Baka To Test Soal Kedua Vol 1 B. Indonesia
Diterjemahkan oleh
Soal Kedua
Tuliskan masing-masing idiom yang mempunyai makna mendekati kalimat berikut :
1. Gagal dalam bidang keahlian.
2. Sial melulu.
Jawaban Himeji Mizuki :
1. "Seekor simpanse sanggup jatuh dari pohon"
2. "Atap bocor di hari hujan"
Komentar Guru :
Benar. Ada beberapa balasan lain untuk pertanyaan penggalan pertama, seperti, 'Kuda yang kehilangan tapal depannya', atau 'Bahkan ikan pun bisa tenggelam'. Jawaban lain untuk penggalan kedua misalnya, 'Kejadian baik tidak pernah datang, insiden buruk tidak pernah berakhir' atau 'Satu tahun penuh kesialan' dan sebagainya.
Jawaban Tsuchiya Kouta
1. "Bahkan kuda pun sanggup jatuh dari atas pohon"
Komentar Guru :
Itu yakni pemandangan yang luar biasa.
Jawaban Yoshii Akihisa :
2. "Atap bocor dan tanah longsor pada ketika bersamaan"
Komentar Guru :
Bukannya itu terlalu tidak beruntung?
"Apa?!....ruangan ini terlalu besar untuk sebuah kelas, kan?"
Aku melangkah ke lantai tiga yang tidak sempat kukunjungi tahun lalu, dan melihat sebuah kelas dengan ukuran lima kali lebih besar dari biasanya tepat di depan mataku.
Inikah Kelas A yang sering orang-orang bicarakan? Coba kita lihat apa yang ada di dalam sana.
"Selamat! kalian berhasil melanjutkan ke kelas dua. Nama saya yakni Takahashi Youko, guru wali kelas untuk Kelas A. Senang bertemu kalian"
Aku berhenti dan melihat ke dalam kelas melalui jendela besar, ada seorang perempuan yang kelihatan cerdas menggunakan kacamata berdiri di depan kelas. Rambutnya diikat ke belakang diiringi dandanan yang rapi dengan setelan jas.
Ketika beliau berhenti berbicara, namanya tidak ditulis di papan tulis. Melainkan muncul di layar TV plasma besar yang menutupi seluruh dinding. Betapa mewahnya!! Berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk itu?.
"Pertama-tama, periksalah barang-barang yang telah diberikan kepada kalian. Setiap orang seharusnya mempunyai sebuah laptop, AC pribadi*, sebuah kulkas-mini, dingklik yang bisa diatur, dan sebagainya. Apakah semuanya berfungsi dengan baik?"
[AC pribadi itu maksudnya mirip AC yg ada di kendaraan beroda empat itu.]
Ada lebih dari sekadar ruang, fasilitas, dan peralatan glamor yang cukup untuk 50 orang siswa.
Setiap kulkas dipenuhi dengan cemilan dan minuman ringan. Masing-masing siswa mempunyai AC-nya sendiri, yang suhunya bisa diatur semau mereka.
Jika melihat ke sekeliling kelas, kamu akan menyadari kalau langit-langitnya terbuat dari kaca. Lukisan-lukisan mahal tergantung di dinding dan ada tanaman hias di dalam ruangan. Desain interiornya tampak mirip lobi sebuah hotel bintang lima.
"Selain buku pelajaran dan buku tambahan, makanan dan minuman di kulkas disediakan oleh sekolah secara gratis. Jika kalian butuh akomodasi atau peralatan yang lain, dipersilahkan untuk memberitahu kami"
Aku bisa mencium wangi teh merah*, tampaknya ada siswa yang telah menyeduh teh.
[Teh Rosella]
"Sekarang, kuperkenalkan ketua kelas kalian. Kirishima Shouko, silakan maju ke depan"
"....Baik"
Orang yang berdiri dan menjawab panggilan yakni seorang gadis dengan rambut hitam yang panjang. Penampilannya mirip boneka Jepang.
Dia yakni seorang gadis yang mempunyai paras bagus dan aura bermartabat yang membuatnya terlihat bebas dari urusan duniawi.
Semua orang di kelas memperhatikannya.
Ketua kelas, yakni orang yang mendapat nilai tertinggi di ujian pembagian kelas.
Dengan kata lain, orang terpintar di Kelas A juga merupakan orang terpintar di angkatannya. Inilah alasan kenapa beliau mendapatkan begitu banyak perhatian dari orang lain.
"....Nama saya Kirishima Shouko, senang bertemu kalian"
Meskipun semua orang sedang menatapnya, beliau masih memperkenalkan diri mirip biasa.
Ketika saya melihat lebih teliti orang-orang yang sedang terfokus padanya, mereka semua ternyata perempuan. Sepertinya rumor yang beredar itu benar!
Dia begitu populer ketika mendaftar ke sekolah ini. Semua orang mengakui betapa cantiknya beliau dan banyak yang ingin memacarinya. Namun, tidak satupun dari mereka yang berhasil.
Sejak ketika itu, ada rumor yang menyampaikan kalau beliau sesungguhnya penyuka sesama jenis. Begitu rupanya, tiada asap tanpa api!
"Semua orang di Kelas A, bekerjasamalah dengan Kirishima mulai kini sampai final tahun pemikiran kedua dan belajarlah dengan ulet bersama-sama! 'Perang' dimulai dari sekarang, jangan kalah dengan kelas lain!"
Begitu si guru wali kelas menyudahi pidatonya, Kirishima membungkuk dan kembali ke daerah duduknya sendiri.
Oh tidak, saya harus bergegas ke kelasku.
Aku eksklusif berjalan cepat menyusuri koridor.
☆☆☆☆
Berdiri di bawah tanda dengan goresan pena {Kelas 2-F} tertera di sana, saya mulai ragu.
Apa tiba terlambat ke kelas akan memperlihatkan kesan pertama yang buruk bagi sahabat sekelasku?
Apa ada orang yang jorok, menyeramkan, atau susah diatasi di sana?
Rekan-rekan seperjuangan macam apa yang akan bersamaku selama satu tahun ke depan? Semakin kupikirkan, semakin gugup jadinya.
"Yah, mungkin saya hanya terlalu khawatir"
Aku cuma terlambat, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Lagi pula, kami sahabat sekelas, jadi tak ada juga yang perlu ditakutkan! Mungkin saja mereka yang akan khawatir padaku, mengira saya telat lantaran tidak lezat tubuh (sebenarnya, lantaran bangun kesiangan).
Tenanglah, tidak usah khawatir. Aku harus percaya kepada temanku, saya harus berhubungan dengan mereka mulai dari sekarang.
Setelah memantapkan pikiran, saya mendorong pintu sampai terbuka dan menyapa teman-teman di kelas dengan bunyi yang akrab.
"Maaf saya terlambat ♪"
“Cepat duduk, idiot!”
Kesan sempurnaku sudah hancur!
“Kau tidak dengar apa yang kukatakan?”
Orang ini garang sekali. Seorang guru dihentikan berbicara mirip itu.
Aku menatap tajam orang yang berdiri di balik podium.
Ternyata beliau tinggi, mungkin hampir 180 cm. Tubuhnya ramping tapi tidak kurus, membuatnya terlihat mirip seorang petinju. Perlahan kuarahkan pandangan ke atas, kulihat sepasang mata yang penuh dengan semangat membara, wajah yang liar sekaligus tampan, dan rambut cepak di kepalanya yang terlihat mirip surai singa.
"....Yuuji, kenapa kamu disini?"
Orang ini bukan guru. Dia yakni temanku, Sakamoto Yuuji.
"Karena gurunya telat, saya mengambil tempatnya"
"Kau menggantikan guru? Kau? Kenapa?"
"Entah kenapa, nilaiku yang paling tinggi di Kelas F"
"Jadi itu membuatmu jadi ketua kelas?"
