World Teacher Chap 27 B. Indonesia
Chapter 27 Inilah Istana Baru
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
---Sudut pandang Rodwell ---
"Nomor seratus lima puluh enam, Sirius Teacher"
Maka saya bertemu dengannya.
Penampilannya ialah anak laki-laki biasa. Entah wajah maupun rambut berwarna hitam itu, ia nampak ibarat bocah yang bisa kamu temukan dimanapun.
Hanya saja....tatapannya tidaklah normal. Dia melihat ke sekeliling ruangan seperti sedang menyelidiki. Ketika mata kami bertemu, ia terus melihatku tanpa berpaling. Apa ia mengetahui siapa diriku? Tidak, saya telah sepenuhnya menyembunyikan telingaku, dan menggunakan alat sihir untuk membuatku terlihat ibarat manusia. Kurasa ini hanya imajinasiku, tapi....tidak, saya mengerti bahwa ia bukan hanya sekedar 'anak kecil'.
Melihat dari samping, ia tampak ibarat bocah yang tegang dan menatap sekitar dengan gelisah. Namun, saya merasa ia sedang mengamati untuk memperoleh informasi wacana kami.
"Nomor seratus lima puluh tujuh, Alstro Elmeroy! Tidak ibarat jelata di sana, saya ialah anak kedua dari rumah Elmeroy yang terhormat!"
Aah....Ya, ya. Aku sangat kenal denganmu, Alstro-kun. Salah satu ningrat terkemuka Elysion, ningrat yang berdiri cukup tinggi, kan? Aku pernah melihat dirimu beberapa kali di pesta, dan akan sangat tepat untuk menyampaikan bahwa saya sudah mengenalmu semenjak dirimu masih kecil. Oh, ia niscaya akan jadi sangat sombong ketika sudah dewasa.
Setelah itu, 'Aku ialah petugas pertama Alstro-sama'....itu berlanjut hingga yang ketiga. Mengingat bahwa mereka semua ialah petugas Alstro-kun, maaf ya, tapi saya akan mengacuhkan semua orang kecuali Sirius-kun.
Sekarang, orang yang bersangkutan, ada satu hal wacana dirinya yang patut dipikirkan. Ini ialah atribut yang tertulis di profilnya.
Atribut {Tak berwarna}
Sungguh tak terduga. Tidak hanya sangat jarang, orang yang mempunyai atribut ini juga menjadi target cemoohan, jadi tak ada satupun dari mereka yang mencoba masuk sekolah. Mungkin saja, ya mungkin saja ada kerusakan pada alat sihir ketika ia melaksanakan investigasi dulunya.
"Kemudian, kita akan melanjutkan untuk melaksanakan investigasi atribut. Mulai dari nomor seratus lima puluh enam, silakan maju ke depan"
Sekarang, apa atributnya? Aku mulai bertanya-tanya. Tapi ketika tangannya hendak menyentuh alat itu, orang terbelakang memunculkan keributan.
"Mundur, rendahan. Jangan menyentuhnya di hadapan diriku yang seorang bangsawan. Hei, apa kalian mempunyai bola kristal yang lain? Kalau begini tanganku akan kotor"
"Kami meminta maaf, tapi ketika memasuki daerah ini, seorang ningrat atau bukan tak ada bedanya. Jika kamu mulai bertindak terlalu tinggi, kamu akan didiskualifikasi, mengerti?"
"Hmph, apa boleh buat. Lihatlah baik-baik atributku ini!"
Saat Alstro-kun menyentuhnya, kristal itu bersinar bergantian antara merah dan hijau. Ini berarti ia mempunyai dua atribut, eksistensi langka yang disebut Double. Ketiga pelayan bertepuk tangan sambil menyampaikan sesuatu ibarat 'Luar biasa'. Tapi dari sudut pandangku, ini merupakan hal yang membosankan.
Alasannya, alasannya ialah hal ini sudah dipastikan beberapa tahun yang lalu. Begitu mengetahui ini, orang renta Alstro-kun mengumumkannya kepada publik dengan cara yang terlalu berlebihan. Sebagian alasannya ialah itulah, ia dimanjakan dan berakhir mempunyai kepribadian besar kepala semacam ini.
Lebih dari kau, saya ingin melihat Sirius-kun. Menyingkirlah segera, buang wajah sombong itu dan biarkan ia menyentuhnya.
"Pergi! Berikutnya aku, giliran pelayan pertama. Jelata itu yang terakhir"
Haah....sungguh idiot.
Di sampingku, Gregory-sensei juga menyeringai, betapa busuknya.
Sirius-kun, bagaimanapun, hanya melihat mereka seolah tak peduli. Ini membuatku damai ketika menatapnya....Benar, ia tidak akan lari dari sini. Ayo menunggu sambil bersantai.
"Kemudian, nomor seratus lima puluh enam, tolong sentuh kristal ini"
Diapun menyentuhnya.
Warna yang dihasilkan kristal adalah....tidak berwarna.
"....Ha, hahahahahaa! Bagaimana ini bisa terjadi, ada seorang 'Tidak Kompeten' di daerah ibarat ini?"
"Memang. Lupakan status sosialnya, ia sampah yang tidak dicintai oleh keempat elemen"
"Dia memang 'Tidak Kompeten'"
"Tak ada daerah bagi seorang yang tidak kompeten, Alstro-sama"
Tawa hina menggema di ruang wawancara. Para guru selain diriku menatap Sirius-kun dengan tatapan kasihan. Hanya Gregory-sensei yang berdiri sambil berteriak dan menunjuk ke arahnya.
"Kami tak membutuhkan 'Tidak Kompeten' di sekolah ini! Tak perlu lagi tes sihir, kamu bisa segera pergi!"
"Ya, guru juga menyampaikan itu. Kembalilah segera!"
"Aku akan kotor hanya dengan berada di dekatmu!"
"Kembalilah, tidak kompeten!"
"....Diam"
Kepada bunyi tawa tak menyenangkan itu, tanpa sengaja saya melontarkan satu kata disertai niat membunuh. Mereka terpukul oleh dampaknya, dan mengubah cemoohan menjadi verbal ketakutan dengan badan yang gemetar.
Tidak bagus, saya pikir diriku akan segera kehilangan kendali. Menengok ke sisi, para guru termasuk Gremory-sensei menatapku sambil gemetar.
....Hanya Sirius-kun yang berbeda. Bahkan sesudah mendapatkan niat membunuh tajam itu, ia hanya menatapku dengan damai sambil terlihat agak tertarik. Dia memang bukan orang biasa.
"Ini bukan rumahmu, Alstro-kun. Pertama, jikalau kamu hanya menjadi seorang ningrat untuk mengolok-olok orang lain tanpa memperdulikan tempatnya, maka kamu tidak bisa ditoleran lagi. Sekolah ini ialah daerah bahkan bagi bangsawan, dimana ia menghabiskan waktu untuk meningkatkan diri, kamu mengerti?"
Alstro-kun menatapku tajam, tapi lututnya gemetar. Dia mungkin berpikir untuk membuatku dipecat. Hanya saja, anak ini akan mengalah sesudah tahu siapa diriku yang sebenarnya.
"Aku tahu kemampuan kalian berempat sangat baik, jadi saya akan membiarkan kalian lulus bahkan tanpa menggunakan sihir. Yang akan kami lihat hanyalah dia, jadi kalian sanggup pergi"
"Hmph! Tidak menyenangkan berada di akrab orang 'Tidak Kompeten'. Ayo pergi, kalian!"
"""Y-Ya!"""
Bersamaan dengan Alstro-kun yang keluar ruangan membawa ketiga pelayannya, Gregory-sensei, yang duduk di sampingku juga berdiri.
"Permisi. Tidak ada gunanya melihat sesuatu ibarat sihir dari si 'Tidak Kompeten'. Aku mengharapkan evaluasi yang adil, semua guru"
Setelah menyampaikan itu, ia berbegas meninggalkan ruangan. Seolah-olah sedang mengejar Alstro-kun.
Kemungkinan besar ia pergi untuk mengintai kelompok Alstro-kun. Bangsawan kelas atas dan seorang Double, itulah siswa kesukaannya.
"Maaf, Sirius-kun. Kami balasannya menawarkan sisi jelek sekolah ini, bahkan sebelum kamu dinyatakan resmi masuk"
"Aku tidak keberatan. Orang-orang ibarat itu bisa ditemukan dimanapun. Lagipula, Anda semua, para guru masih di sini. Makara ini tidak masalah"
Sungguh, ia lebih matang daripada yang kuduga. Apa kamu mendengar ini Gregory-sensei? Dia beberapa kali lebih cukup umur darimu.
"Walaupun ada mengembangkan hal yang muncul, tapi maukah kamu menawarkan sihirmu?"
"Tak apakah meski ini sihir tanpa atribut?"
"Jangan pedulikan itu. Aku tidak menganggap kamu hanya 'sekedar' pemilik sihir tanpa atribut"
Atributnya memang 'Tak Berwarna'. Namun, yang kutahu dari pengalaman masa kemudian ialah orang yang mempunyai atribut ini memancarkan cahaya agak suram. Namun wacana miliknya, itu terang dan jelas.
"Baiklah.....O cahaya, {Light}"
....Kapan ia memusatkan Mana? Menggunakan sihir seolah bernafas, kemudian sebutir cahaya kecil lahir di tangannya. Dia menggunakan {Light}, yang belum sempat diteliti untuk disederhanakan, hampir tanpa mantra.
Tidak diragukan lagi, ia ialah master kedua bersaudara itu.
"Bagus....pergilah"
{Light} yang ia ciptakan berbentuk bola cahaya normal, tanpa ada satu pun keistimewaan. Namun itu mulai bergerak dan terbang ke arah kami diiringi oleh perintahnya.
Anehnya, itu berhenti dihadapain kami semua dan terbagi menjadi beberapa bola cahaya mungil.
Aku menyentuhnya dengan ujung jari untuk memeriksa. Ini tentunya ialah {Light} yang bisa digunakan oleh siapapun.
"Itu saja"
Ketika tangannya turun, bola-bola cahaya pun lenyap. Konsumsi Mana untuk sihir {Light} cukuplah tinggi, tapi kelelahan atau semacamnya tak tampak sama sekali pada diri anak ini meski ia sembarangan menggunakannya. Dia juga tidak pura-pura, yang berarti menghabiskan Mana sebanyak ini merupakan hal lumrah baginya.
Aku tidak bisa melihat batas dari anak ini. Menarik.
"Hmm, sihir tanpa atribut milikmu memang mengesankan. Namun, ibarat yang diharapkan, akan sulit untuk diterima alasannya ialah kamu tidak sanggup menggunakan sihir dari empat atribut"
"Ya, itu sangat dibutuhkan di kelas. Jadi, dapatkah kamu menggunakan sihir atribut lain meski hanya dasarnya?"
Aku bisa saja meluluskan tes untuknya, tapi pendapat guru lain memang benar. Mungkin ia bisa menggunakan tingkat dasar dari sihir beratribut. Sayangnya, ia menggelengkan kepala agak menyesal.
"Kecocokanku dengan keempat atribut ialah yang terburuk. Secara jujur, saya bahkan tidak bisa menggunakan sihir tingkat dasar"
Hanya sedikit informasi wacana 'Tak Berwarna' yang diketahui sejauh ini. Itu alasannya ialah kebanyakan ilmuwan beropini sia-sia saja untuk menelitinya. Apa memang tidak berguna? Agak disesalkan, andaikan ia mempunyai kecocokan dengan atribut lain, itu mungkin akan menjadikan sebuah revolusi di dunia sihir.
"Hanya saja....Aku bisa menggunakannya, jikalau perlu"
Dirinya berkata bisa menggunakannya, diiringi ucapan 'jika perlu'? Menarik.
"Aku tidak benar-benar mengerti. Tapi, kalau tidak keberatan, bolehkah kamu menunjukkannya?"
