Baka To Test: Volume3.5 Aku, Shouko Dan Kisaragi Highlands
Diterjemahkan oleh , -MrStar-
“Akihisa.”
“Hm? Yuuji, ada apa?
“Aku gres ingat, mau kau apakan tiket itu?”
“Maksudmu tiket Kisaragi Highlands?”
“Um, saya ingat katanya mereka akan melaksanakan percobaan sebelum dibuka untuk umum. Kenapa kau tidak pergi dengan Himeji saja?”
“Ap, apa maksudmu, Yuuji?! Kalau saya dan Himeji-san pakai tiket itu, perusahaan Kisaragi akan mendukung kami hingga bisa menikah! Himeji-san bakal sedih kalau berakhir ibarat itu, ya kan?”
“Benar juga. Mereka bekal berusaha keras biar setiap pasangan yang tiba mendapatkan kebahagiaan. Mereka niscaya akan mati-matian untuk mewujudkannya.”
“Mmm, itu masalahnya.”
“Tapi, kupikir Himeji tidak akan menolaknya.”
“...Eh?”
“Ya, kalau kau berani mengajaknya pergi, saya yakin ia tidak akan menolaknya.”
“Ah, ahhahaha, kumat lagi. Yuuji Yuuji, suka banget menghinaku bagaimana mungkin saya bisa menikahi Himeji-san? itu mustahil.”
“Uuu ya sudah kalau kau bilang begitu . Terus, kalau tidak pergi, mau diapain tuh tiket?”
“Baru saja kudengar ada orang yang mau menikah, jadi saya berikan tiket itu kepada mereka.”
“Benar juga, kalau ada orang yang pengen menikah, tuh tiket niscaya sangat berguna. Apalagi kalau mereka benar-benar menikah, perusahaan Kirasagi bakal sangat senang mendengarnya.”
“Yah, planning mereka sukses dan semuanya akan bahagia.”
“Bagaimana dengan orang yang akan menikah itu?”
“Nn, mereka hanya butuh waktu.”
“Baguslah kalau mereka bisa bersama pada akhirnya.”
“Jangan khawatir, mereka akan selalu bersama.”
☆
Pagi hari di hari libur, sinar matahari kurang jelas menembus tirai jendela dan kicauan burung-burung gereja membangunkanku dari alam mimpi. Aku pun terbangun—
“… Selamat Pagi, Yuuji.”
—dan menemukan Shouko berada di samping kasurku.
“...hari ini cuacanya cerah.”
Shouko menarik tirai jendela, yang menciptakan sinar matahari dengan terang menyinari kamarku.
“Hm? Ahh, indahnya.”
Cahaya matahari yang terlalu terang itu membuatku menyipitkan mataku, dan akupun memastikan benar adanya kehadiran sobat masa kecilku ini.
Hari ini memang hari libur, ia pun tidak menggunakan seragam sekolah. Dia menggunakan mantel rajut lengan panjang dengan kaus pink di dalamnya dan rok sepanjang lutut yang membuatnya tampak cocok mengenakannya.
Harusnya ada pakaian yang didesain untuk disembunyikan yaitu celana dalam, kan? Shouko biasanya mengenakan kaus dan celana pendek untuk menutupinya. Sepertinya, hari ini ia ingin tampil beda saya pun sadar kalau saya sedang memperhatikan cara berpakaian Shouko. itu bukanlah hal yang biasa kulakukan. Mungkin saya masih tertidur? Aku menggelengkan kepalaku dengan keras untuk menyingkarkan rasa kantuk, dan menatap ke arah Shouko
“Aku belum menyapamu balik. Pagi, Shouko.”
“...Nn,Pagi.”
Aku menggeser selimutku ke samping dan duduk di samping kasur.
Ngomong-ngomong, kenapa Shouko ada di kamarku? Emangnya saya punya kencan atau janji dengannya? Aku pun mulai mengingat kembali semuanya. Tapi saya tak mengingat apapun. Berarti, saya memang tidak punya janji dengannya, kan?
“maaf, Shouko, bisa ambilkan hapeku.”
“...apa kau akan menelpon seseorang?”
“Mm, yah.”
Shouko mengambilkannya dan saya pun menerimanya, kemudian saya menekan beberapa tombol. Kalau orang ini ada dikamarku, berarti-
“Ah, hallo? Kantor polisi?”
SHOUKO MENYELINAP KE KAMARKU!
☆
TAP TAP TAP TAP TAP!! KREEEEEEKKKK!!!
“IBU! TOLONG JELASKAN APA YANG TERJADI!!”
“Astaga, Yuuji, selamat pagi.”
Usai berlari ke dapur, saya melihat ibuku yang berdiri sedang mencuci piring dengan santai, bahkan dengan semangat mengucapkan selamat pagi.
“APANYA YANG SELAMAT PAGI!? KENAPA ADA SHOUKO DI KAMARKU!? AKU HAMPIR SAJA DIANGGAP MANIAK YANG TIDAK BISA MEMBEDAKAN 2D DAN 3D OLEH POLISI!!!”
Setelah saya mengatakannya, sobat masa kecilku keluar dari kamar dan memanggilku. Rasa sakit masih terasa di tubuhku. Bagaimana mungkin saya bisa berdiri kesiangan. Itu yaitu kesalahan terbesar dalam hidupuku!
“...Eh?”
Mendengar protesku, ibuku pun berkedip untuk beberapa saat. Dia hampir berusia 40. Tapi masih nampak ibarat anak kecil. Mungkin alasannya baby-facenya, ia pun terlihat jauh lebih muda. ‘Orang-orang sering mengira saya anak kuliahan’ ujarnya. Tapi, baik ayahku ataupun aku, kami sama sekali tidak percaya pada ucapannya. Dia nggak mungkin nampak ibarat anak kuliahan.
“Maksudmu Shouko?” Ia memegang wajahnya sendiri dan menatapku ibarat sedang kesusahan.
Melihat tingkahnya... Apa memang benar kalau Shouko menyelinap ke kamarku? Dan ibu nggak bisa menghentikannya? Kalau memang benar begitu, saya tidak berhak untuk meneriakinya.
“Ahh, tidak, maaf sudah meneriakimu pagi-pagi begini, kukira ibu membantu Shouko mencari kamarku-“
“Emang bener, Shouko masih terlalu naïf. Karena ia kebingungan tadi, saya pun membantunya, itu benar benar--- Astaga, Yuuji, kenapa kau mencubit pipi ibumu?”
“JADI KAMU PELAKUNYA!!!”
Mungkin saya harus mengajarinya ihwal logika sehat seorang ibu.
“...Yuuji, jangan mencubi pipi ibu.”
“Diam kau, Shouko. Sebagai seorang anak, saya harus mendidik ulang ibuku.”
Shouko kemudian memukul tanganku biar saya berhenti. Ngomong-ngomong, pas Shouko menyebut kata ‘ibu’ dengan nada yang berbeda kenapa terasa aneh, ya? Kurasa saya tidak perlu menanyakannya pada Shouko demi keselamatanku.
“...Kalau kau tidak menurut, saya akan membaca buku ini dengan ibu.”
Shouko mengeluarkan buku yang berukuran A4. Hm? Buku itu… jangan-jangan----
“Tunggu, tunggu dulu! Seorang Gadis harusnya tidak membaca buku ibarat itu! Cepat kembalikan!”
Kenapa buku itu bisa ada di tangannya! Itu yaitu harta karun yang bahkan Muttsulini pun nggak bisa mencarinya! Dan Shouko berhasil menemukannya! Ini buruk! Bagaimana cara ia menemukannya? Walaupun kami serumah, saya menyembunyikannya di kawasan yang bahkan ibu tidak bisa menemukannya!
“Astaga, Shouko, itukan buku belakang layar dengan sampul buku sejarah punya Yuuji? Yuuji menyembunyikannya di lapisan kedua di laci ketiga.”
Aku tidak pernah merasa seiri ini dengan Akihisa yang tinggal sendirian.
“Ba, Baiklah. Aku akan melepaskan ibu.”
Dengan patuh saya melepaskan tanganku dari pipi ibu. Aku dipaksa mengalah ibarat ini. Ini terlalu kejam!
“...Baguslah. Jika-”
Dasar! Kalau saya berhasil mendapatkannya kembali, saya akan menyembunyikannya sampai-sampai kalian tidak bisa menemukannya. Aku harusnya menyimpannya dengan keamanan maksimal-
“...Jika kau membakarnya, saya akan memaafkanmu.”
“Maaf, Shouko. Bagaimanapun juga, itu bukan sesuatu yang harus kulakukan sehabis meminta maaf, kan?”
Seharusnya, kalau saya sudah dimaafkan, buku itu akan kembali padaku.
“...Kalau begitu saya tidak akan memaafkanmu walaupun kau memperabukan buku ini.”
“Apakah ada pilihan lain selain membakarnya?”
Sejak saya mengenalnya di SD, terkadang saya tidak bisa membaca pikirannya yang kacau.
“Hoho, kalian berdua masih berteman baik.”
Usai dicubit, ibuku kembali bersikap santai lagi. Dia mencuci piring terakhir dan mengelap tangannya ke celemek. Benar-benar ibu yang terlalu santai.
“Aku tidak merasa demikian…”
“Benarkah?”
Ibuku masih memasang wajah tersenyumnya. Dia ini tipe orang yang menyampaikan ‘astaga, menarik sekali!’ ketika anaknya tertabrak mobil.
“Dasar, …ngomong-ngomong, kenapa kau disini Shouko?”