"Yah, tampaknya begitu"
Yuuji tersenyum licik. Setelah mendengar ucapannya, saya juga tersenyum. Dengan kata lain, jikalau saya bisa 'mengatasi' Yuuji, tak ada yang bisa menghentikanku melaksanakan apapun di kelas ini.
"Nah lantaran itu, semua orang di kelas ini jadi bawahanku!"
Dia dengan besar hati melihat semua sahabat sekelas yang sedang duduk di lantai.
....Ya, semua orang memang duduk di lantai. Kenapa? Jawabannya sederhana, lantaran tidak ada kursi!
"Ngomong-ngomong....kelas ini cocok sekali disebut Kelas F"
Aku sebaiknya mencari daerah duduk terlebih dahulu.
"Maaf, permisi"
Tiba-tiba, bunyi lemah terdengar dari belakangku.
Seorang laki-laki renta yang tidak terlihat pintar, mengenakan kemeja kusut dengan rambut awut-awutan berdiri di sana.
"Sekarang waktunya homeroom*. Apa bisa saya menaruh dingklik di sana?"
[Singkatnya, homeroom itu waktu disamping jam pelajaran yg tujuannya mengeratkan kekerabatan wali kelas dengan para siswanya]
Karena beliau tidak mengenakan seragam, dan jauh dari kata muda, mungkin beliau yakni guru wali kelas kami.
"Roger"
"Oke"
Yuuji dan saya menjawab bersamaan dan berjalan ke daerah kami.
Guru tersebut menunggu sampai kami duduk, kemudian berdiri di belakang podium dan berbicara dengan pelan.
"Selamat pagi semuanya. Nama saya yakni Fukuhara Shin. Saya akan menjadi guru wali kelas untuk Kelas 2-F. Senang bertemu kalian"
Fukuhara-sensei ingin menulis namanya di papan tulis kotor, tapi beliau tidak bisa. Ya ampun! Sekolah bahkan tidak menyediakan kapur tulis?!.
"Apakah semuanya mendapatkan chabudai* dan bantal? Tolong angkat tangan bila ada yang tidak kebagian"
[Meja kecil jepang. Ada gambarnya di Soal Pertama]
Ada sekitar lima puluh murid di kelas sempit ini tanpa meja tulis yang layak. Hanya ada tatami, chabudai dan bantal untuk duduk. Benar-benar akomodasi yang gres dan berkelas! Aku sudah dengar ihwal ini dari tahun pertamaku, tapi merasakannya sendiri sungguh mengejutkan.
"Sensei....bantalku tidak ada kapasnya"
Ada banyak keluhan dari para siswa ihwal peralatan yang rusak.
“Begitu ya. Terima saja”
"Sensei, kaki mejaku patah"
"Bukannya mereka sudah menyediakan lem? Lem sendiri nanti"
"Sensei, udara hambar masuk dari jendela yang pecah"
“Aku mengerti. Nanti akan kulaporkan ke sekolah kemudian meminta plastik dan lakban untuk memperbaikinya"
Di ujung ruangan ada laba-laba yang dengan bebas menciptakan sarang. Selain itu, tidak ada satupun titik di dinding yang higienis atau tanpa coretan. Ini parah. Apa disini sejenis bangunan terlantar?
"Jika kalian perlu sesuatu, cobalah untuk mengurusnya sendiri"
Ada amis jamur yang melayang di kelas. Pasti datangnya dari bawah tatami-tatami renta ini.
'Mari kita mulai memperkenalkan diri. Kita akan mulai dari orang yang duduknya di samping koridor"
Ketika Fukuhara-sensei selesai bicara, salah satu murid berdiri dan memperkenalkan dirinya.
"Nama saya yakni Kinoshita Hideyoshi, anggota klub drama"
Itu Hideyoshi yang berbicara.
Dia mempunyai gaya bicara unik. Dengan tubuh langsing dan rambut lurus sebahu. Sekilas---tidak, bahkan ketika saya melihatnya dengan teliti, wajah manisnya bisa dengan simpel membuatku, yang sudah mengenalnya, berpikir bahwa beliau yakni perempuan. Benar, itu yakni Kinoshita Hideyoshi, sahabat sekelasku dari tahun lalu.
Di samping itu, jikalau beliau menggunakan seragam perempuan dan mengubah cara bicaranya, beliau jelas-jelas akan diperlakukan sebagai seorang gadis. Ini bisa dengan simpel terjadi di kelas yang dipenuhi amis pejantan mirip disini.
"Begitulah, senang bertemu kalian"
Hideyoshi tersenyum lembut, dan mengakhiri perkenalan dirinya. Sangat....sangat MANIS!!! Tunggu sebentar, Yoshii Akihisa, jangan jatuh hati padanya! Dia laki-laki!!!
"Tsuchiya Kouta..."
Ketika saya menggumamkan peringatan pada diriku sendiri, yang sudah sering kulakukan berkali-kali sejak tahun lalu, siswa berikutnya sudah mulai memperkenalkan diri.
Siapa barusan? Ah, saya juga kenal orang ini.
Tsuchiya masih pendiam mirip biasa. Dia tidak bertubuh besar, tapi dari ototnya kamu bisa tahu kalau beliau bagus di bidang olahraga. Walaupun begitu entah kenapa beliau bersikap mirip pemalu. Apa mungkin lantaran tidak ingin mencolok dan terlibat masalah? Yah, ada banyak macam orang di dunia ini.
Tapi, saya hanya melihat laki-laki di dalam kelas. Takkan ada perempuan di kelas terbodoh. Apa memang selalu mirip ini di seluruh dunia?
"....---adalah namaku. Aku besar di luar negeri. Meskipun bisa berbahasa Jepang, tapi membaca abjad kanji masih sulit untukku"
Selagi saya termenung, perkenalan lain sudah dimulai.
“Kemampuan bahasa Inggrisku buruk lantaran saya besar di Jerman. Hobiku ---“
OH!!! Kali ini seorang perempuan. Dia selayaknya harta karun yang berharga. Akhirnya, setidaknya ada satu gadis di kelas ini.
"Hobiku yakni memukuli Yoshii Akihisa☆"
Siapa itu?! Siapa yang punya hobi khusus, ekstrem dan berbahaya itu?!
"Hai "
Orang yang sedang tersenyum dan melambai padaku adalah...
"Ah, Shi-Shimada, itu kamu ya!"
"Yoshii, kita sekelas lagi tahun ini"
Orang lain lagi yang kukenal, sekalikus musuh alamiku dari tahun lalu....Shimada Minami.
Kenapa? Kenapa ada begitu banyak orang yang kukenal sekelas denganku?!
Bukankah ini aneh? Apa ini rujukan dari, 'Burung takkan lepas dari kawanannya'? Aku tidak percaya, diriku ternyata setingkat dengan mereka!
"Salam kenal"
Oke, kelihatannya orang di depanku gres saja selesai. Sekarang yakni giliranku.
Aku mengambil napas dan berdiri dari lantai.
Ayo mulai perkenalan diriku! Kesan pertama sangatlah penting. Agar sanggup berteman baik dengan semua orang, saya akan tekankan bahwa diriku ini yakni orang yang positif dan optimis.
Tiba-tiba, sebuah pandangan gres melintas di benakku. Aku tetapkan untuk menggunakan dagelan segar sebagai awal perkenalan. Berusaha yang terbaik untuk berbicara dengan gaya yang lucu, perkenalan diriku pun dimulai.
"Hmm, namaku yakni Yoshii Akihisa. Silahkan panggil saya 'Sayang '"
"SAAYAAAANG ♥"
Paduan bunyi garang para lelaki jauh lebih menjijikkan dari yang kubayangkan.
"Maaf, yang barusan tidak jadi. Salam kenal"
Walau harus tersenyum palsu dan kembali ke daerah duduk, saya masih merasa mual. Aku tidak pernah membayangkan kalau mereka benar-benar akan memanggilku begitu. Kelas F memang parah!!!
