati kami. Tidak peduli apapun yang terjadi, kau selalu berdiri untuk menyemangati semua orang. Saat saya jadi ketua kelas, kau berbagai membantuku. Aku berpikir Akihisa-kun benar-benar menganggumkan. Walaupun saya tidak ikut bermain denganmu, hatiku selalu terasa hangat ketika melihatmu, baik itu di kelas maupun di lapangan.
Ketika kita SMP, walaupun kita tidak sekelas, saya terus mendengar kabar tentangmu. Ketika kita bertemu, hatiku selalu berdegup kencang. Bukankah itu aneh, kenapa ini terjadi? Aku sering bertanya pada diriku sendiri.
Mungkin ini kebetulan, tapi dikala kudengar kau masuk sekolah yang sama denganku, saya benar-benar merasa senang.
Saat perang Syokanju, kau segera melangkah maju untuk melindungiku. Saat itu, saya tidak bisa lagi membohongi diriku sendir i- Kupikir, mungkin saya mencintaimu... Sampai kini saya karenanya menyadari perasaanku padamu.
Aku mencintaimu.
Sekarang, saya mengumpulkan semua keberanianku untuk menyatakan perasaanku padamu. Tapi saya bertanya-tanya apakah manis kalau saya memberi tahu Akihisa-kun semoga memahami perasaanku padamu dan perlahan menyatukan perasaan kita?
Surat ini berisi semua perasaanku padamu. Kaprikornus kalau kau sudah mempunyai seorang kekasih atau orang yang kau suka, saya benar-benar minta maaf.
Tapi tetap saja, pada akhirnya, saya benar-benar mencintaimu. Aku sangat mencintaimu.”
☆
"Ooo bagaimana bisa saya tiba ke sekolah lebih awal hari ini?"
Langit yang sangat cerah, udara yang higienis dan sinar matahari yang menghangati tubuh dikala saya berjalan.
Tidak ada yang gila ketika saya pergi ke sekolah lebih awal, seolah-olah saya sedang berjalan di jalan yang kosong. Sangat menyegarkan.
"Ada pepatah yang menyampaikan burung yang paling cepat bangkit yang paling banyak mendapatkan cacing.Tidak tahu apa yang akan saya dapatkan hari ini ."
Sepulang sekolah kemarin, saya berpikir untuk tidur sore, anehnya saya tidur hingga pagi, karenanya saya bangkit 2 jam lebih awal dari biasanya.
Setelah bangun, tanpa pikir panjang saya eksklusif berangkat ke sekolah. Namun, cuaca hari ini sangat cerah, kalau tahu begini seharusnya saya basuh baju dulu.
"Mari kita lihat, apa yang harus kulakukan dahulu - hm?"
Ketika sedang berpikir sambil berjalan,tiba-tiba saya menemukan sosok yang tidak asing di depan gerbang sekolah. Rambut pendek, kulit coklat dan otot yang kekar; bukannya itu Tetsu- biar kucoba lagi, bukannya itu Nishimura-sensei? Walaupun tampangnya begitu, ia masih wali kelasku. Lebih baik saya menyapanya.
"Pagi, sensei!"
Aku menyapanya dengan penuh semangat dari belakang. Tetsujin berbalik dengan senyum ramah yang belum pernah kulihat sebelumnya.
"Oh, pagi. Ada latihan pagi? Bagaimana-"
Dia berhenti.
"Sensei?"
"-Maaf, saya salah."
"Sensei mengira saya orang lain, ya? Ya ampun, tidak perlu meminta maaf, kok."
"Ngapain kau tiba ke sekolah pagi-pagi, Yoshii?"
Ketika ia menyampaikan itu, senyum ramah di wajahnya bermetamorfosis ekspresi tegas.
"Eh... jadi yang salah yaitu perilaku Sensei padaku?"
Apa saya sudah melaksanakan begitu banyak hal buruk...?
"Sebagai guru, sudah terang kalau saya harus tegas kepadamu, tapi manis kau sudah datang. Dengan kemampuan 'Kansatsu Shobusha' milikmu, saya punya beberapa pekerjaan kecil untukmu…"
"Woah, gara-gara saya 'Kansatsu Shobusha', sensei memaksaku bekerja?"
"Benar. Sekarang pergi ke lapangan…"
"Ya ampun, seharusnya saya tidak tiba pagi-pagi..."
Desahku.
‘Kansatsu Shobusha'-adalah metode eksekusi dengan menggunakan 'Sistem pemanggilan Syokanju' yang dipakai Akademi Fumitzuki. Tujuan utamanya untuk mematuhi perintah guru dan melaksanakan segala macam pekerjaan kasar.
'Sistem pemanggilan syokanju' yaitu sebuah teknologi yang mencampur antara ilmu pengetahuan dan supernatural. Untuk mempromosikan Sistem Pemanggilan Syokanju, Fumitzuki Gakuen yaitu sekolah percobaan yang menggunakan sistem ini sebagai dorongan untuk siswa supaya mencar ilmu lebih rajin. Caranya dengan menggunakan shoukanju untuk bertarung, dan ini niscaya akan memompa siswa lebih baik daripada ujian biasa.
"Kamu seharusnya meratapi sikapmu yang karenanya membuatmu menjadi 'Kansatsu Shobusa', bukan lantaran tiba ke sekolah lebih awal, ya kan?"
Tetsujin terlihat seolah-olah ia sudah mengalah sambil menghela napas dalam-dalam.
"Uu... tapi saya tidak melaksanakan sesuatu yang sangat buruk sehingga langit pun tidak memaafkannku..."
"...Kamu benar-benar punya nyali untuk menyampaikan itu. Cukup ngobrolnya, cepat ke lapangan?"
"Ya, ya."
Dengan Tetsujin di depan, saya memasuki lapangan dengan kesal. Mereka yang sedang lari di lapangan, apa mereka anggota Klub Lari yang sedang latihan? Mereka terlihat sangat bersemangat.
