Mengenal Sifat Dan Struktur Kayu Angsana
Kayu Angsana - Kayu narra (Pterocarpus spp.) termasuk kayu keras sampai keras-sedang, berat-sedang, liat dan lenting. Berat jenisnya sekitar 0055-0.94 pada kadar air 15%. Kayu terasnya tahan lama, termasuk dalam penggunaan yang bekerjasama dengan tanah, dan tahan terhadap serangan rayap; namun sukar dimasuki materi pengawet
Kayu teras narra berwarna kekuning-kuningan cokelat muda sampai kemerah-merahan cokelat, dengan coreng-coreng berwarna lebih gelap. Kayu gubal terang terbedakan, berwarna kuning jerami pucat sampai kelabu cerah, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan ciri ciri pokok pohon angsana. Tekstur kayu berkisar antara halus-sedang sampai kasar-sedang, dengan urat kayu yang bertautan atau bergelombang. Kayu ini berbau harum dan mengandung santalin, suatu komponen kristalin merah yang menyusun materi warna utama.
Perdagangan dan Konservasi
Pada masa silam, kayu sonokembang (angsana) merupakan salah satu kayu yang digemari penduduk Indonesia, baik sebab kaulitas kayunya, keindahan motifnya, maupun sebab ukurannya yang besar. Karena telah hampir punah di alam, sekarang Indonesia simpel tidak lagi menghasilkan kayu ini dalam aras yang berarti secara ekonomi
Nasib yang hampir serupa juga dialami oleh Filipina, Papua Nugini dan Thailand; tiga negara produsen utama kayu sonokembang. Berjaya mengekspor kayu narra sampai 3 juta kg di tahun 1985, produksi kayu ini terus menurun di Filipina sehingga pada dua tahun berikutnya tinggal 0.4 juta kg yang bisa diekspor. Di Papua Nugini sebab mahal nilainya, ekspor kayu ini dihentikan terkecuali sehabis diolah. Sementara Thailand pada tahun 1990 telah memerlukan perhiasan pasokan kayu ini dari Burma dan beberapa negara di Indocina, biar ekspor kayu narra gergajian yang dilakukannya bisa tetap berlangsung.
Eksploitasi yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh kemampuan regenerasi tegakan di alam, diduga menjadi salah satu penyebab utama penyusutan populasi angsana di alam. Sebab yang lain yaitu hilangnya habitat alami angsana oleh sebab perladangan. Bahkan pohon ini diduga telah habis di habitatnya alaminya di Semenanjung Malaya.