Karena masih jijik, rasanya perkenalan diri ini tidak kunjung berakhir.
Tepat ketika saya hampir tertidur lantaran perkenalan diri yang membosankan, seseorang membuka pintu. Seorang perempuan berdiri di sana, meletakkan tangannya di dada sambil mencoba menarik napas.
"Sa-Saya minta maaf....saya terlambat"
"APA?!?!"
Semua orang berteriak, tapi ini bisa dimaklumi. Jika sesuatu mirip ini terjadi, siapapun akan terkejut.
"Sebenarnya kamu tiba di ketika yang tepat. Kami sedang memperkenalkan diri sekarang. Silahkan perkenalkan dirimu ke kelas, Himeji"
"Ba-Baiklah! Nama Saya Himeji Mizuki, senang bertemu kalian...."
Himeji mengeluarkan bunyi yang lebih kecil dari tubuh mungilnya.
Kulitnya seputih salju yang gres turun. Rambut panjang nan lembut sepunggungnya memperlihatkan sifat lembut pemiliknya. Dengan penampilan imutnya, beliau sungguh menonjol di kelas yang dipenuhi para lelaki.
Hanya saja, orang-orang bukan terkejut lantaran beliau cantik.
"Aku ingin bertanya!"
Seorang lelaki yang telah memperkenalkan diri mengangkat tangan kanannya.
"Ah, y-ya, ada apa?"
Ditanyai segera sehabis masuk ke dalam kelas, Himeji tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan gugupnya. Tapi tindakannya ini mengingatkanku pada binatang mungil yang lucu. Itu sangat menggemaskan.
"Kenapa kamu di sini?"
Itu pertanyaan pertama yang tidak sopan.
Tapi saya yakin, semua orang di sini mempunyai pertanyaan yang sama.
Kecantikannya memang menarik perhatian. Namun yang lebih penting, nilai pelajarannya sangatlah tinggi. Dia merupakan siswi dengan nilai tertinggi kedua ketika ujian masuk, dan selalu berada di peringkat sepuluh besar.
Siswi sepintar beliau seharusnya tidak berada di Kelas F. Tak peduli kepada siapa pun kamu bertanya, jawabannya sudah pasti. Dia harusnya di Kelas A.
"Tentang itu...."
Dengan wajah gugup dan tubuh yang tegang, beliau menjawab :
"Saya demam ketika ujian pembagian kelas...."
Setelah mendengar itu, seluruh kelas mengangguk seakan berkata "Jadi begitu"
Meninggalkan ruang kelas di tengah ujian akan berakhir dengan kegagalan. Dengan kata lain, beliau tidak menuntaskan ujian pembagian kelas kemarin, makanya ditempatkan di Kelas F.
Mendengar balasan Himeji, banyak orang di kelas mulai menciptakan alasan mereka sendiri.
"Setelah dipikir-pikir, gue ditaruh di Kelas F lantaran demam juga"
"Ya, lantaran kimia, kan? Itu memang susah"
"Gue juga ga bisa ngerjain soal gara-gara denger kakak gue ketabrak"
"Diam lu, anak tunggal!"
"Pacar gue nggak biarin gue tidur di malem pas mau ujian"
"Itu kebohongan terbesar yang gue pernah denger"
Orang-orang ini lebih idiot dari yang pernah kubayangkan.
"Senang....senang bertemu dengan kalian"
Selama para siswa berdiskusi dengan berisik, Himeji berjalan ke daerah kosong di antara Yuuji dan aku. Aku tidak pernah bermimpi akan berada di kelas yang sama dengannya, terlebih lagi duduk di sebelahnya. Jujur saja, jantungku berdegup kencang. Dia benar-benar cantik, dan itu membuatku berpikir bahwa menerimanya di kelas hancur mirip ini merupakan sebuah tindak kejahatan.
"Aku sungguh takut...."
Himeji mendesah dan tiduran di atas meja begitu mencapai daerah duduknya.
Luar biasa! Karena kami duduk bersebelahan, ini yakni kesempatan besar untuk mengajaknya ngobrol! Cinta kami akan bermula dari insiden ini dan jadinya menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan. Itu benar, kata pertama akan menjadi kunci menuju gerbang kebahagiaan dan masa depan kami bersama.
"Hime---"
"Himeji"
Yuuji, yang duduk dua meja dariku, memanggil dengan bunyi yang lebih keras. SIALAN LOE YUUJI!!!!! Rencana masa depanku {Dari sahabat sekelas ke karpet merah pernikahan--pertemuan animo semi kami--654 episode} berakhir bahkan sebelum 2 menit! Apa yang harus saya tunjukkin ke penonton untuk 653 jam 58 menit selanjutnya?!
"Y-Ya? Ada apa?"
Himeji melihat Yuuji, menjadi panik, dan pelan-pelam merapihkan roknya. Apa duduk di bantal membuatnya simpel kusut?
"Namaku Sakamoto. Sakamoto Yuuji, senang berkenalan denganmu"
“Ah, namaku Himeji, senang bertemu denganmu"
Dia menunduk dengan rendah dan memperlihatkan salam hormat. Pendidikan keluarganya niscaya sangat baik.
"Kau masih merasa sakit?"
"Aku juga pengen tahu"
Tanpa sengaja saya memotong percakapan mereka. Aku duduk di sampingnya selama tes pembagian kelas, beliau tidak tampak terlalu sehat waktu itu. Aku bertanya-tanya apakah beliau merasa lebih baik sekarang.
"Yo-Yoshii?"
Himeji terkejut ketika melihat wajahku. Kenapa kamu seterkejut itu? Apa saya jelek? Tidak mungkin, ini tidak---
"Himeji, maaf wajah buruk Akihisa menakutimu"
Apa? Ada-apaan ini? Mungkin Yuuji berusaha untuk membantuku, tapi beliau hanya menciptakan keadaan lebih buruk.
"Itu....Itu tidak benar! Lihat, mataku penuh dengan energi, wajahku ramping dan indah! saya tidak buruk sama sekali! Sebenarnya, saya ini---"
"Yah, wajahmu memang tidak keliatan buruk. Lagipula, saya tahu kalai ada orang yang tertarik padamu"
Apa? Aku tidak pernah membayangkan Yuuji mempunyai informasi bagus mirip itu. Aku ingin memastikannya.
"Eh? Siapa...."
"Siapa....Siapa dia?"
Suara Himeji jadi lebih besar dari suaraku. Yah, itu tidak dilema lantaran kami mempunyai pertanyaan yang sama. Sepertinya gadis di usianya tertarik pada topik mirip ini.
"Aku inget sekarang. Namanya Kubo...."
Kubo? Siapa gadis dengan nama Kubo?
"....Toshimitsu, kalau tidak salah!"
Kubo Toshimitsu --> ♂ (Jenis Kelamin: PRIA)
"...."
"Akihisa, kenapa kamu rahasia nangis?"
Aku telah ternodai!! Aku tidak bisa lagi menjadi mempelai pria!!
"Jangan khawatir, setengahnya cuman bercanda"
"Apa? Bagaimana dengan sisanya?"
"Oh ya, Himeji, kamu sudah merasa baikkan sekarang?"
"Ya, saya baik-baik saja"
“Yuuji, bagaimana dengan setengah lainnya?"
Karena Yuuji mengabaikanku, saya mengeraskan bunyi untuk mendapatkan perhatiannya.
"Kalian yang di sana, diamlah...."
Guru mengetuk meja beberapa kali sebagai peringatan.
"Maaf---"
!!!GUBBRAAKK!!! (Suara Sesuatu yang Hancur)
Tiba-tiba, meja guru runtuh menjadi tumpukan kayu. Mejanya bahkan tidak bisa menahan beberapa ketukan, seberapa buruk keadaan kelas ini?
"....Saya akan mengambil meja ganti. Harap bersabar"
Guru yang merasa aib dengan cepat melangkah keluar kelas.