"Sekarang giliranmu, Yoshii."
"Ya--summon."
Dari izin Tetsujin, saya memanggil shoukanju milikku.
Sebuah bulat sihir bersinar di sampingku, dan versi mini-ku muncul. Tubuh mungil setinggi tiga kepala, tapi jangan sekali-kali meremehkan kekuatannya. Meskipun kekuatan syokanju yang dipanggil ditentukan oleh poin pemiliknya. Poinku masih cukup untuk membuatnya lebih besar lengan berkuasa beberapa kali lipat daripada laki-laki normal. Namun, kekuatan super itu hanya dipakai untuk pekerjaan kasar.
"Bagus,angkut tiang gawang itu."
"Ya "
Shoukanjuu mematuhi perintahku dan dengan gampang mengangkat tiang gawang yang beberapa kali lebih tinggi dari padanya.
"Bawa ke daerah pembuangan sampah di luar kota."
"SENSEI PIKIR SEBERAPA JAUH TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH DI LUAR KOTA, HAH?"
Setidaknya pinjami saya sebuah truk!
"Bercanda. Letakkan di erat gerbang sekolah… Hati-hati, jangan hingga menghalangi pintu masuk."
"Haaa, membuatku takut saja "
"Kalau kau pikirkan wacana kerusakan yang kau perbuat, eksekusi ini g ada apa-apanya."
"Huuuhhh..."
Soal itu, saya agak menyesal, oke? Tapi paling tidak pahami situasiku...
"Jaringnya harus dilepas."
"Cih... Sepertinya tidak akan ada hal yang baik hari ini..."
Burung yang paling pagi yang mendapatkan cacing – siapa sih yang ngomong?
☆
Aku mengikuti arahan Tetsujin dan melepaskan jaringnya. Lalu kupindahkan gawang ke gerbang sekolah. Tidak terasa saya hampir terlambat masuk kelas. Tidak ada waktu untuk memindahkan jaringnya ke gudang, jadi bawa ke kelas saja lah.
Ketika membuka loker sepatu, tampaknya ada sesuatu yang terlihat menyerupai surat cinta.
"A...APA-APAAN INIIIIII!!!"
Perkembangan tidak terduga ini membuatku teriak tanpa sadar. Te-te-te-tenang, Yoshii Akihisa! kau akan mati kalau kau ketahuan! Coba cek isinya dulu--
"Yo, Akihisa, ngapain?"
"WAAHH!!"
Seseorang memanggilku. Secara reflek kumasukkan surat itu ke kantong. Hampir saja!
"Ah, ahh, ternyata Yuuji. Pagi..."
"Pagi."
Yang menaikkan tangannya sambil menyapaku yaitu sahabat sekelasku, Sakamoto Yuuji. Orang ini tidak terlihat punya otak, tapi ia tetap ketua Kelas F.
"A, ara Pagi yang baik. Terasa ada sesuatu yang baik akan terjadi pagi ini!"
"...Kenapa kau senang banget?"
"A, a-aku nggak senang sama sekali!"
"Boong kan? Tadi kau kelihatan sedang megang surat atau apalah itu..."
Ugh! Dia lihat? Kalau orang lain melihatku mendapatkan surat, anak laki di kelasku akan membunuhku lantaran cemburu!
"Cuma brosur kok! Lupakan, kita akan telat kalau nggak cepat-cepat!"
Untuk menghindar, saya eksklusif mengangkat jaring gawang dan lari duluan. Memang benar kalau kami hampir telat.
"Oh, sudah jam segini? Padahal sudah di sekolah, rugi kalau telat."
Yuuji lari dibelakangku. Bagus, tampaknya saya berhasil menghindar.
Masalah selanjutnya adalah--- Dimana saya bisa baca surat ini? Bakal ada problem kalau di daerah ramai... gimana nih?
☆
"Kudou."
"Hadir."
"Kubo."
"Hadir."
Kami berhasil hingga di kelas sebelum bel berbunyi. Sebelum kami sempat istirahat sebentar, Tetsujin masuk kelas dan mulai membacakan absen. Dia orang yang sempurna waktu walaupun tidak terlihat dari mukanya.
"Kondo."
"Hadir."
"Saito."
"Hadir."
Pembacaan ketidakhadiran yang tenang dan membosankan yaitu kebiasaan setiap hari, jadi semuanya menjawab Tetsujin dengan nada ngantuk.
Ini yaitu saat-saat yang tenang di kelas. Di pagi animo semi, sama menyerupai hari-hari sebelumnya, kami menyambut keseharian yang damai-
"Sakamoto."
"...Sepertinya Akihisa sanggup surat cinta."
"BUNUH DIA!!!"
—Tapi kata-kata Yuuji menghancurkan kedamaian itu
"Yu, Yuuji, kau ngomong apa!?"
Aku niscaya menurunkan suaraku, tapi tampaknya tidak lepas dari pendengaran semuanya. Aku benar benar merasa ada yang gila dengan murid murid di kelas ini.
"APA-APAAN INI!? GIMANA MUNGKIN YOSHII DAPAT SURAT CINTA!?"
"KARENA DIA MENDAPATKAN SURAT, KITA HARUSNYA JUGA! CEPAT CARI PASTI ADA SURAT CINTA DI TEMPAT DUDUK KITA!!"
"NGGAK KETEMU! YANG ADA CUMA ROTI BASI SAMA ROTI YANG SETENGAH KEMAKAN!?"
"CARI LAGI!"
"...KETEMU! ROTI YANG MASIH BARU!"
"KAU NYARI APAA!!?"
Auman murka menggema ke seluruh kelas. Sudah kutebak ini akan terjadi...
"SEMUA DIAM!"
- D i a m . . .
