Baka To Test: Volume 3 Soal Pertama, B. Indonesia
Diterjemahkan oleh
Domo, MrStar-des.
Lama tidak berjumpa
Maaf alasannya yaitu hiatus berbulan-bulan
Banyak kegiatan dan karenanya menurunkan semangat.
Doakan kami supaya tetap semangat ya...
Selamat membaca!
*********************************************************************************
"Shouko."
"... Tidak ada yang kusembunyikan."
"Aku belum ngomong apa-apa."
"Caramu menginterogasi sangat licik."
"Jangan pakai kata interogasi menyerupai itu. Dan juga, apa yang kau sembunyikan di belakang punggungmu?"
"... Tidak ada."
"Shouko, tunjukkan tanganmu."
"Baik."
"Ini, hm, MP3."
"...Yuuji, kau sangat jahat."
"Bagaimana sanggup orang gaptek sepertimu membawa mesin? Apa isinya?"
"... Musik biasa..."
——— Bip <Kalau saya menang, saya akan menikahimu! Shouko, saya mencintaimu!>
"..."
"... Musik biasa."
"Setelah kuhapus, akan kukembalikan padamu besok."
"... Jahat sekali, padahal ayahku belum mendengarnya. Dan juga, kita belum pernah bergandengan tangan."
"Ayah!!?? Kamu ingin mengancamku, ya?!"
"... Bukan, bukan menyerupai itu. Jika ayah mendengar ini, ijab kabul kita akan sangat lancar."
"Shouko, pergi ke rumah sakit sekarang. Kalau kau disuntik dua atau tiga kali, kau sanggup pulih dan menjadi insan normal."
"... Kurasa saya belum hamil."
"Maksudku, kau harus pergi ke psikiater! Hm?! Apa itu di tasmu?"
"...Tidak ada yang spesial."
"Mmm... apa ini? [Yuuji dan daftar nama bayiku di masa depan]; tunggu dulu."
"... Nama yang paling kusuka yaitu kombinasi dari abjad nama depan kita."
"[Shouko] dan [Yuuji] jadi [Shouyu] (Kecap). Kenapa pakai kombinasi ini?"
"... Aku ingin membesarkan anak yang lezat."
"Aku cuma sanggup membayangkan bayi yang lahir cacat mental."
"... Juga, kalau anak kita laki-laki, namanya yaitu [Koshou] (Lada)."
"Jadi (Kecap) yaitu nama anak perempuan...."
SOAL PERTAMA
Tolong jelaskan mengapa kata "Aku" berada dalam kesedihan menyerupai itu berdasarkan situasi berikut.
Ayah memberitauku dengan verbal sedih.
"Dia sudah pergi pagi ini. Lupakan saja dia."
Ketika saya mendengar info itu, aku mencicipi rasa sakit yang mengejutkan membelah tubuhku menjadi dua. Pikiranku kosong dan tidak sanggup berpikir apa pun lagi. Bagaimana beliau pada karenanya masih menjadi misteri. Dan hubunganku dengannya masih belum jelas. Sekalipun saya menemukan jawabannya dalam pikiranku, emosiku masih berantakan.
Jawaban Himeji Mizuki:
"Kehadirannya sama pentingnya dengan separuh tubuhnya."
Komentar guru:
Benar. Karena beliau "bagaikan separuh tubuhnya", oleh alasannya yaitu itu jikalau "dia" tidak ada, tubuh akan mengalami rasa sakit seakan-akan telah kehilangan setengahnya.
Jawaban Yoshii Akihisa:
"Dia sama pentingnya dengan cuilan bawah tubuhku."
Komentar guru:
Kenapa tubuh cuilan bawah?
Jawaban Tsuchiya Kouta:
"Karena beliau yaitu cuilan bawah tubuhku."
Komentar guru:
Sensei yakin kesadaran dirimu tidak baik.
***
Dua bulan berlalu sejak semester gres dimulai dan dampak dari siang hari yang lebih panjang mulai terasa. Karena suhu menjadi hangat, tidur jadi lebih gampang dan saya tiba di sekolah lebih awal dari biasanya.
"Oh? Kamu lebih awal hari ini, Akihisa."
