Pergaulan Itu Menghipnotis Perasaan Kita
Orang-orang yang kita pilih dalam pergaulan itu, yakni sumber utama dari apa yang kita tahu dan apa yang kita rasakan.
Dalam mencari penghidupan yang lebih baik, ada tiga pertanyaan utama yang harus terus kita tanyakan pada diri sendiri:
Pertanyaan #1: Dengan Siapa Aku Bergaul?
Akan ada keuntungannya untuk meneliti orang-orang yang telah menyentuh kehidupan kita setiap hari, dan menimbang secara mental imbas dari masing-masing orang ini terhadap kita. Tanyakan pada diri sendiri:
- Reputasi apa yang mereka miliki, apakah produktif, berpengetahuan, atau dihormati?
- Apa level dari pencapaian mereka di masa lalu?
- Apa keahlian mereka?
- Apa mereka mengerti nilai dan pentingnya sikap, target, dan pengembangan diri?
- Berapa banyak buku yang telah mereka baca dalam 90 hari terakhir?
- Berapa banyak kelas atau seminar yang mereka hadiri untuk membuatkan skill-skill baru, atau memperbaiki kemampuan mereka ketika ini?
- Apa pandangan mereka mengenai keutamaan contohnya komitmen, ketekunan, keadilan, kesabaran, dan kerajinan?
- Apa yang ada pada diri mereka, sehingga menciptakan nasehat, opini dan petunjuk mereka berharga?
Semoga, orang-orang terdekat dengan kita itu bukanlah terdiri dari mereka yang mempunyai asset dagelan terkuat dengan supply yang tanpa batas, dan aneka macam opini yang menyimpang.
Mereka yang bisa menjangkau dan mempengaruhi kita setiap hari itu seharusnya menginspirasi kita, bukannya malah menebarkan bibit keraguan dan perselisihan melalui pesimisme, keluhan, dan olok-olokan mereka terhadap orang lain.
Untuk terus mempertahankan perilaku kasatmata dalam menghadapi semua tantangan itu sudah cukup sulit, apalagi jikalau ditambah dengan imbas jelek menyerupai itu.
Pertanyaan #2: Efek apa yang Mereka Berikan?
Itu yakni pertanyaan yang logis. Kemana mereka telah mengarahkan kita? Bagaimana mereka telah menciptakan kita berbicara, berpikir, membaca, dan melakukan?
Pengaruh apa yang telah mereka berikan pada kemampuan kita untuk melaksanakan dengan baik, berkembang, dan merasa senang terhadap apa yang kita lakukan? Dan yang terpenting dari semuanya, apa yang mereka miliki sehingga kita menjadi menyerupai kini ini?
Adalah hal yang gampang membiarkan orang yang salah untuk menyusup ke dalam hidup kita. Itulah kenapa kita harus mengamati dengan lebih jeli orang-orang yang terdekat. Kita harus sering memastikan diri bahwa imbas yang keliru itu tidak hingga merusak kebun peluang kita, kemudian menanamkan bibit negatif dan keraguan.
Hal yang sulit mengenai ini yaitu, kita semua mungkin mempunyai sahabat bersahabat yang perilaku dan kebiasaannya itu bisa merusak peluang kita untuk sukses dan bahagia. Mereka mungkin orang yang menyenangkan, dengan niatnya yang baik, tapi imbas yang mereka berikan keliru.
Berarti kita mungkin harus menciptakan beberapa pilihan yang sulit. Dalam perjuangan untuk melindung diri dari imbas yang negatif, kita mungkin terpaksa harus menjauhi orang-orang yang telah usang kita kenal, supaya bisa membuatkan persahabatan yang lebih kasatmata dan memotivasi.
Pertanyaan #3: Apa itu Bisa Diterima?
Untuk mengevaluasi ulang pergaulan kita itu bisa menjadi suatu persoalan yang sulit. Prosesnya seringkali menyakitkan. Tapi begitu juga dengan dampaknya, jikalau terus membiarkan orang-orang yang salah untuk mempengaruhi kita.
Terkadang, yakni hal yang membantu untuk mengingat bahwa bukan cuma perilaku kita yang ingin kita lindungi dan jaga, tapi juga masa depan orang lain.
Jika kita kuat, kita bisa membantu orang lain untuk ikut berubah dan memperbaiki kehidupannya. Sedangkan jikalau kita lemah, maka imbas dari orang tertentu bisa menciptakan perkembangan kita menjadi sulit, bahkan tidak mungkin.
Agar bisa melindungi masa depan yang lebih baik, kita harus berani memisahkan diri setiap kali diperlukan. Itu bukan pilihan yang mudah, tapi mungkin perlu.
Kita semua terkadang suka sembrono, sehingga orang, peluang, atau ajaran yang salah, menemukan jalan untuk masuk ke dalam hidup kita. Kuncinya yakni dengan berguru mengenali efeknya, dan mengambil langkah tertentu untuk meminimalkan dan menghilangkan sumbernya.
Mengapa melaksanakan langkah yang drastis menyerupai itu?
Karena imbas negatif itu begitu berpengaruh dan mengancam. Jangan pernah meremeh-kan kekuatan pengaruh. Alasan kenapa imbas itu begitu ampuh yakni alasannya ia punya kemampuan untuk mengubah kita, dan perubahan akan sulit untuk dikembalikan, terutama jikalau berubah jadi makin buruk.
Sama menyerupai kegagalan, imbas itu halus. Kita tidak akan pernah mengijinkan siapapun untuk bebas memaksa kita supaya mengubah arah. Tapi jikalau tidak hati-hati, kita mungkin secara tidak sadar sudah mengijinkan orang lain untuk menyeret kita ke arah yang keliru, sedikit demi sedikit, hari demi hari.
Mereka juga mungkin begitu efektif dengan penyeretan ini, sehingga kita bahkan tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi... hingga semua itu sudah terlambat, dan kerusakan sudah terjadi.
Kita bahkan mungkin menganggap orang yang menyeret itu sebagai seorang teman. Menyeret kesini, menyeret kesana, dan seiring waktu berlalu, tahu-tahu kita menemukan diri sedang melihat sekeliling dan mengatakan, apa yang sedang saya lakukan disini? Bukan menyerupai ini daerah yang saya tuju.
Kita menghabiskan berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, hanya untuk mencoba supaya bisa kembali ke arah yang kita anggap sebagai titik awal sebelum sahabat menyeret kita tadi muncul, kemudian menghancurkan masa depan kita dengan imbas negatifnya.
Memisahkan diri bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Itu harus dilakukan dengan seksama dan penuh pertimbangan. Tapi jikalau kita jujur ihwal harapan untuk mengubah diri dan masa depan, kita wajib untuk menjauhkan diri dari mereka yang telah menunjukkan imbas negatif. Kenapa?
Karena harga yang harus dibayar dari tidak melaksanakan ini, terlalu mahal.
Sumber https://wownita.blogspot.com/