Auman berangasan Tetsujin membungkam seluruh murid. Ho, bagus, bagus.
"Tezuka."
"Harus bunuh Yoshii!"
"Todo."
"Harus bunuh Yoshii!"
"Tozawa."
“Harus bunuh Yoshii!"
"SEMUANYA TENANGLAH! KENAPA KALIAN SEMUA MENJAWAB 'HARUS BUNUH YOSHII'!?"
"DIAM KAMU YOSHII!!"
"SENSEI, KENAPA SENSEI MEMARAHIKU? KALAU TETAP SEPERTI INI, SEMUA ORANG DIKELAS BAKAL MEMUKUL, MENENDANG DAN MENYIKSAKU!"
"Nitta."
"Harus bunuh Yoshii!"
"Fuda."
"Harus bunuh Yoshii dengan kejam!"
"Negishi."
"Harus bunuh Yoshii dan mencincangnya!"
Nggak, nggak ada yang ngedengerin... kenapa mereka semua ngerepotin banget sih.
"Oke, tidak ada yang telat atau bolos hari ini, jadi kuharap kalian mencar ilmu ulet hari ini."
Setelah pembacaan bolos selesai, Tetsujin berjalan keluar kelas. Orang ini nggak mencicipi aura membunuh di kelas ini apa?
"TUNGGU, SENSEI! JANGAN PERGI! JANGAN TINGGALKAN MURIDMU YANG MANIS INI!"
Untuk melindungi diriku, saya mencoba sebisanya untuk menahan Tetsujin. Nggak ada waktu untuk menjaga nama baik.
"Kau salah, Yoshii."
Tetsujin menaruh tangannya di pintu sambil menjawab. Aku salah? Maksudnya apa?
"Kamu sangat sangat jelek."
"AKU NGGAK INGIN MENDENGAR ITU DARIMU, DASAR BODOH!"
"Semua, belajarlah sendiri-sendiri dengan tenang."
"TUNGGU!! SENSEI!!! SENSEI!!!"
Lolongan kesedihanku sedikitpun tidak didengar oleh Tetsujin. Sepertinya saya hanya bisa pasrah mendapatkan aura membunuh yang menyelimuti seisi kelas. Sebelum guru jam pelajaran pertama datang, bakal terjadi hujan darah duluan.
"Aki bisa tolong jelaskan?"
Tiba-tiba sesuatu yang besar lengan berkuasa hampir memutuskan sendiku ketika sebuah tangan menggenggam pundakku.
"Ah, ah haha... Minami, kau menyeramkan, tau?"
"Kau mendapatkan surat? Siapa yang tulis? Apa isinya?"
Walaupun ia tersenyum, tangannya gemetaran dengan kuat. kuncir kupu-kupu di rambutnya terlihat menyerupai tanduk iblis. Ekspresinya sangat mengerikan.
"Ah...itu...itu..."
Sejujurnya lantaran saya sedang buru-buru jadi saya belum baca, jadi saya tidak tahu apa isinya. Ngomong-ngomong saya ingin tahu itu surat apa. Uu saya benar-benar ingin bersembunyi dan membaca isinya!
"Jangan kebanyakan ngomong, cepat serahkan jarimu--eh, suratnya!"
APA!? JARIKU!? Kalau saya nggak mau gimana?
"Itu, Yoshii-kun..."
Suara lembut menyerupai dering bel perak terdengar di belakangku.
"Hm? Ya?"
Yang bicara yaitu mawar diantara sampah-sampah di kelas kami---Himeji Mizuki-san. Rambut yang halus, dada yang kelihatan empuk, dan wajah yang manis; melihatnya menyerupai ini, saya rasa hari ini para perjaka akan berusaha mengejarnya.
Himeji-san yang kelihatan malu-malu sangat manis! Tapi walau bagaimana juga saya tidak akan memperbolehkannya.
"Erm...maaf."
Jadi, saya minta maaf dengan jujur, lantaran saya tidak mau menunjukkan isi surat itu.
"Tapi... tapi..."
Aku sudah menolak, tapi Himeji-san tetap tidak menyerah. Namun-
"Walaupun itu undangan Himeji-san, saya tidak bisa melakukannya."
"Tapi, saya tidak mau melaksanakan sesuatu yang kejam padamu!"
"TUNGGU BENTAR! HIMEJI-SAN INGIN IKUTAN MENYIKSAKU!?"
Nggak mungkin...Himeji-san sudah bergabung dengan kelas F yang bernilai rendah...
"Semuanya, tenang dulu."
Tiba-tiba bunyi tepukan terdengar dari podium di depan. Yang bicara yaitu ketua kelas F, sahabat terburukku, Sakamoto Yuuji.
"Saat ini, masalahnya bukan surat yang didapat Akihisa."
Kata-kata Yuuji memang terdengar meyakinkan. Hmm, itu benar! Walaupun ia orang paling busuk sedunia, ia tetap temanku!
"Masalahnya adalah-SIKSAAN PALING MENYAKITKAN APA YANG AKAN KITA BERIKAN PADA AKIHISA!!!"
"PROPOSALNYA SALAH, BANGSAT!!!"
Aku eksklusif mengambil tasku dan lari keluar kelas secepat kilat. Aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri sekarang.
"JANGAN KABUR KAU AKIHISA! BUAT KELOMPOK DAN BURU DIA!"
"AMBIL SURATNYA!!! BUNUH YOSHII!!"
"CARI DAN BUNUH!!!"
"KITA HARUS MENGHANCURKANNYA!!!"
Aku bisa dengar auman dari koridor. Sekali lagi, saya sendiri yang mencicipi kekuatan persatuan Kelas F yang sangat solid dengan tubuhku.
☆
"TEMUKAN YOSHI!! DIA KABUR KE KELAS KOSONG!"
"ROGER! CEPAT TANGKAP DIA! JANGAN BIARKAN DIA KABUR! AKU AKAN BERITAHU YANG LAIN!"