Tepat ketika kakiku melangkah melewati pintu kelas, seorang teman sekelas memanggilku. Wajah mungil dengan bola mata yang besar dan bulat. Meskipun beliau menggunakan dialek aneh, siapapun eksklusif tau kalau wajahnya sangat cantik.
"Pagi, Hideyoshi. Kebetulan saja saya bangkit lebih awal dari biasanya."
Pemilik wajah manis itu yaitu Kinoshita Hideyoshi kami. Dia yaitu cuilan dari kelas kami, dan merupakan alasan kenapa saya mulai mengabaikan jenis kelamin ketika membahas cinta.
"Pagi. Apa kau sudah berkemas-kemas untuk darmawisata besok?"
Aku sanggup menikmati pesona Hideyoshi yang sangat menawan ditambah senyum indahnya pagi ini.
"Hahaha. Kira-kira."
Berjalan di atas tikar tatami yang gres saja dipasang sesudah ekspo budaya, kemudian meletakkan tas diatas meja lipat. Perbedaan sensasi ketika menaruh tas di atas meja lipat dan kotak kardus membuatku tersentuh.
"Walaupun tujuannya untuk menambah pengetahuan, dengan mengumpulkan orang-orang di satu tempat, tetap saja perubahan suasana tetap menyenangkan. Aku sanggup mencicipi kebahagiaan menumpuk di dadaku."
"Oh, parah sekali. Walaupun kau bilang dadamu terasa mengembang, tapi dadamu sama sekali ga membesar."
"Justru bakal jadi duduk kasus kalau dadaku membesar..."
Aku melanjutkan candaan garing dengan Hideyoshi sambil mengeluarkan isi tasku.
"Tapi, darmawisata lima hari empat malam terasa menyerupai jalan-jalan, jadi ga sabar."
"Hm? Apa ini?"
Laci meja yang seharusnya kosong sesudah isinya disita oleh Tetsujin, tapi sesudah dilihat dengan teliti, terdapat sebuah surat; sebuah surat yang belum pernah kulihat sebelumnya.
<Kepada Yoshii Akihisa>
Surat untukku.
"--OH!"
Mu-mu-mungkinkah ini... surat cinta?!
"Hm? Ada apa, Akihisa?"
Te-te-te-te-te-tenang Yoshii Akihisa! Kalau surat ini ketauan, seisi kelas akan cemburu dan mereka akan membunuhku. Berdasarkan pengalaman masa kemudian hingga hari ini, sudah niscaya saya akan mati. Pokoknya kini saya harus bersikap menyerupai ga ada apa-apa.
"What's up, Hideyoshi? Everything goes so well..." (Bicara bahasa Inggris)
"Pasti sesuatu yang sangat serius."
Oh sial! Aku eksklusif ketauan!
"A...ah. Aku menyerah. Hideyoshi memang hebat, sanggup melihat aktingku."
"Eh, ngga, bukan soal aktingmu, tapi bahasamu..."
Sepertinya julukan calon pemain drama masa depan bukan sembarang nama.
"Se...sebenarnya ini ga terlalu penting, anggap saja kau ga lihat."
Kutepukkan kedua tangan di depan wajahku sambil memohon ke Hideyoshi. Jika aktingku gagal, saya harus memohon dengan tulus.
"Mm... Kalau Akihisa memohon menyerupai itu, saya ga akan bertanya lagi..."
Ekspresi curiga muncul di wajah Hideyoshi, tapi beliau ga memaksa bertanya lebih jauh, orang yang sangat baik!
"Terima kasih, Hideyoshi! Kalau begitu, Au Revoir!" (Prancis; Selamat tinggal)
Dengan sangat hati-hati, dan tanpa mengakibatkan kecurigaan, rahasia kutaruh surat itu ke dalam tas dan melompat keluar kelas.
Aku ga perlu khawatir dengan waktu, masih ada banyak waktu sebelum kelas dimulai. Juga, saya ga merasa ada orang yang mengikutiku. Sepertinya saya belum ketauan teman sekelasku.
"Apakah trend semiku telah tiba...?"
Dengan memendam perasaan bahagia, kupercepat langkahku sambil menaiki anak tangga.
"Haa, haa."
Setelah hingga di ujung tangga lantai teratas, kudorong pintu baja di depanku, dan melangkah di bawah langit biru yang cerah.