"Baiklah. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk itu"
Apa yang dikeluarkannya dari saku ialah sebuah wadah kecil, cairan biru muda didalamnya sedikit bersinar. Mungkinkah ini {Air Suci Sihir}? Ini merupakan hal berharga yang nilainya sangat mahal dan tidak biasa untuk dibawa oleh rakyak jelata.
Dia mencelupkan jari telunjuk ke dalamnya, dan mulai menulis sesuatu pada punggung tangan kirinya. Jangan-jangan....
"....Apa kamu sedang menggambar deretan lingkaran sihir?"
"Ya, benar. Ini gampang alasannya ialah hanya tingkat dasarnya"
Meski begitu, pola itu takkan aktif jikalau terdapat sedikit saja penggalan yang melenceng, kamu tahu? Sekalipun sederhana, bahkan saya akan gagal jikalau tidak melakukannya dengan hati-hati.
"Terimakasih telah menunggu....{Flame}"
Setelah menyelesaikannya dalam durasi kurang dari satu menit, ia menggunakan sihir dasar standar. Bersamaan dengan deretan yang sedikit memancarkan cahaya, sebuah bola kecil api melayang di atas tangannya. Garis yang ia ciptakan di awal pun telah lenyap.
....Aku tidak mengira akan semenarik ini. Apa ia sungguh berusia delapan tahun?
"Karena dilakukan secara mendadak, kekuatannya sederhana saja. Tapi, bukankah ini sudah cukup?"
"....Aku tidak keberatan. Bagaimana dengan kalian berdua?"
"Baiklah....jika Anda berkata ibarat itu, saya juga tidak keberatan"
"Aku malah menantikan masa depan anak ini"
Yah, andai kalian berkata keberatan, saya berencana mengadakan diskusi panjang lebar sesudah wawancara selesai. Agak melegakan ketika keputusan bulatnya ibarat ini.
Sirius-kun mengusap {Air Suci Sihir} dari punggung tangannya kemudian mengusut tak ada seberkas cairan yang tertinggal. Menempelkan itu pada kulit merupakan hal yang jelek bagi tubuh. Tindakannya ini sangat sempurna.
"Terakhir ialah pertanyaan pribadi dariku. Kudengar kamu mendidik Emilia-kun dan Reus-kun....apa itu benar?"
"Dari mana Anda mendengarnya?"
"Keduanya sangat luar biasa. Ketika ditanyai darimana mereka mencar ilmu sihir, bawah umur itu dengan besar hati menjawab dari master mereka, Sirius-kun"
"Mungkin seseorang dengan nama yang sama?"
"Tolong jangan terlalu meremehkanku. Teknik penciptaan pola dan pengendalian sihir barusan. Karena semua itu, saya menyimpulkan bahwa dirimu mempunyai kemampuan untuk melatih keduanya, bukankah begitu?"
Garis pandang kami bertabrakan. Kesunyianpun berlanjut. Seolah menyerah, ia kemudian menutup mata dan merilekskan ekspresinya.
"Memang, akulah yang melatih keduanya. Namun, mereka hingga sejauh ini alasannya ialah hasil dari perjuangan keras sekaligus talenta masing-masing. Aku hanya sedikit membantu"
"Ya, saya sangat mengerti kalau mereka terus berupaya dengan memanfaatkan talenta masing-masing. Tapi itu juga terjadi alasannya ialah dirimu yang berada di sana. Tidak apa-apa untuk sedikit membanggakan diri"
"Terima kasih banyak. Aku senang diberi tahu begitu oleh seorang pendidik"
"Namun, bagaimana denganmu? Aku tidak berpikir bahwa kemampuan yang hingga sejauh ini bisa diperoleh secara otodidak. Kau bahkan membuat orang cukup umur malu. Jika mungkin, tolong beritahu saya darimana kamu mempelajarinya"
"....Menurut okaa-san yang telah membesarkan diriku, ada seseorang yang bisa saya sebut sebagai shishou*"
[Shisou itu kayak Master kung-fu, atau guru yang mengajarkan cara bertarung]
"Jadi....Siapa dia?"
"Aku hanya tahu kalau orang ini berjulukan 'shishou'. Dia dengan paksa mengajarkan banyak sekali pengetahuan kepadaku, bahkan ketika diriku masih bayi. Aku tidak sanggup mengingat hal-hal selain pengetahuan darinya. Kaa-san juga sudah meninggal, jadi informasi wacana shishou tidaklah jelas"
"....Sepertinya saya bertanya sesuatu yang sensitif"
"Aku sudah terbiasa, jadi jangan khawatir. Setelah terus-terusan berlatih sambil mengingat sekumpulan pecahan pengetahuan darinya, itulah kenapa saya bisa hingga di tempatku berada sekarang"
Ini merupakan dongeng yang gila, tapi ia sendiri sudah tidak masuk akal.
Jika ia memang tidak mengetahui siapa shishou-nya, itu tidak apa-apa. Yang terpenting, ialah fakta bahwa anak laki-laki yang mengagumkan ada di sini.
"Agak sulit dipercaya alasannya ialah begitu tiba-tiba, tapi saya akan menerimanya. Baiklah, Sirius Teacher, saya mengizinkan dirimu untuk memasuki Akademi Elysion"
Memang terdapat banyak misteri wacana dirinya, tapi ia akan mendaftarkan diri ke sekolahku. Akan ada waktu untuk perlahan mengungkap itu.
Dia mungkin akan menjadi angin, yang berhembus dan mengangkat sekolah ini.
☆☆☆☆
Bagian 2
---Sudut pandang Sirius---
Haahh....entah bagaimana saya berhasil melewatinya.
Terdapat banyak idiot disini, tapi baguslah alasannya ialah ada juga guru yang pengertian. Andai orang itu tidak di sana, saya mungkin sudah ditolak hanya alasannya ialah 'Tak Berwarna'.
Namun....apa ia benar-benar seorang guru?
Dia mempunyai penampilan seorang guru muda, tapi niat membunuhnya tak bisa diremehkan. Setiap orang cukup umur berperilaku berbeda dihadapannya seperti dialah atasan mereka. Terlebih lagi, ia membuatku mencicipi pengalaman latihan bertahun-tahun lamanya, ibarat dengan shishou-ku.
Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan cukup umur berusia dua atau tiga puluhan. Dengan memperkirakan secara kasar, usianya mungkin lebih dari seratus---....lebih dari seratus tahun, ya.
....Jadi orang itu merupakan kepala sekolah yang tertera di pamflet ini, Rodwell. Sesuai umur panjang para elf, saya bisa mengerti martabat di sikapnya.
Sebelumnya, diriku mencicipi atmosfir abnormal darinya sesudah memasuki ruangan wawancara, itu mungkin imbas penyamaran. Yah, ada banyak hal yang bisa dihubungkan dengan ini.
Yang mengkhawatirkan adalah, saya merasa telah menarik minatnya. Hingga mengarang kebohongan yang tidak terang ketika ia melontarkan pertanyaan wacana belakang layar kekuatanku, hingga kapan kebohongan itu bisa digunakan saya juga tidak tahu. Tampaknya ia juga bukan orang yang jelek alasannya ialah sempat murka akan penghinaan para bangsawan....Kuharap diriku tidak tertangkap tangan sekaligus tak terlibat dalam sesuatu yang merepotkan hingga lulus sekolah.
Yah, disaat Emilia dan Reus terkenal, pada balasannya itu akan terpapar secara alami.
"Sirius-sama!"
"Anikiiii!!!"
Kedua bersaudara bergegas menuju kemari tepat sesudah saya meninggalkan ruang wawancara. Mereka menatapku dengan verbal gugup dan ekor yang berdiri, tapi ketika jempolku terangkat sambil tersenyum, wajah abang beradik itupun berubah dipenuhi kegembiraan.
"Kami juga lulus tes!"
"Kita berhasil! Sekarang kita bisa bersama Aniki!!"
Reus dengan senang berlarian mengitariku, hanya saja sikap ini ibarat anjing. Orang-orang di sekitar melihat dengan tatapan dingin, jadi berhentilah.
"Untuk sekarang, ayo kita kembalikan liontin ini dan menuju ke penginapan. Waktu berkumpul selanjutnya ialah sesudah tiga hari, kan?"
"Sepertinya begitu. Menurut pamflet, kita akan berkumpul di sini sesudah tiga hari. Pembagian kamar di asrama juga berlangsung pada hari itu"
"Asrama siswa, ya! Aku ingat Zack-nii menyampaikan akan ada dua atau tiga siswa per kamarnya!"
"Kenapa ia tahu hal itu?"
"Dia berkata kalau mengetahui banyak sekali informasi ialah dasar-dasar dari berdagang"
Ini memang suatu kemampuan yang penting bagi seorang pedagang dimana mereka berurusan dengan segala jenis pembeli dan penjual. Hanya saja agak mengherankan baginya dengan mengumpulkan informasi sepele semacam ini.
Seusai mengembalikan liontin, kami kembali ke penginapan dan memberitahu hasil tes kepada si pemilik, Rona. Dia senang, seperti hal itu terjadi pada dirinya sendiri.
"Tidak buruk. Hari ini, saya akan mentraktirkan kalian!"
Reus yang sering cepat lapar akhir-akhir ini, menjadi yang paling bahagia.
☆☆☆☆
Setelah itu, kami berkeliling kota.
Menemukan rempah-rempah gres dan meningkatkan taraf masakan kami. Emilia membantu sang pemilik dengan bekerja di penginapan. Juga, mencari pedang gres sekaligus kokoh untuk Reus.
Sementara berjalan-jalan di kota besar sambil menghafal strukturnya, periode tiga hari berlalu dalam sekejap mata.
Dan....pada hari penentuan kamar asrama para siswa, kami menundukkan kepala kepada sang pemilik penginapan.
"Waktunya memang cukup singkat, tapi terima kasih dikarenakan telah membantu kami"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sebaliknya, akulah yang merasa terbantu....Hei, Emilia-chan, maukah kamu bekerja di sini sesudah lulus?"
"Mohon maaf, saya tidak bisa meninggalkan sisi Sirius-sama"
"Haah....apa boleh buat. Yah, kamu masih akan berada di kota ini alasannya ialah tinggal di asrama sekolah. Ayo kapan-kapan kita makan malam lagi"
"Ya. Aku akan tiba lagi untuk makan Jaora Snake"
Kamipun keluar dari {Spring Breeze Perch}, dan beralih ke daerah tinggal gres yaitu asrama para siswa. Ngomong-ngomong, alasannya ialah satu kamar asrama akan dihuni oleh beberapa siswa, saya mulai bertanya-tanya ibarat apa anak yang akan menjadi teman sekamarku. Aku harap bukan ningrat idiot lagi.
☆☆☆☆
Terdapat lebih banyak orang di sekolah daripada terakhir kali kami datang. Karena investigasi registrasi berlangsung selama beberapa hari, tes-nya dilakukan sehari sesudah kami mendaftar. Sekarang jumlahnya sudah digabungkan, jadi masuk akal saja jikalau meningkat.
"Sangat ramai. Lihat, aniki! Ada banyak orang cukup umur yang menggunakan pakaian berkilauan, apakah mereka juga siswa baru?"
"Bukan. Mereka merupakan orang renta dari bawah umur yang mendaftar disini. Akan merepotkan jikalau mereka mencari gara-gara dengan kita, jadi pastikan untuk tidak mendekat"
Kira-kira ada lebih dari dua ratus siswa. Sejumlah besar ningrat dengan wali mereka sanggup terlihat, ini ialah pemandangan yang membuatmu mengerti bahwa 'tokoh aristokrat' itu mempunyai banyak sekali jenis. Hanya pendapat pribadi, tapi saya pikir para ningrat dengan banyak hiasan disana sulit ditangani, jadi saya memutuskan untuk menjaga kedua bersaudara biar tidak pergi terlalu jauh.
"Aku penasaran, akan bertempat dimana kamarku, ya?"
"Sirius-sama, saya mendapat sebuah kertas yang dibagikan disana"
Sungguh cepat, Emilia-san.