"OK! SQUAD B MAJU DARI DEPAN, SQUAD C CEGAT DIA DARI SAMPING!"
"ROGER!"
Saat berlari melewati koridor, saya bisa mendengar percakapan mereka.
Mereka beneran bisa menciptakan kelompok dalam sekejap ketika memburuku. Kenapa Kelas F harus bersikap berlebihan untuk hal sepele nggak berkhasiat ini sih!?
Oke, lantaran kalian maunya menyerupai ini, saya tidak akan beri ampun!
"SERAHKAN SURAT ITU YOSHII!!!"
"KAU MENDAPAT KEBAHAGIAAN, JANGAN BERHARAP!"
Lime orang sahabat sekelasku sudah memblokir jalan. Mereka niscaya dari grup yang diperintahkan untuk mengepungku, dan ada beberapa orang di belakangku.
Tidak bisa melaksanakan apapun, saya hanya bisa bersembunyi di kelas yang kosong, dan semua yang mengejarku memblokir kelas ini dengan ketat.
Melihatku sembunyi di dalam, semua orang berdiri di saluran semoga saya tidak bisa kabur. Tapi untukku yang dikejar, ini yaitu kesempatan bagus.
"Makan ini!"
Aku mempersiapkan diri untuk menyerang.
Seranganku yaitu net gawang yang kuambil tadi pagi. Aku melemparkannya pas di kepala mereka.
"Apa-apaan nih?"
"Tenang! Ini cuma net! Yang diluar, cepat kejar Yoshii!"
"Sialan, netnya basah. Nempel di badan!"
Tidak bisa bergerak dan tidak bisa menciptakan keputusan yang benar dengan cepat, itulah rencanaku. Tapi kalian benar benar terlambat!
"Istirahatlah di UKS."
Aku memegang sesuatu yang berbahaya. Teman sekelasku membelalak melihat apa yang kupegang.
"APA!? YOSHII, ITU..."
"LARI! KELUAR DARI NETNYA!!!"
"Selamat tidur, semua."
Aku melemparkan Taser ke net yang basah. Setelah itu, ada bunyi meledak-ledak dan amis hangus.
"WWWAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!!!!!!"
Mendengar temanku berteriak sekarat, saya berjalan dengan santai keluar kelas.
Kalau saya mau baca surat ini di daerah yang sepi, saya harus menahan semua murid Kelas F. Jika begitu, saya hanya bisa bertarung hingga titik darah penghabisan.
☆
"Yoshii lari kemana? Aku tadi lihat ia lari ke bawah sini!"
"Hati-hati, ia niscaya sembunyi di erat sini."
"Squad F dan G sudah kalah. Musuh kita cuma satu, tapi jangan lengah."
Teman sekelasku terdengar sedang berbicara di gudang buku usang di bangunan sekolah lama. Mereka mungkin mulai hati-hati sehabis saya mengalahkan beberapa grup dengan cara yang sadis. Aku mengintip dari rak buku, dan melihat mereka berdiri back-to-back untuk menilik setiap titik buta.
Tapi kalau mereka sedekat itu, mereka akan lebih kerepotan, kan? Apa mereka tidak mengerti?
Aku menahan napas sambil pindah ke rak buku di erat mereka. Lalu mengambil satu buku dan melemparnya ke sudut lain-BAM!
"Suara apa itu?"
"Apa itu Yoshii?"
Semuanya bereaksi ke asal bunyi sambil menoleh berbarengan. Tuh, jadi ada titik buta, kan?
"Si ap!"
Selanjutnya, yang kuperlukan hanya tinggal menjatuhkan rak bukunya.
"APA!"
"SIALAN—!"
Saat ini perhatian mereka sudah beralih ke daerah lain, bahkan kalau mereka sadar kalau rak buku sedang rubuh, mereka tidak akan bisa kabur sempurna waktu, dan semuanya tertiban rak buku.
"HAHAHA! SEMUA YANG MENCOBA MENGHALANGI JALAN CINTA ORANG LAIN AKAN BERAKHIR SEPERTI INI!"
Dari sudut mataku, saya melirik temanku yang sedang mencoba merangkak keluar dari bawah rak buku ketika saya berjalan keluar dari gudang buku tua.
"SIALAN KAMU, YOSHII! DASAR PENGKHIANAT!"
"JANGAN KAMU LUPAKAN INI! KAMI AKAN MENGHANCURKAN KEBAHAGIAANMU!"
"...Dasar, orang-orang ini merepotkan banget sih?"
Setelah saya berjalan keluar dari gudang buku tua, saya eksklusif mengambil sapu untuk menahan pintu masuk dan memblokir seluruhnya. Sepertinya seluruh pengejar sudah diamankan.
"Bagus bagus, kini tinggal-WAAAHHH!!!"
Keberadaan seseorang membuatku mundur beberapa langkah. Di daerah saya berdiri tadi kulihat banyak pulpen dan pisau tajam tertancap di lantai.
"Siapa disana!"
"...Pengkhianat harus membayar dosanya dengan kematian."
Yang sedang memegang segala macam alat tulis di tangannya yaitu temanku Tsuchiya Koouta. Orang ini punya kebokepan yang luar biasa, tapi ia mencoba menyembunyikannya. Panggilannya yaitu Muttsulini (Ninja Mesum), dan ia temanku - tunggu, ia bukan temanku lagi, tapi musuh yang harus kutaklukkan.
"Bersiaplah, Muttsulini!"
Aku mengepalkan tanganku dan berlari maju. Maaf, tapi kau harus beristirahat dengan tenang disini.
"...Selanjutnya akan ku pisau lipat.”
"Oke, mari kita bicarakan baik-baik."
Aku tidak bisa menggunakan kekerasan pada sahabat baikku.
"...Oke."
