Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Infinit To Test: Volume 2 Soal Ketiga B. Indonesia

Diterjemahkan oleh
Soal Ketiga
Dalam rangka memutuskan kegiatan apa yang akan dilakukan, dimohon bagi setiap siswa untuk membantu survei ini.

Pakaian mirip apa yang cocok untuk menjalankan sebuah kedai teh?



Jawaban Himeji Mizuki:
“Celemek imut yang biasa digunakan di rumah.”


Komentar Guru:
Celemek cocok dengan nuansa pameran sekolah, dan tidak perlu modal yang terlalu besar, pandangan gres yang bagus.



Jawaban Tsuchiya Kouta:
“Rok 15 cm di atas lutut, baju atasan harus harmonis dengan rok, dengan penegasan di sekitar dada yang menjaga rasa elegan yang kuat. Kuharap bisa menggunakan warna biru muda dengan warna dasar putih. Nampannya harus terbuat dari perak mengkilap yang memantulkan benda di atasnya, dan disertai dengan logo toko diatasnya. Sepatunya harus high-heel, setinggi 5cm---”


Komentar Guru:
Kau tidak harus menulis dibelakang kertas, kan?



Jawaban Yoshii Akihisa:
“Brassiere!”


Komentar Guru:
Sensei yakin kau salah sebut 'blazer' dengan 'brassiere'.



***


“Sakamoto biasanya terlihat mirip orang idiot, tapi kemampuan memimpinnya sungguh mengesankan.”

“Yup. Biasanya ia hanya orang idiot.”

Hari ini merupakan pagi hari di Seiryousai.

Dari kelas yang biasanya kotor, ruang kelas kami sudah berkembang menjadi Kedai Teh ala Cina.

“Dengan sekali lihat, meja ini terlihat sangat berbeda dengan aslinya.”

Meja yang ditata di seluruh penjuru kelas bergotong-royong hanya kotak kardus yang kami gunakan di kelas. Ditata rapih dan dihias dengan taplak yang bagus di atasnya, bahkan karton-karton buluk bisa jadi meja yang mewah.

“Ah, ini pekerjaan Kinoshita-san. Aku tidak tahu dari mana ia sanggup taplak bagus ini, tapi ia bisa mengubahnya menjadi meja dengan cepat dan rapih.”

Himeji-san menatap Hideyoshi dengan rasa hormat.

Begitu. Taplak ini yakni properti milik klub drama. Tidak heran kualitasnya sangat bagus.

“Hm, walaupun ini terlihat rapih, kalau taplaknya diangkat akan sangat berbeda.”

Hideyoshi mengangkat taplak meja. Apa yang terlihat dibawahnya yakni kardus kotor yang sudah biasa kami lihat.

“Peringkat kedai kita akan turun dengan drastis kalau para tamu melihat ini.”

Minami muncul dari sampingku dan mengusut mejanya. Dia benar. Kalau kotak kardus lusuh ini kelihatan, reputasi kedai kami akan sanggup buruk.

“Tidak masalah. Tidak akan ada yang ingin memeriksanya juga. Walaupun ketahuan, saya akan minta orang itu untuk merahasiakannya dalam hati.”

“Betul juga. Tidak akan ada orang yang dengan sengaja membalik taplak hanya untuk cari masalah.”
Kalaupun ada yang melakukannya, motif orang itu hanyalah untuk mengganggu bisnis kami.

“Dekorasi di dalam ruangan juga cantik, jadi harusnya tidak ada masalah, ya kan?”
Untuk standar pameran sekolah, ini sedikit berlebihan. Dengan begini, seharusnya ada banyak pengunjung yang datang.

“...Tehnya juga sempurna.”

“Wahh!!!”

Suara Muttsurini tiba-tiba terdengar dari belakang. Dia masih jago menyembunyikan hawa keberadaannya, tapi kurasa itu tidak diharapkan di kehidupan sehari-hari.

“Muttsurini, apa pecahan dapur sudah beres?”

“...Coba ini!”

Setelah mengatakannya, Muttsurini memperlihatkan nampan kayu, dengan teh dan onde-onde di atas piring keramik.

“Wa... kelihatannya enak...”

“Tsuchiya, tidak apa-apa kalau ini kumakan, kan?”

“...(menganggukkan kepala)”

“Kalau begitu, saya tidak akan sungkan.”

Himeji-san, Minami, dan Hideyoshi mengambil onde-onde hangat yang gres matang ke lisan mereka.

“Wah, enaknya!”

“Ya! Renyah diluar, tapi kenyal, teksturnya mantap!”

“Manisnya pas, tidak berlebihan, ini enak.”

Onde-ondenya enak. Para gadis rupanya senang manisan, ya, mereka bertiga.

“Tehnya juga nikmat, ini luar biasa...”

“Yeah...”

Himeji-san dan Minami mengawang-awang seakan terbang ke negeri mimpi. Apa memang seenak itu?

“Aku makan satu juga ya.”

Muttsurini mengoper onde-onde yang tersisa kepadaku.

Karena tidak ada tusuk gigi, saya mengambilnya dengan tangan dan menggigit sedikit.

“Mmmm, keras dan bergairah diluar, lengket di dalam, tidak terlalu manis atau terlalu pedas--- Arghh!!!”

Mulutku mengeluarkan bunyi ‘bukan manusia’, kemudian muncul semua kenanganku sesudah hidup selama 16 tahun. Ahh, kenangan yang indah... tunggu! Bukannya ini yakni cahaya terakhir sebelum kematian?

“Ah, itu Himeji yang buat.”

“...! (memasukkan sisa onde-onde dengan paksa)”

“Mu, Muttsurini! Kenapa kau harus memasang ekspresi takut sambil memasukkan onde-onde itu ke mulutku? Mustahil!!! Aku tidak bisa!!!”

Muttsurini mencoba memasukkan onde-onde yang tersisa ke dalam mulutku. Makanan Istimewa ini bisa menciptakan orang melihat cahaya kematian!

Tidak ada insan normal yang diperbolehkan memakannya!

“Hey semuanya, saya kembali---”

Di dikala itulah, Yuuji datang.

“Ah, Yuuji, selamat datang.”

“Hm? Apa ini, kelihatannya enak. Bagaimana rasanya?”

Setelah itu, tanpa ragu ia memasukkan sisa senjata biokimia yang cuma berani kugigit sedikit ke dalam mulutnya.