"Bagus, ga ada orang."
Perasaan ini membuatku ingin bicara dengan diriku sendiri.
Karena ingin menghindar dari sengatan matahari, saya mencari area yang sejuk dan mengambil surat dari dalam tas.
"Hm, jadi, siapa yang menulis surat ini?"
Ngga ada nama pengirim. 'Kira-kira wanita menyerupai apa dia?' hanya itu isi pikiranku ketika ini, sedangkan jantungku berdegup dengan kencang
Setelah kututup mataku untuk menenangkan diri, perlahan-lahan kuambil isi surat itu. Tapi alasannya yaitu terlalu gugup, jadi terasa sangat lama.
Hari ini yaitu hari terbaik seumur hidup. Aku sanggup mencicipi keberuntungan merembes keluar dari seluruh pori-pori tubuhku.
Dengan sinar kebahagiaan menyelimuti sekujur tubuhku.
Langit biru yang jernih.
Dan hembusan angin sepoi-sepoi.
[Aku tau rahasiamu]
Ternyata ini yaitu surat ancaman.
"NGGA MUNGKIIIIIIN!!!"
Sepertinya, trend semiku masih sangat jauh.
*****
"Akihisa, ada apa?"
Setelah melihatku kembali, Hideyoshi eksklusif bertanya.
"Ngga ada... apa-apa. Ha, haha."
Aku ga sanggup bilang kalau saya salah menerka surat ancaman dengan surat cinta. Kalau ketauan, harga diriku yang jadi taruhannya.
"Bohong. Kami semua mendengar teriakan dari arah jendela. Apa kau menyembunyikan sesuatu?"
"Oh, Minami. Selamat pagi."
Dari belakang Hideyoshi muncul seorang murid pindahan dari Jerman, Shimada Minami. Gadis dengan rambut kuncir kuda dan mata yang penuh energi.
"Selamat pagi, Akihisa, apa yang kau sembunyikan? Jangan-jangan itu...?"
Mata Minami berubah tajam, menunjukan kalau beliau bersiap masuk ke mode bertarung.
"Bagaimana mungkin, Minami. Aku ga menyembunyikan sesuatu."
"Beneran kau tidak mendapatkan surat cinta?"
"Minami, ga baik menuduh menyerupai itu. Lihat, verbal semua orang jadi ganas mendengar kata 'surat cinta', bahkan mereka semua mengarahkan pisau kesenian ke arahku!'
Kelasku isinya sekumpulan orang-orang berbahaya. Memancarkan aura membunuh yang besar lengan berkuasa ke teman sekelas mereka sendiri sudah bukan hal yang normal.
"Semuanya, masih terlalu cepat mengeluarkan pisau. Tenang dulu dan pikirkan. Ini yaitu Akihisa yang kita bicarakan, beliau mustahil mendapatkan surat cinta. Dia niscaya menyembunyikan sesuatu yang lain."
Minami mengangkat salah satu tangannya untuk menghentikan seisi kelas.
Meskipun tebakannya tepat, dalam situasi ini, kata-katanya sangat menyakiti harga diriku sebagai seorang pria. Sekali pun harus berbohong, saya harus mempertahankan harga diriku!
"Ya, memang benar. Aku menemukan surat cinta di loker sepatuku pagi ini!"
THWUNK! (Suara pisau menusuk tikar tatami.)
"Selanjutnya, itu akan menjadi telingamu."
"Maafkan diriku."
Harga diri? Apa itu? Makanan? Bisa kumakan?
"Kalau begitu jawab dengan jujur, apa yang kau sembunyikan?"
"Um, saya menyembunyikan...."
Aku teringat sebagian besar drama TV yang pernah kutonton, isi surat ancaman biasanya ga boleh diungkapkan ke pihak ketiga. Demi kebaikanku sendiri, saya ingin membatasi jumlah orang yang tau wacana surat ini. Berpikirlah Yoshii Akihisa, apa yang sanggup kau lakukan?!
"Um...."
Pada ketika ini, waktu mengalir begitu lamban.
Dalam kondisi kelelahan, biasanya otak akan mengingat kembali pengalaman masa kemudian untuk menghindari duduk kasus ketika ini.
"'Um' apa?"
