Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Baka To Test: Volume 3, Soal Terakhir, B. Indonesia


Diterjemahkan oleh , -MrStar-

Tuliskan empat kata idiom Jepang dari romanisasi berikut, dan buatlah kalimat yang cocok dengannya.

'aimaimoko'


Jawaban Himeji Mizuki:
Kanji: 暧昧模糊 (ambigu)
Kalimat: 'Pembagian tanggung jawab ini agak ambigu’

Komentar guru:
'暧昧不清, 模糊不明' ‘aimai fukiyoshi, moko fumei', (arti dasarnya ambigu) yaitu arti dari keempat kata ini. Ada banyak orang yang tahu bagaimana cara mengucapkannya, tapi sangat sedikit orang yang tahu bagaimana menulisnya dalam aksara kanji. Jawab yang bagus. '


Jawaban Yoshii Akihisa:
'Dalam kanji '合間妹子' '(Aima) (imo-ko)'

Komentar guru:
Setidaknya kau sudah berusaha menjawab pertanyaan ini.

Jawaban Tsuchiya Kouta:
'Contoh: Tiga gadis bagus Ono no Komachi, Ono no Imoko, dan Aima Imoko memulai perjalanan mereka sebagai utusan.'

Komentar guru:
Perlu diperhatikan alasannya yaitu kau memasukkan nama seorang laki-laki ke dalam kalimat itu.



***


Setelah penangguhan kami berakhir, saya merasa agak bersyukur ketika saya datang di gerbang sekolah lebih awal dari biasanya.

"Hoaaaah, rasanya sudah lama sekali tidak ke sekolah..."

Ditambah masa istirahat sesudah training camp, kira-kira sudah dua ahad sejak terakhir saya masuk sekolah. Itu lebih lama dari liburan animo semi. Dapat beristirahat lama, dari sudut pandang lain, sanggup dianggap itu sebuah keberuntungan — tapi tidak ada yang akan merasa ibarat itu, kan? Siapa yang meminta para guru untuk menciptakan banyak tugas, hingga kami tidak sanggup menikmati waktu luang kami?

"Ah, Akihisa-kun!"

Telingaku menangkap bunyi langkah kecil berlari dari kejauhan.

"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?"

"Himeji-san, lama tidak bertemu!"

Meskipun kami hanya diskors selama seminggu, ketika alhasil saya sanggup melihat Himeji-san lagi, rasanya ibarat tiga animo gugur telah berlalu. Kami sudah tidak bertemu untuk waktu yang sangat lama.

"Sejujurnya, saya ingin minta maaf pada Akihisa-kun."

"Eh? Kenapa? Minta maaf untuk apa?"

Kalau saya yang seharusnya meminta maaf, maka saya akan meminta maaf dengan tulus, tapi apa Himeji-san sudah berbuat salah hingga harus meminta maaf?

"Di hari pertama training camp — saya salah alasannya yaitu menuduhmu pengintip!"

"Eh?"

Himeji-san membungkuk meminta maaf.

"Eh, tidak peduli jikalau kau salah mengira saya ini pengintip, saya tetap mengintip pada akhirnya..."

"Ah, bukan itu, saya tidak bermaksud begitu. Kamu ingat saya sudah menuduhmu di awal? Pada ketika itu, saya benar-benar mewaspadai Akihisa-kun yang tidak bersalah, saya benar-benar minta maaf soal itu..."

Selama Muttsulini yaitu teman kami, tidak jarang para gadis memperlakukan kami ibarat orang cabul.

"Ah haha. Pada alhasil kami mengintip juga, jadi agak absurd kalau kau meminta maaf kepadaku."

"Benarkah begitu?"

Tapi ngomong-ngomong, absurd rasanya melihat Himeji-san masih sanggup berbicara denganku ibarat biasanya sesudah kami berusaha mengintip kemarin. Ah, kalau tidak, Himeji-san tidak akan sanggup berbicara normal dengan semua anak laki-laki dari angkatan kami.

"Tapi, itu..."

"Eh? Apa?"

"Itu, apa... kau benar-benar berniat mengintip?"

"Ya."

Kenapa saya harus menjawab 'ya'? Aku benar-benar idiot.