“...Kencan.”
“Kencan? Emang saya punya kencan denganmu?”
“...Mm.”
Shouko menganggukan kepalanya dan mengeluarkan sehelai kertas. Tampak ibarat sebuah tiket. Biar kulihat, itu adalah…
“Ooooh, bukannya itu tiket pra-opening Kisaragi Highland? Dan katanya itu gratis. Itu tiket Istimewa bukan? Hebat sekali Shouko, bisa mendapatkan tiket-----“
“...seseorang memberikannya padaku.”
“Oh ya? Baguslah ”
“...Yuuji, kau telpon siapa?”
“Aku harus bicara dengan seorang sampah.”
Pertama, saya mengnonaktifkan tampilan display nomor, kemudian menelpon Akihisa. Setelah beberapa detik, orang sialan itu pun mengangkat telponnya.
“Hallo, hallo? Ini siapa?”
“...............................AKU AKAN MEMBUNUHMU.”
“Eh? Apa! Siapa ini? Itu menakutk----” (putus)
Usai mendengar bunyi asing dari telpon, saya tetapkan panggilan. Paling enggak, saya merasa lebih lega.
“...Ayo, Yuuji.”
Shouko menarik tanganku. Sepertinya ia benar benar ingin pergi.
“Walaupun harus mati, saya tidak akan mau.”
Aku memang tidak bisa memenuhi keinginanmu.
Jika itu hanya taman biasa. Aku mungkin masih bisa mempertimbangkannya. Tapi, itu yaitu program perusahaan Kisaragi, niscaya ada sesuatu yang berbahaya di sana. Kalau saya pergi dengan Shouko dan terkena jebakan mereka, saya niscaya akan dipaksa menikahi Shouko. Bagaimana juga, saya harus mencegah hal itu!
“Ya ampun, kenapa kau tidak mau pergi, Yuuji? Keluar dan bermainlah dengan shouko.”
Ibuku yang tidak mengetahui apa-apa, bicara seenaknya.
“Sudah jelas, saya tidak mau pergi alasannya banyak alasan.”
Hanya sedikit orang, termasuk Akihisa dan saya yang mengetahui planning perusahaan kisaragi. Walau satu sekolah, Shouko niscaya tidak mengetahuinya. Jika ia tahu sesuatu ihwal ‘Perusahaan Kisaragi yang berusaha menciptakan dua orang menikah’, tidak peduli seberapa licik rencananya, Shouko niscaya akan memaksaku untuk ikut.
“...aku mau pergi dengan Yuuji.”
Ia sudah mengambarkan rasa cintanya padaku selama 7 tahun. Apapun yang kukatakan, ia tak akan mengalah. Aku benar benar harus menghargai sifat teguhnya itu. Itu masalahnya, tapi saya harus menolaknya, kalau tidak, ia akan memaksaku untuk menikah. Aku tidak mau menikah ketika masih SMA; saya masih ingin menikmati kebebasanku. Oke, walaupun gak akan membantu, saya harus mengatakannya dengan terang ‘Shouko, lebih baik kau menyerah’.
Jadi, saya menarik nafas dalam dan mengatakan-
“Shouko.”
“Tidak mau.”
“Kau lebih baik menye-”
Kecepetan! Kecepetan! Aku gres saja menyebut namanya!
“Shou, Shouko! Dengarkan dulu...”
“...jika kau tak mau pergi -”
Ia menyela kata kataku, Shouko mengeluarkan buku kecil dari tasnya.
“...pilih satu.”
Yang Shouko keluarkan yaitu buku lokasi janji nikah favorit.
“Maaf, saya tak menyangka kalau akan berkahir ibarat ini”
“...kau berjanji sebelumnya, kita akan menikah bila kau melanggar janjimu”
Kenapa saya merasa isi perjiannya berubah?
“Ibu rasa menikah diluar negeri itu bagus, ibarat Hawaii atau yang lainnya`”
“Ibu, kenapa kau tak peduli dengan anakmu?!”
“...Yuuji, pilih satu. Aku yang akan memesannya”
“Ah, Eropa tampaknya bagus. Yuuji, menurutmu mana yang bagus?”
“Uuu...”
Apapun yang kupilih, tampaknya saya tak bisa menghindari duduk kasus pernikahan. Ini terlalu rumit, tapi, saya tak akan mengalah bila cuman begini. Cari cara untuk keluar dari masalah!
☆
“...Aku sangat payah...”
Setelah memakan waktu 2 jam menggunakan kereta dan bis. Shouko dan saya kesudahannya tiba di depan Kisaragi Highlands. Ini, ini tidak mungkin terjadi! Jika soal Shouko sih tidak apa apa, namun ibuku juga dengan sangat antusias sepakat biar kami menikah! Aku harus kabur dari situasi rumit ini! Tidak akan ada yang bisa menghalangiku sekarang!
“...Akhirnya kita sampai.”
Shouko bahkan tak menyembunyikan kesenangannya ketika melihat sebuah taman hiburan di depannya. Oke... melihatnya bahagia, mungkin sebanding dengan perjalanan membawanya kesini.
“Oke, Shouko, kita sudah tiba-”
“...Mn.”
“Ayo kita pulang.”
KREK.
“...tidak, saya harus masuk.”
“Hahaha, Shouko, tanganku tampaknya tak mau pergi kesana.”
Lenganku diapit kebawah oleh Shouko, yang membuatku berkeringat dingin. Sialan, jariku terasa kaku.
“...Inilah yang dilakukan pasangan.”
“Tunggu Shouko! Apa bagimu gandengan dengan erat itu gak ada bedanya sama penyerahan diri?”
“?”
Sepertinya ia sedang dipenuhi pertanyaan, cewek ini terlalu hebat. Mungkin ia berpikir bahwa setiap pasangan yang ada di dunia mengunci lengan pasangan mereka supaya tetap bersama.
“...Bagaimanapun, ayo masuk.”
“GUH! Paling gak lepasin tanganku! Kalau kau begitu terus, tanganku benar benar akan terpelintir!”
Lengan kiri ku pun disandera, Shouko kemudian menyeretku ke pintu masuk. Berhubung ini yaitu hari percobaan sebelum mereka benar-benar buka, kami tidak perlu mengantri di depat loket.
“Selamat tiba di Kisaragi Highlands!”
Karyawan yang lebih muda ini tidak terlihat ibarat orang jepang, ia berbicara dengan senyuman dan nada yang aneh. Dia memang kayak orang Asia, tapi saya tak tahu kalau ia benar benar orang jepang.
“Ini yaitu hari percobaan kami. Apa Anda berdua mempunyai tiket masuk?”
“...Ya.”
Shouko mengeluarkan tiket dari sakunya.
“Maaf, permisi.”
Si karyawan menatap kami usai melihat tiket, senyuman di wajahnya pun tiba tiba lenyap.
“...Apa tiketnya tak bisa digunakan?”
Melihat ekspresi karyawan itu berubah, Shouko mulai terlihat khawatir.
“Enggak, enggak, enggak, tiket ini bisa digunakan. Tapi, mohon tunggu sebentar ”
Buru-buru karyawan itu mengambil handphone dari sakunya, tampaknya ia mau menelpon seseorang.
“—ini aku. Mereka ada disini. Siapkan pernikahannya sekarang, saya akan pikirkan cara untuk mengulur waktu”
“Oi, tunggu dulu! Apa maksud perkataanmu!”
Ekspresi Pegawai yang lebih muda tiba tiba nampak mengerikan. Apa ia yaitu pegawai perusahaan ini?
“...menyiapkan pernikahan?”
Shouko memiringkan kepalanya kebingungan. Dia memang tak tak tahu planning perusahaan Kisaragi, ia niscaya mencoba untuk mencari tahu sehabis mendengar kata
“Menyiapkan Pernikahan”
“Tak apa, ini hanya duduk kasus teknis.”
Si pegawai kembali tersenyum untuk menyembunyikan situasi yang sebenarnya, tapi setiapku melihatnya, ini terasa terlalu aneh.
“Oi, apa bahasa jepangmu jadi tak lancar ketika menelpon?”
“O uu, orang jepang memang jeli, tapi saya tak mengerti maksud ucapanmu tadi ”
Orang ini nyebelin.
“Ngomong-ngomong, kalian tak perlu menyiapkan soal janji nikah atau apalah itu, biarkan saja kami masuk dan jangan ganggu kami.”
Terimakasih untuk panggilan telpon tadi, saya kesudahannya mengetahui apa yang mereka rencanakan. Aku tidak akan membiarkan mereka merencanakan sesuatu dengan seenaknya. Jika tidak, seluruh hidupku akan…
“Jangan ngomong begitu, biarkan kami yang menangani janji nikah yang super duper special untukmu ”
“Ga perlu.”
“Kau harus membiarkan kami melakukanya.”
“Tidak.”
“Ayolah?”
“Kalau saya menolak?”
“Jika kau menolak, saya akan mengirim beberapa udang amis ke rumahmu!”
“ENGGAK! Keluarga kita bakal keracunan nanti!”
Ibuku niscaya bakal pikir itu yaitu udang untuk menciptakan sebuah kuliner yang super mengerikan, dasar orang asing gadungan!
“Nah, ayo kita buat foto kenang-kenangan.”
“...Foto kenang-kenangan?”
“Ya, ini akan menjadi kenangan yang cocok untuk pasangan ibarat kalian ”
“...Yuuji dan aku...melengkapi satu sama lain (memerah).”