Tiba-tiba, saya teringat jadwal TV yang kutonton kemarin.
"Oh, ini selembaran dari klub baju renang untuk kompetisi."
... Ini inspirasi yang kudapatkan dari otakku sesudah berpikir di bawah tekanan? Aku mulai khawatir dengan kewarasanku.
"Be-Benarkah, Akihisa?"
Tentu saja itu bohong.
Tapi, kalau saya membantahnya, kami akan kembali ke titik awal "apa yang kau sembunyikan?" Dan kali ini, saya ga yakin otakku akan berhasil mendapatkan alasan yang lebih baik.
"Tentu saja!"
Supaya tidak mengakibatkan kecurigaan, saya menjawab dengan nada meyakinkan.
"Hmm. Tapi tampaknya kau tidak berniat membuangnya... Kaprikornus kau ingin bergabung dengan mereka?"
"Kira-kira, menyerupai itu! Aku sudah tertarik dari dulu!"
Gawat! Aku ga sanggup menarik perkataanku!
"Oh, oh, gres kali ini saya mendengarnya."
Ya, ini juga pertama kalinya saya mendengarnya.
"Jadi, apa yang kau suka? Baju renang normal atau baju renang untuk kompetisi?"
Merepotkan sekali, sejujurnya, saya sama sekali ga tau apa-apa wacana pakaian renang untuk kompetisi. Aku berjuang keras mengingat apa pun yang masih kuingat dari jadwal TV kemarin.
"I-Itu ..."
"Ya?"
Ayolah! Ingat dengan cepat apa kesan pertamamu wacana jadwal TV dari tadi malam, Yoshii Akihisa!
Kesanku wacana jadwal ini...
"-Keketatannya."
Aku menyerupai orang cabul.
"Shimada, kau mungkin sudah tau, tapi semoga saya katakan. Akihisa bahwasanya berbohong, tau? Akihisa mustahil mempunyai ketertarikan menyerupai itu."
"O-oh!? Karena kebohongannya sangat realistis, saya hampir tertipu!"
"Sakit! Komentarmu barusan melukai hatiku sampai-sampai saya ingin menangis sambil memeluk guling setiap malam!"
Memangnya saya terlihat menyerupai orang yang punya ketertarikan pada baju renang?
"Ini yang terakhir kalinya, jawab dengan jujur, apa yang kau sembunyikan?"
Kalau saya ga jawab dengan jujur, Minami yang akan membunuhku sebelum si pengirim surat.
"Sebenarnya, saya mendapatkan surat ancaman pagi ini."
"Apa? Syukurlah..."
Aku ingin mengintrogasi teman sekelasku yang merasa senang mendengar saya diancam.
"Jadi, apa isinya?"
Hideyoshi bertanya dengan perilaku yang berbeda dengan Minami, beliau bertanya dengan nada khawatir. Kebaikannya menyembuhkan harga diriku yang pecah berkeping-keping. Perasaanku pada Hideyoshi bertambah 1.
"Katanya [Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan wanita di sekitarmu.]"
"Mm, hm. Sudah terang si pengirim punya perasaan dengan wanita di bersahabat Akihisa. Mungkin alasannya yaitu cemburu. Itu artinya..."
"Ya, kenyataan kalau si pengirim punya perasaan pada kedua gadis di kelas kita, Himeji dan Hideyoshi, saya sudah tau."
"Akihisa, lari sebelum Shimada kembali dengan tongkat baseball besi."
Huh? Tebakanku salah?
"Kembali ke laptop, apa yang beliau pakai untuk mengancammu?"
"Oh, kebetulan saya juga belum tau. Coba kita lihat, [Kalau kau tidak mematuhi perintahku, foto-foto ini akan kusebarkan ke seluruh dunia.] Foto... Maksudnya ini?"
Di dalam surat terdapat tiga lembar foto.
Foto pertama ada aku, dengan pakaian maid.
"Itu foto ketika Festival Budaya."
"Kapan... foto ini diambil?!"
"Setelah kuperhatikan baik-baik, kau terlihat manis."
"Aku sama sekali ga senang mendengar itu."
Aku menghela nafas dan, kalau bisa, saya berharap Hideyoshi tidak melihat foto ini.