"AH! Itu... eh saya mengatakannya terlalu cepat — tidak tidak, saya mengatakannya tanpa berpikir..."

"Aku mengerti... hehe."

Aneh. Himeji-san tampaknya tidak menatapku secara langsung.

"Hebat, tampaknya Akihisa-kun masih tertarik dengan perempuan."

"A..."

Begitu rupanya, jadi lebih baik diperlakukan sebagai orang cabul daripada homoseksual, ya?

Melihatku kesulitan berkata, Himeji-san memperlihatkan senyum bahagianya. Mm, apa ia mengolok-olokku? Aku harus membalasnya.
"Aku, saya benar-benar tertarik! Terutama... terutama dengan Himeji-san!"

"Eh — EHHHHHHH !?"

Himeji-san merona hingga wajahnya memerah. Sepertinya responnya agak memuaskan.

"Hahaha, bercanda! Ini balas dendam alasannya yaitu Himeji-san sudah mengolok-olokku..."

"...Ya."

"......Apa?"

"Aku berkata... Kalau itu Akihisa-kun, tidak apa-apa..."

Saat ini, pikiranku tiba-tiba kosong.

"EHH? APA YANG KAMU KATAKAN? HIMEJI-SAN, APA KAMU BAIK-BAIK SAJA?"

Jawaban yang tidak masuk logika membuatku mewaspadai telingaku. Apa tidak apa-apa membiarkan saya melakukannya?

"Tidak apa-apa kalau kau ingin mengintip, tapi—"

"Tapi, tapi apa?"

"Tapi — saya harus menjadi istri Akihisa-kun dulu!"

Tunggu sebentar, apa-apaan ini!? Ada apa dengan situasi ini sekarang!? Pokoknya, harus hening dulu... sekarang, ada hal penting yang harus kupikirkan terlebih dahulu. Aku harus memikirkan ke mana kami akan bulan madu. Kalau saya menentukan pantai bukannya itu sudah ketinggalan jaman? Lebih baik pergi ke luar negeri untuk berbulan madu, ya? Tapi, saya harus meminta izin dari sekolah.

"Hehe..."

Tawa lembut membuatku pribadi mengangkat kepalaku, dan ketika saya melihat ke depan, terlihat Himeji-san tersenyum senang sambil tersipu.

Eh? Jangan bilang kalau itu tadi — yaitu dagelan juga?

Aku dibohongi lagi... Tidak kusangka ia akan membalasku ibarat ini, ibarat yang dibutuhkan dari Himeji-san!

"Hahaha, Akihisa-kun, mukamu merah sekarang."

"Te, tentu saja, bukannya Himeji-san juga jadi merah alasannya yaitu menyampaikan kata-kata yang tidak biasa?"

Saat ini, kami saling tersenyum. Percakapan ibarat ini sungguh menyenangkan.

"AKI!"

Ketika kami saling tersenyum satu sama lain, terdengan teriakan mengerikan dari kejauhan. Apa itu Minami?

"Hm, lama tidak bertemu, Minami."

Aku berbalik ke arah asal bunyi itu, dan ibarat yang diduga, Minami berlari ke arahku dengan sangat emosional.

"Eh? Aneh? Apa yang terjadi?"

Ekspresinya tampak agak serius. Apa yang terjadi?

"Ada apa, Minami?"

Melihat Minami bertingkah sangat aneh, Himeji-san juga terkejut.

"Aki, tutup matamu."

"Eh? Oh, baiklah!"

Saat ia datang di depanku, Minami tiba-tiba pribadi memperlihatkan perintah ibarat ini.

Apa ia ingin memukulku alasannya yaitu saya mengintip?

Ya sudah, saya hanya sanggup pasrah mendapatkan pukulannya.

Dengan patuh, saya menutup mataku, menanti rasa sakit yang akan kuterima.

"...Maaf, Mizuki..."

"Eh? Apa yang kau katakan, Minami..."

Apa yang terjadi? Sepertinya ia tidak akan memukulku.

Diam-diam saya membuka mata, dan apa yang muncul di depanku yaitu Minami yang sedang merona ketika wajahnya mendekat.

"—UU!"

Saat saya menyadarinya, bibir Minami sudah menyentuh bibirku...






Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/