“...Benar-benar laki-laki jantan.”

“Yuuji, kau kini memancarkan cahaya yang paling terang di sini.”

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan... hmm, keras dan bergairah di luar, lengket di dalam, sedikit terlalu manis dan terlalu pedas--- Arghh!!!”

Ah, pemandangan yang familiar.

Ah— Yuuji, apa rasanya enak?

Aku mencoba menggunakan mataku untuk bertanya pada Yuuji, 'ini Himeji-san yang buat, kau tidak akan bicara berlebihan, kan?' dikala ia terbaring lemas di lantai.

Tapi, saya tidak bisa mengontak matanya, saya takut ia tidak mendapatkan pesannya.

“Hoo, tampaknya tidak ada masalah.”

Yuuji, yang masih terbaring di lantai, alhasil menjawab, “Boleh saya menyeberangi jembatan itu sekarang?”

Itu niscaya sungai Sanzu. (Sungai pembatas antara dunia dan akhirat)

“Yuu, Yuujiii! Kau dilarang menyeberang! Kau tidak akan kembali kalau kau menyeberangi jembatan itu!”

Membayangkan bagaimana satu gigitan sanggup menimbulkan serangan mematikan, kuliner buatan Himeji-san memang sangat mengerikan.

“Eh? Ada apa? Apa yang terjadi dengan Sakamoto-kun?”

Himeji-san, yang tadi makan onde-onde normal dan terbang ke negeri mimpi, alhasil mencicipi ada sesuatu yang aneh. Untungnya ia tidak melihat apa yang terjadi.

“Ya, Sakamoto, apa kau baik-baik saja?”

Sampai dikala ini, Minami juga terjebak di negeri mimpi. Mungkin onde-onde normal tadi memang enak, jadi kami bisa mengharapkan penjualan yang bagus.

“Tidak masalah, ia cuma keram. Oi, Yuu---ji---berdiri---buruan---”

Intinya, saya menyuruh Yuuji berdiri sambil bercanda. Tapi, tanganku sedang meraba jantungnya. Saat ini, kemungkinan ia sanggup bertahan hidup hanya setengah!

“60,000??? apa kau bercanda? Aku harus bayar untuk menyeberangi sungai, harusnya itu sungai San---Ack!”

Ah, bagus, ia berhasil berdiri tanpa ada yang tahu.

“Yuuji, apa kakimu keram?”

Aku langsung bicara sebelum ia menyampaikan sesuatu yang tidak perlu. Tidak ada waktu untuk kontak mata dikala ini.

“Keram? Kau bercanda, bola itu yang---”

”...Kalau begitu kuberi kau satu lagi deh.”

“Aku keram lantaran saya jarang olahraga.”

Untungnya, otak Yuuji cair. Bagaimanapun, saya tidak mau membunuh sobat sekelasku.

...Akihisa, kubunuh kau nanti.


...Tidak. Akan kubunuh kau duluan sebelum kau membunuhku.

Tawa singkat kami mengandung percakapan penuh niat membunuh. Lihat, kami memang cukup dekat, kan.

“Hm, Sakamoto tampaknya kakinya sering keram, ya?”

Gawat. Situasinya yang sama mirip itu menciptakan Minami curiga.

“Ah, begini, Yuuji itu kelebihan lemak, kan? Makanya ia gampang keram, sama mirip Minami yang sering keram dadanya, jadi harusnya ia mengerti--- Guah!!!”

“...Sepertinya saya tidak perlu ambil tindakan, ya.”

Yuuji menatapku iba sambil melihatku dipukuli Minami. Kenapa saya merasa hal-hal mirip ini jadi sering terjadi padaku belakangan ini...

“Oh ya, Yuuji, dari mana tadi?”

Hideyoshi langsung mengalihkan topik. Seperti yang diharapkan dari orang yang mengerti situasi ini.

“Hm, saya pergi mendiskusikan sesuatu.”

Jarang sekali Yuuji menggunakan jawaban ambigu mirip ini.

Sebenarnya, ia pergi untuk memberitahu susunan mata pelajaran ke ruangan Kepala Sekolah. Tapi kami tidak bisa menyampaikan metode curang ini dengan mudah, jadi Yuuji langsung menjawab dengan jawaban ambigu.

“Oh, jadi begitu niscaya susah untukmu.”

Himeji-san yang tidak akan meragukan siapa pun, tersenyum mendengarnya. Benar-benar gadis yang polos.

“Tidak, tidak usah dipikirkan. Lebih penting, kedai tehnya bisa beroperasi sekarang, kan?”

“Betul.”

“...Tidak ada dilema dengan teh dan cemilan.”

Apa benar-benar tidak ada masalah? Ada kegelisahan yang merayapiku dikala memikirkan apakah kuliner buatan Himeji-san tercampur ke dalamnya.

“Baiklah, kalau begitu saya akan serahkan kedainya pada Hideyoshi dan Muttsurini sekarang. Akihisa dan saya harus menuntaskan pertandingan Syokanju pertama kami.”

Setelah menyampaikan ini, ia menepuk punggung Hideyoshi dan Muttsurini.

“Eh, kau ikut turnamen Syokanju juga?”

Minami terlihat mirip ingin menanyakan sesuatu sambil menatapku.

“Eh? Ah, iya, lantaran beberapa alasan.”

Aku menyampaikan jawaban ambigu. Kepala Sekolah menyuruh kami untuk tidak memberitahukan siapa pun mengenai tiket, jadi saya tidak bisa mengatakannya. Tapi, kenapa tidak boleh?

“Apa kau... mengincar hadiahnya..?”

Minami memasang kembali tatapan curiganya.

“Hm--- begitulah.”

Lebih spesifiknya, kami hanya ingin menukar hadiahnya dengan renovasi kelas.

Kalau bisa, apa kita bisa menukar gelang platinumnya juga? Menurut rumor, ada gelang-gelang yang bisa menciptakan seseorang memanggil dua Syokanju dan bisa menggantikan guru sebagai pengawas. Walaupun saya tidak menginginkannya, kalau bisa mendapatkannya ya bagus juga.

“...Kau mau pergi ke sana?”

“Eh?”

Minami menyipitkan matanya. Ini, ini... niat membunuh!

“Yoshii-kun, saya juga ingin tahu, kau akan pergi dengan siapa?”

Sebelum saya menyadarinya, Himeji-san sudah berganti mode betarung juga.