Ada daerah dimana terdapat sebuah papan pemberitahuan berukuran besar. Namun ada kerumunan orang yang mengantri disana. Bisa dibilang mendapat kertas ini tanpa bersusah payah merupakan hal terbaik.
....Hah? Jika kamu memperhatikan sekeliling dengan cermat, hanya para ningrat yang memegang kertas ini. Itu berarti rakyat jelata harusnya mengambil kertas di daerah dengan papan pemberitahuan lebih kecil.
"Emilia, bukankah ini khusus untuk para bangsawan?"
"Sepertinya begitu. Namun, saya hanya membungkuk di depan resepsionis-nya, ia kemudian memberiku kertas itu bahkan sebelum saya sempat meminta"
Keanggunan Emilia menang, ya. Nah, apa pun, menyangkal kerja kerasnya tidak akan baik (bukan berarti dirinya memang bekerja keras). Lagipula, ini bukan sesuatu yang perlu dikembalikan, jadi ayo kita gunakan tanpa ragu-ragu.
"Aku akan tinggal di mana ya.... ummm...."
"Kalau aku....ah, ada!"
Kami bertiga kemudian melihat-lihat ke papan pengumuman, dan mencari nama masing-masing.
Asrama dibagi secara acak menjadi milik siswa laki-laki dan siswa perempuan, setiap bangunan diberi nama sesuai dengan keempat elemen. Totalnya ada delapan asrama, dengan kata lain wilayah disini sangatlah luas. Ngomong-ngomong, talenta dan nama asrama seseorang tidak terkait.
Reus akan berada di asrama siswa laki-laki {Api}, bernomor kamar tiga puluh delapan.
Sedangkan Emilia di asrama siswa wanita {Air}, bernomor kamar dua puluh lima.
Dan aku....
"....Tidak di sini. Kenapa tidak ada?"
"Nama Aniki tidak ada dimanapun!"
Ya, hanya namaku yang tidak ditemukan. Kami memeriksanya beberapa kali, dan sempat melihat apakah itu tertulis di pojok ruangan. Tapi nihil, satu kata dari namaku saja tidak tampak.
"Mungkin ada kesalahan ketika menuliskannya? Tadi saya melihat ada beberapa kamar yang kosong"
"Selama kamarnya kosong itu baik-baik saja kan? Aku akan mengusir orang yang akan tinggal dikamarku. Jadi, Aniki bisa bersamaku!"
"Jangan katakan hal itu bahkan sebagai lelucon. Ayo kita pergi ke resepsionis untuk mengkonfirmasikan ini"
Sambil membawa keduanya, saya pergi ke daerah dimana Emilia mendapatkan kertas tadi.
Resepsionis ini bukanlah guru, melainkan seorang laki-laki yang tampak ibarat petugas kebersihan sekolah. Dia sedang duduk dengan wajah lelah.
Sementara saya berpikir 'Orang ini tidak berambisi sedikitpun', Emilia berbisik, berkata bahwa ia merupakan orang berbeda dari sebelumnya. Bagaimanapun, saya akan mencoba bertanya.
"Maaf, saya punya pertanyaan wacana kamar asrama"
"Ya, ya ... .oh, kamu bukan bangsawan. Jadi, ada apa?"
"Sekali lagi, ini wacana kamar asrama. Namaku tidak tertera dimanapun, mungkinkah Anda mengetahui sesuatu wacana itu?"
"Apa kamu sudah memeriksanya dengan teliti? Apa boleh buat, berapa nomornya?"
"Seratus lima puluh enam"
Sambil menggumamkan nomorku, laki-laki itu menengok ke kertas di bawah meja. Berbeda dari milik kami---yang ibarat peta, miliknya lebih ibarat kolom daftar. Dia kemudian menaruh kertas itu lagi sesudah tatapannya berlari dari atas dan berhenti dibawah.
"Apa kamu seorang anak berjulukan Sirius?"
"Iya. Sirius Teacher"
"Kalau begitu, tempatmu bukan di sini. Ikutlah, saya akan menuntunmu"
Seusai berbicara sebentar dengan orang lain, ia kemudian memimpin kami. Ini menyisakan banyak tanda tanya di kepala.
Kami melewati asrama siswa yang berjejer di kedua sisi, dan mulai memasuki jalan yang terlihat ibarat pegunungan dipenuhi oleh gulma. Lima menit terus berjalan. Mungkin hampir satu kilometer dari asrama siswa, ada sebuah bangunan ditempat ini.
"Inilah asramamu"
"....Eh? Sesuatu ibarat ini?"
"Apa....disini daerah tinggal Aniki? Jangan bercanda!"
Atapnya mempunyai banyak lubang dan sudah reyot, seolah bisa jatuh kapanpun.
Dinding luarnya memang hanya tampak sedikit retak, namun bingkai yang seharusnya ialah daerah pintu dan jendela telah dipenuhi oleh tanaman merambat, membuat beling agak melenceng dari posisi.
Sedikitpun jejak dari halamannya yang dulu dijadikan area berkebun juga tak terlihat. Semuanya, bahkan sumur telah terselimuti oleh hijaunya rumput.
Bagaimanapun caramu melihat, ini bukanlah asrama....
"Ini....Bukankah ini hanya reruntuhan?!"
Reus mulai murka ketika menunjuk bangunan bobrok ini. Tapi laki-laki itu dengan damai membalas sambil mengusut kertas yang dipegangnya.
"Di kertas sudah tertulis {Siswa 'Tidak Kompeten' tidak memenuhi syarat untuk memasuki asrama sesuai tradisi. Makara kami akan meminjamkan daerah yang sudah biasa digunakan oleh para tamu dimasa lalu}. Ini merupakan instruksi Gregory-sensei, jadi saya tidak mungkin salah"
"Ini....hanyalah penindasan!"
"Nah, saya tidak begitu peduli, kalau kamu tidak sanggup kenapa kamu tidak mengalah saja? Lagipula....bukankah ini cocok dengan orang 'Tidak Kompeten'?"
""HAAAA?!?!""
"Hiii?!"
Dengan cepat saya meraih bahu abang beradik ini. Jika dibiarkan, mereka niscaya akan menyerangnya. Bahkan kalau keduanya masih anak-anak, kemarahan bercampur niat membunuh yang muncul sangatlah berbahaya. Orang itupun bergegas pergi seolah melarikan diri.
"Aniki?! Kenapa menghentikanku? Orang itu....kepada....kepada Anikiii!!!"
"Dia hanya mengikuti instruksi. Tak ada yang akan berubah bahkan jikalau kamu membuatnya babak belur"
"Namun....tetap saja....perlakuan semengerikan ini...."
"Baiklah. Terima kasih, alasannya ialah murka untukku"
Keduanya menggertakkan gigi seolah mencoba menahan luapan emosi dan mulai terisak.
Menjadi ibarat ini meski bukan diri kalian yang mengalaminya, sungguh....kalian sungguh lucu.
Setelah mengusap kepala abang beradik ini untuk sementara, mereka mulai mengibas-ngibaskan ekor, yang mengambarkan sudah tenang.
"Dialah yang tidak kompeten alasannya ialah gagal menyadari kehebatan Sirius-sama"
"Un, un, suatu hari nanti ayo kita tunjukkan kepadanya. Nah, untuk sekarang, bagaimana kalau kita berganti peralatan dan mulai bersih-bersih?"
"Mengerti. Tapi, apa Aniki benar-benar mau tinggal disini?"
"Hanya sesudah melihat penggalan dalamnya. Lagipula, saya akan menjadi satu-satunya yang tinggal di sini. Senang rasanya ketika membayangkan meluangkan waktu tanpa memperhatikan orang lain"
Dengan memanfaatkan pengetahuan dari dunia sebelumnya, saya telah melaksanakan penelitian entah dibidang masakan maupun sihir. Itu alasannya ialah rumah tempatku dilahirkan berada di wilayah yang jauh dari keramaian penduduk, jadi saya sanggup melaksanakan apapun yang kuinginkan. Tapi itu tidak mungkin lagi kalau sudah di dalam kota.
Hanya saja, meski tidak ibarat rumahku yang dulu, disini sudah agak jauh dari hiruk pikuk. Ditambah lagi, tanpa teman sekamar. Ini membuatku leluasa melaksanakan apapun tanpa ragu.
Rasanya seakan mempunyai istana pribadi.
"Begitulah caraku memikirkannya. Baiklah, saya bertanya-tanya apa yang ada di dalam"
Meski agak bobrok, tampaknya pintu depan bisa masih bisa dipakai. Ketika saya membukanya dan masuk ke dalam, itu sangat berdebu sampai-sampai tak membiarkanku bernafas dengan benar. Berapa tahun lagi hingga bangunan ini runtuh sepenuhnya?
Sambil meninggalkan kedua bersaudara di luar, saya membuka jendela yang masih utuh, dan segera berlari keluar.
"Ada banyak debu! Apa kamu baik-baik saja, Aniki?"
"Tenang saja. Pertama, kita perlu menghempaskan semua debunya. Emilia, lepaskan {Wind} melalui pintu depan, atur kekuatannya biar rumah ini tidak runtuh"
"Mengerti"
{Wind} ialah sihir tingkat dasar dimana itu hanya menghasilkan hembusan angin, namun inilah sihir yang pas untuk menyingkirkan debu. Angin yang masuk melalui pintu depan berkutat di penggalan dalam rumah dan terhempas keluar melalui jendela sekaligus celah yang terbuka sambil membawa debu-debu pekat. Awalnya, ada begitu banyak debu sehingga warna angin pun berubah, namun tak usang kemudian lenyap.
Hal-hal ringan selain debu juga ikut terbang keluar, tapi saya tidak peduli. Orang-orang yang membuang benda-benda itu disinilah yang salah.
"Kalau begitu, ayo kita bagikan kiprah untuk masing-masing. Emilia dan saya akan membersihkan penggalan dalamnya. Sedangkan Reus, potong rumput liar di luar dan buat itu terlihat bagus"
"Serahkan padaku. Ini pertama kalinya saya menemukan rumah yang sangat, sangat harus dibersihkan"
"Bolah saya mengurus tanaman merambat di dinding juga?"
"Aku menyerahkannya padamu, Reus. Jika kamu menemukan sesuatu yang mencurigakan. Hindari itu dan cepat panggil aku"
Keduanya telah mendapatkan training petugas dari kaa-san, pencucian ibarat ini merupakan satu dari sekian banyak keahlian mereka. Reus juga pernah mencar ilmu berkebun dari Dee, jadi menyerahkan urusan di luar untuknya tidak akan menjadi masalah.
Ketika saya masuk ke dalam bersama Emilia, sebagian besar debu sudah menghilang. Hanya ada kotoran yang telah terkumpul selama bertahun-tahun yang masih tersisa. Kami menggunakan kain sebagai masker dan mencoba mengusut sekeliling rumah.
"Secara keseluruhan ada lima ruangan. Dapur, dua kamar tidur dan dua kamar kosong. Tempat ini cukup luas"
"Hanya satu lantai, tapi disini sama dengan rumah yang kita tinggali dulu"
Orang yang membawa kami ke sini menyampaikan bahwa daerah ini digunakan untuk jaga malam. Mungkin beberapa orang pernah berjaga secara bergantian. Apa ini tidak digunakan lagi alasannya ialah lokasinya yang tidak nyaman atau perpindahan kemudahan sekolah?
Perabotan dan meja masih ada di sini, tampaknya bisa digunakan sesudah membersihkan setiap kotorannya. Meninggalkan penggalan dapur kepada Emilia, saya berkonsentrasi untuk memisahkan hal-hal yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Sambil menggunakan {Boost} diatas badan terlatih, bergerak memindahkan barang berat hanyalah problem sepele. Ketika pergi ke luar sambil membawa lemari yang setengah hancur, saya sanggup melihat Reus memotong rumput liar dengan ayunan pedangnya.
"Hmm!! Bertarunglah dan akhiri dalam satu tebasan....hmm!!!"