Foto kedua yaitu saya yang sedang Cross Dress kostum maid, versi -celana dalam terlihat-.
"...."
"Akihisa, ada apa?"
"Itu cuma boxer, jadi masih aman. Itu cuma boxer, masih aman. Karena itu cuma boxer, itu masih-"
"Hei Akihisa! Apa di fotonya ada sesuatu yang berbahaya sampai-sampai kau tidak berkutik?"
Tidak masalah! Aku anak yang kuat. Kalau cuma segini, ga masalah! Ancaman ini ga seberapa!
Kukumpulkan keberanianku dan menarik foto terakhir.
Itu yaitu fotoku, sedang memegang bra. (Edisi sedang ganti baju)
"TIDAAAAAAAAAAAK!!!!!!!!!!!!"
"Apa!? Foto apa itu?"
"Jangan lihat! Jangan lihat foto diriku yang hina ini!"
"Meskipun saya sangat kebingungan, kau harus tenang! Kamu menarik perhatian semua orang!"
Setelah diingatkan, saya karenanya menyadari tatapan menusuk dari sekitar. Tenang, kini bukan saatnya untuk menarik perhatian.
"Huff, huff... ancaman sekali. Kalau ini dibilang planning untuk membunuhku, ini ga bisa dianggap remeh."
"Kamu terlalu berlebihan, itu cuma kostum maid. Semua orang niscaya pernah memakainya satu kali."
Sudah niscaya itu bohong.
Ketika saya sedang membantah candaan Hideyoshi.
"Yoshii, Kinoshita, selamat pagi."
Dari belakang, terdengar bunyi merdu, yang sekaligus menyejukkan hatiku yang terluka.
"Suara itu. Pasti Himeji. Selamat pagi."
"Huff, tadi di jalan saya teringat ada yang ketinggalan di rumah. Hampir saja saya terlambat."
Satu lagi teman sekelasku, Himeji Mizuki. Dengan senyum kikuknya, beliau punya kekuatan untuk menyucikan seisi ruangan kelas yang tercemar anyir laki-laki.
"Kebetulan sekali, kita sanggup minta Himeji membuktikan kalau foto-foto tadi sama sekali tidak penting. Himeji, ada waktu?"
Hideyoshi mengoceh dengan cepat di depan Himeji.
"Ya, ada apa?"
"Aku ingin bertanya. Kalau kau punya foto Akihisa dengan pakaian Maid, apa yang kau lakukan?"
Sejujurnya, pertanyaan Hideyoshi terlalu mencurigakan.
"Mmm... kalau itu..."
Kalau Himeji memasang verbal jijik, apa pun yang terjadi, saya harus mencegah foto ini tersebar! Ga bakal kubiarkan popularitasku, yang sudah berada di dasar jurang, terkubur lebih dalam!
"Kalau saya punya foto menyerupai itu, pertama saya akan beli scanner."
"Huh? Scanner? Buat apa?"
Karena jawabannya sulit dimengerti, tanpa sadar kulontarkan pertanyaan lain. Buat apa beliau beli scanner?
"Karena, kalau tidak punya scanner, saya tidak sanggup membuatkan pesona Akihisa ke seluruh dunia, lewat internet..."
"Akihisa! Tenang dulu! Jangan buru-buru bunuh diri dengan lompat dari atas sini!"
"Lepaskan aku, Hideyoshi! Aku ga tahan lagi!"
Himeji niscaya sangat membenciku sekarang, ya kan?
"Oh iya! Muttsurini! Muttsurini andal soal ini. Kalau kau ceritakan ini ke dia..."
"Supaya beliau menertawakan aku?"
"Bukan, bukan itu! Jelaskan apa yang terjadi supaya beliau sanggup menangkap pelakunya!"
"Ohh! Kaprikornus itu maksudmu!"
Benar! Masih terlalu cepat untuk menyerah! Muttsurini yaitu fotographer mesum dan informan handal. Dia mungkin sanggup menyelamatkan aku. Dengan begini, saya sanggup menyelamatkan harga diriku!
"Ide bagus, Hideyoshi! Calon istriku memang yang terbaik!"
"Bukan seharusnya saya jadi suami?!"
"Um... menurutku itu juga salah."