Sekali lagi saya menyadari betapa buruknya peralatan kami.
"Ha, hahaha...."
Himeji memasang senyum terpaksa di wajahnya.
Melihatnya mirip ini mengingatkanku bahwa orang-orang mirip Yuuji dan saya memang pantas untuk berguru di kelas mirip ini, tapi niscaya sulit sekali bagi siswi mirip dirinya.
Yah, ini yakni kesalahan kami sendiri lantaran tidak berhasil dengan baik dalam ujian. Mampu menjaga kesehatan sendiri yakni semacam kekuatan juga. Tapi ditempatkan di Kelas F hanya lantaran meninggalkan ujian lantaran sakit itu konyol. Seharusnya mereka memberinya kesempatan lain.
Kemarahan terhadap ketidakadilan ujian pembagian kelas berkutat di dalam pikiranku. Jika memang itu masalahnya, kami harus berusaha keras semoga bisa memperoleh peralatan yang lebih baik untuk Himeji.
Aku pun bicara pada ketua kelas yang sedang menguap ketika ini.
"Yuuji, ikutlah"
"Mau apa kau?"
"Kita tidak bisa bicara di sini, ayo ke koridor"
"Baiklah"
Aku berdiri dan berjalan menuju koridor. Pada ketika itu, Himeji dan saya saling menatap sekilas.
"Ok, ada apa?"
Sekarang yakni waktunya homeroom, jadi tidak ada seorang pun di koridor. Kami bisa bicara dengan bebas disini.
"Tentang kelas ini...."
Tentu saja yang kumaksud kelas kami.
"Ruang Kelas F? Ini lebih buruk daripada yang kuperkirakan"
"Kau juga pikir begitu, ya?"
"Tentu saja"
"Kau sudah melihat peralatan Kelas A?"
"Ya, beda sekali dari kita. saya belum pernah lihat kelas mirip itu sebelumnya...."
Di satu sisi yakni ruang kelas dengan papan tulis penuh retakan, bahkan tanpa ada kapur yang di sediakan. Di sisi lain ruang kelas dengan TV plasma mahal. Tak ada yang bisa mendapatkan perlakuan diskriminasi mirip ini, kan?
"Aku punya ide. Karena kita sudah kelas dua, ayo lakukan 'Perang Tes Syokanju'!*"
[Shoukanjuu/Syokanju. Mahkluk panggilan]
"Perang?"
Yuuji bertanya, tidak yakin.
"Ya, dan musuhnya yakni Kelas A"
"Kenapa?"
Tiba-tiba, Yuuji menatapku dengan serius.
"Tidak ada alasan khusus, hanya saja kelas kita ini terlalu buruk"
"Jangan bohong! Orang sepertimuu, yang bahkan tidak niat belajar, kini mau berperang demi fasilitas? Kalau kelas kita menang undian, itu masih lebih mungkin"
Sialan! Indra keenamnya masih tetap tajam.
“Tidak, tidak, bukan begitu! kalau saya tidak niat belajar, saya tidak akan masuk sekolah ini---"
"Kau menentukan sekolah ini lantaran bayarnya murah dan reputasinya bagus di perguruan tinggi tinggi, kan?"
TIDAAKK!!!! Aku sudah memberitahu alasanku sebelumnya!!
"Ah....Itu....Itu karena...."
Apa yang harus saya katakan? Aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik.
"Ini lantaran Himeji, kan?"
Astaga!
Karena alasanku yang sesungguhnya telah beliau ketahui, saya tanpa sengaja panik dan menjadi tegang.
"Ba-Bagaimana kamu tahu?"
"Kau itu simpel sekali dibaca. Aku cuma menebak sedikit, kemudian kamu sendiri yang mengakuinya"
Mata yang tampak serius itu menghilang, digantikan oleh senyuman licik. Aku telah ditipu!!
"Bukan cuma itu satu-satunya alasanku...."
"Ya, ya, kamu tidak usah bilang apa-apa lagi, saya sudah paham"
"Aku bilang ini tidak mirip yang kamu pikirkan!"
Sial! Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan orang ini.
"Jangan khawatir, bahkan jikalau kamu tidak menyarankan ini, saya masih akan berencana berperang melawan Kelas A"
"Hah? Kenapa? Yuuji, kamu juga tidak suka berguru sepertiku, kan?"
Itu sebabnya beliau tidak peduli ihwal peralatan kelas.
"Aku hanya ingin menunjukan kalau nilai bukanlah segalanya"
"?"
"Aku bahkan sudah punya planning buat mengalahkan Kelas A---Oh, guru sudah kembali! Ayo masuk ke kelas!"
Yuuji mendorongku ke dalam kelas.
"Ayo kita lanjutkan perkenalan dirinya"
Setelah membawa meja ganti (yang satu ini tampak bobrok juga), homeroom pun berlanjut.
"Namaku Sugawa Ryou, hobiku adalah---"
Pengenalan monoton berlanjut mirip biasa.
"Sakamoto, kamu yang terakhir"
"Roger"
Yuuji menjawab panggilan guru dan bangun dari daerah duduknya.
Dia tetap memasang perilaku santai yang biasa dan berjalan perlahan menuju podium, diiringi martabat seorang pemimpin kelas.
"Sakamoto yakni ketua Kelas F, kan?"
Mendapatkan pertanyaan dari Fukuhara-sensei, Yuuji menjawab dengan anggukan.
Itu yakni pasangan yang sempurna, ketua kelas terburuk untuk kelas terburuk. Alih-alih menyampaikan itu suatu kehormatan, sesungguhnya mungkin sesuatu yang memalukan.
Tapi Yuuji tidak berpikir mirip itu. Dia berdiri dipenuhi kepercayaan diri di podium dan menatap kami.
"Aku ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. Kalian semua bisa memanggilku Sakamoto, atau ketua kelas"
Sebagian besar siswa di kelas tidak peduli memperdulikannya, lantaran beliau hanyalah satu dari sekian banyak orang idiot di Kelas F. Seperti panci memanggil ketel hitam*.
[Sama kayak maling teriak maling]
"Sekarang, saya punya pertanyaan untuk kalian semua"
Dia menatap mata semua orang, dan bicara perlahan.
Mungkin lantaran mendapatkan timing yang pas, semua orang menatapnya sekarang.
Begitu beliau memastikan sudah mendapatkan perhatian mereka, matanya menatap ke setiap sudut kelas.
Sebuah kelas dengan amis jamur.
Bantal renta dan kotor.
Meja kayu kecil Jepang dengan noda bekas keringat.
Kami mengikuti tatapannya, melihat hal-hal itu satu per satu.
"Kelas A tidak cuma punya AC pribadi, tapi juga dingklik yang empuk!"
Dia mengambil napas dalam-dalam, dan berkata:
"APA KALIAN PUAS?!?!"
"TIDAK!!!"
Tangisan dari jiwa-jiwa setiap anggota Kelas F terdengar melalui koridor.
"Benar, kan? Bahkan saya tidak puas dengan situasi ini. Sebagai ketua kelas, saya menemukan ketidakadilan di sini!!"
"Itu benar!!!"
"Tidak peduli semurah apa bayarannya, tidak sepatutnya kita diberi akomodasi mirip ini! Kita harus minta sekolah buat memperbaikinya!!"
"Jumlah yang kita bayarkan sama dengan Kelas A, tapi kita diperlakukan sangat berbeda!!"
Komplain mulai bermunculan dari setiap penjuru di kelas.
"Kalian semua benar. Karena itulah...."
Puas dengan reaksi dari teman-teman sekelas, Yuuji memperlihatkan senyum tak gentar di wajahnya.
"....Sebagai ketua kelas, saya punya usul"
Sambil memperlihatkan taring setajam harimau, beliau berseru :
"Kita akan mengajukan 'Perang Tes Syokanju' melawan Kelas A!"
Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji, telah menyulut api perang.