Reus begitu cepat, gulma panjang di sekitar rumah hampir terpotong seluruhnya. Ini mungkin akan berakhir lebih cepat dari asumsi awal. Ayo kita beri ia kiprah selanjutnya.
"Reus, area ini sudah selesai. Berikutnya, buatlah tanah kosong yang luas. Tebanglah beberapa pohon disana menjadi gelondongan kayu"
"Ohh, ibarat ketika kita membuat gudang sebelumnya? Serahkan padaku!"
Yang terpenting, pengalaman membangun gudang dua tahun yang kemudian ini bisa digunakan. Aku masuk ke dalam sekali lagi untuk melihat keadaan Emilia.
"Sirius-sama, saya hampir selesai di sini. Kurasa akan cukup ketika menambahkan deretan lingkaran sihir untuk kompor dan beberapa peralatan lainnya"
Pekerjaannya juga cepat. Dapur yang awalnya kotor kini telah higienis tanpa bisa dikenali lagi, memasak bisa dilakukan jikalau beberapa peralatannya ada. Sungguh menakjubkan, inilah hasil dari latihan petugas Erina.
"Masih ada banyak yang perlu dibersihkan. Lagipula, setingkat ini sudah masuk akal bagi seorang pelayan. Namun...."
Bangunan ini merupakan rumah terlantar, tak ada banyak barang disini. Mengambil barang-barang yang rusak dan melaksanakan pencucian sudah cukup untuk membuatnya layak huni, tapi itu hanya sebatas penggalan dalamnya.
"Atap, ya. Kondisinya yang paling parah"
Terdapat banyak sekali lubang disana dan sudah reyot. Seluruh atap perlu diganti.
Ketika kami melaksanakan renovasi, bunyi bel mengambarkan tengah hari bisa didengar dari kejauhan. Ketika masih di rumah yang dulu, bunyi itu tidak bisa didengar alasannya ialah daerah kami jauh dari kota. Namun kini berbeda, kami sudah terbiasa dengan bunyi bel yang mengambarkan waktu pagi, siang, maupun malam hari.
"Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan wacana makan siang?"
"Maaf, Emilia. Aku akan menyerahkan itu padamu. Aku harus membuat materi untuk atap"
"Mengerti. Aku akan berusaha yang terbaik!"
Selalu ada citra dimana akulah yang akan melakukannya, tapi kedua siswa ini juga bisa memasak. Terutama Emilia, yang tampaknya selalu ingin membuatku berkata bahwa masakannya lezat. Bisa dibilang itulah motivasinya dalam memasak.
"Aah....Tidak cukup materi dan alat! Jika begini, saya akan pergi ke kota untuk membelinya...."
"Tidak apa-apa, lakukan saja ibarat biasa!"
Kelemahannya ialah ia terlalu bersemangat.
Meninggalkan gadis yang mulai bersiap untuk memasak, saya beralih untuk menengok Reus, ia sudah meletakkan gelondongan kayu keenam. Bahkan jikalau menggunakan {Boost}, melihat seorang anak berusia delapan tahun dengan entengnya membawa gelondongan kayu beberapa kali lebih besar dari tubuhnya benar-benar pemandangan yang sulit dipercaya.
"Bagaimana denganmu, Reus? Kelihatannya kamu masih mempunyai Mana, ya kan?"
"Aku sungguh baik-baik saja, Aniki!"
"Begitu ya, saya memintamu membawa empat lagi. Setelah itu, makan siang harusnya sudah siap"
"Ini juga merupakan penggalan dari pelatihan! Uooo!!"
Tindakan itu sendiri tidaklah masuk akal. Tapi, ketika melihat ia menuju hutan sambil tampak senang membuatku berpikir ia masihlah anak-anak.
Baiklah, ayo kita buat papan untuk atap.
Pohon yang gres ditebang mempunyai banyak kelembaban di dalamnya, sehingga belum sanggup digunakan sebagai materi konstruksi. Yang berarti saya perlu mengeringkannya. Hanya saja, proses pengeringan alami akan memakan waktu setidaknya setengah tahun. Itu terlalu lama.
Dan, dari sanalah sihir diperlukan.
Aku membuat lingkaran sihir api dengan kekuatan yang disesuaikan, secara paksa menguapkan kelembapan pohon itu sendiri dengan menaikkan suhunya. Kira-kira ini akan berlangsung selama satu jam. Namun, uap yang dihasilkan begitu banyak sampai-sampai orang lain dikejauhan mungkin akan melihatnya dan menganggap kalau sedang ada kebakaran, jadi untuk mengantisipasi hal itu saya juga membuat lingkaran sihir angin untuk meniupnya.
Seusai mengurusi gelondongan yang menumpuk, saya memotong semuanya menjadi bentuk papan dengan pedang. Membuatnya datar tepat itu mustahil, tapi dengan teknik Yabu Itto-Ryu* yang kukembangkan sendiri, hasil potongannya nyaris datar sempurna. Di lain sisi, Emilia membelikan beberapa paku.
[Ini teknik Lior. Maksudnya disini, teknik itu sudah dimodifikasi menjadi 'Versi Sirius']
Yang tersisa ialah mengambil atap usang dan memaku yang baru. Selain kokoh, harusnya atap ini akan bisa bertahan hingga saya lulus dari sekolah.
Ketika hari sudah malam, atap balasannya selesai.
Ini merupakan konstruksi yang sederhana. Dengan adanya sihir, tak ada kebutuhan untuk menggunakan mesin-mesin berat atau hal-hal ibarat tangga, sehingga bisa selesai dalam waktu kurang dari setengah hari. Biasanya, kegiatan semacam ini akan menghabiskan waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu, sihir sungguh menakjubkan.
"Berhasil, Aniki! Sekarang, ini terlihat ibarat rumah yang sanggup ditinggali dengan baik!"
"Namun, Sirius-sama. Atapnya memang sudah jadi, hanya saja penggalan interiornya belum layak untuk ditinggali"
Meski debu dan kotoran sudah sebagian besar tersingkir, tapi furnitur dan perabotan di dalam sana tidaklah utuh. Terutama daerah tidur. Hanya ada kerangka tanpa penggalan kasurnya. Situasi bangunan kini bisa dibilang 'hanya bisa menahan hembusan angin dan hujan'.
"Mungkin hingga besok. Walau akan sedikit sulit untuk menawarkan wajah, tapi saya akan tinggal di penginapan Rona-san malam ini sekaligus bertanya apakah ia masih punya sisa kasur atau semacam itu"
"Iya. Aku juga berpikir bahwa itu lebih baik"
"Kemudian, ayo kita pergi! Aku sudah lapar!"
"Aku juga. Sesuatu selain kasur---....Sirius-sama?"
Kedua bersaudara sepenuhnya dalam semangat, tetapi saya harus menyampaikan ini kepada mereka.
"Hanya saya yang akan pergi ke penginapan Rona-san. Kalian mempunyai asrama para siswa, ya kan?"
"Memang benar, namun daerah kami berada ialah di samping Sirius-sama"
"Ya! Disamping Aniki ialah yang terbaik!"
"Lalu, apa yang akan kalian lakukan ketika saya sudah bisa tinggal di rumah ini?"
"Tentu saja, tinggal disana"
"Aku di sini untuk melayani Sirius-sama. Karena itulah, saya harus berada di dekatmu"
Ini ialah imbas jelek dari terlalu banyak bersama. Meski akan masuk akal alasannya ialah hingga beberapa waktu yang kemudian kami tinggal di wilayah tertutup, tapi kini kami berada di dunia luar. Ada hukum yang harus diikuti. Sangat harus ditaati, kecuali ada suatu keadaan yang tidak masuk logika muncul.
Waktu untuk menjauhkan mereka telah datang.
"Dengar, kalian berdua telah terdaftar di sekolah dan diberi asrama. Jadi, kalian harus tinggal di sana"
"Tapi....tidak ada Aniki"
"Aku di sini, kan? Memang tidak bisa dilihat, tapi saya masih di akrab kalian. Ini sesuatu ibarat ketika saya pergi ke daerah Lior"
"Namun....Aku ingin melayani Sirius-sama"
"Aku sangat senang. Tapi, saya ingin biar kalian tidak hanya terpaku padaku, tapi juga untuk mengenal dan berbicara dengan banyak sekali orang. Contohnya, kalian bisa mengenal teman sekamar kalian sambil mengobrol dengannya, cobalah bergaul dengan pihak lain"
"Bagaimana jikalau mereka ialah orang yang jahat?"
"Pada ketika itu, kalian sanggup menghempaskan mereka tanpa menahan diri. Kalian yang kini sanggup membedakan yang mana orang baik dan yang mana orang jahat, kalian yang kini sudah cukup besar lengan berkuasa dan takkan kalah oleh orang semacam itu. Walaupun saya berdiri di belakang, saya yakin kalian mampu"
Kedua bersaudara berusaha menahan butiran air disudut mata mereka, namun perlahan-lahan Emilia balasannya mengangguk. Ya, kamu harus memberi referensi kepada adikmu sebagai seorang kakak.
"....Sirius-sama tidak akan pergi ke suatu daerah sendirian, kan?"
"Aku akan memberitahu kalian ketika pergi jauh"
"....Kami bisa tinggal di dekatmu selama itu tidak menghalangi jadwal sekolah?"
"Tentu saja. Misalkan, kalian masih perlu berlatih, jadi boleh-boleh saja untuk berada didekatku"
"....Mengerti. Kami akan pergi ke asrama"
"Nee-chan, kamu baik-baik saja dengan itu?"
"Meminta lebih dari ini akan mengganggu. Juga, kita harus menjadi lebih besar lengan berkuasa hingga bisa menjaga diri bahkan disaat Sirius-sama tidak ada"
Sepertinya Emilia memahami maksudku.
Anak yang selalu berjalan di belakangku, memprioritaskan diriku lebih dari apapun, kini mulai mengambil langkah ke depan. Aku harus memberkatimu.
"....Baiklah. Aku juga akan menjadi cukup besar lengan berkuasa hingga akan baik-baik saja bahkan tanpa Aniki"
"Yah, kalian berdua mengagumkan"
Aku mempunyai banyak pengalaman dari dilemparkan ke tengah medan perang sambil tertawa oleh guruku dan berkata 'Buatlah anak didikmu melaksanakan perjalanan biar ia menjadi lebih kuat'. Makara bahkan jikalau pelatihannya akan menjadi sesuatu yang parah, itu malah membuatku terkesan over-protektif.
Terakhir, saya membelai kepala mereka. Kamipun mulai berjalan menuju asrama para siswa.
"Nah....Pergi ke penginapan bersama memang tidak mungkin, tapi setidaknya kita bertiga bisa berangkat untuk mendapatkan masakan di suatu tempat, kan?"
""Sungguh?!""
Astaga....Aku benar-benar terlalu lembut.
☆☆☆☆
Dua hari lagi hingga upacara masuk sekolah.
Dari awal kami memang berniat mendaftar ke sekolah, jadi sesuatu selemah ini takkan membuat diri kami jatuh.
Aku tidak tahu seberapa banyak halangan yang akan menghadang atributku. Namun saya akan melewatinya entah bagaimana.
Aku juga tidak akan tinggal di sekolah terlalu lama. Dalam kasus terburuk, Aku bisa berhenti kapanpun.
Ada banyak cara untuk menjalani hidup. Dengan kata lain, menjalani hari-hari di sekolah bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.
☆☆☆Chapter 27 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis : Ngomong-ngomong, akan ada beberapa orang yang mengetahuinya. Pohon yang masih mengandung kelembaban memang tidak bisa digunakan alasannya ialah nampaknya akan mengalami deformasi ibarat melengkung ketika uap airnya keluar.
Selain itu, bisa saja retak sesudah dikeringkan....Tolong pikirkan kalau sihir ialah sesuatu yang tak masuk akal.
Ini ialah simpulan dari Arc 4. Tirai lain akan terbuka.