"Sebutkan permintaanmu."
Walaupun saya berkata menyerupai itu, saya tahu apa yang ia inginkan. Dia akan bilang 'serahkan surat itu'. Biar kupikir cara perundingan dengannya...
"...Permintaanku adalah-"
Muttsulini menyampaikan permintaannya dengan nada dingin.
"-nyawamu."
"SEBENTAR! KENAPA KAMU LANGSUNG INGIN MEMBUNUHKU!?"
Aku tidak pernah perundingan sesulit ini sebelumnya.
"...Negosiasi batal."
"Sialan! Sepertinya saya harus melaksanakan ini dengan kekerasan."
Aku berkonsentrasi dan membidik pisau lipat ditangannya.
Ngomong-ngomong, itu hanya surat cinta. Kenapa harus hingga membunuh teman?
"...Jangan khawatir. Aku tidak akan membidik matamu."
"Muttsulini, saya bukan idiot yang akan santai sehabis mendengar itu."
"...serius?"
Whoosh! Pisau lipatnya dilempar sambil mengeluarkan bunyi seram. Targetnya yaitu - MATA KANANKU!!!
"Ka, kau BOHONG!"
Aku pakai tanganku untuk menangkis pisau, dan pisau lipatnya jatuh ke lantai. Eh? Meleset? Pisaunya belum dikeluarkan?
"...Kesempatan."
"Uu!"
Muttsulini menerjang dikala saya sedang teralihkan.
"Muttsulini, kau tahu ukuran dada Himeji-san?"
Untuk melindungi nyawaku, saya tiba tiba menyebutkan sesuatu yang diminati Muttsulini. Ambil umpan ini, penggila bokep sialan!
"...Itu pengetahuan umum!"
Sial saya tidak bisa mengguncang konsentrasinya. Lho memang itu pengetahuan umum!? Aku nggak tau lho!
"Kalau gitu, kalau saya sanggup pacar, saya kirim harta berhargaku padamu, mengerti?"
"...(berhenti.)"
Muttsulini tiba tiba berhenti. Bagus, ia mengambil umpannya!
"...Kapan?"
Temanku yang satu ini tidak bisa diremehkan. Dia eksklusif mengkonfirmasi waktu bukannya isi dan jumlahnya.
"Biar kupikir... ahad depan?"
"...Deal."
Aku akan menggunakan trik menyogok ini lain kali kalau saya melawan Muttsulini lagi.
"Kalau begitu saya pergi dulu."
Saat saya melangkah untuk pergi, ia mengulurkan tangannya untuk menghalangiku. Apa lagi?
"...Pakai ini untuk bertahan."
Muttsulini menyodorkan tas kecil padaku.
"Bertahan?"
"...Ada pisau di dalamnya. Gunakan kalau terjadi sesuatu."
Kalau boleh jujur, pisau ini seharusnya illegal. Tapi ini yaitu benda yang membuatku senang, lantaran masih ada beberapa orang yang belum kukalahkan, dan mereka niscaya berniat memutilasiku.
"Thanks. Akan kugunakan dikala keadaan sulit."
"...(mengacungkan jempol)."
Setelah mengacungkan jempolnya, Muttsulini berbalik dan pergi. Aku tidak bisa tetap membisu disini. Aku harus mencari daerah untuk membaca surat ini. Bakal buruk kalau tulisannya 'Aku akan menunggumu di atap dikala istirahat makan siang' dan gres kubaca sore hari.
"Oh iya. Aku lebih baik pergi ke atap dan mengecek semuanya."
Seharusnya tidak ada yang di atap. Jika begitu saya bisa baca dengan tenang. Mungkin juga di sanalah daerah nembak akan terjadi. Oke, jadi ayo ke atap.
Sekarang saya di lantai 2. Harus naik tangga kalau ingin kesana.
Dan, dikala di tangga-
"Akhirnya kutemukan kau, Aki!"
"GACK! MINAMI!?"
Musuh abadiku ada disini.
Aura pembunuh yang keluar dari tubuhnya menciptakan otot-otot diseluruh tubuhku keram, dan kelihatannya akan meledak dikala ia menyentuhku.
Aku mengencangkan syarafku, mencari cara melewati tangga lantai dua. Ternyata ia tetap lanjut melangkah maju dengan perilaku tenang, menyebutkan pilihan dan memaksaku untuk memilih.
"Terserah kau mau berikan suratnya dan biarkan saya membunuhmu atau biarkan saya membunuhmu sebelum kuambil suratnya. Pilih satu."
Aneh. Kenapa nggak ada pilihan saya masih hidup pada akhirnya?
"MAKSUDMU APA!? AKU DAPAT SURAT KAN NGGAK ADA URUSANNYA DENGANMU!"
Pada dasarnya, ini salahnya. Kalau saya bisa meredakan situasi akan sangat bagus.
"Nggak ada hubungannya denganku? Benarkah... kau benar benar berpikir begitu, Aki..."
"Eh?"
Minami tampaknya sedang terluka atau semacamnya. Aku memikirkan apa yang barusan kubilang tadi. Memang salah kalau saya punya pacar?
"Maksudmu..."
"Fakta ini memalukan, jadi saya tidak bilang, tapi aku... kamu...."
Sangat beda dengan ekpresi menyeramkan tadi, kini Minami kelihatan kasihan. Tanpa mengetahui sebabnya apa hatiku mulai berdebar. Perasaan apa ini?
"Karena kamu, saya menerima peringkat 3 di 'Cewek yang tidak mau kau ajak kencan'!"
"Daaah !"
Perasaan apa ini? Apa ini yang namanya firasat buruk ketika menatap mata monster!?
Aku mengikuti insting dasarku untuk kabur. Walaupun saya ingin ke atap, saya melompati 3 anak tangga sekaligus untuk pertama kalinya, ini semua lantaran ingin melarikan diri dari iblis menyeramkan ini.
