8 Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus merupakan insan purba tertua yang pernah menghuni Indonesia. Negara ini mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah, sangat cocok untuk berkembang segala kehidupan (manusia, binatang dan tumbuhan). Manusia purba paling bau tanah menghuni di wilayah Jawa ini berukuran sangat besar.
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak ditemukan banyak sekali macam struktur fosil insan purba yang mencakup Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa bahkan Flores.
Meganthropus paleojavanicus ditemukan pada tahun 1936 ditemukan pertama kali oleh Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald di Sangiran, provinsi Jawa Tengah, meganthropus yang berarti "manusia bertubuh besar" merupakan genus pertama kali yang dipublikasikan secara formal pada tahun 1950. Pengaitan fosil Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang merujuk pada salah satu set fosil ketika ditemukannya pada wilayah tersebut yakni Jawa. Meganthropus hidup sekitar 1,9 juta tahun hingga dengan 300.000 tahun yang kemudian dan mempunyai rentang dari Afrika ke Eurasia.
Pada tahun (1939 hingga 1941) Franz Weidenreich memberitahukan kepada Gustav vonKoenigswald untuk pengaitan dengan genus baru. Pada tahun 1945 Weidenreich menyatakan penamaan insan purba ini menjadi "Meganthropus palaeojavanicus". Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh vonKoenigswald pada tahun 1949 mengenai pengusulan Sangiran 1a, namun makalah ini tidak diterbitkan secara formal, pada tahun 1950 barulah Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald menyatakan bahwa genus dan spesies gres insan purba terbesar dari Jawa untuk dicetak dan dipublikasikan secara resmi.
Pada dekade ke-6 masa kedua puluh berkembangnya penelitian mengenai insan purba ini, barulah pergeseran genus ke Homo erectus sebagai taksonomi yang kini penyebutan penamaan berdasarkan tempat temuan fosil tersebut yakni diwilayah Jawa.
Menurut istilah meganthropus paleojavanicus secara etimologis berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti,
Pada zamannya rujukan kehidupan insan purba meganthropus paleojavanicus yakni hanya mengandalkan hasil alam ketika ditemuinya, kerena mereka hidup dengan berpindah-pindah tempat(nomaden). Walaupun individu tersebut masih vegetarian atau memakan tumbuh-tumbuhan dan buah, mereka hidup dengan berkelompok.
Berikut ini merupakan banyak sekali macam daftar set fosil yang berdasarkan taksonomi dari Meganthropus paleojavanicus, kini sudah ditafsirkan termasuk Homo erectus. Pengaitan fosil dari Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang dikaitkan dan merujuk kepada salah satu set fosil yang pernah ditemukannya pada wilayah tersebut yakni Jawa.
Penemuan fragmen mandibula (rahang) yang ditemukan oleh Kromopawiro didaerah bersahabat Glagah ombo (utara Sangiran). Dalam temuan struktur fragmen ini diperkirakan sudah berumur 1,6 juta tahun, dimana yang menawarkan ukuran mandibula tersebut dan juga bentuk morfologi premolar yang amat primitif sebagai bukti penerapan genus dan spesies terbaru Meganthropus palaejavanicus. Banyak temuan fosil insan purba lain tidak jauh ditemukan fosil ini. Pada akhirnya, tahun 1989 Kramer meneliti dan melaksanakan pembaharuan atas pernyataan bahwa fosil insan purba ini menjadi H. erectus, berdasarkan dari ukuran fosil tersebut.
Pada tahun 1937 hingga dengan 1941ditemukan fosil insan purba berupa 54 gigi yang berkisar antara tahun 1,51juta - 1,6 juta tahun. Pada tahun 1984 Fred Grine menganalisis beberapa fragmen gigi dan kemudian ia merevisi untuk menyimpulkan apa yang ia sanggup dari gigi tersebut. Kesimpulan menawarkan bahwa mereka merupakan kelompok dari hominin, dalam 3 gigi FS (67, 72 dan 83) menawarkan Pongo sp.(orang utan).