Pipi shouko mulai memerah alasannya omong kosong orang asing gadungan ini.
“Maaf membuatmu menunggu. Saya sudah membawa kamera”
Saat ini, pegawai lainnya memegang kamera dengan lensa kamera yang agak kebawah. Hm? Sepertinya saya pernah ketemu dengan orang ini. Bukannya agak mencurigakan bila merendahkan lensa kameranya?
“Akhirnya kau membawakan kamera, terima kasih atas bantuanmu.”
Orang asing gadungan itu berterimakasih sambil mendapatkan kamera. Sangat mencurigakan! Bukannya asing kalau bersikap sopan begitu pada sobat kerjanya?
—Hm, ayo kita coba.
“Maaf, saya harus menelpon seseorang.”
“Baiklah.”
Aku mengeluarkan hapeku dan menelpon idiot yang berjulukan ‘Yoshii Akihisa’.
Prrrr Prrrr.
“Ah, maaf, hapeku bunyi.”
pegawai yang membawa kamera mengambil hapenya yang berdering dari saku belakang.
Berhasil!
“Yo Akihisa, tampaknya kau bersenang senang??”
“Kau salah orang!” (Lari!)
“Ah, sialan! Kau mau kabur? Tidak akan kubiarkan kau kabur, dasar orang asing gadungan!”
“Dia seorang pekerja kami, namanya Elizabeth Hanako (35 tahun), biasa dipanggil Steve. Dia bukanlah Yoshii tampaknya yang kau kira!”
“Diam! Kau hanya ngawur soal nama dan umur itu kan! Nama ibarat itu, gak mungkin dipanggil Steve! Lagipula, saya tidak memanggil orang itu dengan nama keluarganya, ya kan?”
Akihisa kabur ketika saya ditahan oleh orang asing gadung. Si sialan itu berusaha untuk menjebakku… apa ia mau membalas dendam? Tapi kenapa aneka macam karyawan disini? Sepertinya Akihisa tidak sendirian.
Nenek renta itu--- biar kuulang, kepala sekolah membantunya kan? Saat ia berhutang pada orang itu, ia niscaya gak akan nolak. Enggak, bukan hanya nenek sialan itu saja, semuanya benar benar rumit
“Shouko, maaf.”
“?”
Aku mengangkat rok Shouko hingga terlihat celana dalamnya.
“...(kilauan cahaya(flash))!”
Aku melihat seseorang muncul sambil memegang kamera ketika saya melakukannya.
-oh, ada orang yang sedang menggunakan kostum serigala.
“Menggerakan tangannya dengan cepat sambil memegang kamera… apa Muttsurini juga disini?”
Ketika mata kami bertemu, orang dengan kostum serigala itu pribadi kabur ibarat kelinci.
Jadi... Akihisa dan Muttsirini berada disini, harusnya Hideyoshi dan Himeji ada disekitar sini juga. Bener-bener deh… orang-orang ini gak pernah capek menciptakan orang lain sial!
“...Yuuji, mesum.”
Baru saja saya mau mengejar mereka, Shouko malah menatapku dengan marah.
“Apa? Ka, kau salah! Aku tidak tertarik pada celana dalammu!”
“...aku tidak suka alasanmu.”
“GUUAAHHH!! ITU SANGAT KETERLALUAN!!!”
Shouko melebarkan tangannya, mencengkram kepalaku. Sampai tulangku berbunyi.
“Oke, saatnya mengambil foto. Cheese!”
Aku mencicipi kilasan cahaya, kemudian mendengar bunyi bunyian benda elektrik.
“Kami akan segera mencetak fotonya, mohon tunggu sebentar”
“...Baiklah, saya akan menunggu dengan posisi ibarat ini”
“GUUAHH!! KALAU KAU MASIH DI POSISI ITU, KURASA TULANGKU AKAN…”
Dengan sifat terus terangnya, Shouko tidak berkutik dan tetap membisu di posisinya. Apa ia benar-benar menyukaiku hingga berbuat kayak gitu?
“Baiklah, Silahkan fotonya.”
Beberapa usang kemudian, si orang asing gadung itu tiba membawa foto, kesudahannya saya pun bebas.
“...Terima Kasih”
Shouko menerimanya dengan senang hati.
“...Lihat, Yuuji, Ini yaitu kenangan kita”
Shouko mengucapkannya sambil menatap foto itu disamping ku.
“APA-APAAN INI!”
Fotonya diambil dari sudut belakang kepala Shouko dan menampakan saya yang sedang dihukum dengan cakar besi. Selain itu-
“Aku menambahkan sesuatu untukmu.”
Tambahannya yaitu frame berbentuk hati di sekitar foto dan goresan pena ‘kami akan segera menikah’ disekitar Shouko yang dengan indah sedang mencakar seorang pemuda yang sedang menderita karenanya. Orang-orang ini mencurigakan, mereka harusnya berpikir apa yang terjadi bila kami berdua akan menikah… mau dilihat dari manapun,
Tidak akan ada kebahagiaan diantara kami!
“Apa kami boleh memajangnya di sekitar taman?”
“Kamu enggak waras ya? Apa gunanya foto itu bila dijadikan hiasan?”
Semua pengunjung yang melihatnya niscaya akan merasa resah.
"...Apa kau malu, Yuuji?”
“Maaf, tapi liat aja. Tidak ada yang memalukan dari foto ini.”
Aku menatap foto konyol itu dan mengatakannya-
“Ahh! Ada fotographer! Kita minta mereka mengambil foto kita juga yuk ”
“Sebagai foto janji nikah kita? Hebat. Oi, kau karyawan disini kan? Tolong ambil gambar kami!!”
Seseorang dengan wajah preman menghampiri kami.
“Maaf, tapi pasangan ini sudah ditargetkan oleh perusahaan kami…”
Si orang asing gadungan berusaha mengelak. Kayaknya foto ini bukanlah planning perusahaan.
“Apa maksudmu? Apa ada yang salah?! Kita ini juga pengunjung, tahu!?”
“Waa Ryouta kau sangat keren ”
Seorang laki-laki mengancam si orang asing gadungan dan menatapnya dari bawah ke atas. Dia tampaknya orang jahat. Dan cewek yang tertarik pada pemuda preman ini niscaya otaknya miring.
“Dan foto kami harus nampak ibarat anak nakal, oke?”
“Benar, jangan samakan dengan pemuda ndeso itu, Ryouta ku 100 kali lebih keren daripada pemuda itu!”
Ya ampun, saya jadi galau melihat pasangan jahat itu.
“....(tap tap tap tap tap).”
“Eh oi, Shouko, kau mau kemana?”
Aku menarik tangan shouko, ia niscaya murka alasannya kedua pasangan itu.
“...Mereka menghina Yuuji”
“Kan sudah kubilang... bila kita ngeladeni mereka, itu ga akan pernah beres.”
Kami niscaya tidak akan berakhir baik bila berurusan dengan mereka.
Selain itu, saya tak peduli apa yang mereka ucapkan. Melihatnya saja sudah cukup mengganggu.
“Ayo pergi, Shouko.”
“...Baiklah, bila Yuuji bilang begitu...”
Sepertinya Shouko juga tak suka melihatnya. Ia pribadi menuruti perkataanku, sehabis kuperintahkan.
“Ahhh! Jika kau tetap menolak, saya akan melaporkanmu pada media kalau pelayananmu sangat kurang ajar, mengerti!?”
“Itu benar kami yaitu pengunjung!!”
Pasangan itu terus berteriak di belakang kami. Acara promo malah mengundang pengunjung macam mereka. Kisaragi Highland Benar benar
malang.
☆
“kalau begitu, ayo pribadi pulang kalau sudah selesai melihat-lihat.”
“...Kita harus bersenang senang dulu”
Sama ibarat di iklan, taman ini mempunyai wahana terbaru, mulai dari permainan dengan efek 3D hingga roller coaster yang mengerikan, cangkir kopi, korsel. Semuanya nampak menarik.
“Lebih baik bila kita ke bioskop saja”
“...Tidak, kita jarang pergi ke kawasan ibarat ini.”
Usulku ditolak oleh Shouko. Ini menyusahkan, alasannya saya sedang mencari atraksi yang tidak menciptakan kami canggung. Tiba-tiba muncul maskot yang berjalan ke arah kami, ia berjalan dan nyaris terjatuh. Mirip dengan kostum serigala, tapi dengan baju yang beda. Yang ini mempunyai pita kupu-kupu, niscaya ia wanita.
“Kakak-kakak, Phi Phi akan mengambarkan beberapa atraksi yang menyenangkan!”
Suara gadis terdengar dari mascot itu, ia nampak ibarat orang biasa… dan bunyi nya terdengar agak familiar. Mungkin saya terlalu banyak mikir? Suaranya terdengar ibarat murid terpintar di kelas kami.
Lebih baik kuperiksa dulu.
“Ngomong-ngomong, tadi ada cewek kuliahan yang berkencan dengan Akihisa, mereka pergi ke bioskop.”
“Ehh, maksudmu Akihisa-kun? Dimana kau melihatnya?”
Oh ia makan umpannya…
“Oi, Himeji! Apa kau disini untuk membantu mereka?”
“Ah! An, anda salah! saya-bukan, Phi Phi bukanlah Himeji! Seperti yang kau lihat, Phi Phi yaitu serigala wanita!”
Melihatnya yang berusaha keluar dari kesalah pahaman ini, tampaknya Himeji yaitu orang yang serius.
“Oke Phi Phi, kalau begitu atraksi apa yang mau kau tunjukan?”