"Masih berpikir untuk kabur? Kamu tidak akan kubiarkan lari untuk mendapatkan kebahagiaan sehabis kau membuatku menderita begini!"
"Masih ada yang mengalahkan peringkatmu! Bukannya itu bagus!?"
"APANYA YANG BAGUS!? Berapa banyak yang di bawahku memang!?"
Hmm, ada kira kira 300 murid di kelas 2, jadi-
"150-an mungkin?"
"Seratus limapu... GIMANA CARA MEMPERBAIKINYA!? TANGGUNG JAWAB!!!"
"Yah walaupun kau minta menyerupai itu, saya nggak bisa!"
"Bodo amat, serahin surat itu sekarang!"
"NGGAK MAU! PASTI NANTI KAMU SOBEK SOBEK!"
"NGGAK AKAN! AKU AKAN COPY PULUHAN KALI DAN KUSEBAR KE SELURUH SEKOLAH BIAR INI NGGAK TERJADI LAGI!!!"
"ITU LEBIH KEJAM!!!!"
Sialan! Aku benar-benar ingin kabur, tapi susah kabur dari dia. Aku harus cari cara untuk menghentikan Minami!
"Oh iya, Minami, dikala lari turun tangga saya tahu-"
"Apa?"
"-kau pakai putih hari ini!"
"Ap..."
Minami tiba tiba berhenti dan menekan roknya dengan kedua tangannya. Bodoh, di situasi ini ngapain saya ngintip daleman kamu?
"WOOOHHH!!"
Menggunakan kesempatan emas ini, saya eksklusif melebar jarak antara saya dan Minami, kesempatan ini akan habis sebentar lagi.
Setelah lari turun tangga, saya lari lewat koridor.
"Ah, Yoshii-kun. Jangan lari di koridor!"
Ahh, tidak ada pelajaran kini kah? Guru bahasa inggris yang sedang berjalan pelan melihat keberadaanku. Kaprikornus itu Endo-sensei. Muncul di dikala yang tepat.
"Maaf, Endo-sensei! Tapi saya diminta mengerjakan tugas."
Aku berdiri di depan sensei untuk meminta maaf.
"Kamu diminta mengerjakan tugas?"
"Ya, para guru memintaku pergi ke kelas kosong untuk memindahkan meja."
Pastinya itu bohong. tapi Endo-sensei percaya tanpa ragu.
"Benarkah? Tapi jangan lari di koridor!"
"Akan saya ingat itu. Sensei, saya ada permintaan."
"Apa itu?"
"Mejanya agak berat. Bisa beri saya izin untuk memanggil syokanju?"
Aku harus minta izin guru untuk Summon Shoukanjuu.
"Aki! Beraninya kau menipuku!"
Sialan, Minami mulai mengejar!
"Sensei, tolong ikut saya sebentar!"
"Eh? Ah...oke."
Aku menarik sensei ke kelas terdekat. Baguslah banyak kelas terbengkalai di bangunan tua. Selamat untuk sekarang.
"Sensei! Tolong, cepat berikan saya izin!"
"Uu... Aku tidak mengerti apa yang terjadi... oke, saya akan izinkan."
"Bagus! Summon!"
Dari panggilanku, Shoukanju milikku muncul dari bulat sihir. Selama ada anak ini, Minami pun bukan masalah.
"Aku menggunakan dalaman warna hijau-rumput hari ini! Bisa bisanya kau bilang putih!"
Sedetik kemudian, Minami muncul. Aku nggak begitu peduli tapi...
"Minami, kau seharusnya tidak perlu memberitahuku."
"Ah!"
Komentarku menciptakan Minami tersipu malu. Kalau Muttsulini mendengar ini niscaya ia akan senang.
"KESEMPATAN!"
"WAH!"
Saat Minami gugup, saya mendorongnya ke pojok ruangan dan-
"Heyo terima ini!"
Aku sudah mempersiapkan Shoukanjuu-ku dan mempersiapkan lemari di belakang kelas untuk memblokade.
"Oi, kau ngapain!? Ini licik! Keluarkan aku!"
DUK DUK DUK!!! Minami menggedor lemari. Dengan kekuatannya, harusnya ia tidak bisa memindahkan benda besar ini. Akhirnya Minami kalah.
"Apa yang kau lakukan, Yoshii-kun!"
Melihat ini, Endo-sensei mengomeliku, dan Shoukanjuu-ku hilang lantaran izin pemanggilan dicabut.
"Maaf, tapi ini darurat!"
"Ah tunggu!"
Mengabaikan sensei, saya lari lagi di koridor. Dan sebentar lagi, karenanya saya bisa membuka suratnya... memikirkan ini kakiku terasa ringan dikala berlari menuju atap.
"Aku sudah menunggumu, Yoshii."
Teman sekelasku, Sugawa-kun sudah mengambil posisi bertarung sambil menungguku.
"Sugawa-kun, kau ingin menghentikanku?"
"Sudah pasti, dan saya ingin kau mati sekarang."
Sambil ngomong ini, ia menarik sesuatu dari punggungnya.
"Pe, pedang kayu...”
"Aku pinjam ini dari klub kendo hanya untuk menghentikanmu!"
"WAH! WOAH "
Tanpa basa-basi, Sugawa-kun eksklusif menerjang ke arahku tanpa ragu. Aku eksklusif menhindar ke samping, nyaris tidak bisa menghindari serangannya.
"SERAHKAN SURAT ITU, YOSHII!"
"Uu..."
Aku tanpa sadar menggigit bibirku. Nggak disangka orang ini akan menyiapkan senjata. Sekarang tidak ada kesempatan menang kalau saya nggak pakai tenaga penuh. Kalau saya punya senjata... hm? Senjata?
"Oh ya, Aku masih punya itu!"