☆☆☆Soal Kedua berakhir disini☆☆☆
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Soal Kedua
Tuliskan masing-masing idiom yang mempunyai makna mendekati kalimat berikut :
1. Gagal dalam bidang keahlian.
2. Sial melulu.
Jawaban Himeji Mizuki :
1. "Seekor simpanse sanggup jatuh dari pohon"
2. "Atap bocor di hari hujan"
Komentar Guru :
Benar. Ada beberapa balasan lain untuk pertanyaan penggalan pertama, seperti, 'Kuda yang kehilangan tapal depannya', atau 'Bahkan ikan pun bisa tenggelam'. Jawaban lain untuk penggalan kedua misalnya, 'Kejadian baik tidak pernah datang, insiden buruk tidak pernah berakhir' atau 'Satu tahun penuh kesialan' dan sebagainya.
Jawaban Tsuchiya Kouta
1. "Bahkan kuda pun sanggup jatuh dari atas pohon"
Komentar Guru :
Itu yakni pemandangan yang luar biasa.
Jawaban Yoshii Akihisa :
2. "Atap bocor dan tanah longsor pada ketika bersamaan"
Komentar Guru :
Bukannya itu terlalu tidak beruntung?
Syokanju Yoshii Akihisa
☆☆☆☆
"Apa?!....ruangan ini terlalu besar untuk sebuah kelas, kan?"
Aku melangkah ke lantai tiga yang tidak sempat kukunjungi tahun lalu, dan melihat sebuah kelas dengan ukuran lima kali lebih besar dari biasanya tepat di depan mataku.
Inikah Kelas A yang sering orang-orang bicarakan? Coba kita lihat apa yang ada di dalam sana.
"Selamat! kalian berhasil melanjutkan ke kelas dua. Nama saya yakni Takahashi Youko, guru wali kelas untuk Kelas A. Senang bertemu kalian"
Aku berhenti dan melihat ke dalam kelas melalui jendela besar, ada seorang perempuan yang kelihatan cerdas menggunakan kacamata berdiri di depan kelas. Rambutnya diikat ke belakang diiringi dandanan yang rapi dengan setelan jas.
Ketika beliau berhenti berbicara, namanya tidak ditulis di papan tulis. Melainkan muncul di layar TV plasma besar yang menutupi seluruh dinding. Betapa mewahnya!! Berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk itu?.
"Pertama-tama, periksalah barang-barang yang telah diberikan kepada kalian. Setiap orang seharusnya mempunyai sebuah laptop, AC pribadi*, sebuah kulkas-mini, dingklik yang bisa diatur, dan sebagainya. Apakah semuanya berfungsi dengan baik?"
[AC pribadi itu maksudnya mirip AC yg ada di kendaraan beroda empat itu.]
Ada lebih dari sekadar ruang, fasilitas, dan peralatan glamor yang cukup untuk 50 orang siswa.
Setiap kulkas dipenuhi dengan cemilan dan minuman ringan. Masing-masing siswa mempunyai AC-nya sendiri, yang suhunya bisa diatur semau mereka.
Jika melihat ke sekeliling kelas, kamu akan menyadari kalau langit-langitnya terbuat dari kaca. Lukisan-lukisan mahal tergantung di dinding dan ada tanaman hias di dalam ruangan. Desain interiornya tampak mirip lobi sebuah hotel bintang lima.
"Selain buku pelajaran dan buku tambahan, makanan dan minuman di kulkas disediakan oleh sekolah secara gratis. Jika kalian butuh akomodasi atau peralatan yang lain, dipersilahkan untuk memberitahu kami"
Aku bisa mencium wangi teh merah*, tampaknya ada siswa yang telah menyeduh teh.
[Teh Rosella]
"Sekarang, kuperkenalkan ketua kelas kalian. Kirishima Shouko, silakan maju ke depan"
"....Baik"
Orang yang berdiri dan menjawab panggilan yakni seorang gadis dengan rambut hitam yang panjang. Penampilannya mirip boneka Jepang.
Dia yakni seorang gadis yang mempunyai paras bagus dan aura bermartabat yang membuatnya terlihat bebas dari urusan duniawi.
Semua orang di kelas memperhatikannya.
Ketua kelas, yakni orang yang mendapat nilai tertinggi di ujian pembagian kelas.
Dengan kata lain, orang terpintar di Kelas A juga merupakan orang terpintar di angkatannya. Inilah alasan kenapa beliau mendapatkan begitu banyak perhatian dari orang lain.
"....Nama saya Kirishima Shouko, senang bertemu kalian"
Meskipun semua orang sedang menatapnya, beliau masih memperkenalkan diri mirip biasa.
Ketika saya melihat lebih teliti orang-orang yang sedang terfokus padanya, mereka semua ternyata perempuan. Sepertinya rumor yang beredar itu benar!
Dia begitu populer ketika mendaftar ke sekolah ini. Semua orang mengakui betapa cantiknya beliau dan banyak yang ingin memacarinya. Namun, tidak satupun dari mereka yang berhasil.
Sejak ketika itu, ada rumor yang menyampaikan kalau beliau sesungguhnya penyuka sesama jenis. Begitu rupanya, tiada asap tanpa api!
"Semua orang di Kelas A, bekerjasamalah dengan Kirishima mulai kini sampai final tahun pemikiran kedua dan belajarlah dengan ulet bersama-sama! 'Perang' dimulai dari sekarang, jangan kalah dengan kelas lain!"
Begitu si guru wali kelas menyudahi pidatonya, Kirishima membungkuk dan kembali ke daerah duduknya sendiri.
Oh tidak, saya harus bergegas ke kelasku.
Aku eksklusif berjalan cepat menyusuri koridor.
☆☆☆☆
Berdiri di bawah tanda dengan goresan pena {Kelas 2-F} tertera di sana, saya mulai ragu.
Apa tiba terlambat ke kelas akan memperlihatkan kesan pertama yang buruk bagi sahabat sekelasku?
Apa ada orang yang jorok, menyeramkan, atau susah diatasi di sana?
Rekan-rekan seperjuangan macam apa yang akan bersamaku selama satu tahun ke depan? Semakin kupikirkan, semakin gugup jadinya.
"Yah, mungkin saya hanya terlalu khawatir"
Aku cuma terlambat, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Lagi pula, kami sahabat sekelas, jadi tak ada juga yang perlu ditakutkan! Mungkin saja mereka yang akan khawatir padaku, mengira saya telat lantaran tidak lezat tubuh (sebenarnya, lantaran bangun kesiangan).
Tenanglah, tidak usah khawatir. Aku harus percaya kepada temanku, saya harus berhubungan dengan mereka mulai dari sekarang.
Setelah memantapkan pikiran, saya mendorong pintu sampai terbuka dan menyapa teman-teman di kelas dengan bunyi yang akrab.
"Maaf saya terlambat ♪"
“Cepat duduk, idiot!”
Kesan sempurnaku sudah hancur!
“Kau tidak dengar apa yang kukatakan?”
Orang ini garang sekali. Seorang guru dihentikan berbicara mirip itu.
Aku menatap tajam orang yang berdiri di balik podium.
Ternyata beliau tinggi, mungkin hampir 180 cm. Tubuhnya ramping tapi tidak kurus, membuatnya terlihat mirip seorang petinju. Perlahan kuarahkan pandangan ke atas, kulihat sepasang mata yang penuh dengan semangat membara, wajah yang liar sekaligus tampan, dan rambut cepak di kepalanya yang terlihat mirip surai singa.
"....Yuuji, kenapa kamu disini?"
Orang ini bukan guru. Dia yakni temanku, Sakamoto Yuuji.
"Karena gurunya telat, saya mengambil tempatnya"
"Kau menggantikan guru? Kau? Kenapa?"
"Entah kenapa, nilaiku yang paling tinggi di Kelas F"
"Jadi itu membuatmu jadi ketua kelas?"