“Ah? Oh, mm! Phi Phi menyarankan untuk ke rumah hantu yang ada di arah sini.”
Himeji—enggak, Phi Phi menunjuk ke arah rumah hantu yang berada di samping air mancur. Hm, jadi itu rumah hantu yang populer alasannya dibentuk dari rumah sakit orisinil yang terbengkalai?
“Oh ya? Terimakasih.”
“Tidak apa apa, silakan menikmati wahananya”.
“Oh, Shouko, ayo pergi ke kawasan lain selain rumah hantu.”
Aku mendorong Shouko dari belakang. Baru saja saya mengucapkannya, Himeji tiba tiba menarik pergelangan tanganku.
“Tu tu tu tu tunggu! Kenapa kau tak mau kesana!”
“Masih nanya! Sudah jelaskan, kalau kau memasang jebakan di sana, ya kan? Kalau saya pergi ke sana, itu sama saja ibarat bunuh diri.”
Sepintar apapun dia, Himeji tidak bisa membodohi siapapun. Buktinya, ia gres saja membocorkan rencannya.
“A, saya memaksamu! Tolong, tolong pergi kesana!”
“Aku menolak.”
Aku enggak akan menjual jiwaku demi permohonannya! Akan kutolak, saya masih punya banyak kebebasan di masa mudaku!
“Kumohon kau niscaya akan menyukainya!””
“AKU, TIDAK, MAU!”
Aku mengabaikan Himeji yang menarikku. Tapi ia masih tetap memaksa. Benar benar menyusahkan. Aku gres saja akan mengangkat bahunya biar pergi, namun sesuatu menghalangiku.
“Hentikan, Yuuji- bukan, kau orang jelek!”
“Orang ndeso ini… Akihisa”
Aku melihat tindakan yang asing dengan si mascot laki laki. Apa yang terjadi, ganti kostum?
“Kejam! Aku- enggak, tunggu, semenjak kapan Noi Noi menjadi bodoh?”
“Berisik! Aku gak pernah liat idiot yang make kepala mascot terbalik!”
Boneka yang harusnya Nampak lucu dan menyenangkan kini nampak menyeramkan, alasannya Akihisa terbalik menggunakan kostum kepalanya, makhluk itu kini terlihat sangatlah mengerikan.
“...Yuuji, Noi Noi hanyalah anak anak”
“Shouko, makhluk yang kepalanya terbalik harus dimusnakan dari dunia ini.”
Kau akan mati bila kau tidak melihat dirimu sendiri. Makhluk ibarat ia harusnya cuman ada di bawah rantai makanan.
“Ah, Akihisa-kun, kepalamu terbalik! Ahh! Anak itu menangis alasannya melihatmu!”
“Wah, nggak baik! Pantas saya tidak bisa melihat!”
“Cepat benarkan kepalamu, atau Sakamoto-kun akan tahu yang sebenarnya!”
Kau pikir kau bisa membodohiku, dua orang ini bener bener cocok.
“Ah, maaf menunggu.”
Masalah bertambah ketika si orang-asing-gadungan muncul. Sepertinya ia bisa mengejar kami dengan cepat.
“Tuan Sakamoto Yuuji, dimohon menuju ke ruang hantu.”
“Kan sudah kubilang saya gak mau!?”
Aku tidak sudi pergi ke rumah hantu itu.
“Jika kau menolak, saya akan mengirim banyak kuliner ke rumahmu.”
“Jangan! Keluargaku akan dalam bahaya!”
Ibuku tidak tahu cara apa lagi selain menyuruh kami untuk menghabiskan makanannya. Kenapa orang ini bisa jadi makin bengis?
“Oh, Akihisa-kun, siapa perempuan kuliahan yang bersamamu tadi? Sempat sempatnya mengejar gadis ketika kami sedang dalam keadaan genting...”
“Eh? Apa maksudmu? Aku tak pernah-hm? Kenapa kau mengambil hape? Siapa yang kau telpon?”
“Ku rasa sebentar lagi Minami akan kesini. Sebelum itu, cepat jelaskan dengan jelas.”
“Enggak, Enggak akan! Jika ada pertumpahan darah di hari pembukaan, rating taman ini akan-GYYAH! Seseorang mendorongku dengan keras! Aku akan melaksanakan apapun, berlutut dan memohon biar dimaafkan, tapi jangan bunuh aku!!”
Dua makhluk fiksi ini nampaknya sedang bertengkar. Benar benar adegan yang luar biasa.
“Nona Shouko Sakamoto, kau mungkin bisa memeluk pacarmu kapan saja bila kau pergi ke rumah hantu itu.”
“...Yuuji, saya mau pergi.”
“Kau benar benar keji! Menggunakan shouko biar saya pergi ke perangkapmu! Dan siapa yang menyuruhmu mengganti nama keluarga Shouko! Nama keluarganya itu Kirishima!”
“...Jangan khawatir, sebentar lagi juga akan menjelma Sakamoto.”
Tanpa kusadari, Shouko mengambil alih tanganku, jadi, saya tak sanggup menghindar!
“Oke,kalau begitu tolong tanda tangan disini.”
Si orang asing gadungan mengeluarkan sebuah dokumen dan pulpen. Apa apaan ini?
“Hanya formulir persetujuan biasa.”
Kami kan hanya mengunjungi rumah hantu. Apa perlu menandatanganinya? Apakah seseram itu di dalam?
“Nampaknya menarik.”
Jika ada formulir, harusnya di dalam sana sangat mengerikan. Mungkin sangat menarik.
Aku merasa tertarik ketika mulai menandatangi formulir itu dengan pulpen.
Formulir persetujuan
1. saya- Yuuji Sakamoto bersumpah untuk mengakibatkan Shouko Kirishima sebagai istri saya, baik dalam suka dan duka, saling mengasihi seumur hidup.
2. Aku bersumpah bahwa kami akan menikah di kisaragi Highland
3. Apapun yang terjadi saya tidak akan pernah meninggalkan Shouko Kirishima.
“... Yuuji, ini stempelnya.”
“Dan ini bantal stempelnya.”
“Apa hanya aku? Apa hanya saya yang merasa ini sangat aneh!?”
Orang orang ini sudah gila!
“Bercanda. Kau tak perlu menandatanganinya untuk masuk.”
“...mn, hanya bercanda.”
“Kau bahkan menyiapkan kertas karbon, dan sempatnya bilang kalau ini hanya bercanda!”
Aku ingin menyampaikan banyak hal, tapi tampaknya logika sehat mereka terlalu asing atau apa? Kaprikornus bakal percuma.
“Sepertinya akan repot bila kau membawa masuk tas sebesar itu, akan kubawakan.”
“...maaf merepotkan.”
Shouko memperlihatkan tasnya kepada orang asing gadungan itu. Ngomong-ngomong tasnya besar banget.
“...Isinya mungkin akan berceceran, jadi tolong jangan dimiringkan.”
“Maksudmu tas ini? Saya mengerti, jangan khawatir.”
Berceceran? Apa yang ia bawa?
“Baiklah, silahkan menikmati wahana kami.”
“...Ayo, Yuuji.”
“OWOWOWOWOW! LENGANKU HAMPIR TERPELINTIR.”
Perlawananku tak berguna, ia pribadi menarikku menuju pintu masuk rumah hantu. Apa mereka merubah suasanannya? Rumah hantu ini punya pintu bergeser otomatis, tapi tak ada cahaya sama sekali di dalam, dan saya merasa ibarat ada seseorang yang sedang bergerak di sana.
“Ini aku. Target sudah memasuki rumah hantu. Mari kita mulai planning yang dibentuk oleh Tuan Yoshii.”
Sebelum pintunya otomatis tertutup, saya mendengar orang asing gadung itu mengatakannya.
Jadi apa rencananya Akihisa? Aku tidak mengerti, tapi takkan kubiarkan mereka berbuat seenaknya!
Shouko dan saya melanjutkan perjalanan di koridor yang gelap, kk, kk… jejak kaki di lantai rumah sakit ini sangatlah terang ibarat dugaanku.
“Seperti dugaanku, ini modifikasi dari rumah sakit yang ditinggal, bahwasanya ini cukup langka.”
“...Ini agak menakutkan.”
“Tumben kau merasa takut, padahal kan enggak ada apa apa.”
“...mungkin.”
Kami terus berjalan mengikuti rambu yang bertuliskan ‘lurus kedepan’.
Tidak ada apa apa di lantai satu, jadi kami menaiki tangga ke atas. Baru saja kami menaiki beberapa anak tangga, terdengar sesuatu.
“—fer—ji—”
Dengan udara yang dingin, terdengarlah bunyi yang dibentuk buat.
Hm? Apa ini bunyi tangisan penderitaan?
“...suara ini seperti...Yuuji?”
“Hm? Oh ya?”
Suaranya terdengar ibarat dengan suaraku. Mungkin hideyoshi hanya memalsukan suaraku.
Mendengar suaraku disaat saya tidak berbicara, terasa agak menakutkan, kupikir planning Akihisa akan biasa saja-
“Aku lebih suka Himeji daripada Shouko, alasannya dadanya lebih besar.”
“...Yuuji, apa kau siap?”
“Serem! Wajah mu mulai ibarat kayak Iblis! Ini benar benar menyeramkan!”
Bagaimana bisa Akihisa sialan itu merencanakan hal ibarat ini! Apa ia merencanakan biar saya keluar dari rumah hantu dengan kondisi tak bernyawa!? Aku jadi semakin panik, namun saya mendengar beberapa bunyi alat mekanis yang dibuka.