Aku merogoh kantongku dan mengambil tas kecil. Benar, ini yang diberikan Muttsulini tadi, tas berisi pisau.
"Uu! Kaprikornus kau menyiapkan senjata juga!"
Sugawa-kun kelihatan ragu begitu tahu ia tidak unggul lagi.
"Bagus! Sekarang kita adil."
Aku mengambil pisau dari tas dan eksklusif memperpendek jarak dengan Sugawa-kun.
Ayo kita selesaikan sekarang, Sugawa-kun!
"Sial! Aku belum kalah!"
Sugawa-kun mengayunkan pedang kayunya. Sayangnya-
"Lambat!"
Aku melangkah kesamping, dan serangannya nyaris mengenaiku, tapi meleset. Dan ia sangat terbuka sehabis menyerang di depanku. Banyak cela dimana-mana.
Aku tak melewatkan kesempatanku sambil mengarahkan gunting kuku-ku ke Sugawa-kun—
"Apa apaan, gimana saya bisa menang pake gunting kuku, dasar bodoh!"
Aku rubuh ke lantai. Walaupun memang gunting kuku yaitu sejenis pisau.
"Yoshii... kau memang bego..."
Sugawa melihatku dengan tatapan iba.
"Si, sial! Kalau begitu saya akan pakai gunting kuku ini untuk menyerangmu! Seenggaknya lebih mending daripada tangan kosong!"
"Nggak, gimanapun juga kau niscaya lebih baik tangan kosong!
"DIAM!"
Di lantai tiga bangunan bau tanah yang tenang ini, Sugawa-kun dan saya saling meraung.
"WAHH! KUKU! KUKU-KUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!"
Dari atas, saya memelototi Sugawa-kun yang lumpuh dan memegangi tangannya penuh kesakitan.
Aku nggak pernah mengira saya bakal menang.
"Aku sendiri malah kaget.Tapi yang penting yaitu ke atas. Maaf."
"Yo, Yoshii... kau pengkhianat..."
Meninggalkan Sugawa-kun, yang ribut sendiri padahal cuma kupotong kukunya, saya eksklusif naik tangga dan ke atap. Kalau saya bisa lewat lantai 4 dan ke atap-
"Jadi kau tiba juga, Akihisa!"
"Yoshii-kun, tolong mengalah dengan tenang."
"Yuuji dan Himeji-san."
Saat naik tangga, yang menghalangiku yaitu raja iblis,Yuuji, dan Himeji-san.
"Gimana kalian tahu saya akan kemari?"
"Karena atap yaitu daerah terbaik untuk nembak. Dengan otak goblokmu itu kau niscaya pikir kalau kau bisa lihat semuanya dari sini, jadi kutebak kau niscaya akan kesini."
Sialan! Dia menebak pikiranku dengan tepat!
"Kau bisa sembunyi di toilet dan baca tanpa gangguan, kan?"
Ah!
"Maaf, Yuuji. Aku tiba tiba sakit perut. Harus ke toilet..."
"Yoshii-kun. Jangan bilang kau belum sadar?"
Himeji-san melihatku dengan wajah khawatir. Jangan menatapku dengan tatapan ituuuuu!
"Yuuji, kenapa kau harus menghentikanku? Ini juga nggak ada untungnya buatmu, kan?"
Supaya ia tidak ikut campur lagi, saya harus menjelaskannya.
Yuuji kelihatan serius dikala menjawabku.
"Benar, saya nggak bakalan untung. Sebelumnya juga saya nggak ada niat ingin punya pacar."
"Kalo gitu, kenapa?"
"Bukan itu masalahnya, Akihisa, saya cuma..."
Teman terburukku menatapku tanpa ragu dan melanjutkan,
"-benci melihatmu menerima kebahagiaan!"
"Dasar sahabat sampah."
Bahkan saya mulai curiga apakah kami benar-benar berteman atau tidak.
"Akihisa, saya tidak akan menyampaikan sesuatu yang norak menyerupai 'serahkan surat itu'. Tunjukan kemampuanmu dan lawan aku."
Yuuji melepas jas seragam dan dasinya. Melihat fisik sahabat terburukku ini, tidak ada lemak berlebih di tubuhnya. Tubuh berotot menyerupai itu yaitu keinginan semua pria.
"Bisa kau pegangi jasku, Himeji?"
"Ah, oke."
Setelah menunjukkan jasnya ke Himeji-san dan melepas dasinya, tanpa ada yang menghalangi, Yuuji eksklusif mengambil kuda-kuda sambil meluncurkan beberapa pukulan. Whoosh, suaranya tidak mengecewakan tajam. Hanya dengan itu saja, saya sudah tahu perbedaan amatir dan pro. Orang ini... Dia serius ingin membunuhku.
"Yoshii-kun, menyerahlah..."
Himeji-san berjalan ke sebelahku dengan ekspresi khawatir sambil menatap wajahku. Jelas sekali kenapa hanya ia yang khawatir padaku; dari tampangnya saja, Yuuji sangat terbiasa berantem, dan saya sama sekali tidak punya kesempatan menang kalau saya melawan ia langsung. Tapi—
"Terimakasih telah mengkhawatirkanku, tapi saya tidak berniat menyerah."
Untuk cewek yang telah menunjukkan keberaniannya untuk menulis surat ini untukku, untuk masa depanku, saya tidak bisa lari dari pertempuran!
"Baiklah... saya mengerti. Aku tak akan mencoba menghentikanmu lagi."
"...Maaf, saya tahu kau melaksanakan ini untukku."
"Tidak... lantaran ini yaitu sifatnya Yoshii-kun."
"Sifatku? Oh ya, bisa tolong pegang ini?"
"Ah, oke."
Sama menyerupai Yuuji, saya melepas jasku. Pergerakanku lebih luwes sekarang. Ngomong ngomong, sudah usang saya tidak bertarung dengan serius, dan kini lawannya Yuuji. Tubuhku niscaya akan gemetar, dan bukan lantaran saya melepas mantelku.