"Yah, tampaknya begitu"
Yuuji tersenyum licik. Setelah mendengar ucapannya, saya juga tersenyum. Dengan kata lain, jikalau saya bisa 'mengatasi' Yuuji, tak ada yang bisa menghentikanku melaksanakan apapun di kelas ini.
"Nah lantaran itu, semua orang di kelas ini jadi bawahanku!"
Dia dengan besar hati melihat semua sahabat sekelas yang sedang duduk di lantai.
....Ya, semua orang memang duduk di lantai. Kenapa? Jawabannya sederhana, lantaran tidak ada kursi!
"Ngomong-ngomong....kelas ini cocok sekali disebut Kelas F"
Aku sebaiknya mencari daerah duduk terlebih dahulu.
"Maaf, permisi"
Tiba-tiba, bunyi lemah terdengar dari belakangku.
Seorang laki-laki renta yang tidak terlihat pintar, mengenakan kemeja kusut dengan rambut awut-awutan berdiri di sana.
"Sekarang waktunya homeroom*. Apa bisa saya menaruh dingklik di sana?"
[Singkatnya, homeroom itu waktu disamping jam pelajaran yg tujuannya mengeratkan kekerabatan wali kelas dengan para siswanya]
Karena beliau tidak mengenakan seragam, dan jauh dari kata muda, mungkin beliau yakni guru wali kelas kami.
"Roger"
"Oke"
Yuuji dan saya menjawab bersamaan dan berjalan ke daerah kami.
Guru tersebut menunggu sampai kami duduk, kemudian berdiri di belakang podium dan berbicara dengan pelan.
"Selamat pagi semuanya. Nama saya yakni Fukuhara Shin. Saya akan menjadi guru wali kelas untuk Kelas 2-F. Senang bertemu kalian"
Fukuhara-sensei ingin menulis namanya di papan tulis kotor, tapi beliau tidak bisa. Ya ampun! Sekolah bahkan tidak menyediakan kapur tulis?!.
"Apakah semuanya mendapatkan chabudai* dan bantal? Tolong angkat tangan bila ada yang tidak kebagian"
[Meja kecil jepang. Ada gambarnya di Soal Pertama]
Ada sekitar lima puluh murid di kelas sempit ini tanpa meja tulis yang layak. Hanya ada tatami, chabudai dan bantal untuk duduk. Benar-benar akomodasi yang gres dan berkelas! Aku sudah dengar ihwal ini dari tahun pertamaku, tapi merasakannya sendiri sungguh mengejutkan.
"Sensei....bantalku tidak ada kapasnya"
Ada banyak keluhan dari para siswa ihwal peralatan yang rusak.
“Begitu ya. Terima saja”
"Sensei, kaki mejaku patah"
"Bukannya mereka sudah menyediakan lem? Lem sendiri nanti"
"Sensei, udara hambar masuk dari jendela yang pecah"
“Aku mengerti. Nanti akan kulaporkan ke sekolah kemudian meminta plastik dan lakban untuk memperbaikinya"
Di ujung ruangan ada laba-laba yang dengan bebas menciptakan sarang. Selain itu, tidak ada satupun titik di dinding yang higienis atau tanpa coretan. Ini parah. Apa disini sejenis bangunan terlantar?
"Jika kalian perlu sesuatu, cobalah untuk mengurusnya sendiri"
Ada amis jamur yang melayang di kelas. Pasti datangnya dari bawah tatami-tatami renta ini.
'Mari kita mulai memperkenalkan diri. Kita akan mulai dari orang yang duduknya di samping koridor"
Ketika Fukuhara-sensei selesai bicara, salah satu murid berdiri dan memperkenalkan dirinya.
"Nama saya yakni Kinoshita Hideyoshi, anggota klub drama"
Itu Hideyoshi yang berbicara.
Dia mempunyai gaya bicara unik. Dengan tubuh langsing dan rambut lurus sebahu. Sekilas---tidak, bahkan ketika saya melihatnya dengan teliti, wajah manisnya bisa dengan simpel membuatku, yang sudah mengenalnya, berpikir bahwa beliau yakni perempuan. Benar, itu yakni Kinoshita Hideyoshi, sahabat sekelasku dari tahun lalu.
Di samping itu, jikalau beliau menggunakan seragam perempuan dan mengubah cara bicaranya, beliau jelas-jelas akan diperlakukan sebagai seorang gadis. Ini bisa dengan simpel terjadi di kelas yang dipenuhi amis pejantan mirip disini.
"Begitulah, senang bertemu kalian"
Hideyoshi tersenyum lembut, dan mengakhiri perkenalan dirinya. Sangat....sangat MANIS!!! Tunggu sebentar, Yoshii Akihisa, jangan jatuh hati padanya! Dia laki-laki!!!
"Tsuchiya Kouta..."
Ketika saya menggumamkan peringatan pada diriku sendiri, yang sudah sering kulakukan berkali-kali sejak tahun lalu, siswa berikutnya sudah mulai memperkenalkan diri.
Siapa barusan? Ah, saya juga kenal orang ini.
Tsuchiya masih pendiam mirip biasa. Dia tidak bertubuh besar, tapi dari ototnya kamu bisa tahu kalau beliau bagus di bidang olahraga. Walaupun begitu entah kenapa beliau bersikap mirip pemalu. Apa mungkin lantaran tidak ingin mencolok dan terlibat masalah? Yah, ada banyak macam orang di dunia ini.
Tapi, saya hanya melihat laki-laki di dalam kelas. Takkan ada perempuan di kelas terbodoh. Apa memang selalu mirip ini di seluruh dunia?
"....---adalah namaku. Aku besar di luar negeri. Meskipun bisa berbahasa Jepang, tapi membaca abjad kanji masih sulit untukku"
Selagi saya termenung, perkenalan lain sudah dimulai.
“Kemampuan bahasa Inggrisku buruk lantaran saya besar di Jerman. Hobiku ---“
OH!!! Kali ini seorang perempuan. Dia selayaknya harta karun yang berharga. Akhirnya, setidaknya ada satu gadis di kelas ini.
"Hobiku yakni memukuli Yoshii Akihisa☆"
Siapa itu?! Siapa yang punya hobi khusus, ekstrem dan berbahaya itu?!
"Hai "
Orang yang sedang tersenyum dan melambai padaku adalah...
"Ah, Shi-Shimada, itu kamu ya!"
"Yoshii, kita sekelas lagi tahun ini"
Orang lain lagi yang kukenal, sekalikus musuh alamiku dari tahun lalu....Shimada Minami.
Kenapa? Kenapa ada begitu banyak orang yang kukenal sekelas denganku?!
Bukankah ini aneh? Apa ini rujukan dari, 'Burung takkan lepas dari kawanannya'? Aku tidak percaya, diriku ternyata setingkat dengan mereka!
"Salam kenal"
Oke, kelihatannya orang di depanku gres saja selesai. Sekarang yakni giliranku.
Aku mengambil napas dan berdiri dari lantai.
Ayo mulai perkenalan diriku! Kesan pertama sangatlah penting. Agar sanggup berteman baik dengan semua orang, saya akan tekankan bahwa diriku ini yakni orang yang positif dan optimis.
Tiba-tiba, sebuah pandangan gres melintas di benakku. Aku tetapkan untuk menggunakan dagelan segar sebagai awal perkenalan. Berusaha yang terbaik untuk berbicara dengan gaya yang lucu, perkenalan diriku pun dimulai.
"Hmm, namaku yakni Yoshii Akihisa. Silahkan panggil saya 'Sayang '"
"SAAYAAAANG ♥"
Paduan bunyi garang para lelaki jauh lebih menjijikkan dari yang kubayangkan.
"Maaf, yang barusan tidak jadi. Salam kenal"
Walau harus tersenyum palsu dan kembali ke daerah duduk, saya masih merasa mual. Aku tidak pernah membayangkan kalau mereka benar-benar akan memanggilku begitu. Kelas F memang parah!!!