Bagus! Oke! Sekarang saya bisa melindungi diriku sekarang.
“Ah, Shouko! Ada sesuatu yang muncul!”
Dilihat dari arah suaranya, sesuatu muncul dari kawasan yang kosong. Itu adalah-
“...mereka sangat pengertian.”
—tongkat?
Sialan kau Akihisa! Dia benar benar telah menyiapkan semuanya! Aku kira mereka hanya menciptakan rumah hantu ini jadi menakutkan, tetapi mereka malah membuatnya menjadi rumah hantu yang super duper menakutkan!
“...Yuuji, kau mau lari kemana?”
Dengan tongkat itu, sobat masa kecilku ini pun mulai mengejarku selama satu jam penuh.
Bagaimana bisa Akihisa berpikir kalau ini akan membuatku dan Shouko lebih dekat?
☆
Aku berusaha menjelaskan kepada Shouko, bahwa Hideyoshi hanya memalsukan niru suaraku, kesudahannya saya berhasil menenangkannya dan mengajaknya keluar dari rumah hantu.
“Aku pikir kalian kenapa-napa! Bagaimana? Apa kalian merasa akan menikah?”
“Menurutku hanya kau dan si ndeso akihisa yang berpikir bahwa hal itu sanggup menciptakan kami menikah. . .”
Aku merasa jarak Antara saya dan Shouko semakin lebar.
“itu aneh? Kukira pasangan yang berhasil lolos dari teror justru akan terus bersama...”
“Yah, itu mungkin saja terjadi, bila yang menciptakan teror itu bukan salah satu dari kami...”
Si orang asing gadungan ini, otaknya rada ibarat sama Akihisa, ya? Tapi paling nggak, saya merasa sedikit tenang. Jika ini memang planning Akihisa, mereka harusnya tidak mengancam kehidupanku. Jadi, bila saya tidak berpikir untuk kabur… niscaya akan sangat tidak mungkin untuk pulang.
“...ini waktunya makan siang.”
Shouko menatap air mancur sambil menggerutu. Sebuah jam raksasa mengambarkan bahwa ini sudah jam 1 siang. Ya itu benar, ini waktunya makan.
“...di tas ku --”
“Ya, kami sudah menyiapkan kuliner glamor untuk kalian. Tolong ikut saya”
Si orang asing nakal berjalan menjauh.
Mereka bahkan menyiapkan makan siang. Mereka enggak main main.
“ada apa, Shouko?”
“...bukan apa apa.”
“?”
Kenapa dengan Wajahnya tiba tiba Nampak kesepian?
“...Yuuji, cepat, nanti kita bisa ketinggalan”
“Hm, kau benar.”
Si orang asing gadungan itu sudah berjalan cukup jauh.
Mungkin lebih baik kita biarkan saja mereka melayani dan menyiapkan kuliner untuk kita.
Aku buru buru berjalan, usai itu, yang muncul dihadapanku yaitu restoran yang nampak mewah.
“Silahkan menikmati kuliner yang sudah disiapkan”
Dengan cepat, si orang asing gadung mengantarkan kami menuju ke ruangan yang ibarat dengan ruang pesta.
Di tengah tengah ruangan terdapat meja bundar, sebuah panggung dan meja kecil lainnya. Tempat ini tidak begitu ibarat restoran, malahan ibarat dengan-
“...acara kuis?”
Benar, alasannya ada banyaknya kuliner glamor di meja, ini ibarat program kuis yang di TV.
“Tuan Yuuji Sakamoto dan Nona Shouko, selamat datang.”
Seorang pelayan mengantarkan kami menuju meja- demi apa, saya juga kenal nih orang!
“Kenapa kau menjadi pelayan, Hideyoshi?”
“Hideyoshi? Siapa?”
Ia mengambarkan muka polosnya. Apa orang ini sedang bersandiwara? Bakalan susah untuk mengungkapkan identitasnya.
Aku akan melaksanakan hal yang sama ibarat yang kulakukan pada Akihisa tadi!
“Baiklah, bila kau masih mengelak.”
Aku mengambil hapeku dan mencari nama ' Hideyoshi Kinoshita ' di nomor kontak.
Baru saja saya mau menelponnya, pelayan itu tiba tiba bergerak.
“Ah, hapeku jatuh!”‘
Hideyoshi (?) mengambil dan melempar hapenya ke air mancur. Pluk, terdengarlah bunyi yang ibarat benda mendarat di air.
“Ya, yang bener? Hapemu bakal rusak!”
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
Hideyoshi menatapku dengan wajah polos lagi.
Walaupun hapenya tidak begitu berguna, ia harusnya mikir mikir dulu sebelum melempar hapenya… nih orang sudah sangat menjiwai perannya.
“Tolong, izinkan saya melanjutkannya.”
“Ah, ooh...”
Kami mengikuti pelayan itu ke tengah ruangan.
“Karena Anda masih dibawah umur, kami menyiapkan minuman ini untuk Anda.”
Saat kami sudah duduk, si pelayan menuangkan sampanye yang tak ber akohol di gelas.
Ia bahkan tak lupa menyebutkan brand minumannya. Dasar, ibarat yang kuharapkan dari orang klub drama.
“Silahkan nikmati kuliner pembukanya.”
Usai menuang minuman. Aku melihat kuliner pembuka yang mewah, saya hanya bisa menyeringai ketika melihat sebuah garpu dan pisau, saya tidak terbiasa memakainya, Ngomong ngomong, Shouko niscaya lebih menentukan menggunakannya alasannya ia sudah terbiasa.
Kami pun selesai makan, nampaknya tak ada jebakan kali ini. Baru saja kupikir saya kini bisa tenang-
“saudara saudara, terimakasih dikarenakan telah tiba ke program percobaan Kisaragi Highland”
Suara yang keras memenuhi ruangan.
“Sebenarnya, di ruangan ini, ada sepasang anak sekolah yang akan mengikuti program drama pernikahan!”
Minuman yang gres saja kuteguk tiba tiba muncrat dari hidung.
“Kami dari perusahaan Kisaragi ingin biar pasangan ini mengikuti kuis ‘Acara Drama Pernikahan Kisaragi Highland’! ”
Suara pintu masuk yang dikunci pun terdengar keras. Agar saya tak bisa kabur, sialan kau Akihisa! Kau bisa membaca pikiranku!
“Peraturannya sederhana. Kalian hanya perlu menjawab 5 pertanyaan dengan benar biar bisa mengadakan janji nikah mewah! bila kalian bersedia, silakan segera mendaftarkan diri kalian”
Itu yaitu duduk kasus besarnya, bodoh!
“Baiklah Tuan Yuuji Sakamoto dan nona Shouko, dipersilakan naik ke atas panggung!”
Si pembawa program pun menunjuk ke arah kami, sehingga semua pengunjung restoran menatap kami.
“...drama pernikahan...aku akan berjuang!”
“Tenang Shouko. Pernikahan itu harus disetujui kedua belah pihak-OWWWWW! TELINGAKU MAU COPOT! BIARKAN AKU PERGI! BIARKAN SAJA AKU PERGI!”
Aku berusaha menenangkan diriku, bahwa ini cuman drama pernikahan. Tapi saya tetap saja merasa tidak senang ketika melangkah ke arah panggung.
Dengan 2 pelayan yang mengantar kami, Shouko dan saya pun duduk di kursi yang sudah disiapkan.
“Oke, kuis ‘Acara Drama Pernikahan Kisaragi Highland’ sudah dimulai!”
Diantara saya dan shouko terdapat sebuah tombol besar, tampaknya kami harus memencetnya dulu sebelum menjawab pertanyaan.
Jadi… bila saya menjawabnya dengan benar, saya akan memenangkan program pernikahan, namun bila saya menjawab beberapa pertanyaan dengan salah, program pernikahannya akan gagal, bukan? Aku tinggal menjawab pertanyaannya dengan salah.
“Dan pertanyaaan pertama!”
Aku berkemas-kemas untuk memencet tombol, cepat, bacakan soal yang kau miliki...
“kapan hari janji nikah Tuan Yuuji Sakamoto dan nona Shouko?”
Aneh! Aku bahkan gak ngerti maksud pertanyaannya!?
—Ding dong!
Sial! Shouko sudah memencet tombolnya duluan. Tapi hening saja, Shouko gak mungkin bisa menjawab pertanyaan yang gak mempunyai jawaban.
“Baik, mari kita dengar balasan dari Nona Shouko!”
“...setiap hari yaitu hari janji nikah kami”
“JANGAN SHOUKO! ITU SANGAT MEMALUKAN!”
“luar biasa! Jawabannya benar!”
Benar!?
Aku pribadi menatap ke arah pembawa acara; ia memandangku sekilas ketika para hadirin tidak melihat. Sialan! Kaprikornus jawabannya memang tidak pernah ada! Mereka hanya ingin biar kami mengikuti program janji nikah bohongan!
Baiklah kalau begitu, akan kutunjukan kemampuanku!
“Pertanyan kedua! Dimana program pernikahannya diselenggarakan?”
—Ding dong!
Dengan secepat kilat saya memencet tomobolnya, saya kemudian mendekat kearah mic untuk menjawabnya.
Pertanyaannya bukan masalah, mereka hanya ingin menanyai kami. dan yang penting adalah
Aku harus menjawabnya dengan salah, itu saja!
“Oke, Jawaban dari Tuan Yuuji Sakamoto!”
“Miso ikan rebus!”