Penemuan sangiran 8 berupa gigi yang masih utuh dan fragmen mandibula. Pertama kali ditemukan dan diresmikan oleh P. Marks pada tahun 1953. Pada selang waktu berikutnya Le Gros Clark meneliti dan memperbaharui temuan sebelumnya yang menawarkan bahwa individu ini tergolong H. erectus dan menjadi patokan Sangiran 8.
Penemuan di situs Sangiran 27 berupa fosil tengkorak remaja parsial ditemukan di tempat desa Sangiran (arah utara Sungai Kemoro) pada tahun 1978. Temuan tersebut pada mulanya dilakukan sebuah kontruksi untuk menciptakan bendungan ketika pengerjaan proyek tersebut. Usia tengkorak tersebut sekitar 1,66 juta dan 1,58 juta tahun yang lalu, ditemukan pada tingkatan Formasi Sangiran bab atas. Teuku Jacob menggambarkan fosil tersebut dan individu ini termasuk "Meganthropus", namun pada tahun 2008 dilakukan penelitian ulang yang menyatakan bahwa keterkaitan dengan situs Sangiran 8. Anton dan Indriati (2008) juga mencatat mengenai fitur fosil individu ini termasuk dalam genus H.erectus.
Meganthropus paleojavanicus hidup pada zaman Paleolithikum (Zaman Batu Tua). Ciri-ciri paling menonjol Meganthropus yakni tubuhnya yang besar, insan purba tertua dari semua jenis yang ada di Indonesia.
Berikut ciri-ciri fisik insan purba meganthropus paleojavanicus:
Demikian mengenai pengertian, inovasi struktur kerangka dan ciri-ciri fisik meganthropus paleojavanicus di Indonesia. Melalui blog ini agar sanggup mempermudah berguru mengenai insan purba.
Sumber: https://cennathis.com/2015/02/06/meganthropus-palaeojavanicus-the-early-years-of-palaeoanthropological-research-1942-1955/
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak ditemukan banyak sekali macam struktur fosil insan purba yang mencakup Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa bahkan Flores.
Pengertian Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus ditemukan pada tahun 1936 ditemukan pertama kali oleh Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald di Sangiran, provinsi Jawa Tengah, meganthropus yang berarti "manusia bertubuh besar" merupakan genus pertama kali yang dipublikasikan secara formal pada tahun 1950. Pengaitan fosil Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang merujuk pada salah satu set fosil ketika ditemukannya pada wilayah tersebut yakni Jawa. Meganthropus hidup sekitar 1,9 juta tahun hingga dengan 300.000 tahun yang kemudian dan mempunyai rentang dari Afrika ke Eurasia.
Pada tahun (1939 hingga 1941) Franz Weidenreich memberitahukan kepada Gustav vonKoenigswald untuk pengaitan dengan genus baru. Pada tahun 1945 Weidenreich menyatakan penamaan insan purba ini menjadi "Meganthropus palaeojavanicus". Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh vonKoenigswald pada tahun 1949 mengenai pengusulan Sangiran 1a, namun makalah ini tidak diterbitkan secara formal, pada tahun 1950 barulah Gustav Heinrich Ralph vonKoenigswald menyatakan bahwa genus dan spesies gres insan purba terbesar dari Jawa untuk dicetak dan dipublikasikan secara resmi.
Pada dekade ke-6 masa kedua puluh berkembangnya penelitian mengenai insan purba ini, barulah pergeseran genus ke Homo erectus sebagai taksonomi yang kini penyebutan penamaan berdasarkan tempat temuan fosil tersebut yakni diwilayah Jawa.
Menurut istilah meganthropus paleojavanicus secara etimologis berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti,
- Mega (besar atau agung) Anthropus (manusia) Paleo (tua, kuno) Javanicus (Jawa) Jadi, apabila digabungkan menjadi "Manusia Bertubuh Besar Tertua dari Jawa".
Pada zamannya rujukan kehidupan insan purba meganthropus paleojavanicus yakni hanya mengandalkan hasil alam ketika ditemuinya, kerena mereka hidup dengan berpindah-pindah tempat(nomaden). Walaupun individu tersebut masih vegetarian atau memakan tumbuh-tumbuhan dan buah, mereka hidup dengan berkelompok.