>Catatan penerjemah : Waktunya beralih ke Arc selanjutnya !! Hee, tunggu dulu. Masih ada dongeng selingan.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
---Sudut pandang Rodwell ---
"Nomor seratus lima puluh enam, Sirius Teacher"
Maka saya bertemu dengannya.
Penampilannya ialah anak laki-laki biasa. Entah wajah maupun rambut berwarna hitam itu, ia nampak ibarat bocah yang bisa kamu temukan dimanapun.
Hanya saja....tatapannya tidaklah normal. Dia melihat ke sekeliling ruangan seperti sedang menyelidiki. Ketika mata kami bertemu, ia terus melihatku tanpa berpaling. Apa ia mengetahui siapa diriku? Tidak, saya telah sepenuhnya menyembunyikan telingaku, dan menggunakan alat sihir untuk membuatku terlihat ibarat manusia. Kurasa ini hanya imajinasiku, tapi....tidak, saya mengerti bahwa ia bukan hanya sekedar 'anak kecil'.
Melihat dari samping, ia tampak ibarat bocah yang tegang dan menatap sekitar dengan gelisah. Namun, saya merasa ia sedang mengamati untuk memperoleh informasi wacana kami.
"Nomor seratus lima puluh tujuh, Alstro Elmeroy! Tidak ibarat jelata di sana, saya ialah anak kedua dari rumah Elmeroy yang terhormat!"
Aah....Ya, ya. Aku sangat kenal denganmu, Alstro-kun. Salah satu ningrat terkemuka Elysion, ningrat yang berdiri cukup tinggi, kan? Aku pernah melihat dirimu beberapa kali di pesta, dan akan sangat tepat untuk menyampaikan bahwa saya sudah mengenalmu semenjak dirimu masih kecil. Oh, ia niscaya akan jadi sangat sombong ketika sudah dewasa.
Setelah itu, 'Aku ialah petugas pertama Alstro-sama'....itu berlanjut hingga yang ketiga. Mengingat bahwa mereka semua ialah petugas Alstro-kun, maaf ya, tapi saya akan mengacuhkan semua orang kecuali Sirius-kun.
Sekarang, orang yang bersangkutan, ada satu hal wacana dirinya yang patut dipikirkan. Ini ialah atribut yang tertulis di profilnya.
Atribut {Tak berwarna}
Sungguh tak terduga. Tidak hanya sangat jarang, orang yang mempunyai atribut ini juga menjadi target cemoohan, jadi tak ada satupun dari mereka yang mencoba masuk sekolah. Mungkin saja, ya mungkin saja ada kerusakan pada alat sihir ketika ia melaksanakan investigasi dulunya.
"Kemudian, kita akan melanjutkan untuk melaksanakan investigasi atribut. Mulai dari nomor seratus lima puluh enam, silakan maju ke depan"
Sekarang, apa atributnya? Aku mulai bertanya-tanya. Tapi ketika tangannya hendak menyentuh alat itu, orang terbelakang memunculkan keributan.
"Mundur, rendahan. Jangan menyentuhnya di hadapan diriku yang seorang bangsawan. Hei, apa kalian mempunyai bola kristal yang lain? Kalau begini tanganku akan kotor"
"Kami meminta maaf, tapi ketika memasuki daerah ini, seorang ningrat atau bukan tak ada bedanya. Jika kamu mulai bertindak terlalu tinggi, kamu akan didiskualifikasi, mengerti?"
"Hmph, apa boleh buat. Lihatlah baik-baik atributku ini!"
Saat Alstro-kun menyentuhnya, kristal itu bersinar bergantian antara merah dan hijau. Ini berarti ia mempunyai dua atribut, eksistensi langka yang disebut Double. Ketiga pelayan bertepuk tangan sambil menyampaikan sesuatu ibarat 'Luar biasa'. Tapi dari sudut pandangku, ini merupakan hal yang membosankan.
Alasannya, alasannya ialah hal ini sudah dipastikan beberapa tahun yang lalu. Begitu mengetahui ini, orang renta Alstro-kun mengumumkannya kepada publik dengan cara yang terlalu berlebihan. Sebagian alasannya ialah itulah, ia dimanjakan dan berakhir mempunyai kepribadian besar kepala semacam ini.
Lebih dari kau, saya ingin melihat Sirius-kun. Menyingkirlah segera, buang wajah sombong itu dan biarkan ia menyentuhnya.
"Pergi! Berikutnya aku, giliran pelayan pertama. Jelata itu yang terakhir"
Haah....sungguh idiot.
Di sampingku, Gregory-sensei juga menyeringai, betapa busuknya.
Sirius-kun, bagaimanapun, hanya melihat mereka seolah tak peduli. Ini membuatku damai ketika menatapnya....Benar, ia tidak akan lari dari sini. Ayo menunggu sambil bersantai.
"Kemudian, nomor seratus lima puluh enam, tolong sentuh kristal ini"
Diapun menyentuhnya.
Warna yang dihasilkan kristal adalah....tidak berwarna.
"....Ha, hahahahahaa! Bagaimana ini bisa terjadi, ada seorang 'Tidak Kompeten' di daerah ibarat ini?"
"Memang. Lupakan status sosialnya, ia sampah yang tidak dicintai oleh keempat elemen"
"Dia memang 'Tidak Kompeten'"
"Tak ada daerah bagi seorang yang tidak kompeten, Alstro-sama"
Tawa hina menggema di ruang wawancara. Para guru selain diriku menatap Sirius-kun dengan tatapan kasihan. Hanya Gregory-sensei yang berdiri sambil berteriak dan menunjuk ke arahnya.
"Kami tak membutuhkan 'Tidak Kompeten' di sekolah ini! Tak perlu lagi tes sihir, kamu bisa segera pergi!"
"Ya, guru juga menyampaikan itu. Kembalilah segera!"
"Aku akan kotor hanya dengan berada di dekatmu!"
"Kembalilah, tidak kompeten!"
"....Diam"
Kepada bunyi tawa tak menyenangkan itu, tanpa sengaja saya melontarkan satu kata disertai niat membunuh. Mereka terpukul oleh dampaknya, dan mengubah cemoohan menjadi verbal ketakutan dengan badan yang gemetar.
Tidak bagus, saya pikir diriku akan segera kehilangan kendali. Menengok ke sisi, para guru termasuk Gremory-sensei menatapku sambil gemetar.
....Hanya Sirius-kun yang berbeda. Bahkan sesudah mendapatkan niat membunuh tajam itu, ia hanya menatapku dengan damai sambil terlihat agak tertarik. Dia memang bukan orang biasa.
"Ini bukan rumahmu, Alstro-kun. Pertama, jikalau kamu hanya menjadi seorang ningrat untuk mengolok-olok orang lain tanpa memperdulikan tempatnya, maka kamu tidak bisa ditoleran lagi. Sekolah ini ialah daerah bahkan bagi bangsawan, dimana ia menghabiskan waktu untuk meningkatkan diri, kamu mengerti?"
Alstro-kun menatapku tajam, tapi lututnya gemetar. Dia mungkin berpikir untuk membuatku dipecat. Hanya saja, anak ini akan mengalah sesudah tahu siapa diriku yang sebenarnya.
"Aku tahu kemampuan kalian berempat sangat baik, jadi saya akan membiarkan kalian lulus bahkan tanpa menggunakan sihir. Yang akan kami lihat hanyalah dia, jadi kalian sanggup pergi"
"Hmph! Tidak menyenangkan berada di akrab orang 'Tidak Kompeten'. Ayo pergi, kalian!"
"""Y-Ya!"""
Bersamaan dengan Alstro-kun yang keluar ruangan membawa ketiga pelayannya, Gregory-sensei, yang duduk di sampingku juga berdiri.
"Permisi. Tidak ada gunanya melihat sesuatu ibarat sihir dari si 'Tidak Kompeten'. Aku mengharapkan evaluasi yang adil, semua guru"
Setelah menyampaikan itu, ia berbegas meninggalkan ruangan. Seolah-olah sedang mengejar Alstro-kun.
Kemungkinan besar ia pergi untuk mengintai kelompok Alstro-kun. Bangsawan kelas atas dan seorang Double, itulah siswa kesukaannya.
"Maaf, Sirius-kun. Kami balasannya menawarkan sisi jelek sekolah ini, bahkan sebelum kamu dinyatakan resmi masuk"
"Aku tidak keberatan. Orang-orang ibarat itu bisa ditemukan dimanapun. Lagipula, Anda semua, para guru masih di sini. Makara ini tidak masalah"
Sungguh, ia lebih matang daripada yang kuduga. Apa kamu mendengar ini Gregory-sensei? Dia beberapa kali lebih cukup umur darimu.
"Walaupun ada mengembangkan hal yang muncul, tapi maukah kamu menawarkan sihirmu?"
"Tak apakah meski ini sihir tanpa atribut?"
"Jangan pedulikan itu. Aku tidak menganggap kamu hanya 'sekedar' pemilik sihir tanpa atribut"
Atributnya memang 'Tak Berwarna'. Namun, yang kutahu dari pengalaman masa kemudian ialah orang yang mempunyai atribut ini memancarkan cahaya agak suram. Namun wacana miliknya, itu terang dan jelas.
"Baiklah.....O cahaya, {Light}"
....Kapan ia memusatkan Mana? Menggunakan sihir seolah bernafas, kemudian sebutir cahaya kecil lahir di tangannya. Dia menggunakan {Light}, yang belum sempat diteliti untuk disederhanakan, hampir tanpa mantra.
Tidak diragukan lagi, ia ialah master kedua bersaudara itu.
"Bagus....pergilah"
{Light} yang ia ciptakan berbentuk bola cahaya normal, tanpa ada satu pun keistimewaan. Namun itu mulai bergerak dan terbang ke arah kami diiringi oleh perintahnya.
Anehnya, itu berhenti dihadapain kami semua dan terbagi menjadi beberapa bola cahaya mungil.
Aku menyentuhnya dengan ujung jari untuk memeriksa. Ini tentunya ialah {Light} yang bisa digunakan oleh siapapun.
"Itu saja"
Ketika tangannya turun, bola-bola cahaya pun lenyap. Konsumsi Mana untuk sihir {Light} cukuplah tinggi, tapi kelelahan atau semacamnya tak tampak sama sekali pada diri anak ini meski ia sembarangan menggunakannya. Dia juga tidak pura-pura, yang berarti menghabiskan Mana sebanyak ini merupakan hal lumrah baginya.
Aku tidak bisa melihat batas dari anak ini. Menarik.
"Hmm, sihir tanpa atribut milikmu memang mengesankan. Namun, ibarat yang diharapkan, akan sulit untuk diterima alasannya ialah kamu tidak sanggup menggunakan sihir dari empat atribut"
"Ya, itu sangat dibutuhkan di kelas. Jadi, dapatkah kamu menggunakan sihir atribut lain meski hanya dasarnya?"
Aku bisa saja meluluskan tes untuknya, tapi pendapat guru lain memang benar. Mungkin ia bisa menggunakan tingkat dasar dari sihir beratribut. Sayangnya, ia menggelengkan kepala agak menyesal.
"Kecocokanku dengan keempat atribut ialah yang terburuk. Secara jujur, saya bahkan tidak bisa menggunakan sihir tingkat dasar"
Hanya sedikit informasi wacana 'Tak Berwarna' yang diketahui sejauh ini. Itu alasannya ialah kebanyakan ilmuwan beropini sia-sia saja untuk menelitinya. Apa memang tidak berguna? Agak disesalkan, andaikan ia mempunyai kecocokan dengan atribut lain, itu mungkin akan menjadikan sebuah revolusi di dunia sihir.
"Hanya saja....Aku bisa menggunakannya, jikalau perlu"
Dirinya berkata bisa menggunakannya, diiringi ucapan 'jika perlu'? Menarik.
"Aku tidak benar-benar mengerti. Tapi, kalau tidak keberatan, bolehkah kamu menunjukkannya?"