“Benar!”
“Apa?”
Bagaimana bisa! Kau kan menanyakan soal lokasi, mana mungkin miso ikan rebus yaitu jawabannya!?
“Acara janji nikah kalian akan diadakan didepan hotel Kisaragi, yang biasa disebut dengan ‘miso ikan rebus’.”
“Tunggu! Kau gres saja mengarang nama itu kan!? Menipu juga ada batasnya!”
“Pertanyaan ketiga! Dimana pertama kali kalian bertemu?”
Tidak, mereka tidak mendengarkanku... tapi saya tahu planning mereka.
Aku harus menjawabnya dengan salah dan memencet tombolnya lebih cepat daripada Shouko-
“...Jangan.”
—Pwoosh.
“AAAAWWWWW!!! MATAKUU! MMMAATTTA KKKUUUUUUUUU!!!”
—Ding dong.
“Oke, apa jawabannya, Nona Shouko?”
“...di Sekolah dasar.”
“Benar! Mereka pertama kali bertemu di sekolah dasar! Dan sehabis beberapa kali berkencan, mereka kesudahannya tetapkan untuk menikah hari ini! Benar benar sobat yang sangat baik!”
Apa ia tidak melihat mataku dicolok tadi? Sejak kapan hal semacam itu bisa mengambarkan bahwa kami berteman baik!?
Kurasa terlalu lamban bila saya menjawabnya sehabis soal dibacakan, saya tinggal menjawab pertanyaannya sebelum Shouko menjawab. Jadi-
“Selanjutnya, pertanyaan keempat!”
—Ding dong!
Pertanyaan belum saja dibacakan dan saya sudah memencet tombol. Walaupun saya tak tahu pertanyaannya, tapi saya yakin bila saya menjawab ‘tidak tahu’ jawabanku niscaya akan 100% salah.
“Tidak ta—”
“Benar! Sekarang, pertanyaan terakhir!”
WOH! Dia mengabaikan jawabanku! Apa ia memotong ucapanku biar bisa mengabaikanku? Jika saya tidak bisa menjawabnya dengan salah. Kupikir saya akan menyerah-
“Oi Apaan nih? Kami juga mau nikah, kenapa hanya mereka yang diperlakukan Istimewa ”
Seorang penyelamat hidupku telah tiba dengan bunyi yang menjengkelkan.
Semuanya pribadi menatap ke arah orang itu, ia berjalan tanpa disuruh ke arah panggung.
“Maaf, tapi ini program kami. Bisakah kau-“
“AHH? DIAM SAJA KAU! KAMI INI PENGUNJUNG, NGERTI!?”
Dengan lantang pemuda berambut coklat kopi itu menantang si pegawai.
Aku hampir ingin menyampaikan bahwa mereka Nampak familiar. Kaprikornus mereka ya, pasangan ngeselin yang menganggu orang asing gadungan tadi.
“Kami juga mau ikut drama janji nikah ”
“Ta, tapi, ini-“
“KAN SUDAH KU BILANG KAU AGAR DIAM! KAMI JUGA MAU IKUT KUIS. JIKA MEREKA MENJAWABNYA DENGAN BENAR, MEREKA MENANG. NAMUN JIKA MEREKA MENJAWABNYA SALAH, KAMI MENANG!”
“Bagai, bagaimana mungkin-“
Ia mengabaikan para pekerja yang panic dan merebut sebuah mic.
Ini kesempatan emas! Si pembawa program mungkin akan mengabaikan jawabanku, tapi dengan adanya dua orang ini.
Aku bisa kabur.
Aku hanya perlu mencegah Shouko menjawab pertanyaan...
“...Yu, Yuuji?”
Aku menahan tangan Shouko diatas meja kontestan. Sekarang, bahkan jarinya gak bisa mencolok mataku lagi. Aku tinggal menjawabnya dengan salah, dan semuanya akan lancar!
“Oke, ini pertanyaannya!”
Si preman ini menarik nafas dan berucap dengan samar.
Ayo cepat, apa pertanyaannya? Tenang, apapun itu, saya niscaya bisa menjawabnya dengan salah-
“APA IBUKOTA EROPA?”
“...”
Aku bahkan gak bisa menjawabnya.
“Oi, cepat jawab! Apa kau tidak tahu?”
Aku memang gak tahu jawabannya. Setahuku, Eropa bukanlah sebuah ‘negara’. Gak mungkin banget ngejawab pertanyaan ini.
“...Tuan Yuuji Sakamoto dan nona Shouko, selamat telah memenangkan 'Acara Drama Pernikahan Kisaragi Highlands'!”
“OI, tunnggu! Mereka kan belum jawab! Harusnya kita yang menang, kan?”
“Bagaimana bisa? Apa pembawa acaranya bodoh!?”
Pasangan ndeso itu mulai ribut sendiri, dan program selesai.
Kupikir Akihisa yaitu orang terbodoh di dunia ini... ternyata dunia ini sangat luas.
☆
“Selamat kalian memenangkan program drama janji nikah ini. Kalian berdua sangat beruntung.”
“...aku sangat senang.”
Ketika kami keluar dari restoran, si orang asing gadung yang membawa tas Shouko berjalan ke arah kami. Yang bener saja, apanya yang beruntung? Kalian sudah merencanakan ini dari awal kan?
“Oh ya, Shouko, apa isi tasmu? Kayaknya besar banget?”
“...bukan apa apa...”
Jawaban Shouko terdengar berat. Emang apa yang terjadi?
Tapi, alasannya Shouko yaitu orang yang membawa stampelku yang berharga, kurasa tak asing bila ia membawa tas yang cukup besar.
“Nona Shouko, bisa kau ikuti para pekerja ini dan bersiap untuk program pernikahannya?”
Seorang perempuan yang berumur 30+ tiba ke arah kami. Ia terlihat ibarat professional dalam mendesain gaun pernikahan.
“Hallo, ini pertama kalinya kita bertemu. Aku yang akan bertanggung jawab dibagian gaun untuk gadis ini. Agar program ini berjalan dengan lancar, tolong izinkan saya memakaikanmu baju hingga nampak ibarat pengantin yang cantik.”
Pegawai perempuan ini tersenyum kearah Shouko.
Oi oi oi, beneran nih? Kalian meminta hebat biar tiba ke sini?
Kisaragi Highland nampaknya tidak begitu peduli soal promosi kemudahan mereka.
Tapi mereka malah peduli di program drama pernikahan, seolah waktuku habis hanya alasannya drama janji nikah ini.
“Jadi saya hanya harus menunggu disini?”
“Mohon tunggu sebentar, Tuan Yuuji Sakamoto . kami sudah mendengar perintah dari Tuan Yoshii- enggak, maksudnya, kami sudah menyiapkan sesuatu untukmu.”
“Jangan menyembunyikannya. Apa Akihisa memberimu sebuah perintah?”
Aku mempunyai firasat buruk.
“Ya, ia bilang untuk mengutamakan tuan Yuuji Sakamoto terlebih dahulu.”
Dia kemudian mengeluarkan alat yang terlihat ibarat dengan taser (daya 200,000 volts).
“Karena Tuan Yuuji Sakamoto niscaya berencana kabur, dan Tuan Yoshii menyuruh kami biar menggunakan taser ini hingga kau pingsan kemudian mengganti bajumu dengan jas calon mempelai pria.
“A, AAAAAKKKKKKIIIIHHHHIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!”
“Mohon Tahan sedikit”
Sebelum saya sempat mendengar bunyi bzzt, saya sudah pingsan duluan.
☆
“Dan sekarang, kami akan memulai program special kami, yaitu Drama Pernikahan! Semua pengunjung dimohon bertepuk tangan!”
Sorakan yang meriah terdengar dari semua sisi. Aku merasa asing dengan pengunjung yang ada disini, pegunjung yang normal, kan harusnya ga tepuk tangan ketika mendengarnya.
“Tuan Yuuji Sakamoto, Silahkan naik ke atas panggung.”
Bisik si orang asing gadungan.
Bagaimana kalau saya memukulnya dan pribadi kabur?
“jika kau menolak, saya akan mengirimkanmu sashimi yang terbuat dari kuliner bahari amis dan kol coklat ke rumahku”
Uu! Jika mereka melakukannya, ibuku akan salah kira dan memakan semuanya...
“Aku memang tidak bisa melawanmu... yah, lagipula, itu cuman janji nikah bohongan. Sepertinya tak masalah...”
Aku mengatakannya dengan keras biar si orang asing gadung ini mengira saya akan menyerah.
Mereka niscaya ingin biar saya bertukar cincin, menciptakan janji sumpah, hingga kami ciuman.
Mereka niscaya mau membuatkan kabar ini ke publik. Tapi, kalau publik melihatku jalan sama gadis lain, saya bakal dikira selingkuh. Menyebalkan, tapi planning mereka tidak mengecewakan juga. Tapi mereka tidak berpikir soal foto hak cipta, dan perusahaan tentangan lainnya.
Aku tinggal harus kabur sebelum mengucapkan sumpah janji, kalau bisa biar semua orang melihatnya.
Mungkin saya bisa pura pura sakit... mereka niscaya akan menyudahi acaranya bila sakitku parah.
Semoga saya bisa cepat kabur dari sini, jadi saya tidak perlu memikirkan yang lain lain.
“Tuan Yuuji Sakamoto, dimohon naik ke atas panggung”
“Oke oke.”
Dong dong dong, perlahan lahan saya menaiki tangga. Dan hingga di panggung, ada sebuah pemandangan yang membuatku pusing.