Karena masih jijik, rasanya perkenalan diri ini tidak kunjung berakhir.
Tepat ketika saya hampir tertidur lantaran perkenalan diri yang membosankan, seseorang membuka pintu. Seorang perempuan berdiri di sana, meletakkan tangannya di dada sambil mencoba menarik napas.
"Sa-Saya minta maaf....saya terlambat"
"APA?!?!"
Semua orang berteriak, tapi ini bisa dimaklumi. Jika sesuatu mirip ini terjadi, siapapun akan terkejut.
"Sebenarnya kamu tiba di ketika yang tepat. Kami sedang memperkenalkan diri sekarang. Silahkan perkenalkan dirimu ke kelas, Himeji"
"Ba-Baiklah! Nama Saya Himeji Mizuki, senang bertemu kalian...."
Himeji mengeluarkan bunyi yang lebih kecil dari tubuh mungilnya.
Kulitnya seputih salju yang gres turun. Rambut panjang nan lembut sepunggungnya memperlihatkan sifat lembut pemiliknya. Dengan penampilan imutnya, beliau sungguh menonjol di kelas yang dipenuhi para lelaki.
Hanya saja, orang-orang bukan terkejut lantaran beliau cantik.
"Aku ingin bertanya!"
Seorang lelaki yang telah memperkenalkan diri mengangkat tangan kanannya.
"Ah, y-ya, ada apa?"
Ditanyai segera sehabis masuk ke dalam kelas, Himeji tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan gugupnya. Tapi tindakannya ini mengingatkanku pada binatang mungil yang lucu. Itu sangat menggemaskan.
"Kenapa kamu di sini?"
Itu pertanyaan pertama yang tidak sopan.
Tapi saya yakin, semua orang di sini mempunyai pertanyaan yang sama.
Kecantikannya memang menarik perhatian. Namun yang lebih penting, nilai pelajarannya sangatlah tinggi. Dia merupakan siswi dengan nilai tertinggi kedua ketika ujian masuk, dan selalu berada di peringkat sepuluh besar.
Siswi sepintar beliau seharusnya tidak berada di Kelas F. Tak peduli kepada siapa pun kamu bertanya, jawabannya sudah pasti. Dia harusnya di Kelas A.
"Tentang itu...."
Dengan wajah gugup dan tubuh yang tegang, beliau menjawab :
"Saya demam ketika ujian pembagian kelas...."
Setelah mendengar itu, seluruh kelas mengangguk seakan berkata "Jadi begitu"
Meninggalkan ruang kelas di tengah ujian akan berakhir dengan kegagalan. Dengan kata lain, beliau tidak menuntaskan ujian pembagian kelas kemarin, makanya ditempatkan di Kelas F.
Mendengar balasan Himeji, banyak orang di kelas mulai menciptakan alasan mereka sendiri.
"Setelah dipikir-pikir, gue ditaruh di Kelas F lantaran demam juga"
"Ya, lantaran kimia, kan? Itu memang susah"
"Gue juga ga bisa ngerjain soal gara-gara denger kakak gue ketabrak"
"Diam lu, anak tunggal!"
"Pacar gue nggak biarin gue tidur di malem pas mau ujian"
"Itu kebohongan terbesar yang gue pernah denger"
Orang-orang ini lebih idiot dari yang pernah kubayangkan.
"Senang....senang bertemu dengan kalian"
Selama para siswa berdiskusi dengan berisik, Himeji berjalan ke daerah kosong di antara Yuuji dan aku. Aku tidak pernah bermimpi akan berada di kelas yang sama dengannya, terlebih lagi duduk di sebelahnya. Jujur saja, jantungku berdegup kencang. Dia benar-benar cantik, dan itu membuatku berpikir bahwa menerimanya di kelas hancur mirip ini merupakan sebuah tindak kejahatan.
"Aku sungguh takut...."
Himeji mendesah dan tiduran di atas meja begitu mencapai daerah duduknya.
Luar biasa! Karena kami duduk bersebelahan, ini yakni kesempatan besar untuk mengajaknya ngobrol! Cinta kami akan bermula dari insiden ini dan jadinya menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan. Itu benar, kata pertama akan menjadi kunci menuju gerbang kebahagiaan dan masa depan kami bersama.
"Hime---"
"Himeji"
Yuuji, yang duduk dua meja dariku, memanggil dengan bunyi yang lebih keras. SIALAN LOE YUUJI!!!!! Rencana masa depanku {Dari sahabat sekelas ke karpet merah pernikahan--pertemuan animo semi kami--654 episode} berakhir bahkan sebelum 2 menit! Apa yang harus saya tunjukkin ke penonton untuk 653 jam 58 menit selanjutnya?!
"Y-Ya? Ada apa?"
Himeji melihat Yuuji, menjadi panik, dan pelan-pelam merapihkan roknya. Apa duduk di bantal membuatnya simpel kusut?
"Namaku Sakamoto. Sakamoto Yuuji, senang berkenalan denganmu"
“Ah, namaku Himeji, senang bertemu denganmu"
Dia menunduk dengan rendah dan memperlihatkan salam hormat. Pendidikan keluarganya niscaya sangat baik.
"Kau masih merasa sakit?"
"Aku juga pengen tahu"
Tanpa sengaja saya memotong percakapan mereka. Aku duduk di sampingnya selama tes pembagian kelas, beliau tidak tampak terlalu sehat waktu itu. Aku bertanya-tanya apakah beliau merasa lebih baik sekarang.
"Yo-Yoshii?"
Himeji terkejut ketika melihat wajahku. Kenapa kamu seterkejut itu? Apa saya jelek? Tidak mungkin, ini tidak---
"Himeji, maaf wajah buruk Akihisa menakutimu"
Apa? Ada-apaan ini? Mungkin Yuuji berusaha untuk membantuku, tapi beliau hanya menciptakan keadaan lebih buruk.
"Itu....Itu tidak benar! Lihat, mataku penuh dengan energi, wajahku ramping dan indah! saya tidak buruk sama sekali! Sebenarnya, saya ini---"
"Yah, wajahmu memang tidak keliatan buruk. Lagipula, saya tahu kalai ada orang yang tertarik padamu"
Apa? Aku tidak pernah membayangkan Yuuji mempunyai informasi bagus mirip itu. Aku ingin memastikannya.
"Eh? Siapa...."
"Siapa....Siapa dia?"
Suara Himeji jadi lebih besar dari suaraku. Yah, itu tidak dilema lantaran kami mempunyai pertanyaan yang sama. Sepertinya gadis di usianya tertarik pada topik mirip ini.
"Aku inget sekarang. Namanya Kubo...."
Kubo? Siapa gadis dengan nama Kubo?
"....Toshimitsu, kalau tidak salah!"
Kubo Toshimitsu --> ♂ (Jenis Kelamin: PRIA)
"...."
"Akihisa, kenapa kamu rahasia nangis?"
Aku telah ternodai!! Aku tidak bisa lagi menjadi mempelai pria!!
"Jangan khawatir, setengahnya cuman bercanda"
"Apa? Bagaimana dengan sisanya?"
"Oh ya, Himeji, kamu sudah merasa baikkan sekarang?"
"Ya, saya baik-baik saja"
“Yuuji, bagaimana dengan setengah lainnya?"
Karena Yuuji mengabaikanku, saya mengeraskan bunyi untuk mendapatkan perhatiannya.
"Kalian yang di sana, diamlah...."
Guru mengetuk meja beberapa kali sebagai peringatan.
"Maaf---"
!!!GUBBRAAKK!!! (Suara Sesuatu yang Hancur)
Tiba-tiba, meja guru runtuh menjadi tumpukan kayu. Mejanya bahkan tidak bisa menahan beberapa ketukan, seberapa buruk keadaan kelas ini?
"....Saya akan mengambil meja ganti. Harap bersabar"
Guru yang merasa aib dengan cepat melangkah keluar kelas.
