Seberapa Jauh Seharusnya Kita Melangkah?
Sepertinya, semua bentuk kehidupan di planet ini berjuang kearah pemaksimalan potensinya... kecuali umat manusia.
Sebatang pohon tidak akan tumbuh hanya setengah dari ukuran potensinya, kemudian mengatakan, "Aku rasa ini sudah cukup."
Sebatang pohon akan menancapkan akarnya sedalam mungkin. Dia akan menyerap nutrisi sebanyak yang ia bisa, meregang setinggi dan selebar yang diijinkan oleh alam, kemudian menengok kebawah seakan-akan ingin mengingatkan kita mengenai seberapa banyak kita bisa menjadi hanya bila kita melaksanakan semua yang kita bisa.
Tapi mengapa manusia, yang pastinya yaitu bentuk kehidupan paling cerdas dibumi, tidak berjuang untuk mencapai potensinya yang maksimal? Mengapa kita membiarkan diri untuk berhenti setengah jalan? Mengapa kita tidak berjuang secara terus menerus untuk menjadi semua yang kita bisa?
Alasannya simpel: Kita telah diberikan kebebasan untuk memilih.
Dalam sebagian besar kasus, pilihan itu yaitu suatu anugrah. Tapi dikala datang waktunya untuk melaksanakan semua yang kita bisa dengan kemampuan dan peluang yang kita miliki, terkadang piihan lebih cenderung menjadi kutukan dibanding anugrah.
Terlalu sering kita lebih menentukan untuk melaksanakan kurang dari yang kita bisa. Kita lebih menentukan untuk bersantai dibawah bayangan pohon yang tumbuh dibanding menggandakan perjuangannya untuk mencapai ketinggian.
Dua Pilihan yang Kita Hadapi
Masing-masing kita punya dua pilihan yang berbeda dalam menentukan apa yang akan kita lakukan dengan hidup kita. Pilihan pertama yaitu menjadi kurang dari yang kita mampu. Untuk kurang menghasilkan. Untuk kurang mendapatkan.
Untuk kurang membaca dan kurang berpikir. Untuk kurang mencoba dan kurang disiplin. Ini yaitu pilihan yang mengarah pada kehidupan yang hampa. Ini yaitu pilihan, yang begitu dibuat, akan mengarah pada kehidupan yang terus menerus memprihatinkan.
Dan pilihan kedua? Untuk melaksanakan semuanya. Untuk menjadi semua yang mungkin kita mampu. Untuk membaca semua buku yang mungkin kita bisa. Untuk menghasilkan sebanyak yang kita bisa.
Untuk menunjukkan dan membagikan sebanyak yang kita bisa. Untuk berjuang dan memproduksi serta mencapai sebanyak yang kita bisa. Kita semua punya pilihan ini.
Untuk melaksanakan atau melalaikan. Untuk menjadi atau tidak menjadi. Untuk menjadi semuanya atau menjadi kurang atau tidak menjadi apapun.
Sama menyerupai pohon, itu akan menjadi tantangan yang berharga bagi kita semua untuk berkembang ke atas dan kesamping untuk mengukur kemampuan kita. Mengapa tidak melaksanakan semua yang kita bisa, disetiap dikala yang kita bisa, yang terbaik yang kita bisa, selama yang kita mampu?
Tujuan yang paling utama dari kehidupan kita seharusnya yaitu untuk membuat sebanyak mungkin yang diijinkan oleh bakat, kemampuan, dan hasrat kita. Untuk melaksanakan kurang dari yang kita bisa itu yaitu kegagalan dalam melaksanakan hal yang berharga ini.
Hasil yaitu ukuran terbaik dari perkembangan manusia. Bukan percakapan. Bukan penjelasan. Bukan pembenaran. Tapi hasil! Dan bila hasil kita kurang dari yang disarankan oleh potensi kita seharusnya, maka kita harus berjuang untuk menjadi lebih dibanding dikala ini dan kemarin.
Reward terbesar itu selalu disimpan untuk mereka yang menunjukkan nilai besar bagi dirinya dan dunia disekitar mereka, sebagai hasil dari menjadi siapa dan apa yang telah mereka lakukan.
Sumber https://wownita.blogspot.com/