“Oi, gak mungkin... apa apaan ini!?”
Didepanku ada aneka macam lampu dan penonton, ibarat banget kayak di konser.
Semua ada, minuman, pesta dansa, asap boongan, sudah disiapkan. Dan ada pencahayaan yang terang di segala arah.
“Dan, klarifikasi singkat ihwal calon mempelai pria-“
Oh? Penjelasan mengenai diriku? Prosesnya Tidak begitu beda dari janji nikah beneran. Aku mulai membayangkan, ia akan menceritakan detail tempat. Acara kuis tadi. Sepertinya mereka akan menceritakan banyak hal yang diberitahu oleh Akihisa-
“—kita lewati saja.”
Itu sangat menghina!
“Haiz! Kita tak perlu klarifikasi mengenainya.”
“kita juga tak tertarik soal itu ”
“yang perlu kita tahu, bahwa ada orang yang tak mempunyai kegunaan berdiri di kawasan janji nikah kami.”
“benar ”
Terdengar bunyi kehebohan dari kursi depan.
Dari suaranya…jadi itu pasangan badoh yang tadi nyelonong masuk ke program kuis. Mereka ada di barisan paling depan, dan berteriak gak jelas. Etika mereka sama buruknya dengan penampilan mereka.
“…agar tidak menganggu tamu lain, bisakah kalian yang ada dibawah, membisu untuk mencegah keributan?”
“Mereka ngomongin kita?”
“Tidak akan, kita itu pengunjung!”
“kau benar ”
“Hhem, walaupun mereka ngomongin kita, cuekin saja. Yang terpenting yaitu kita tidak puas dengan falisitas mereka. Benarkan? Bukankah itu lebih penting?”
“benar sekali, benar sekali! Kau hebat, Ryouta!”
Mereka terus berteriak dengan bunyi keras tanpa kendali.
Si pembuat program niscaya ingin menyingkirkan orang orang ini,tapi mereka malah semakin susah untuk diatur.
Ini yaitu program promosi, percuma saja bila ada kabar negatif nantinya.
Jadi Mereka cuman bisa dingin saja.
“dan sekarang, calon mempelai wanita”
Suaranya diperkeras, dan semua lampu dimatikan. Sebuah asap buatan muncul di lantai, bener bener ibarat program pernikahan.
—Haha, ini akan memalukan bila baju yang Shouko pakai nampak jelek!
Mungkin saya akan kabur nanti saja. Aku mau melihat Shouko yang sedang menggunakan gaun pengantin.
Aku pun membisu disini. Sebelum semuanya gelap, mataku melihat lampu sorot yang dinyalakan.
“Dipersilahkan sambutan yang meriah untuk, Nona Shouko Kirishima!”
Usai ia bicara, beberapa lampu pun dinyalakan lagi.
Perlahan lahan kegelagapan disini menjadi cahaya, seolah mereka nyuruh orang orang menutup mata mereka.
Saat kubuka mataku. Aku melihat seseorang yang berdiri kaku.
Baru pertama kalinya kulihat sobat masa kecilku ibarat ini, saya tidak percaya dengan apa yang kulihat.
Dia ibarat pengantin beneran, berdiri dengan elegan disana. Siapa... dia?
“…cantiknya.”
Terdengar orang yang mengatakannya, seolah ia benar benar terkagum. Aku tidak tahu, siapa yang bilang itu, tapi bunyi itu terdengar begitu saja.
Mungkin karna gaun putih itu nampak indah. Roknya yang panjang pun menyentuh lantai, seolah tidak ada noda sama sekali disana.
“…Yuuji…”
Wajah seseorang dibalik gaun pengantin itu nampaknya tidak begitu yakin akan penampilannya kali ini. Dan ada sebuah buket bunga yang sedikit bergoyang di tangannya di depan dadanya.
“apa kau, Shouko…?”
“…Nn.”
Otakku mulai kacau dan tiba tiba melontarkan pertanyaan ibarat itu. Aku harusnya tahu, kali ini ia berubah drastis. Melihatku yang gugup, Shouko mulai bertanya sambil aib malu.
“…Apa …aku, terlihat ibarat pengantin?...?”
Mungkin alasannya ia terlihat berbeda, atau alasannya suasana atau alasannya hal hal lainnya; saya pribadi menjawabnya tanpa berpikir.
“—Em, tak apa paling gak kau gak terlihat ibarat pengantin pria.”
Aku cepat cepat mengucapkannya, dan tetapkan untuk tidak berkata ‘gaun itu gak cocok sama kamu’ , alasannya mungkin itu akan menciptakan Shouko muram. Kaprikornus saya lebih baik mengucapkan ‘kamu gak terlihat ibarat pengantin pria’, paling gak saya tahu apa yang kuucapkan.
“…Yuuji…”
Shouko memanggilku dengan pelan sambil memeluk buket bunga itu.
Dan, ia Nampak terkagum alasannya ketika ini ia yaitu sentra perhatian semua.
“Oi, oi, Shouko…?”
Kenapa? Dia Nampak aneh, apa jawabanku tadi aneh?
Apa saya harus mendatanginya? Aku sedikit merasa ragu sama apa yang kubilang tadi, Shouko kemudian berkata,
“…aku sangat senang …”
Ia menundukan kepalanya dan menutupinya dengan bunga. Dia tidak bisa berkata kata lagi dan hanya bisa menciptakan semua orang melongo disana.
“apa, apa yang terjadi? Apa si mempelai wanitanya nangis?”
Terdengarlah bunyi pembawa program lagi.
Apa ia memang mau nangis? Aku gres sadar ia menundukan wajahnya dan pundaknya nampak bergetar- Shouko membisu diam menangis di hadapanku.
“Oi, Shouko, apa yang…”
Tudung dan buket bunga itu menghalangiku untuk melihat wajahnya. Kenapa ia nangis?
Para penonton yang melongo tiba tiba mulai berbisik keras, kemudian bunyi Shouko pun mulai terdengar,
“…karena…ini yaitu mimpiku selama ini …”
Aku sanggup mendengar bunyi yang serak.
“sebuah mimpi, hah?”
“…sejak kita kecil, saya selalu bermimpi ingin menjadi pengantin Yuuji… saya selalu menginginkannya… mempunyai janji nikah yang hanya dimilki kita berdua… tapi, saya merasa tak mungkin melakukannya sendiri, padahal itu mimpiku sendiri…”
Shouko berusaha berbicara senormal mungkin, yang membuatku merasa aneh.
Karena ‘insiden itu’ yang menimpa kita waktu kecil lah, yang menciptakan Shouko mempunyai perasaan Istimewa kepadaku.
Perasaan itu semata mata hanya kesalah pahaman – tapi kenapa harus orang ini yang masih teguh pada perasaanya.
“…jadi…aku merasa sangat senang …karena bisa melaksanakan hal ini dengan Yuuji…”
Ia mengatakannya hingga ia tak bisa berbicara lagi, air matanya bercucuran sangat banyak perlahan.
Saat ini, bunyi orang yang menghembuskan nafas pun sanggup terdengar. Apakah para penonton merasa tersentuh? Beberapa kelenjar air mata orang-orang ini sangat lemah.
“jadi bahwasanya ia menangis alasannya terharu! Pengantin kami masih saja focus ibarat sebelumnya.”
“Apa ucapan si mempelai laki-laki mengenai mempelai wanita?”
Aku harus ngomong apa? Apa saya harus menjawabnya? Kupikir, saya hanya akan membenarkan aliran Shouko yang salah.
Ngomong ngomong soal itu, saya bahkan tak bisa berbicara sepatah kata.
“Shouko, aku—”
“Ah ah sangat membosankan ”
Baru saja saya berhasil ngomong, terdengarlah bunyi keras dari barisan penonton. Dengan cepat saya menutup mulutku. Aku tak tahu apa yang terjadi, mungkin saya hanya pusing. Mungkin itu yaitu cara yang kuasa untuk mencegahku melanjutkan omonganku.
“acara yang membosankan mari lupakan saja, apa disini tak ada pertunjukan atau semacamnya ?”
“benar kami gak peduli sama kisah cintamu.”
Orang yang menyelamatkanku yaitu idiot. Suaranya terdengar terang diantara keheningan.
“ngomong ngomong, apaan tuh ‘menjadi pengantinmu yaitu keinginanku? Atau apalah itu? Yang bener aja? Apa ada orang yang menyuruhmu ngomong begitu? Siapa tuh orang bodoh? Ini benar benar menjijikan!”
“kalian sedang pura pura? Kita enggak mau ngabisin waktu kita hanya buat orang ibarat mu apa cewek itu gila? Bagaimanapun, tadi itu sangat menggelikan ”
“sudah kuduga! Ini yaitu program komedi kan? Memang, siapa sih di dunia ini yang punya mimpi se menjijikan itu!?”
“Eh tadi itu komedi? Bener bener lucu ”
Mereka berdua terus menerus mengejek Shouko, tapi-
“APA KAU BILANG!? COBA UCAPKAN LAGI KALAU BERANI!!”
“AH, AKIHISA-KUN, TENANGLAH! KAU AKAN MENGACAUKAN ACARA INI!”
Teriakan amarah terdengar dari pembawa acara, dan bunyi kekerasan terdengar dari belakang panggung. nampaknya ada orang ndeso yang tak bisa mengontrol emosinya. Kemana ia memuntahkan amarahnya? Aku menoleh, dan melihat pasangan yang ada dibawah panggung.