Keduanya niscaya membicarakan soal tiket.

Ini gawat! Aku tidak berniat pergi dengan siapa pun, hanya ingin menyerahkan semuanya pada Kepala Sekolah. Tapi, lantaran kesepakatan, saya tidak bisa menyampaikan alasannya...

“Akihisa akan pergi denganku.”

Saat saya kesulitan mencari jawaban, Yuuji langsung menjawab.

Mendengar ini, mata Minami melebar. Ho ho, tidak salah kalau kau merasa itu aneh.

“EH? Kau akan pakai tiketnya untuk 'Perjalanan Bahagia' bersama Sakamoto...?”

Karena ini yakni perkembangan gres yang mengagetkanku juga.

Idiot! Siapa yang ingin melaksanakan perjalanan senang bersama Yuuji!? Ini bisa menimbulkan kesalahpahaman yang super besar!!!

Akihisa, tahan saja! Si nenek bau tanah akan membatalkan perjanjian kalau ini ketahuan!!!

Yuuji berbisik padaku. Walaupun saya sama sekali tidak menyukainya, ini demi Himeji-san. Sepertinya Yuuji juga bertahan dari rasa sakit dibilang homo. Di situasi mirip ini, saya harus bertahan...

“Aku sudah menolaknya berkali-kali, tapi ia tetap tidak mau menyerah.”

Eeeh? Apaaa? Aku dikhianati??!!!

“Aki, dibandingkan Kinoshita, kau memang lebih tertarik pada Sakamoto rupanya...”

“Tunggu dulu!!! Aku tidak mengerti apa maksud 'rupanya' itu!!! Dan juga, Hideyoshi, jangan pasang eskpresi kesepian mirip itu!!!”

Parah. Kalau tetap mirip ini, informasi palsu ini bisa bocor ke dunia luar. Rankingku sebagai 'murid yang paling pantas menjadi homo' akan naik!!

“Yoshii-kun. Kau itu laki-laki, sebisa mungkin cobalah tertarik dengan gadis...”

“Kalau itu mungkin, Akihisa tidak akan serepot ini.”

“Yuuji, tolong berhenti bicara seolah-olah ini benar!!! Kau bahkan tidak ada niat membantuku sama sekali!!!”

Suatu hari nanti, akan kuselesaikan urusanku dengan orang ini.

“Ah, sudah hampir mulai. Waktunya pergi, Akihisa.”

“Ugh! Pokoknya, ini salah paham!”

Seperti pengecut yang kabur sambil mengutuk demi mempertahankan harga diri, saya dan Yuuji meninggalkan kelas.


“Ahem--- dan sekarang, pertarungan pemanggilan pertama secara resmi dimulai.”

Acara Turnamen Syokanju diadakan di panggung khusus di lapangan.

“Sebelum pertarungan babak ketiga dimulai, kami tidak akan memperlihatkannya pada pengunjung dan media, jadi kalian semua berjuanglah.”

Orang yang bertanggung jawab untuk pertandingan ini yakni guru Matematika, Kinouchi-sensei, jadi tentu saja, mata pelajaran yang digunakan untuk bertarung yakni Matematika.

“Mari berjuang, Ritsuko.”

“Mm.”

Kedua gadis yang jadi lawan kami menganggukkan kepala mereka. Ini benar-benar pemandangan yang layak diberikan senyuman.

Kalau dipikir-pikir, rasanya saya pernah lihat mereka, di mana ya...

“Silahkan panggil Syokanju kalian.”

“Summon!”

Saat keduanya berteriak, bulat sihir terlihat disamping mereka. Dua Syokanju kecil seukuran-kepala yang karakteristiknya mirip pemanggilnya muncul.

Kelas B, Iwashita Ritsuko, Matematika 179 poin
&
Kelas B, Kikuiri Mayumi, Matematika 163 poin.

Dua Syokanju yang senjatanya mirip satu sama lain muncul bersebelahan. Mereka menggunakan pedang dan helm gaya barat. Mereka terlihat mirip versi lemah dari Syokanju Himeji-san.

“Kalau begitu kita juga harus memanggil.”

“Oke.”

“Summon!”

Syokanju kami muncul. Syokanjuku masih menggunakan seragam modifikasi dan pedang kayu. Di sisi lain, orang yang disebut sebagai jenius, ketua kelas kami Syokanjunya---

“...Tangan kosong?”

Dia tidak terlihat memegang apa pun. Apa itu pedang kasat mata?

“Idiot! Lihat yang benar.”

Yuuji mengangkat tangan Syokanjunya semoga saya bisa memeriksa,

“Dia pakai knuckle besi kan?” (Sarung tinju besi yang biasa digunakan preman)

“Kau, Dasar Ikan Teri!!! Ada Ikan Teri disini!!!”

Bagaimana bisa seseorang punya Syokanju yang begitu lemah? Walaupun knuckle itu senjatanya, saya tidak pernah melihat Syokanju yang perlengkapannya sepayah ini!

“Kami serang ya, bocah lemah.”

“Ritsuko, kau salah, mereka itu berandalan.”

Syokanju kami menggunakan seragam modifikasi, satu bersenjatakan pedang kayu dan satunya dengan knuckle besi. Walaupun begitu, kami tidak bisa mengingkari cemooh dari musuh.

Kelas F, Sakamoto Yuuji, Matematika 179 poin
&
Kelas F, Yoshii Akihisa, Matematika 63 poin.

Nilai kami muncul di layar sebagai referensi.

“Oi, Yu...Yuuji!”

“Apa?”

“Kenapa nilaimu tinggi sekali?”

Dia sanggup nilai 179, itu hampir setara dengan kelas B. Dia seharusnya orang Idiot. Dia Seharusnya Idiot!!!

“Sejak Perang Syokanju kemarin, saya mulai berguru keras demi mengalahkan kelas A.”

Karena suatu hal, Yuuji menyampaikan ini dengan ekspresi tidak senang.

Dia bisa berguru cepat dalam waktu sesingkat ini? Seperti yang diharapkan dari seseorang yang dulu disebut jenius.

“Tapi, kenapa kau mau berguru dengan giat?”

Yuuji niscaya berusaha pertanda bahwa 'yang tidak pandai juga bisa sukses' ketka ia menantang Kelas A. Apa ia punya alasan lain untuk tidak kalah, sekalipun harus melawan idealismenya?