"Baiklah. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk itu"
Apa yang dikeluarkannya dari saku ialah sebuah wadah kecil, cairan biru muda didalamnya sedikit bersinar. Mungkinkah ini {Air Suci Sihir}? Ini merupakan hal berharga yang nilainya sangat mahal dan tidak biasa untuk dibawa oleh rakyak jelata.
Dia mencelupkan jari telunjuk ke dalamnya, dan mulai menulis sesuatu pada punggung tangan kirinya. Jangan-jangan....
"....Apa kamu sedang menggambar deretan lingkaran sihir?"
"Ya, benar. Ini gampang alasannya ialah hanya tingkat dasarnya"
Meski begitu, pola itu takkan aktif jikalau terdapat sedikit saja penggalan yang melenceng, kamu tahu? Sekalipun sederhana, bahkan saya akan gagal jikalau tidak melakukannya dengan hati-hati.
"Terimakasih telah menunggu....{Flame}"
Setelah menyelesaikannya dalam durasi kurang dari satu menit, ia menggunakan sihir dasar standar. Bersamaan dengan deretan yang sedikit memancarkan cahaya, sebuah bola kecil api melayang di atas tangannya. Garis yang ia ciptakan di awal pun telah lenyap.
....Aku tidak mengira akan semenarik ini. Apa ia sungguh berusia delapan tahun?
"Karena dilakukan secara mendadak, kekuatannya sederhana saja. Tapi, bukankah ini sudah cukup?"
"....Aku tidak keberatan. Bagaimana dengan kalian berdua?"
"Baiklah....jika Anda berkata ibarat itu, saya juga tidak keberatan"
"Aku malah menantikan masa depan anak ini"
Yah, andai kalian berkata keberatan, saya berencana mengadakan diskusi panjang lebar sesudah wawancara selesai. Agak melegakan ketika keputusan bulatnya ibarat ini.
Sirius-kun mengusap {Air Suci Sihir} dari punggung tangannya kemudian mengusut tak ada seberkas cairan yang tertinggal. Menempelkan itu pada kulit merupakan hal yang jelek bagi tubuh. Tindakannya ini sangat sempurna.
"Terakhir ialah pertanyaan pribadi dariku. Kudengar kamu mendidik Emilia-kun dan Reus-kun....apa itu benar?"
"Dari mana Anda mendengarnya?"
"Keduanya sangat luar biasa. Ketika ditanyai darimana mereka mencar ilmu sihir, bawah umur itu dengan besar hati menjawab dari master mereka, Sirius-kun"
"Mungkin seseorang dengan nama yang sama?"
"Tolong jangan terlalu meremehkanku. Teknik penciptaan pola dan pengendalian sihir barusan. Karena semua itu, saya menyimpulkan bahwa dirimu mempunyai kemampuan untuk melatih keduanya, bukankah begitu?"
Garis pandang kami bertabrakan. Kesunyianpun berlanjut. Seolah menyerah, ia kemudian menutup mata dan merilekskan ekspresinya.
"Memang, akulah yang melatih keduanya. Namun, mereka hingga sejauh ini alasannya ialah hasil dari perjuangan keras sekaligus talenta masing-masing. Aku hanya sedikit membantu"
"Ya, saya sangat mengerti kalau mereka terus berupaya dengan memanfaatkan talenta masing-masing. Tapi itu juga terjadi alasannya ialah dirimu yang berada di sana. Tidak apa-apa untuk sedikit membanggakan diri"
"Terima kasih banyak. Aku senang diberi tahu begitu oleh seorang pendidik"
"Namun, bagaimana denganmu? Aku tidak berpikir bahwa kemampuan yang hingga sejauh ini bisa diperoleh secara otodidak. Kau bahkan membuat orang cukup umur malu. Jika mungkin, tolong beritahu saya darimana kamu mempelajarinya"
"....Menurut okaa-san yang telah membesarkan diriku, ada seseorang yang bisa saya sebut sebagai shishou*"
[Shisou itu kayak Master kung-fu, atau guru yang mengajarkan cara bertarung]
"Jadi....Siapa dia?"
"Aku hanya tahu kalau orang ini berjulukan 'shishou'. Dia dengan paksa mengajarkan banyak sekali pengetahuan kepadaku, bahkan ketika diriku masih bayi. Aku tidak sanggup mengingat hal-hal selain pengetahuan darinya. Kaa-san juga sudah meninggal, jadi informasi wacana shishou tidaklah jelas"
"....Sepertinya saya bertanya sesuatu yang sensitif"
"Aku sudah terbiasa, jadi jangan khawatir. Setelah terus-terusan berlatih sambil mengingat sekumpulan pecahan pengetahuan darinya, itulah kenapa saya bisa hingga di tempatku berada sekarang"
Ini merupakan dongeng yang gila, tapi ia sendiri sudah tidak masuk akal.
Jika ia memang tidak mengetahui siapa shishou-nya, itu tidak apa-apa. Yang terpenting, ialah fakta bahwa anak laki-laki yang mengagumkan ada di sini.
"Agak sulit dipercaya alasannya ialah begitu tiba-tiba, tapi saya akan menerimanya. Baiklah, Sirius Teacher, saya mengizinkan dirimu untuk memasuki Akademi Elysion"
Memang terdapat banyak misteri wacana dirinya, tapi ia akan mendaftarkan diri ke sekolahku. Akan ada waktu untuk perlahan mengungkap itu.
Dia mungkin akan menjadi angin, yang berhembus dan mengangkat sekolah ini.
☆☆☆☆
Bagian 2
---Sudut pandang Sirius---
Haahh....entah bagaimana saya berhasil melewatinya.
Terdapat banyak idiot disini, tapi baguslah alasannya ialah ada juga guru yang pengertian. Andai orang itu tidak di sana, saya mungkin sudah ditolak hanya alasannya ialah 'Tak Berwarna'.
Namun....apa ia benar-benar seorang guru?
Dia mempunyai penampilan seorang guru muda, tapi niat membunuhnya tak bisa diremehkan. Setiap orang cukup umur berperilaku berbeda dihadapannya seperti dialah atasan mereka. Terlebih lagi, ia membuatku mencicipi pengalaman latihan bertahun-tahun lamanya, ibarat dengan shishou-ku.
Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan cukup umur berusia dua atau tiga puluhan. Dengan memperkirakan secara kasar, usianya mungkin lebih dari seratus---....lebih dari seratus tahun, ya.
....Jadi orang itu merupakan kepala sekolah yang tertera di pamflet ini, Rodwell. Sesuai umur panjang para elf, saya bisa mengerti martabat di sikapnya.
Sebelumnya, diriku mencicipi atmosfir abnormal darinya sesudah memasuki ruangan wawancara, itu mungkin imbas penyamaran. Yah, ada banyak hal yang bisa dihubungkan dengan ini.
Yang mengkhawatirkan adalah, saya merasa telah menarik minatnya. Hingga mengarang kebohongan yang tidak terang ketika ia melontarkan pertanyaan wacana belakang layar kekuatanku, hingga kapan kebohongan itu bisa digunakan saya juga tidak tahu. Tampaknya ia juga bukan orang yang jelek alasannya ialah sempat murka akan penghinaan para bangsawan....Kuharap diriku tidak tertangkap tangan sekaligus tak terlibat dalam sesuatu yang merepotkan hingga lulus sekolah.
Yah, disaat Emilia dan Reus terkenal, pada balasannya itu akan terpapar secara alami.
"Sirius-sama!"
"Anikiiii!!!"
Kedua bersaudara bergegas menuju kemari tepat sesudah saya meninggalkan ruang wawancara. Mereka menatapku dengan verbal gugup dan ekor yang berdiri, tapi ketika jempolku terangkat sambil tersenyum, wajah abang beradik itupun berubah dipenuhi kegembiraan.
"Kami juga lulus tes!"
"Kita berhasil! Sekarang kita bisa bersama Aniki!!"
Reus dengan senang berlarian mengitariku, hanya saja sikap ini ibarat anjing. Orang-orang di sekitar melihat dengan tatapan dingin, jadi berhentilah.
"Untuk sekarang, ayo kita kembalikan liontin ini dan menuju ke penginapan. Waktu berkumpul selanjutnya ialah sesudah tiga hari, kan?"
"Sepertinya begitu. Menurut pamflet, kita akan berkumpul di sini sesudah tiga hari. Pembagian kamar di asrama juga berlangsung pada hari itu"
"Asrama siswa, ya! Aku ingat Zack-nii menyampaikan akan ada dua atau tiga siswa per kamarnya!"
"Kenapa ia tahu hal itu?"
"Dia berkata kalau mengetahui banyak sekali informasi ialah dasar-dasar dari berdagang"
Ini memang suatu kemampuan yang penting bagi seorang pedagang dimana mereka berurusan dengan segala jenis pembeli dan penjual. Hanya saja agak mengherankan baginya dengan mengumpulkan informasi sepele semacam ini.
Seusai mengembalikan liontin, kami kembali ke penginapan dan memberitahu hasil tes kepada si pemilik, Rona. Dia senang, seperti hal itu terjadi pada dirinya sendiri.
"Tidak buruk. Hari ini, saya akan mentraktirkan kalian!"
Reus yang sering cepat lapar akhir-akhir ini, menjadi yang paling bahagia.
☆☆☆☆
Setelah itu, kami berkeliling kota.
Menemukan rempah-rempah gres dan meningkatkan taraf masakan kami. Emilia membantu sang pemilik dengan bekerja di penginapan. Juga, mencari pedang gres sekaligus kokoh untuk Reus.
Sementara berjalan-jalan di kota besar sambil menghafal strukturnya, periode tiga hari berlalu dalam sekejap mata.
Dan....pada hari penentuan kamar asrama para siswa, kami menundukkan kepala kepada sang pemilik penginapan.
"Waktunya memang cukup singkat, tapi terima kasih dikarenakan telah membantu kami"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sebaliknya, akulah yang merasa terbantu....Hei, Emilia-chan, maukah kamu bekerja di sini sesudah lulus?"
"Mohon maaf, saya tidak bisa meninggalkan sisi Sirius-sama"
"Haah....apa boleh buat. Yah, kamu masih akan berada di kota ini alasannya ialah tinggal di asrama sekolah. Ayo kapan-kapan kita makan malam lagi"
"Ya. Aku akan tiba lagi untuk makan Jaora Snake"
Kamipun keluar dari {Spring Breeze Perch}, dan beralih ke daerah tinggal gres yaitu asrama para siswa. Ngomong-ngomong, alasannya ialah satu kamar asrama akan dihuni oleh beberapa siswa, saya mulai bertanya-tanya ibarat apa anak yang akan menjadi teman sekamarku. Aku harap bukan ningrat idiot lagi.
☆☆☆☆
Terdapat lebih banyak orang di sekolah daripada terakhir kali kami datang. Karena investigasi registrasi berlangsung selama beberapa hari, tes-nya dilakukan sehari sesudah kami mendaftar. Sekarang jumlahnya sudah digabungkan, jadi masuk akal saja jikalau meningkat.
"Sangat ramai. Lihat, aniki! Ada banyak orang cukup umur yang menggunakan pakaian berkilauan, apakah mereka juga siswa baru?"
"Bukan. Mereka merupakan orang renta dari bawah umur yang mendaftar disini. Akan merepotkan jikalau mereka mencari gara-gara dengan kita, jadi pastikan untuk tidak mendekat"
Kira-kira ada lebih dari dua ratus siswa. Sejumlah besar ningrat dengan wali mereka sanggup terlihat, ini ialah pemandangan yang membuatmu mengerti bahwa 'tokoh aristokrat' itu mempunyai banyak sekali jenis. Hanya pendapat pribadi, tapi saya pikir para ningrat dengan banyak hiasan disana sulit ditangani, jadi saya memutuskan untuk menjaga kedua bersaudara biar tidak pergi terlalu jauh.
"Aku penasaran, akan bertempat dimana kamarku, ya?"
"Sirius-sama, saya mendapat sebuah kertas yang dibagikan disana"
Sungguh cepat, Emilia-san.