Tapi yang kulihat hanyalah sekilas-
“Di-dimana pengantin wanitanya? Kemana dia?”
Shouko menghilang dari panggung. Yang tersisa hanya jubbah pengantin dan sebuket bunga.
“..hahh, saya memang tak bisa mengerti.”
Aku mengambil jubah yang ia taruh di lantai.
Jubah yang harusnya selembut itu, terasa berat, alasannya tercampur dengan air mata Shouko.
“Kirishima-san? Shouko Kirishima -san? Para penonton, dimohon sekali untuk mencari sang pengantin wanita!”
Para pekerja kini Nampak sangat khawatir.
Hm, mereka mungkin akan mengakhiri program ini. Sekarang program itu berakhir hanya sebagai kesalahan. Orang orang yang berwajah pucat dari Kisaragi Highland mulai mendatangiku
“Tuan, Tuan Sakamoto! Tolong bantu kami untuk mencari sang pengantin!”
Salah satu pekerja mendatangiku, untuk menanyakan soal Shouko yang kabur.
“Tidak, saya mau pergi. Menyusahkan sekali, saya mau ke toilet.”
“Eh? Tu-tunggu sebentar Tuan Sakamoto!”
Aku berbalik dan meninggalkan karyawan yang berteriak di belakangku, ia cuman bisa pasrah alasannya saya tak mau membantunya. Yang bener aja, kalau kau masih punya waktu untuk bertanya, berarti kau bisa mencari sendiri kan? Juga lebih cepat?
Aku meninggalkan keramaian, 5 menit sehabis saya pergi, saya menemukan target. Baguslah.
Mereka belum pergi terlalu jauh.
“Astaga, tadi itu lucuuu sekali ”
“Yah, saya selalu... bermimpi untuk menikahimu- bukankah ibarat itu? Apa saya terdengar ibarat dengannya? Tidakkah itu manis?”
“Ahh, memang mirip. Tapi itu menjijikan! Tidak ada hal manis didalamnya!?”
“Ya ”
Usai menemukannya. Aku hanya perlu untuk membereskannya.
Perlahan lahan saya berjalan kearah mereka dari arah belakang.
“Oi, kalian berdua.”
“Ahhh, siapa tuh!?”
Si pemuda yang berambut cokelat kopi itu menghadap ke arahku.
Sebenarnya merekalah yang menyelamatkanku dari hidup kematian. Harusnya saya berterimakasih.
“Ryouta, bukankah ia yang memainkan si aktor pengantin pria?”
“memang benar. APA MAU MU, DASAR PENGANTIN PALSU, CEPAT KATAKAN!”
Lelaki itu berjalan kearahku sambil mengancam.
“Oh sebenarnya, tidak begitu banyak yang ingin kukatakan-”
Aku melepas jas dan dasiku. Aku sangat merasa panas, walaupun tidak melaksanakan apa apa.
“—ayo bicara dengan sedikit kata.”
☆
“Yo, kau membuatku menunggu lama.”
“...Yuuji.”
Aku menunggu Shouko di depan hotel Kisaragi Highland, kesudahannya ia muncul juga sambil nunduk.
“Oke, ayo kita pulang.”
Aku membawakan tas Shouko yang besar, yang tadi dibawakan sama orang asing gadungan. Kami pun berjalan perlahan ke stasiun kereta.
“...”
Shouko mengikutiku di belakang dan membisu saja.
Kami berjalan dengan hening. Di jalan kecil ketika matahari mulai Nampak terbenam.
Aku tidak menyadari seberapa usang kami berjalan, namun suasanannya sangatlah tenang,
Shouko kesudahannya berbicara dengan lirih.
“...Yuuji.”
“...apa?”
“...apakah mimpiku...aneh?”
Dia niscaya masih merasa tersinggung alasannya insiden tadi.
Shouko berhenti berjalan sambil menyembunyikan wajahnya, saya bahkan tidak bisa melihat ekspresinya.
“Mungkin, alasannya itu bukan mimpi yang biasa.”
Aku berpikir dulu sebelum menjawabnya, biar ia tidak merasa tersinggung.
“...”
Shouko pun melongo lagi.
Aku menjawabnya, alasannya selama 7 tahun ; ia bermimpi untuk terus bersamaku. Tapi mimpinya itu malah diejek dan dihina oleh aneka macam orang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan Sakit yang ia rasakan.
Walau begitu, saya sama sekali tak berniat membohonginya hanya supaya ia merasa tenang.
“Aku akan mengatakannya kali ini dengan jelas, perasaanmu kepadaku itu yaitu salah.”
Yang terjadi pada kami ketika 7 tahun yang kemudian lah yang menciptakan Shouko jatuh cinta kepadaku. Hingga sekarang, akupun masih meratapi insiden itu. Seandainya saya sanggup mengubah insiden itu sedikit saja mungkin tidak akan berakhir ibarat ini.
Karena itulah, Shouko menghabiskan waktunya demi orang payah sepertiku.
Jadi, saya harus memberitahunya bahwa ‘kau itu-salah’ biar ia berhenti melaksanakan hal yang tak berguna.
“...Yuuji...”
Shouko menghembuskan nafasnya. Mungkin ini terasa ibarat tamparan untuknya.
“Tapi-”
Tetapi saya tak boleh membuatnya sakit hati untuk mengatakannya. Mengatakan ihwal kesalahan pada perasaanya selama ini, tapi juga bisa menyampaikan bahwa apa yang ia lakukan selama ini pantas untuk dibanggakan.
Aku harus menjelaskan padanya. Dia benar benar salah, kesalahan dalam tujuan hidupnya. Dan memang, mimpinya itu bahwasanya tak salah, dan tidaklah aneh.
“—tapi, saya tidak akan menertawakan mimpimu. Mimpimu itu sangatlah luar biasa, yaitu untuk tidak kehilangan seseorang yang kau cinta. Kaprikornus kau harus yakin pada mimpimu.”
Aku merangkai kata kata itu dari apa yang Shouko ucapkan tadi ketika di ruangan aula, ketika ia menundukan kepalanya.
“Bagaimana juga, kau dilarang salah dalam menentukan orang tersebut.”
Merasakan drama pernikahan, seharusnya ia tidak mendapatkan kesan seburuk ini, kan?
“...ini...adalah hiasan kepala...yang ku ambil tadi...”
Shouko mendapatkan hiasan putih itu sambil memandangku dengan kaget.
Melihatnya yang ibarat itu, saya jadi merasa asing dan mengalihkan pandangan.
Ah, kini saya ingat, saya juga ingin menyampaikan sesuatu kepadanya lagi.
“Selain itu, Shouko—”
Aku menatap ke arah matahari yang terbenam dengan perlahan-
“—bekal buatanmu enak.”
Aku mengembalikan tasnya yang sudah terasa ringan.
“...Ah...bekalku. Yuuji, apa kau...sudah mengetahuinya...?”
“Oke, ayo buruan pulang. Nanti orang akan mengira yang asing absurd bila kita pulang terlalu Lama.”
“...Yuuji.”
“Terutama ibuku, ia niscaya tidak akan percaya walau saya menjelaskanny-“
“Yuuji!”
Ia pun berbicara dengan keras, mendengarnya yang jarang ibarat itu, saya pribadi berhenti bicara.
“Apa?”
Aku menjawabnya dengan tenang,
Dan menoleh ke arahnya, di antara matahari yang terbenam kejinggaan ini, saya melihat seorang gadis yang sedang mengangkat kepalanya-
“Perasaanku selama ini tidak pernah salah!”
Dan tersenyum kearahku dengan sangat indah.
☆
“Yo, Akihisa.”
“Hm? Pagi, Yuuji, ada apa?”
“Kau kah orang sedang mengangkat telpon waktu di Kisaragi Highland, hah?”
“Hahaha, kau ini bicara apa? Aku kan seharian bermain game kemarin, bagaimana mungkin saya bisa berada di Kisaragi Highlands?”
“...Oh ya? Terserah, bersikaplah seolah kau tidak tau apa apa.”
“Ap, apa maksudmu? Itu asing tahu ”
“Oh yah, selain itu saya punya hadiah untukmu.”
“Eh? Apaan tuh?”
“Ini tiket untuk dua-orang, tiket menonton bioskop film cinta yang kini sedang naik daun. Jadi, KALAU ADA ‘ORANG YANG KAU SUKA’, AJAK DIA PERGI.”
Dengan sengaja saya tiba tiba menaikkan suaraku, biar seluruh kelas sanggup mendengarku.
“Tiket untuk dua-orang? Uu-bahkan kalau kau memberiku ini, saya tidak tahu mau ngajak siapa.”
“baiklah kalau begitu.”
Aku memasukan tiket itu ke tangan Akhisa, dan berlalu.
“Ah, Aki! Aku mau nonton bioskop tamat ahad nanti ”
“Ah, Akihisa-kun! Kebetulan sekali kau mau nonton film yang kusuka!”
“Eh? Kenapa? Apa kalian mempunyai maksud tersembunyi untuk membunuhku? Aku cuman mau gadai tiket ini biar saya sanggup uang buat makan- AWWWWW! KAU BARU SAJA MENARIKNYA! MENARIK BEBERAPA BAGIAN TUBUHKU YANG SANGAT PENTING!!!”
Seperti yang kuduga, terdengarlah tangisan yang mendalam alasannya rasa sakit dari belakang.
Yang bener aja... siapa suruh mulai duluan, dasar bodoh.
Cerita Sex Mini Tsuchiya dan Kudou>>
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/