"...Akihisa."
"Ayo, Yuuji."
Kukepalkan tanganku dan mengambil pose bertarung.
Kalau saya mengalahkan orang ini, saya bisa baca surat itu tanpa—
"...Kau benar benar goblok."
"Eh?"
Yuuji kelihatan lesu, tidak menatapku tapi-mantel yang dipegang Himeji-san.
"Surat, surat itu niscaya ada di kantong... boleh kubaca?"
Himeji-san menarik surat itu keluar dari kantong jasku. Eh itu...
"NGGAK, NGGAK!!! MEMBACA SURATKU TANPA BERTARUNG, NGGAK ADIL!!!"
"KAU ITU, SEBERAPA GUOBLOKNYA SIH!? LUPAKAN ORANG INI, HIMEJI! BUANG SURAT ITU!"
Yuuji memegangiku pas sebelum saya pas sebelum saya berhasil meraih Himeji-san.
Sialan! Aku tak bisa lepas! Dasar homo berotot!
"Eh? Ini bukannya..."
Himeji-san kelihatan ragu dengan surat ditangannya. Mungkin ia berpikir itu terlalu gampang diambil dan takut dengan isinya.
"..."
Tidak, itu tidak benar. Harusnya nggak begitu. Himeji-san akan menunjukkan ekspresi itu lantaran ia terlalu baik dan tidak tahan membaca surat yang ditulis orang lain atau menghancurkannya tanpa perasaan. Kaprikornus masih ada kesempatan menang!
"Himeji-san."
"Eh! Ah, ya, ada apa?"
"Sejujurnya saya tahu Himeji-san yang lembut ini tidak akan menyakiti perasaan orang lain, jadi kumohon—"
"-robek surat itu."
"BUKAN! BUKAAAAN! LICIK KAU, YUUJI! JANGAN NAMBAHIN KATA SEMAUNYA! INI NGGAK ADIL!"
"Oke, saya mengerti."
"Nggak, kau seharusnya nggak jawab 'oke' begitu saja kan? HIMEJI-SAAAN! JANGAN ROBEK SURAT ITU! AKU NGGAK AKAN BISA BACA SURAT ITU! BALIKIN! BALIKIN MASA DEPAN BAHAGIAKU DAN APA YANG KUKATAKAN 4 BARIS YANG LALU!"
Ketika saya berteriak dengan putus asa, surat itu dirobek, dan bermetamorfosis sampah.
"Serius, nggak nyangka Himeji akan benar benar merobeknya... maaf Akihisa."
Yuuji kaget melihat Himeji-san dan meminta maaf padaku. Aku juga kaget. Pastinya lantaran saya tahu Himeji-san tidak akan melaksanakan hal menyerupai itu.
"Setidaknya biarkan saya bereskan ini."
Yuuji bilang sambil mengambil sampah di lantai.
Ya, ini bukan waktunya menyerah
"Terima kasih, Yuuji. Aku akan coba memperbaiki surat ini."
"-Akan kuhancurkan harapan terakhirmu."
Whoosh... terbakar...
Ahh, hangatnya api yang berkobar itu tampaknya mencairkan hatiku yang dingin...
"GYAH! APA-APAAN!? KENAPA KAMU MEMBAKARNYA!? BUAT APA-HAH!? KALO GITU, AKU NGGAK PUNYA KESEMPATAN MEMBACA SURAT ITU!? KEMANA MASA DEPANKU INI!?"
"Akihisa, kau mungkin nggak ngerti..."
"APA!? LUPAKAN ITU, AMBILKAN AIR!"
"Hal yang paling kubenci yaitu kebahagiaanmu."
"SIAPA YANG NGERTI, BEGO!? BANGSAT!!"
Bagaimanapun saya mencoba, surat itu bermetamorfosis setumpuk debu.
"Sakamoto-kun tidak ingin tahu siapa yang menulis surat itu?"
Melihat surat itu terbakar, Himeji-san mulai terlihat tenang dikala bertanya ke Yuuji.
"Nggak tertarik, saya cuma ingin menghancurkan kebahagiaan Akihisa. Lagian-"
"La, lagian apa?"
"Aku bisa tebak siapa yang menulisnya."
"Eh?"
"Kalau yang kau robek yaitu 'surat dari orang lain', kau niscaya akan merasa bersalah, kan?"
"Itu, anu... ini, ini..."
Aku nggak terlalu ngerti apa yang mereka bicarakan. Mereka tahu siapa yang menulisnya?
"Yuuji! Ulangi lagi!"
"Ah! Yoshii-kun kau tak boleh dengar!"
"GYAH!!!"
"Himeji, lehernya tampaknya sudah oleng kebelakang"
"Ma, maaf! saya tidak sengaja!"
"Ya sudah kau tak usah khawatir wacana itu. Lagipula kalau ia selamat kini toh ia akan dibunuh mereka juga."
Kupaksakan setitik kesadaranku yang tersisa dan saya melihat arah yang ditunjuk Yuuji.
"A KI BERANINYA KAMU MELAKUKAN ITU PADAKU "
"AKU AKAN PASTI MEMBUNUHMU YOSHII!!!"
"""BUNUH DIA!!! BUNUH DIA!!!"""
Oh tuhan, hambamu mohon, izinkan hamba melihat matahari esok...
☆
Bagaimana itu? Surat hilang itu ada di loker sepatu Yoshii-kun! Seseorang niscaya menemukannya dan memasukannya untukku...
Karena aku, kau menderita hal menyerupai ini... Aku sangat meminta maaf, Yoshii-kun.
Tapi menyerupai yang kau bilang, saya harap saya bisa menyatakan perasaanku tanpa surat, tapi eksklusif padamu.
Jadi, tolong tunggu aku.
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/