“Sebelumnya, Shouko bertanya padaku.”

“Apa?”

“... ‘Di mana kita akan menikah?’.”

Kirishima-san benar-benar jatuh cinta pada Yuuji, ya?

“Aku dilarang kalah sekarang!!! Kalau tidak bisa menang sekarang, hidupku... Hidupku akan...!!!”

“Yuuji, tenanglah!!! Kalian berdua akan jadi keluarga yang bahagia, pasti!!!”

Aku menahan Yuuji dari belakang lantaran ia berusaha melarikan diri.

Begitu, jadi itu alasan kenapa Yuuji mulai belajar.

“Apa kalian bisa mulai?”

Kinouchi-sensei melihat kami dengan khawatir, dan dua penantang kami tampaknya terkejut.

“Ah, kami minta maaf. Seperti yang kau lihat, tidak ada masalah.”

“Aku tidak mau sanggup nama keluarga istri..! Aku tidak mau jadi Kirishima Yuuji— Aa—a—a-a-aargh--!!! Apa yang kau lakukan??!!!”

Pokoknya, ayo pukul Yuuji beberapa kali hingga ia normal. Ini yakni metode lain untuk memperbaiki Yuuji yang sudah rusak parah---cara kedua.

“Walaupun sensei sedikit khawatir, tolong mulai bertanding.”

Setelah menyampaikan ini, Kinouchi-sensei mundur sesuai standar prosedur.

Berdiri menghadapi musuh, pertandingan kami akan segera dimulai.

“Ritsuko!”

“Mayumi!”

““AYO!!””

Setelah saling memanggil nama, kedua musuh kami menganggukkan kepala dan mulai bergerak seakan mereka mencoba mengepung kami.

“Oh kerjasama tim mereka bagus juga.”

“Tidak buruk. Untuk gadis yang lebih senang main rumah-rumahan, ini layak diakui.”

Yuuji dan saya mengangguk. Dengan ikatan kami yang sudah dalam, kami hanya perlu melihat satu sama lain untuk saling mengerti pikiran masing-masing.

“Ini... Benar-benar pelecehan!!!”

“Kerjasama tim kamilah yang terkuat!!!”

Duo dari kelas B terlihat murka dikala membalas komentar kami.

Aku tidak tahan dengan mereka. Kalau sudah hingga mirip ini—kami akan tunjukkan apa itu kerjasama yang sebenarnya.

“Yuuji!”

Aku melirik partnerku, dengan mata yang menyiratkan niat. Dengan ikatan kami yang dalam, kami hanya perlu bertukar pandangan untuk saling mengerti pikiran satu sama lain.

“Akihisa!”

Aku menganggukkan kepala untuk membalas panggilan partnerku. Kami menarik nafas dalam-dalam, kemudian menyampaikan pikiran masing-masing.


““Kuserahkan semua padamu!!!””


Rencana kami sama persis mirip lompatan mundur kami.

“Yuuji, apa-apaan ini! Bagaimana bisa kita berdua menuntaskan ini kalau masing-masing menyuruh untuk melawan musuh sendirian?”

“Tidak! Ini waktunya kau beraksi, kan? Perang kemarin saya sama sekali tidak memanggil monsterku, ya kan?”

“Apa!!!? Dasar payah! Setidaknya kau bisa jadi perisaiku!”

“Apa maksudmu 'payah'! Nilaimu mirip sampah!”

“Kau banyak cincong juga, ya? Oke, sini maju!!!”

“Ayo!!!”

Kami berdua saling menarik kerah masing-masing. Aku tidak menyangka ia se-idiot ini!

“Pertemanan anak laki-laki itu sangat asing ya....”

“Untungnya kita para gadis tidak mirip itu.”

Eh!!! Mereka berani meremehkan kami mirip itu!

“...Ah, ahem.”

Demi mengulur waktu dan menciptakan musuh lupa pertikaian tadi, saya berdehem dan berkata---

“Sepertinya kerjasama kita sama bagusnya, ya?”

““Eh---- Eeeh??!!!””

Kedua gadis merespon bersamaan. Apa maksud mereka memasang ekspresi mirip itu?

“Walaupun begitu, di samping observasi, kami punya 'kecerdasan'! Walaupun kerjasama kita sama bagus, tapi kalau bertarung dengan cerdas, kami niscaya menang!”

“Jangan dipikirkan, orang itu memang Idiot.”

Sepertinya evaluasi dunia terhadapku mengarah ke arah yang salah, tapi sebaiknya tidak perlu dipikirkan sekarang.

“Yuuji, cepat buat rencana!”

Aku berkata pada Yuuji yang berdiri disampingku. Satu hal yang perlu dicatat yakni saya tidak pernah memikirkan apa pun yang bekerjasama dengan pertarungan ini.

“Oke, ini planning perangku.”

Yuuji menyampaikan planning perangnya dengan antusias.

“Akihisa, tugasmu menahan serangan salah satu musuh---”

“Uh huh.”

“---dan menyerang musuh yang lain secara bersamaan.”

“Itu artinya saya yang lawan mereka semua!”

Aku sudah merasa Yuuji menciptakan planning mirip ini lantaran bosan.

“Akihisa! Saat ini, tidak ada ruang buat trik-trik kecil! Bertarung satu lawan satu dengan musuh saja!”

“Walaupun saya tahu kau tidak bisa memikirkan apa pun itu sebabnya kau menciptakan planning mirip itu, tapi saya mengerti! Kita akan menang kalau kita lawan mereka satu lawan satu!”

Syokanju kami melesat maju menerjang musuh, benar-benar taktik perang yang bagus-- ini yakni taktik para ikan teri!

“Ritsuko, bagaimana ini?”

“Kita dilarang kalah sama musuh se-idiot ini! Lawan mereka langsung!”

“Un!”

Pertarungannya tidak lagi dua lawan dua, tapi satu lawan satu. Musuhku yakni gadis berambut panjang berjulukan Ritsuko.

“Hyyaaahh!”

Syokanju Ritsuko mengayunkan pedangnya. Aku merespon dengan menghindar ke belakang sedikit.

“Sial! Makan ini!!!”

saya membiarkan Syokanjuku menghindari pedang yang diayunkan tanpa kendali dengan gerakan seminimal mungkin.

“Uu... Kenapa rasanya saya membully yang lemah?”