Ada daerah dimana terdapat sebuah papan pemberitahuan berukuran besar. Namun ada kerumunan orang yang mengantri disana. Bisa dibilang mendapat kertas ini tanpa bersusah payah merupakan hal terbaik.
....Hah? Jika kamu memperhatikan sekeliling dengan cermat, hanya para ningrat yang memegang kertas ini. Itu berarti rakyat jelata harusnya mengambil kertas di daerah dengan papan pemberitahuan lebih kecil.
"Emilia, bukankah ini khusus untuk para bangsawan?"
"Sepertinya begitu. Namun, saya hanya membungkuk di depan resepsionis-nya, ia kemudian memberiku kertas itu bahkan sebelum saya sempat meminta"
Keanggunan Emilia menang, ya. Nah, apa pun, menyangkal kerja kerasnya tidak akan baik (bukan berarti dirinya memang bekerja keras). Lagipula, ini bukan sesuatu yang perlu dikembalikan, jadi ayo kita gunakan tanpa ragu-ragu.
"Aku akan tinggal di mana ya.... ummm...."
"Kalau aku....ah, ada!"
Kami bertiga kemudian melihat-lihat ke papan pengumuman, dan mencari nama masing-masing.
Asrama dibagi secara acak menjadi milik siswa laki-laki dan siswa perempuan, setiap bangunan diberi nama sesuai dengan keempat elemen. Totalnya ada delapan asrama, dengan kata lain wilayah disini sangatlah luas. Ngomong-ngomong, talenta dan nama asrama seseorang tidak terkait.
Reus akan berada di asrama siswa laki-laki {Api}, bernomor kamar tiga puluh delapan.
Sedangkan Emilia di asrama siswa wanita {Air}, bernomor kamar dua puluh lima.
Dan aku....
"....Tidak di sini. Kenapa tidak ada?"
"Nama Aniki tidak ada dimanapun!"
Ya, hanya namaku yang tidak ditemukan. Kami memeriksanya beberapa kali, dan sempat melihat apakah itu tertulis di pojok ruangan. Tapi nihil, satu kata dari namaku saja tidak tampak.
"Mungkin ada kesalahan ketika menuliskannya? Tadi saya melihat ada beberapa kamar yang kosong"
"Selama kamarnya kosong itu baik-baik saja kan? Aku akan mengusir orang yang akan tinggal dikamarku. Jadi, Aniki bisa bersamaku!"
"Jangan katakan hal itu bahkan sebagai lelucon. Ayo kita pergi ke resepsionis untuk mengkonfirmasikan ini"
Sambil membawa keduanya, saya pergi ke daerah dimana Emilia mendapatkan kertas tadi.
Resepsionis ini bukanlah guru, melainkan seorang laki-laki yang tampak ibarat petugas kebersihan sekolah. Dia sedang duduk dengan wajah lelah.
Sementara saya berpikir 'Orang ini tidak berambisi sedikitpun', Emilia berbisik, berkata bahwa ia merupakan orang berbeda dari sebelumnya. Bagaimanapun, saya akan mencoba bertanya.
"Maaf, saya punya pertanyaan wacana kamar asrama"
"Ya, ya ... .oh, kamu bukan bangsawan. Jadi, ada apa?"
"Sekali lagi, ini wacana kamar asrama. Namaku tidak tertera dimanapun, mungkinkah Anda mengetahui sesuatu wacana itu?"
"Apa kamu sudah memeriksanya dengan teliti? Apa boleh buat, berapa nomornya?"
"Seratus lima puluh enam"
Sambil menggumamkan nomorku, laki-laki itu menengok ke kertas di bawah meja. Berbeda dari milik kami---yang ibarat peta, miliknya lebih ibarat kolom daftar. Dia kemudian menaruh kertas itu lagi sesudah tatapannya berlari dari atas dan berhenti dibawah.
"Apa kamu seorang anak berjulukan Sirius?"
"Iya. Sirius Teacher"
"Kalau begitu, tempatmu bukan di sini. Ikutlah, saya akan menuntunmu"
Seusai berbicara sebentar dengan orang lain, ia kemudian memimpin kami. Ini menyisakan banyak tanda tanya di kepala.
Kami melewati asrama siswa yang berjejer di kedua sisi, dan mulai memasuki jalan yang terlihat ibarat pegunungan dipenuhi oleh gulma. Lima menit terus berjalan. Mungkin hampir satu kilometer dari asrama siswa, ada sebuah bangunan ditempat ini.
"Inilah asramamu"
"....Eh? Sesuatu ibarat ini?"
"Apa....disini daerah tinggal Aniki? Jangan bercanda!"
Atapnya mempunyai banyak lubang dan sudah reyot, seolah bisa jatuh kapanpun.
Dinding luarnya memang hanya tampak sedikit retak, namun bingkai yang seharusnya ialah daerah pintu dan jendela telah dipenuhi oleh tanaman merambat, membuat beling agak melenceng dari posisi.
Sedikitpun jejak dari halamannya yang dulu dijadikan area berkebun juga tak terlihat. Semuanya, bahkan sumur telah terselimuti oleh hijaunya rumput.
Bagaimanapun caramu melihat, ini bukanlah asrama....
"Ini....Bukankah ini hanya reruntuhan?!"
Reus mulai murka ketika menunjuk bangunan bobrok ini. Tapi laki-laki itu dengan damai membalas sambil mengusut kertas yang dipegangnya.
"Di kertas sudah tertulis {Siswa 'Tidak Kompeten' tidak memenuhi syarat untuk memasuki asrama sesuai tradisi. Makara kami akan meminjamkan daerah yang sudah biasa digunakan oleh para tamu dimasa lalu}. Ini merupakan instruksi Gregory-sensei, jadi saya tidak mungkin salah"
"Ini....hanyalah penindasan!"
"Nah, saya tidak begitu peduli, kalau kamu tidak sanggup kenapa kamu tidak mengalah saja? Lagipula....bukankah ini cocok dengan orang 'Tidak Kompeten'?"
""HAAAA?!?!""
"Hiii?!"
Dengan cepat saya meraih bahu abang beradik ini. Jika dibiarkan, mereka niscaya akan menyerangnya. Bahkan kalau keduanya masih anak-anak, kemarahan bercampur niat membunuh yang muncul sangatlah berbahaya. Orang itupun bergegas pergi seolah melarikan diri.
"Aniki?! Kenapa menghentikanku? Orang itu....kepada....kepada Anikiii!!!"
"Dia hanya mengikuti instruksi. Tak ada yang akan berubah bahkan jikalau kamu membuatnya babak belur"
"Namun....tetap saja....perlakuan semengerikan ini...."
"Baiklah. Terima kasih, alasannya ialah murka untukku"
Keduanya menggertakkan gigi seolah mencoba menahan luapan emosi dan mulai terisak.
Menjadi ibarat ini meski bukan diri kalian yang mengalaminya, sungguh....kalian sungguh lucu.
Setelah mengusap kepala abang beradik ini untuk sementara, mereka mulai mengibas-ngibaskan ekor, yang mengambarkan sudah tenang.
"Dialah yang tidak kompeten alasannya ialah gagal menyadari kehebatan Sirius-sama"
"Un, un, suatu hari nanti ayo kita tunjukkan kepadanya. Nah, untuk sekarang, bagaimana kalau kita berganti peralatan dan mulai bersih-bersih?"
"Mengerti. Tapi, apa Aniki benar-benar mau tinggal disini?"
"Hanya sesudah melihat penggalan dalamnya. Lagipula, saya akan menjadi satu-satunya yang tinggal di sini. Senang rasanya ketika membayangkan meluangkan waktu tanpa memperhatikan orang lain"
Dengan memanfaatkan pengetahuan dari dunia sebelumnya, saya telah melaksanakan penelitian entah dibidang masakan maupun sihir. Itu alasannya ialah rumah tempatku dilahirkan berada di wilayah yang jauh dari keramaian penduduk, jadi saya sanggup melaksanakan apapun yang kuinginkan. Tapi itu tidak mungkin lagi kalau sudah di dalam kota.
Hanya saja, meski tidak ibarat rumahku yang dulu, disini sudah agak jauh dari hiruk pikuk. Ditambah lagi, tanpa teman sekamar. Ini membuatku leluasa melaksanakan apapun tanpa ragu.
Rasanya seakan mempunyai istana pribadi.
"Begitulah caraku memikirkannya. Baiklah, saya bertanya-tanya apa yang ada di dalam"
Meski agak bobrok, tampaknya pintu depan bisa masih bisa dipakai. Ketika saya membukanya dan masuk ke dalam, itu sangat berdebu sampai-sampai tak membiarkanku bernafas dengan benar. Berapa tahun lagi hingga bangunan ini runtuh sepenuhnya?
Sambil meninggalkan kedua bersaudara di luar, saya membuka jendela yang masih utuh, dan segera berlari keluar.
"Ada banyak debu! Apa kamu baik-baik saja, Aniki?"
"Tenang saja. Pertama, kita perlu menghempaskan semua debunya. Emilia, lepaskan {Wind} melalui pintu depan, atur kekuatannya biar rumah ini tidak runtuh"
"Mengerti"
{Wind} ialah sihir tingkat dasar dimana itu hanya menghasilkan hembusan angin, namun inilah sihir yang pas untuk menyingkirkan debu. Angin yang masuk melalui pintu depan berkutat di penggalan dalam rumah dan terhempas keluar melalui jendela sekaligus celah yang terbuka sambil membawa debu-debu pekat. Awalnya, ada begitu banyak debu sehingga warna angin pun berubah, namun tak usang kemudian lenyap.
Hal-hal ringan selain debu juga ikut terbang keluar, tapi saya tidak peduli. Orang-orang yang membuang benda-benda itu disinilah yang salah.
"Kalau begitu, ayo kita bagikan kiprah untuk masing-masing. Emilia dan saya akan membersihkan penggalan dalamnya. Sedangkan Reus, potong rumput liar di luar dan buat itu terlihat bagus"
"Serahkan padaku. Ini pertama kalinya saya menemukan rumah yang sangat, sangat harus dibersihkan"
"Bolah saya mengurus tanaman merambat di dinding juga?"
"Aku menyerahkannya padamu, Reus. Jika kamu menemukan sesuatu yang mencurigakan. Hindari itu dan cepat panggil aku"
Keduanya telah mendapatkan training petugas dari kaa-san, pencucian ibarat ini merupakan satu dari sekian banyak keahlian mereka. Reus juga pernah mencar ilmu berkebun dari Dee, jadi menyerahkan urusan di luar untuknya tidak akan menjadi masalah.
Ketika saya masuk ke dalam bersama Emilia, sebagian besar debu sudah menghilang. Hanya ada kotoran yang telah terkumpul selama bertahun-tahun yang masih tersisa. Kami menggunakan kain sebagai masker dan mencoba mengusut sekeliling rumah.
"Secara keseluruhan ada lima ruangan. Dapur, dua kamar tidur dan dua kamar kosong. Tempat ini cukup luas"
"Hanya satu lantai, tapi disini sama dengan rumah yang kita tinggali dulu"
Orang yang membawa kami ke sini menyampaikan bahwa daerah ini digunakan untuk jaga malam. Mungkin beberapa orang pernah berjaga secara bergantian. Apa ini tidak digunakan lagi alasannya ialah lokasinya yang tidak nyaman atau perpindahan kemudahan sekolah?
Perabotan dan meja masih ada di sini, tampaknya bisa digunakan sesudah membersihkan setiap kotorannya. Meninggalkan penggalan dapur kepada Emilia, saya berkonsentrasi untuk memisahkan hal-hal yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Sambil menggunakan {Boost} diatas badan terlatih, bergerak memindahkan barang berat hanyalah problem sepele. Ketika pergi ke luar sambil membawa lemari yang setengah hancur, saya sanggup melihat Reus memotong rumput liar dengan ayunan pedangnya.
"Hmm!! Bertarunglah dan akhiri dalam satu tebasan....hmm!!!"
Reus begitu cepat, gulma panjang di sekitar rumah hampir terpotong seluruhnya. Ini mungkin akan berakhir lebih cepat dari asumsi awal. Ayo kita beri ia kiprah selanjutnya.