Aku harus segera bicara dengan Muttsurini. Dia terlihat sedang bicara dengan seseorang di sudut gelap ruangan kelas sekarang.
"Kalau begitu, saya akan bicara dengan Muttsurini dulu!"
Berpisah dengan Himeji dan Hideyoshi, saya berlari menuju pojok kelas.
"Ngomong-ngomong, maksud pertanyaan tadi..."
"Hi... himeji! Bisa ngobrol sebentar denganku?"
Dari belakang, saya melihat Hideyoshi yang sedang berusaha mengalihkan perhatian Himeji. Oh, calon istri yang mengagumkan.
"Tolong aku, Muttsurini! Harga diriku sedang berada di ujung tanduk!"
Ketika saya sedang berlari menuju area yang diselimuti bayangan, sebuah tangan menghalangiku. Tangan yang berasal dari sosok dengan tubuh yang besar.
"Tunggu dulu, saya tiba lebih awal."
"Oh? Yuuji?"
Orang yang mendahuluiku yaitu teman terburukku, dan juga ketua kelas kami, Sakamoto Yuuji. Rambut jabriknya terlihat tidak punya tenaga lagi untuk berdiri. Apa yang terjadi?
"Muttsurini, apa yang kalian diskusikan?"
"...Sepertinya Yuuji akan segera menikah."
Orang yang sedang bicara dengan Yuuji yaitu siswa dengan tubuh pendek, Tsuchiya Kouta. Karena beliau ga pernah mau mengaku kalau beliau maniak sex, kami memanggilnya "Muttsurini".
"Yuuji dan Shouko akan menikah? Dibandingkan takdir yang sudah dipastikan dari dulu, duduk kasus saya yang akan dilabeli Cross Dresser ini lebih penting!"
"Apa kau bilang? Semua orang sudah tau kalau kau mesum dari dulu!"
"Yang sudah punya istri, membisu saja dan kembali ke kuburan sana!"
"Yang seharusnya membisu itu kamu, Hentai! Kembali ke Maid Cafe sana!"
"..."
"..."
"...Kalau kalian berdua tau bakal jadi menyerupai ini, seharusnya dari awal membisu saja."
Aku ga menangis! Ini cuma sarapan tadi pagi (garam dan air) yang keluar dari mataku.
"Ta,tapi... Ini soal menikah, ya kan? Bukannya itu bagus? Melihat hubunganmu dengan Kirishima-san, saya ga bakalan kaget kalau kalian sudah punya anak. "
"...Akihisa, hentikan dagelan membosankanmu."
Huh? Apa? Itu ga lucu?
"Melihatmu begitu serius. Aku akan mendengarkan apa yang terjadi."
"Caramu bicara membuatku kesal. Kali ini kuabaikan. Pagi ini, Shouko membawa MP3 player."
"MP3 player? Bukannya it normal? Kamu sendiri juga bawa."
Tapi eksklusif disita Tetsujin.
"Tidak. Dia sangat gaptek kalau soal mesin. Sampai bawa benda menyerupai itu, apa lagi ke sekolah, itu sangat ga normal."
Sepertinya Kirihima-san cacat soal mesin. Sepertinya itu ga ada hubungannya dengan otak sama sekali.
"Karena itu sangat aneh, saya ambil, tapi anehnya itu berisi rekaman bunyi orang yang memalsukan suaraku melamar dia."
"..."
Tiba-tiba, ingatan wacana Turnamen Syokanju muncul di kepalaku. Karena lamaran palsu itu yaitu ideku. Sekarang saya dipenuhi perasaan bersalah.
Tapi, merekam lamaran kekasihnya, bukannya itu sangat manis? Ga baik menertawakannya.
"Bu, bukannya itu sangat manis? Kirishima-san merekam lamaran itu buat jadi kenangan."
"Bukan, beliau berencana menggunakannya sebagai bukti lamaran ke ayahnya."
Aku ga tahan lagi dengan perasaan bersalah ini.
"Walaupun saya sudah menyita MP3 player-nya, menurutku itu hanya salinan, dan kalau saya ga cepat-cepat menghapus yang asli..."
Karena di tangan Yuuji, itu hanya terlihat menyerupai MP3 normal. Sekalipun isinya dihapus, duduk kasus belum selesai.