Lawanku tidak terlihat bisa mengendalikan Syokanjunya dengan baik.

Kalau diingat-ingat, ia dikalahkan Himeji-san sekali pukul. Itu yakni kesempatan langka baginya untuk mendapatkan pengalaman, tapi langsung dibantai dalam sekejap. Tentu saja itu kenapa ia tidak bisa mengontrol Syokanjunya.

Walaupun begitu, tidak akan ada artinya kalau saya hanya menghindar.
 
“Mungkin sudah waktunya bagiku —- menyerang balik!”

Setelah menghindari serangan-serangan lawan, tiruan diriku menggenggam erat pedang kayunya dan mulai menyerang.

“Eh?? Waah!!! Kyyaahhh!!!”

Kalau saya tidak mengincar celah-celah di baju perangnya, seranganku tidak akan masuk. Dengan cepat saya mengarahkan serangan ke kepala, leher, dan paha musuh. lantaran seranganku lemah, kita akan bermain dengan jumlah serangan!

...Tapi, menggunakan seragam modifikasi dan menyerang dengan pedang kayu secara gila-gilaan, mau dilihat bagaimanapun, saya mirip berandalan...

“Huahhhaaahahaha!!! Sia-sia!!! Tidak ada gunanya!!!”

Kenapa saya merasa ada bunyi yang jauh lebih ganas di kejauhan? Sambil tetap waspada dengan lawan, saya melirik ke sebelah. Tidak jauh di depanku, ada satu Syokanju ber-knuckle melawan Syokanju asing bersenjatakan pedang panjang. Tidak disangka Knuckle besi rupanya senjata yang ganas.

“...Sebagai seorang guru, saya ingin pasangan Sakamoto dan Yoshii kalah.”

Aku mendengar Kinouchi-sensei bergumam. Adegan ini mungkin mengingatkannya dengan gadis manis yang diganggu berandalan. Kalau saya tidak terlibat, mungkin saya akan sependapat dengannya.

“Inilah serangan terakhir!!!”

Syokanju Yuuji melayangkan pukulan ke dada musuh. Yuuji berbeda denganku, nilainya besar sehingga kekuatan Syokanju-nya pun besar, maka serangannya bisa menembus baju baja lawan.

“Kalau begitu, ini juga harus diselesaikan.”

Walaupun saya lemah, lawanku sudah terkena serangan puluhan kali, dan kini tidak bisa bertahan dari satu serangan penuh ini.

Dengan begini, semuanya telah berakhir.

“Uuuuu ! Ini keterlaluan!”

“Tidak pernah terbayangkan, kami akan kalah dari orang mirip mereka!”

Kedua lawan melototi kami.

Huh, disebut 'orang mirip mereka', benar-benar menyakitkan.

“...Pemenangnya Sakamoto dan Yoshii.”

Kinouchi-sensei tidak terlihat senang dikala mengumumkan ini. Bagaimanapun, kami berhasil melewati satu babak.

“Kita menang, Akihisa.”

“Yup.”

Kekuatan tempur Yuuji tidak disangka sangat kuat. Ini membuatku tenang. Dia tidak mendapatkan dilema selama pertarungan tadi, orang ini, ia bisa apa saja.

“Jadi, mari kita--”

“Mm.”

Kami tersenyum, sambil menjulurkan tangan masing-masing.

“Selesaikan urusan yang tadi, Brengsek!!!”

“Itu kalimatku, Idiot!!!”

Setelah pertarungan tadi, persahabatan kami jadi makin erat.


“Akihisa, Yuuji, bisa berhenti bertengkar dan kemari?”

Baru saja saya akan mempererat persahabatanku dengan rekanku ini, Hideyoshi melesat naik ke atas panggung. Melihat dirinya sangat terengah-engah, tampaknya ada sesuatu yang penting.

“Eh? Apa ada dilema di Kedai Teh?”

“Mn, kita punya tamu yang merepotkan. Sorry, bisa kujelaskan sambil jalan?”

“Ah, ngh, oke.”

Yuuji dan saya mengikuti Hideyoshi. Sepertinya memang ada dilema di kedai.

“...Ada yang mengganggu bisnis kita?”

Yuuji meyipitkan matanya sambil jalan. Ekspresi ini mirip mirip dikala ia menghadap Kepala Sekolah. Dia niscaya sudah memperkirakan sesuatu.

“Ah haha, bagaimana mungkin? Tidak akan ada orang yang ingin merusak bisnis orang lain, kan? Bahkan walaupun benar, tampaknya tidak ada untungnya juga.”

Kemungkinan besar mereka hanya ingin menciptakan kami tidak bisa konsentrasi penuh dikala turnamen.

“Eng tidak, ini mirip tebakan Yuuji.”

Hideyoshi memiringkan wajah sempurnanya. Jangan-jangan memang ada yang ingin menimbulkan masalah?

“Mereka bawah umur kelas 3.”

Tidak dilema kalau pelakunya orang luar, tapi kelas 3? Sungguh, seharusnya mereka bersikap dewasa.

Sebenarnya, Yuuji bisa berkelahi, jadi ia yang paling tepat untuk ini.

“Jadi begini sikapmu ketika meminta tolong? ...Tidak masalah. Kalau kedainya gagal, Himeji yang Akihisa cintai sepenuh hati harus pindah sekolah. Kaprikornus akan kubantu.”

“Oi!!! Aku tidak bilang...!!”

“Ah—Iya, iya, saya mengerti.”

Aku berjalan sambil menggeram pada Yuuji lantaran mempermainkanku.

Akhirnya kami tiba di depan kelas. Walaupun kami berada di luar, bunyi ribut di dalam bisa terdengar hingga luar, cukup keras untuk terdengar sepanjang koridor.

“Uu, mereka lagi.”

“Biar saya yang atasi.”

Sambil melemaskan lehernya, Yuuji menaruh tangannya di pintu. Sungguh, kekuatannya jadi sangat tidak terkontrol kalau hal mirip ini terjadi.

“Meja ini kotor sekali!!! Apa kalian bisa sajikan kuliner di atasnya??!!!”

Begitu Yuuji membuka pintu, umpatan langsung menusuk indera pendengaran kami. Sepertinya mereka tidak senang kami menggunakan taplak untuk menutupi kotak kardus, jadi mereka membalik taplak dan mulai rusuh. Dasar berandalan.

“Wow... ini sangat parah...”