"Reus, area ini sudah selesai. Berikutnya, buatlah tanah kosong yang luas. Tebanglah beberapa pohon disana menjadi gelondongan kayu"
"Ohh, ibarat ketika kita membuat gudang sebelumnya? Serahkan padaku!"
Yang terpenting, pengalaman membangun gudang dua tahun yang kemudian ini bisa digunakan. Aku masuk ke dalam sekali lagi untuk melihat keadaan Emilia.
"Sirius-sama, saya hampir selesai di sini. Kurasa akan cukup ketika menambahkan deretan lingkaran sihir untuk kompor dan beberapa peralatan lainnya"
Pekerjaannya juga cepat. Dapur yang awalnya kotor kini telah higienis tanpa bisa dikenali lagi, memasak bisa dilakukan jikalau beberapa peralatannya ada. Sungguh menakjubkan, inilah hasil dari latihan petugas Erina.
"Masih ada banyak yang perlu dibersihkan. Lagipula, setingkat ini sudah masuk akal bagi seorang pelayan. Namun...."
Bangunan ini merupakan rumah terlantar, tak ada banyak barang disini. Mengambil barang-barang yang rusak dan melaksanakan pencucian sudah cukup untuk membuatnya layak huni, tapi itu hanya sebatas penggalan dalamnya.
"Atap, ya. Kondisinya yang paling parah"
Terdapat banyak sekali lubang disana dan sudah reyot. Seluruh atap perlu diganti.
Ketika kami melaksanakan renovasi, bunyi bel mengambarkan tengah hari bisa didengar dari kejauhan. Ketika masih di rumah yang dulu, bunyi itu tidak bisa didengar alasannya ialah daerah kami jauh dari kota. Namun kini berbeda, kami sudah terbiasa dengan bunyi bel yang mengambarkan waktu pagi, siang, maupun malam hari.
"Sirius-sama, apa yang harus kita lakukan wacana makan siang?"
"Maaf, Emilia. Aku akan menyerahkan itu padamu. Aku harus membuat materi untuk atap"
"Mengerti. Aku akan berusaha yang terbaik!"
Selalu ada citra dimana akulah yang akan melakukannya, tapi kedua siswa ini juga bisa memasak. Terutama Emilia, yang tampaknya selalu ingin membuatku berkata bahwa masakannya lezat. Bisa dibilang itulah motivasinya dalam memasak.
"Aah....Tidak cukup materi dan alat! Jika begini, saya akan pergi ke kota untuk membelinya...."
"Tidak apa-apa, lakukan saja ibarat biasa!"
Kelemahannya ialah ia terlalu bersemangat.
Meninggalkan gadis yang mulai bersiap untuk memasak, saya beralih untuk menengok Reus, ia sudah meletakkan gelondongan kayu keenam. Bahkan jikalau menggunakan {Boost}, melihat seorang anak berusia delapan tahun dengan entengnya membawa gelondongan kayu beberapa kali lebih besar dari tubuhnya benar-benar pemandangan yang sulit dipercaya.
"Bagaimana denganmu, Reus? Kelihatannya kamu masih mempunyai Mana, ya kan?"
"Aku sungguh baik-baik saja, Aniki!"
"Begitu ya, saya memintamu membawa empat lagi. Setelah itu, makan siang harusnya sudah siap"
"Ini juga merupakan penggalan dari pelatihan! Uooo!!"
Tindakan itu sendiri tidaklah masuk akal. Tapi, ketika melihat ia menuju hutan sambil tampak senang membuatku berpikir ia masihlah anak-anak.
Baiklah, ayo kita buat papan untuk atap.
Pohon yang gres ditebang mempunyai banyak kelembaban di dalamnya, sehingga belum sanggup digunakan sebagai materi konstruksi. Yang berarti saya perlu mengeringkannya. Hanya saja, proses pengeringan alami akan memakan waktu setidaknya setengah tahun. Itu terlalu lama.
Dan, dari sanalah sihir diperlukan.
Aku membuat lingkaran sihir api dengan kekuatan yang disesuaikan, secara paksa menguapkan kelembapan pohon itu sendiri dengan menaikkan suhunya. Kira-kira ini akan berlangsung selama satu jam. Namun, uap yang dihasilkan begitu banyak sampai-sampai orang lain dikejauhan mungkin akan melihatnya dan menganggap kalau sedang ada kebakaran, jadi untuk mengantisipasi hal itu saya juga membuat lingkaran sihir angin untuk meniupnya.
Seusai mengurusi gelondongan yang menumpuk, saya memotong semuanya menjadi bentuk papan dengan pedang. Membuatnya datar tepat itu mustahil, tapi dengan teknik Yabu Itto-Ryu* yang kukembangkan sendiri, hasil potongannya nyaris datar sempurna. Di lain sisi, Emilia membelikan beberapa paku.
[Ini teknik Lior. Maksudnya disini, teknik itu sudah dimodifikasi menjadi 'Versi Sirius']
Yang tersisa ialah mengambil atap usang dan memaku yang baru. Selain kokoh, harusnya atap ini akan bisa bertahan hingga saya lulus dari sekolah.
Ketika hari sudah malam, atap balasannya selesai.
Ini merupakan konstruksi yang sederhana. Dengan adanya sihir, tak ada kebutuhan untuk menggunakan mesin-mesin berat atau hal-hal ibarat tangga, sehingga bisa selesai dalam waktu kurang dari setengah hari. Biasanya, kegiatan semacam ini akan menghabiskan waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu, sihir sungguh menakjubkan.
"Berhasil, Aniki! Sekarang, ini terlihat ibarat rumah yang sanggup ditinggali dengan baik!"
"Namun, Sirius-sama. Atapnya memang sudah jadi, hanya saja penggalan interiornya belum layak untuk ditinggali"
Meski debu dan kotoran sudah sebagian besar tersingkir, tapi furnitur dan perabotan di dalam sana tidaklah utuh. Terutama daerah tidur. Hanya ada kerangka tanpa penggalan kasurnya. Situasi bangunan kini bisa dibilang 'hanya bisa menahan hembusan angin dan hujan'.
"Mungkin hingga besok. Walau akan sedikit sulit untuk menawarkan wajah, tapi saya akan tinggal di penginapan Rona-san malam ini sekaligus bertanya apakah ia masih punya sisa kasur atau semacam itu"
"Iya. Aku juga berpikir bahwa itu lebih baik"
"Kemudian, ayo kita pergi! Aku sudah lapar!"
"Aku juga. Sesuatu selain kasur---....Sirius-sama?"
Kedua bersaudara sepenuhnya dalam semangat, tetapi saya harus menyampaikan ini kepada mereka.
"Hanya saya yang akan pergi ke penginapan Rona-san. Kalian mempunyai asrama para siswa, ya kan?"
"Memang benar, namun daerah kami berada ialah di samping Sirius-sama"
"Ya! Disamping Aniki ialah yang terbaik!"
"Lalu, apa yang akan kalian lakukan ketika saya sudah bisa tinggal di rumah ini?"
"Tentu saja, tinggal disana"
"Aku di sini untuk melayani Sirius-sama. Karena itulah, saya harus berada di dekatmu"
Ini ialah imbas jelek dari terlalu banyak bersama. Meski akan masuk akal alasannya ialah hingga beberapa waktu yang kemudian kami tinggal di wilayah tertutup, tapi kini kami berada di dunia luar. Ada hukum yang harus diikuti. Sangat harus ditaati, kecuali ada suatu keadaan yang tidak masuk logika muncul.
Waktu untuk menjauhkan mereka telah datang.
"Dengar, kalian berdua telah terdaftar di sekolah dan diberi asrama. Jadi, kalian harus tinggal di sana"
"Tapi....tidak ada Aniki"
"Aku di sini, kan? Memang tidak bisa dilihat, tapi saya masih di akrab kalian. Ini sesuatu ibarat ketika saya pergi ke daerah Lior"
"Namun....Aku ingin melayani Sirius-sama"
"Aku sangat senang. Tapi, saya ingin biar kalian tidak hanya terpaku padaku, tapi juga untuk mengenal dan berbicara dengan banyak sekali orang. Contohnya, kalian bisa mengenal teman sekamar kalian sambil mengobrol dengannya, cobalah bergaul dengan pihak lain"
"Bagaimana jikalau mereka ialah orang yang jahat?"
"Pada ketika itu, kalian sanggup menghempaskan mereka tanpa menahan diri. Kalian yang kini sanggup membedakan yang mana orang baik dan yang mana orang jahat, kalian yang kini sudah cukup besar lengan berkuasa dan takkan kalah oleh orang semacam itu. Walaupun saya berdiri di belakang, saya yakin kalian mampu"
Kedua bersaudara berusaha menahan butiran air disudut mata mereka, namun perlahan-lahan Emilia balasannya mengangguk. Ya, kamu harus memberi referensi kepada adikmu sebagai seorang kakak.
"....Sirius-sama tidak akan pergi ke suatu daerah sendirian, kan?"
"Aku akan memberitahu kalian ketika pergi jauh"
"....Kami bisa tinggal di dekatmu selama itu tidak menghalangi jadwal sekolah?"
"Tentu saja. Misalkan, kalian masih perlu berlatih, jadi boleh-boleh saja untuk berada didekatku"
"....Mengerti. Kami akan pergi ke asrama"
"Nee-chan, kamu baik-baik saja dengan itu?"
"Meminta lebih dari ini akan mengganggu. Juga, kita harus menjadi lebih besar lengan berkuasa hingga bisa menjaga diri bahkan disaat Sirius-sama tidak ada"
Sepertinya Emilia memahami maksudku.
Anak yang selalu berjalan di belakangku, memprioritaskan diriku lebih dari apapun, kini mulai mengambil langkah ke depan. Aku harus memberkatimu.
"....Baiklah. Aku juga akan menjadi cukup besar lengan berkuasa hingga akan baik-baik saja bahkan tanpa Aniki"
"Yah, kalian berdua mengagumkan"
Aku mempunyai banyak pengalaman dari dilemparkan ke tengah medan perang sambil tertawa oleh guruku dan berkata 'Buatlah anak didikmu melaksanakan perjalanan biar ia menjadi lebih kuat'. Makara bahkan jikalau pelatihannya akan menjadi sesuatu yang parah, itu malah membuatku terkesan over-protektif.
Terakhir, saya membelai kepala mereka. Kamipun mulai berjalan menuju asrama para siswa.
"Nah....Pergi ke penginapan bersama memang tidak mungkin, tapi setidaknya kita bertiga bisa berangkat untuk mendapatkan masakan di suatu tempat, kan?"
""Sungguh?!""
Astaga....Aku benar-benar terlalu lembut.
☆☆☆☆
Dua hari lagi hingga upacara masuk sekolah.
Dari awal kami memang berniat mendaftar ke sekolah, jadi sesuatu selemah ini takkan membuat diri kami jatuh.
Aku tidak tahu seberapa banyak halangan yang akan menghadang atributku. Namun saya akan melewatinya entah bagaimana.
Aku juga tidak akan tinggal di sekolah terlalu lama. Dalam kasus terburuk, Aku bisa berhenti kapanpun.
Ada banyak cara untuk menjalani hidup. Dengan kata lain, menjalani hari-hari di sekolah bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.
☆☆☆Chapter 27 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis : Ngomong-ngomong, akan ada beberapa orang yang mengetahuinya. Pohon yang masih mengandung kelembaban memang tidak bisa digunakan alasannya ialah nampaknya akan mengalami deformasi ibarat melengkung ketika uap airnya keluar.
Selain itu, bisa saja retak sesudah dikeringkan....Tolong pikirkan kalau sihir ialah sesuatu yang tak masuk akal.
Ini ialah simpulan dari Arc 4. Tirai lain akan terbuka.
>Catatan penerjemah : Waktunya beralih ke Arc selanjutnya !! Hee, tunggu dulu. Masih ada dongeng selingan.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/