Penemuan Fosil "Meganthropus"
Berikut ini merupakan banyak sekali macam daftar set fosil yang berdasarkan taksonomi dari Meganthropus paleojavanicus, kini sudah ditafsirkan termasuk Homo erectus. Pengaitan fosil dari Jawa dengan Homo erectus menjadi genus yang dikaitkan dan merujuk kepada salah satu set fosil yang pernah ditemukannya pada wilayah tersebut yakni Jawa.
- Sangiran 6a
Penemuan fragmen mandibula (rahang) yang ditemukan oleh Kromopawiro didaerah bersahabat Glagah ombo (utara Sangiran). Dalam temuan struktur fragmen ini diperkirakan sudah berumur 1,6 juta tahun, dimana yang menawarkan ukuran mandibula tersebut dan juga bentuk morfologi premolar yang amat primitif sebagai bukti penerapan genus dan spesies terbaru Meganthropus palaejavanicus. Banyak temuan fosil insan purba lain tidak jauh ditemukan fosil ini. Pada akhirnya, tahun 1989 Kramer meneliti dan melaksanakan pembaharuan atas pernyataan bahwa fosil insan purba ini menjadi H. erectus, berdasarkan dari ukuran fosil tersebut.
- Sangiran 7
Pada tahun 1937 hingga dengan 1941ditemukan fosil insan purba berupa 54 gigi yang berkisar antara tahun 1,51juta - 1,6 juta tahun. Pada tahun 1984 Fred Grine menganalisis beberapa fragmen gigi dan kemudian ia merevisi untuk menyimpulkan apa yang ia sanggup dari gigi tersebut. Kesimpulan menawarkan bahwa mereka merupakan kelompok dari hominin, dalam 3 gigi FS (67, 72 dan 83) menawarkan Pongo sp.(orang utan).
- Sangiran 8
Penemuan sangiran 8 berupa gigi yang masih utuh dan fragmen mandibula. Pertama kali ditemukan dan diresmikan oleh P. Marks pada tahun 1953. Pada selang waktu berikutnya Le Gros Clark meneliti dan memperbaharui temuan sebelumnya yang menawarkan bahwa individu ini tergolong H. erectus dan menjadi patokan Sangiran 8.
- Sangiran 27
Penemuan di situs Sangiran 27 berupa fosil tengkorak remaja parsial ditemukan di tempat desa Sangiran (arah utara Sungai Kemoro) pada tahun 1978. Temuan tersebut pada mulanya dilakukan sebuah kontruksi untuk menciptakan bendungan ketika pengerjaan proyek tersebut. Usia tengkorak tersebut sekitar 1,66 juta dan 1,58 juta tahun yang lalu, ditemukan pada tingkatan Formasi Sangiran bab atas. Teuku Jacob menggambarkan fosil tersebut dan individu ini termasuk "Meganthropus", namun pada tahun 2008 dilakukan penelitian ulang yang menyatakan bahwa keterkaitan dengan situs Sangiran 8. Anton dan Indriati (2008) juga mencatat mengenai fitur fosil individu ini termasuk dalam genus H.erectus.
Ciri Fisik Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus hidup pada zaman Paleolithikum (Zaman Batu Tua). Ciri-ciri paling menonjol Meganthropus yakni tubuhnya yang besar, insan purba tertua dari semua jenis yang ada di Indonesia.
Berikut ciri-ciri fisik insan purba meganthropus paleojavanicus:
- Tidak mempunyai dagu sedangkan bab lisan menonjol
- Memakan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan (vegetarian)
- Bagian tulang ubun-ubun pendek
- Bagian belakang kepala menonjol
- Memiliki tonjolan dibagian kening muka
- Mempunyai tulang pipi yang menebal
- Memiliki postur badan tegap dan besar
- Memiliki gigi dan rahang yang berpengaruh dan besar
Demikian mengenai pengertian, inovasi struktur kerangka dan ciri-ciri fisik meganthropus paleojavanicus di Indonesia. Melalui blog ini agar sanggup mempermudah berguru mengenai insan purba.
Sumber: https://cennathis.com/2015/02/06/meganthropus-palaeojavanicus-the-early-years-of-palaeoanthropological-research-1942-1955/