"Karena itu, saya minta Muttsurini mencari tau siapa yang merekam ini. Seperti yang kubilang tadi, Shouko ga cocok dengan mesin, jadi beliau ga mungkin sanggup merekam sesuatu menyerupai ini. Karena itu, ini niscaya pekerjaan profesional!"
Sebenarnya, sesudah mengingat pertandingan kemarin, saya ga melihat ada remakan pidato Yuuji (Hideyoshi). Tapi menyerupai kata Yuuji, kemungkinan seseorang rahasia merekamnya, alasannya yaitu di puncak acara, Himeji dan Minami sedang mengenakan gaun Cina. Lalu seseorang ga sengaja merekam pidato itu.
"...Akihisa?"
"Kenyataan kalau saya sedang menggunakan kostum Maid terancam akan disebar di internet."
"...Apa yang terjadi?"
Wajar kalau beliau bertanya menyerupai itu.
"Singkatnya menyerupai ini..."
-Sedang menjelaskan-
"-Karena itu, saya berharap kau menemukan pengirim surat ancaman ini. Aku ga ingat pernah difoto, alasannya yaitu itu niscaya orang yang sangat berpengalaman yang melaksanakan ini."
"Apa? Sepertinya nasib Akihisa sama denganku."
"...Rekan sesama korban pemerasan."
"Menjadi rekan senasib alasannya yaitu hal menyerupai ini rasanya..."
Setelah selesai menjelaskan, terdengar bunyi *kasha kasha* dari pintu kelas. Sepertinya kelas akan dimulai.
"Maaf, terlambat, persiapan darmawisata ternyata memakan banyak waktu. Duduk di daerah kalian masing-masing, kelas akan dimulai."
Tetsujin, bukan, Nishimura-sensei sedang menenteng kotak kardus besar. Isinya niscaya buku panduan untuk darmawisata.
"...Aku akan menyidik duduk kasus ini nanti."
"Sorry ngerepotin, saya akan bawakan buku yang kau suka nanti sebagai imbalan."
"Aku akan kasih kau salah satu harta karun yang gres saja kudapatkan."
"...Aku niscaya akan menemukan pelakuknya."
Muttsurini telah mendapatkan seruan kami, sambil ditatap oleh Tetsujin, Yuuji dan saya kembali ketempat kami. Dia sudah menaruh perhatiannya pada kami, jikalau kami ga bermain aman, tubuh kami ga akan bertahan.
"Jadi besok, darmawisata akan dimulai, tapi rincian lengkapnya sudah ditulis di buku panduan yang akan kubagikan ke kalian, jadi baca ketika sudah hingga rumah. Kuingatkan, ini bukan liburan, kalian butuh peralatan berguru dan beberapa pakaian ganti."
Beberapa buku dioper dari depan, saya ambil satu dan mengoper sisanya kebelakang.
"Juga, jangan salah daerah dan waktu berkumpul."
Tetsujin menepuk meja untuk menarik perhatian semua murid.
Memang, akan jadi duduk kasus kalau salah daerah dan waktu berkumpul. Sekalipun tujuannya yaitu menambah pengetahuan kami, melewatkan kesempatan bersenang-senang bersama teman di malam hari yaitu nasib yang menyedihkan. Karena itu saya harus berusaha keras mengingat daerah dan waktu.
Kubalik-balik halaman buku panduan untuk mencari halaman jadwal dan daerah berkumpul.
Tempat yang kami tuju yaitu Uzuki Kougen, daerah yang populer dikunjungi turis. Rute kendaraan beroda empat terdekat memakan waktu 4 jam untuk tiba, dan untuk bus sesudah berganti-ganti rute memakan waktu 5 jam.
"Poin pentingnya yaitu waktu dan daerah berkumpul kita berbeda dari kelas lain."
Kelas A dan B kemungkinan pergi dengan bus mewah. Tebakkanku kami akan baik bus biasa dan dipaksa berdiri. Ngga, lebih jelek lagi, hanya satu pemandu yang memandu jalan.
"Dengarkan baik-baik, Kelas F pergi naik angkutan umum dan berkumpul di tujuan akhir."
"""Bahkan ga ada pemandu jalan???"""
Karena perlakukan kejam ini, semua anggota Kelas F menitikkan air mata.
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/