“Sepertinya pemilik kedai ingin menipu kita sekarang.”

“Walaupun cuma pameran sekolah, ini masih toko makanan, loh...?”

Melihat ini, para pelanggan mulai bergumam. Ini buruk. Untuk kedai teh, komentar negatif mirip ini sangat serius.

“Yuuji, bisnisnya bakal jadi jelek kalau tetap mirip ini.”

“Kau benar... Hideyoshi, kemari sebentar.”

“Ada yang kau perlukan?”

“Aku perlu kau menyiapkan sesuatu.”

Yuuji membisikkan beberapa kata ke Hideyoshi. Karena ia meminta ke Hideyoshi, mungkin ia ingin pinjam beberapa properti dari klub drama?

“Aku bisa siapkan... tapi cuma ada dua.”

“Itu sudah cukup, saya akan ambil dari daerah lain nanti.”

“Oke, saya pergi sebentar.”

Setelah menyampaikan ini, Hideyoshi mengajak beberapa sobat sekelas dan pergi.

“Akihisa, ingat-ingat penampilan kedua berandalan itu.”

Yuuji memberiku komando sebelum perlahan-lahan mendekati tamu yang masih marah-marah.

“...Walaupun saya tidak tahu untuk apa, tidak masalah.”

Yuuji mungkin ingin balas dendam sesudah ini. Pokoknya, lebih baik mengingat penampilan mereka.
Ada dua orang biang kerok, dan kedua-duanya laki-laki. Salah satu dari mereka berpostur normal dan berambut Mohawk, yang sangat langka. Satu lagi posturnya juga normal dan botak. Praktis mengingat gaya rambut kedua orang itu rupanya.

“Woi, ketua kelasnya ada tidak, hah? Ketua kelas---Uooogghh!!!”

“Aku Ketua Kelas, Sakamoto Yuuji. Apakah ada yang tidak memuaskan dari kedai kami?”

Seperti seorang pramusaji, Yuuji membungkukkan badannya. Dia terlihat mirip pemilik toko yang ideal kalau saja ia tidak memukul orang itu sebelum bicara.

“Aku bukan tidak senang, tapi temanku barusan dipukul...”

Si mohawk yang tidak dipukul terlihat kaget. Itu sudah pasti. Bahkan saya pun akan kaget kalau tiba-tiba temanku dipukul.

“Apa kau menghina mottoku --- 'memulai percakapan dengan pukulan'?”

Benar-benar metode komunikasi yang mengerikan.

“Ja, jangan bercanda, sialan...!!! Komunikasi macam apa itu??”

“Setelah itu, akan ada 'tendangan untuk melanjutkan komunikasi'. Terakhir, ada 'bantingan untuk mengakhiri percakapan' untukmu.”

“A, saya mengerti! Biar Shunpei yang bicara! Aku tidak melaksanakan apa pun, tidak perlu perundingan denganku!”

“Tu...tunggu, Tsunemura! Kau mengkhianatiku!!?”

Orang yang terlihat panik dikala bicara yakni si botak yang dipanggil Shunpei. Karena susah mengingat namanya, saya akan panggil mereka 'Shunpei botak dan Mohawk Tsunemura'.

“Nah, geng Toko-Natsu, kalian masih mau negosiasi?”

Ah, Yuuji melepas topengnya. Sepertinya ia tidak bisa mempertahankan perilaku sopannya untuk waktu yang lama.

Kalau dipikir-pikir, yummy juga memanggil mereka geng Toko-Natsu. Kuakui itu.

(常村勇作,Tsunemura Yuusaku & 夏川俊平,Natsukawa Shunpei. Ketika digabungkan 常 dan 夏, menjadi Toko-Natsu, bukan TsuneNatsu)

“Eng tidak, sudah cukup. Kami akan pergi.”

“Benarkah? Kalau begitu...”

Setelah menganggukkan kepalanya dengan keras, Yuuji memeluk pinggang Tsunemura (si Mohawk) dari belakang.

“Oi!!! Aku tidak melaksanakan apa pun, kan?? Kenapa saya juga--Uaarghh!!!”

“Dengan ini, perundingan kita selesai.”

Setelah melaksanakan bantingan-terbalik, Yuuji berdiri tanpa kesulitan. Kalau bisa, saya ingin metode komunikasi ini tidak tersebar keluar.

“Awas saja kalian!!!”

Si Botak-senpai menggendong temannya, si Mohawk, dan meninggalkan tempat. Dengan ini dilema harusnya sudah selesai---

“Kita tidak bisa melanjutkan makan sekarang.”

“Sayang, padahal makanannya enak.”

“Kalau dimakan kayaknya kita akan sakit perut.”

--- yah, mungkin.

Rahasia mejanya terungkap di depan semua tamu. Tiba-tiba, terdengar bunyi ketika seseorang berdiri. Dia yakni Direktur Pembelajaran, Fukuhara-sensei. Apa ia sengaja tiba untuk membantu kelas kami?

“Ayo ganti restoran.”

“Ayo.”

“Ah, permisi, para tamu yang terhormat.”

Saat seseorang berdiri, yang lain juga ikut berdiri. Ini disebut psikologi massa. Dalam situasi ini, rumor jelek kedai kami akan menyebar ke seluruh sekolah mirip api.

“Kami minta maaf. Karena restoran begitu penuh, kami tidak bisa membawa meja ke sini tepat waktu, dan harus pakai kardus untuk sementara. Tapi, meja aslinya sudah tiba sekarang, jadi silahkan menikmati kembali kuliner Anda.”

Yuuji membungkuk kepada pelanggan yang berkemas-kemas pergi. Dibelakangnya, Hideyoshi dan beberapa anak laki-laki sedang memindahkan meja yang bagus ke kelas.

Apa itu... meja besar properti milik Klub Drama? Aku mengerti. Kami bisa tunjukkan pada pelanggan kalau kami peduli kebersihan. Sepertinya Yuuji sudah mempertimbangkan evaluasi pengunjung soal kedai teh ini.

“Eh? Kita ganti meja?”

Tiba-tiba, bunyi seorang gadis terdengar dari belakang.

“Ah, selamat datang, Minami dan Himeji-san. Bagaimana pertarungan pertamanya?”

“Hm, kami menang.”

Himeji-san memasang tanda victory. Walaupun saya merasa ia bukan orang yang sangat terobsesi pada kemenangan, tapi dalam situasi ini, sudah niscaya ia ingin menang.