Sekali lagi saya menyadari betapa buruknya peralatan kami.
"Ha, hahaha...."
Himeji memasang senyum terpaksa di wajahnya.
Melihatnya mirip ini mengingatkanku bahwa orang-orang mirip Yuuji dan saya memang pantas untuk berguru di kelas mirip ini, tapi niscaya sulit sekali bagi siswi mirip dirinya.
Yah, ini yakni kesalahan kami sendiri lantaran tidak berhasil dengan baik dalam ujian. Mampu menjaga kesehatan sendiri yakni semacam kekuatan juga. Tapi ditempatkan di Kelas F hanya lantaran meninggalkan ujian lantaran sakit itu konyol. Seharusnya mereka memberinya kesempatan lain.
Kemarahan terhadap ketidakadilan ujian pembagian kelas berkutat di dalam pikiranku. Jika memang itu masalahnya, kami harus berusaha keras semoga bisa memperoleh peralatan yang lebih baik untuk Himeji.
Aku pun bicara pada ketua kelas yang sedang menguap ketika ini.
"Yuuji, ikutlah"
"Mau apa kau?"
"Kita tidak bisa bicara di sini, ayo ke koridor"
"Baiklah"
Aku berdiri dan berjalan menuju koridor. Pada ketika itu, Himeji dan saya saling menatap sekilas.
"Ok, ada apa?"
Sekarang yakni waktunya homeroom, jadi tidak ada seorang pun di koridor. Kami bisa bicara dengan bebas disini.
"Tentang kelas ini...."
Tentu saja yang kumaksud kelas kami.
"Ruang Kelas F? Ini lebih buruk daripada yang kuperkirakan"
"Kau juga pikir begitu, ya?"
"Tentu saja"
"Kau sudah melihat peralatan Kelas A?"
"Ya, beda sekali dari kita. saya belum pernah lihat kelas mirip itu sebelumnya...."
Di satu sisi yakni ruang kelas dengan papan tulis penuh retakan, bahkan tanpa ada kapur yang di sediakan. Di sisi lain ruang kelas dengan TV plasma mahal. Tak ada yang bisa mendapatkan perlakuan diskriminasi mirip ini, kan?
"Aku punya ide. Karena kita sudah kelas dua, ayo lakukan 'Perang Tes Syokanju'!*"
[Shoukanjuu/Syokanju. Mahkluk panggilan]
"Perang?"
Yuuji bertanya, tidak yakin.
"Ya, dan musuhnya yakni Kelas A"
"Kenapa?"
Tiba-tiba, Yuuji menatapku dengan serius.
"Tidak ada alasan khusus, hanya saja kelas kita ini terlalu buruk"
"Jangan bohong! Orang sepertimuu, yang bahkan tidak niat belajar, kini mau berperang demi fasilitas? Kalau kelas kita menang undian, itu masih lebih mungkin"
Sialan! Indra keenamnya masih tetap tajam.
“Tidak, tidak, bukan begitu! kalau saya tidak niat belajar, saya tidak akan masuk sekolah ini---"
"Kau menentukan sekolah ini lantaran bayarnya murah dan reputasinya bagus di perguruan tinggi tinggi, kan?"
TIDAAKK!!!! Aku sudah memberitahu alasanku sebelumnya!!
"Ah....Itu....Itu karena...."
Apa yang harus saya katakan? Aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik.
"Ini lantaran Himeji, kan?"
Astaga!
Karena alasanku yang sesungguhnya telah beliau ketahui, saya tanpa sengaja panik dan menjadi tegang.
"Ba-Bagaimana kamu tahu?"
"Kau itu simpel sekali dibaca. Aku cuma menebak sedikit, kemudian kamu sendiri yang mengakuinya"
Mata yang tampak serius itu menghilang, digantikan oleh senyuman licik. Aku telah ditipu!!
"Bukan cuma itu satu-satunya alasanku...."
"Ya, ya, kamu tidak usah bilang apa-apa lagi, saya sudah paham"
"Aku bilang ini tidak mirip yang kamu pikirkan!"
Sial! Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan orang ini.
"Jangan khawatir, bahkan jikalau kamu tidak menyarankan ini, saya masih akan berencana berperang melawan Kelas A"
"Hah? Kenapa? Yuuji, kamu juga tidak suka berguru sepertiku, kan?"
Itu sebabnya beliau tidak peduli ihwal peralatan kelas.
"Aku hanya ingin menunjukan kalau nilai bukanlah segalanya"
"?"
"Aku bahkan sudah punya planning buat mengalahkan Kelas A---Oh, guru sudah kembali! Ayo masuk ke kelas!"
Yuuji mendorongku ke dalam kelas.
"Ayo kita lanjutkan perkenalan dirinya"
Setelah membawa meja ganti (yang satu ini tampak bobrok juga), homeroom pun berlanjut.
"Namaku Sugawa Ryou, hobiku adalah---"
Pengenalan monoton berlanjut mirip biasa.
"Sakamoto, kamu yang terakhir"
"Roger"
Yuuji menjawab panggilan guru dan bangun dari daerah duduknya.
Dia tetap memasang perilaku santai yang biasa dan berjalan perlahan menuju podium, diiringi martabat seorang pemimpin kelas.
"Sakamoto yakni ketua Kelas F, kan?"
Mendapatkan pertanyaan dari Fukuhara-sensei, Yuuji menjawab dengan anggukan.
Itu yakni pasangan yang sempurna, ketua kelas terburuk untuk kelas terburuk. Alih-alih menyampaikan itu suatu kehormatan, sesungguhnya mungkin sesuatu yang memalukan.
Tapi Yuuji tidak berpikir mirip itu. Dia berdiri dipenuhi kepercayaan diri di podium dan menatap kami.
"Aku ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. Kalian semua bisa memanggilku Sakamoto, atau ketua kelas"
Sebagian besar siswa di kelas tidak peduli memperdulikannya, lantaran beliau hanyalah satu dari sekian banyak orang idiot di Kelas F. Seperti panci memanggil ketel hitam*.
[Sama kayak maling teriak maling]
"Sekarang, saya punya pertanyaan untuk kalian semua"
Dia menatap mata semua orang, dan bicara perlahan.
Mungkin lantaran mendapatkan timing yang pas, semua orang menatapnya sekarang.
Begitu beliau memastikan sudah mendapatkan perhatian mereka, matanya menatap ke setiap sudut kelas.
Sebuah kelas dengan amis jamur.
Bantal renta dan kotor.
Meja kayu kecil Jepang dengan noda bekas keringat.
Kami mengikuti tatapannya, melihat hal-hal itu satu per satu.
"Kelas A tidak cuma punya AC pribadi, tapi juga dingklik yang empuk!"
Dia mengambil napas dalam-dalam, dan berkata:
"APA KALIAN PUAS?!?!"
"TIDAK!!!"
Tangisan dari jiwa-jiwa setiap anggota Kelas F terdengar melalui koridor.
"Benar, kan? Bahkan saya tidak puas dengan situasi ini. Sebagai ketua kelas, saya menemukan ketidakadilan di sini!!"
"Itu benar!!!"
"Tidak peduli semurah apa bayarannya, tidak sepatutnya kita diberi akomodasi mirip ini! Kita harus minta sekolah buat memperbaikinya!!"
"Jumlah yang kita bayarkan sama dengan Kelas A, tapi kita diperlakukan sangat berbeda!!"
Komplain mulai bermunculan dari setiap penjuru di kelas.
"Kalian semua benar. Karena itulah...."
Puas dengan reaksi dari teman-teman sekelas, Yuuji memperlihatkan senyum tak gentar di wajahnya.
"....Sebagai ketua kelas, saya punya usul"
Sambil memperlihatkan taring setajam harimau, beliau berseru :
"Kita akan mengajukan 'Perang Tes Syokanju' melawan Kelas A!"
Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji, telah menyulut api perang.
☆☆☆Soal Kedua berakhir disini☆☆☆
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/