“Lupakan itu sekarang, kita bisa ganti meja? Klub Drama tidak punya banyak meja, kan?”

Minami benar. Hideyoshi tadi bilang hanya ada dua meja. Tapi kalau dipikir-pikir, kami tidak bisa biarkan meja yang lain tetap mirip ini...

“Jadi, kami akan ganti setiap meja satu per satu begitu yang lain datang. Para pelanggan yang belum selesai makan, silahkan pindah ke meja ini dan melanjutkan makan.”

Setelah menyampaikan itu, Yuuji berjalan ke koridor, daerah kami berdiri.

“Hoo, kini kita hanya bisa mirip ini.”

Yuuji menghela napas pelan. Mungkin berkata sopan untuk beberapa dikala menciptakan ia kelelahan.

“Terima kasih bantuannya, Yuuji.”

“Walaupun saya tidak tahu ada apa, terima kasih bantuannya.”

“Terima kasih atas kerja kerasnya.”

“Oh, Himeji dan Shimada? Kalau dilihat dari wajah kalian, tampaknya kalian menang.”

Walaupun ia berkata mirip itu, Yuuji terlihat tidak khawatir perihal kemenangan mereka berdua. Dari tampangnya, tampaknya ia yakin mereka akan menang kalau bekerja sama.

“Yah, memang. Ngomong-ngomong, bagimana kedainya?”

Karena keributan tadi, banyak pelanggan yang pergi. Kesuksesan kedai kini terletak pada apakah Himeji-san akan tetap di kedai. Kami tidak boleh gagal sekarang.

“Tidak akan ada dilema kalau tidak ada yang tiba dan tiba-tiba menciptakan kerusuhan.”

Nada bicara Yuuji membuatku merasa aneh. Dia mirip mengharapkan seseorang menciptakan lebih banyak masalah...

“Maaf, apa mejanya udah cukup?”

“Ah, iya. Soal ini... Akihisa, berapa usang lagi hingga pertarungan keduanya?”

Aku melihat jam tanganku. Pertandingan selanjutnya dimulai jam 11, jadi---

“Sekitar satu jam.”

“Sungguh? Kita tidak punya banyak waktu kalau begitu... Aku pergi sebentar. Akihisa, ayo ikut.”

Yuuji mengacungkan jarinya dan menyuruh saya mengikutinya.

“Apa tidak dilema kami tidak ikut membantu?”

Karena tidak dipanggil, Minami bertanya. Sepertinya ia juga mau bekerja keras demi Himeji-san. Aku sangat senang dengan antusiasmenya.

“Kalian berdua jadi pelayan. Pakai senyuman maut kalian dan coba menarik hati pelanggan, mengerti?”

“Ya! Aku akan berusaha!”

Tentu saja Himeji-san antusias akan hal ini. Aku ingin menjadi salah satu pelanggan dan menikmati senyumannya.

“Oi, Akihisa. Kita pergi.”

“Ah, ya. Mau kemana kita?”

Saat saya menanyai Yuuji, ia mengulum bibirnya, terlihat jahat, sambil berkata---

“Kita akan mencari meja.”

Senyuman iblis terpancar di wajah Yuuji.


“Yoshii-kun!!! Sakamoto-kun!!! Hari ini, saya tidak akan maafkan kalian!!!”

“Lari, Akihisa!!! Kita akan dikirim ke ruangan konseling kalau kau terlalu lamban!!!”

“Ruangannya tetsujin??!!! Jangan bercanda!!!”

Kami terus berlari menyusuri koridor, kabur dari Takehara-sensei yang mengejar kami.
Kenapa kami kabur? Karena ada tangga di depan---tentu saja bukan begitu.

“Kita sudah susah payah mengambil meja ini!!! Jangan hingga jatuh!!!”

“Dimengerti!!!”

Itu lantaran kami mencuri meja dari ruang tunggu sekolah.

“Kalau dipikir-pikir... kenapa – mereka – bisa – lari – begitu – cepat – sambil – bawa – meja- begitu...”

Hasegawa-sensei yang ikut mengejar di belakang Takehara-sensei, menyampaikan hal yang tidak bisa dimengerti. Apa sensei tidak cukup bugar lantaran ia tidak mengikuti pelajaran olahraga?

“Pokoknya, begitu meja ini kita bawa ke Kedai Teh, ini jadi milik kita! Bahkan sekali pun mereka yakni guru, mereka tidak bisa menyita mejanya lantaran mejanya akan digunakan pelanggan!!”

Si cecunguk ini!! Gara-gara dia, reputasiku jadi semakin buruk.

“Lebih baik kita minta santunan Nishimura-sensei---”

Takehara-sensei mengeluarkan handphonenya. Nishimura itu yakni Tetsujin!!! Mencoba menghindari Tetsujin dari situasi mirip ini mirip mencoba menjejak langit!!

“Akihisa!”

“Oke!”

Aku menendang sepatu ruanganku ke atas Yuuji sambil berlari.

“Makan ini!!!”

“Waah!”

Saat itulah, Yuuji tiba-tiba melaksanakan tendangan voli dengan sepatu. Tembakannya tepat mengenai pergelangan tangan Takehara-sensei. Handphonenya terlempar ke udara dan jatuh ke lantai koridor.

“Nah, jaga kesehatan ya buat para guru. Bye bye!”

“Ahh, sepatuku...”

Saat Takehara-sensei memungut handphonenya, kami melarikan diri. Setelah memastikan kalau para guru tidak bisa menemukan kami, kami meletakkankan mejanya sebelum mengirimkan lokasi meja ke handphone hideyoshi. Sekarang, sobat sekelas kami akan keluar dan membawa mejanya kembali ke kedai.

“Yosh! Sekarang tinggal ruangan tunggu kantor guru. Setelah itu, kita pergi ke pertandingan kedua!”

“Hoo... Yuuji dan saya niscaya akan diskors sesudah ini...”

Akibat perbuatan kami, yang menggunakan taktik kotor untuk mencuri meja dari seluruh sekolah, kami alhasil bisa menerima cukup meja. Sekarang, komentar jelek akan hilang, dan tidak akan ada dilema lagi dengan kedai tehnya.



“Sekarang, siapa lawan kita di pertandingan kedua?”

Aku bertanya ke Yuuji dikala kami berdua jalan menuju panggung khusus.

Karena kami berdua sibuk mengikuti 'Pertarungan nyolong meja', kami tidak punya cukup waktu untuk mencari tahu siapa lawan kami selanjutnya. Aku harap lawannya benar-benar lemah.

“Dari jadwalnya, tampaknya kita akan menang, tepat mirip perkiraanku.”

Aku melihat ke arah tatapan Yuuji. Saat ini, lawan kami sudah berada di posisinya dan sedang menunggu kami.

“Oh? Kukira siapa mereka. Rupanya pasangan ketua Kelas B dan C.”

“Yo...Yoshii dan Sakamoto!? Kau lawan kami?”

Orang-orang yang menciptakan muka kami nyengir yakni perwakilan dari kelas B dan kelas C, Nemoto-san dan Koyama-san. Apa mereka berdua pacaran?

“Apa lagi sekarang, Nemoto-san? Karena lawan kita yakni para Idiot Kelas F, bukannya kita sudah otomatis menang?”

Hm---menghina orang lain dengan jelek tanpa ragu-ragu. Kepribadian Koyama-san tidak mengecewakan busuk.

Cocok sekali pacaran dengan Nemoto-san. Mereka memang pasangan yang mengesalkan.

“Dan sekarang, pertandingan kedua Turnamen Syokanju akan dimulai.”

Setidaknya guru bahasa inggris, Endo-sensei akan memaklumi.

“Summon!”

Kami berempat memanggil Syokanju kami.

Kelas B Nemoto Kyouji, Bahasa Inggris 199 poin
&
Kelas C, Koyama Yuuka, Bahasa Inggris 165 poin.

Seperti inilah kalau perwakilan kelas B dan kelas C satu tim, nilai mereka cukup tinggi.

Kelas F, Sakamoto Yuuji, Bahasa Inggris 73 poin
&
Kelas F, Yoshii Akihisa, Bahasa Inggris 59 poin.

Nilai saya dan Yuuji juga ditampilkan di layar.

Bahasa Inggris bukanlah pelajaran terbaikku, dan Yuuji belum mulai berguru Bahasa Inggris, jadi nilai kami kalah jauh.

Walaupun begitu, Yuuji tidak menentukan pelajaran ini di ronde pertama, tapi di ronde kedua. Sekarang saya tahu alasannya. Karena kami tidak bisa menggunakan trik di ronde pertama, tapi kami bisa pakai di ronde kedua.

“Ayo, Yuuji, keluarkan benda itu.”

Kalau lawannya yakni Nemoto-san, orang ini tidak akan lupa membawanya.

“Oh? Maksudmu ini?”

Setelah menyampaikan itu, Yuuji mengeluarkan sesuatu. Itu yakni album langsung Nemoto Kyouji 'Lihatlah diriku yang baru!'. Sejujurnya, bahkan kalaupun saya dipaksa melihatnya, saya tidak akan melihatnya sedikit pun...

“Itu, itu kan...!!!”

Nemoto-san langsung terdiam.

Ini yakni foto-foto Nemoto-san yang dipaksa menggunakan baju wanita ketika ia kalah di perang Syokanju kemarin. Kalau bisa, ia mungkin mau membawanya masuk kuburan. Namun, ini yakni eksekusi lantaran mempermainkan perasaan Himeji-san selama perang kemarin! Tidak akan kumaafkan ia semudah itu!

“Jadi Nemoto-san, kalau kau tidak mau kami sebarkan ini---”

Saat saya sedang bicara, seseorang menepuk bahuku beberapa kali. Sekarang apa lagi?

“Oi oi oi, kubilang, Akihisa, kau salah orang!”

“Eh? Benarkah?”

Orang yang menepukku yakni Yuuji. Tapi selain Nemoto-san, siapa yang bisa kuajak negosiasi...

“Oi, saya tidak tahu kau pacar Nemoto atau cuma perwakilan Kelas C, tapi wanita yang disana, dengarkan!”

“Apa?”

Koyama-san terlihat terkejut dikala ia menatap album foto di tangan Yuuji. Sepertinya ia tidak tahu apa itu.

“Lihat ini!!!”

Setelah menyampaikan ini, Yuuji membalik halaman pertama. Di dalamnya, ada foto Nemoto-san menggunakan rok dan menatap ke kejauhan.

“Sa, sakamoto!!! Aku mengerti!!! Aku mengerti!!! Tolong... Album itu...!!!”

Ah, tanpa sadar, kami menang. Sangat membosankan.

“Akihisa, tahan Nemoto!”

“Ngn, oke!”

Aku melaksanakan perintah Yuuji, menarik Nemoto-san dari belakang dikala ia berusaha menarik album itu dari tangan Yuuji.

“Baiklah, perwakilan kelas C. Kalau kau mau album ini, mengalahlah pada kami.”

“Sa, Sakamoto!!! Apa kau iblis??!!!”

Nemoto-san merengek memohon. Melihat adegan yang sungguh tragis ini, bahkan saya merasa ini sungguh menyedihkan.

Menggunakan perundingan mirip ini, Nemoto-san tidak hanya kalah pertandingan, pacarnya (mungkin?) juga akan melihat album foto-foto memalukan dirinya. Baginya, kemalangan ini sudah terlalu besar.

“...Kuterima. Kami mengalah.”

“Kurasa, itu artinya kita sudah sepakat.”

Senyum jahat muncul di wajah Yuuji.

“Yu, Yuuka!!! Toloonngg!!! Jangan lihat!!!”

Permintaan Nemoto-san tidak digubris, malah Koyama-san makin membalik album foto itu.

“Akihisa, pemenangnya sudah ditentukan. Aku khawatir dengan keadaan kedai teh. Ayo!”

“Kau benar. Nah, Endo-sensei, kami menang.”

Aku tidak lupa mengingatkan Endo-sensei, yang kini sedang mencoba mengintip album itu juga.

“Ah, iya! Pemenangnya yakni Sakamoto dan Yoshii!!”

Sekarang kemenangan kami sudah pasti, kami masuk ronde tiga. Bagus... bagus... bagus...

“...Kita putus.”

“Tu, tunggu dulu!!! Itu ada alasannya...!!! Yuuuukaaaaaa!!!”

Kami tidak harus mendengarkan perkataannya. Ada yang bilang, orang yang menginjak-injak perasaan orang lain akan mendapatkan tanggapan yang setimpal, rupanya itu benar...


Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/