Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nostalgia Masa-Masa Ingusan

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

"Bermain" mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil, sejuta kisah luar biasa ihwal masa-masa ingusan, sebuah masa tak tergantikan di periode 90-an. Bisa dibilang jika setiap orang yang pernah hidup di dunia ini niscaya pernah mengalami masa kecil, kecuali Adam dan Hawa, nah dalam posting ini saya akan mencoba membawa teman-teman kepada masa-masa puluhan (atau mungkin belasan) tahun silam. Sekarang mari ketik tanggal-bulan-tahun tujuan kita dan kemudian tekan Enter (seperti pada sinetron Lorong Waktu).

* * *

Childhood Games

Kita semua niscaya pernah mencicipi yang namanya masa kecil, barangkali sobat yang baca ini ada yang masih kecil. Seperti kata pepatah, lain burung lain habitat, lain kampung lain pula dongeng yang di dapat (pepatah macam apa ini). Saya ialah orang kampung sahabat (termasuk orang kampungan), saya menghabiskan masa kecil pada sebuah desa di kabupaten sebelah barat bahari di Sulawesi Selatan, Kabupaten Pinrang. Masa kecil saya mungkin berbeda dengan masa kecil anak jaman sekarang. Dahulu ketika saya kecil dimana kemajuan teknologi masih belum bisa menjangkau kami, bahkan mungkin jika signal mau masuk ke kampung saya itu signal akan pikir-pikir dulu, tetapi meski begitu saya dan sahabat sepermainan kala itu tetap bisa bermain dengan senang meski tanpa smartphone dan dunia maya, alasannya kesenangan tidak harus mahal.

Bisa di bilang permainan masa kecil jaman dulu sangat sederhana, tidak perlu buku panduan, tidak perlu biaya mahal, hanya perlu fisik yang sehat, tempat yang memungkinkan, peralatan seadanya, personil secukupnya (dan yang paling penting ialah izin resmi untuk bermain dari emak).

Dari situlah tercipta sebuah kebahagiaan. Lihatlah bagaimana tumpukan beberapa serpihan keramik dan sebuah bola kasti atau dengan sendal jepit kami bisa bermain, entah apa namanya di tempat kalian tetapi saya dan teman-teman saya menyebutnya boi atau boy (toh penyebutannya sama saja), mungkin alasannya biasanya dimainkan oleh anak pria jadi namanya menyerupai itu atau mungkin penemunya berjulukan Muh. Boy Purnomo atau Boilor Moon dan Boichan, entahlah.

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

Ada pula permainan lain yang hanya dengan tali rajutan sepanjang 3-5m yang dibentuk dari 1/4 kg karet ditambah beberapa personil terciptalah permainan lompat karet, permainan yang menciptakan saya bisa melompat lebih tinggi dari tinggi tubuh saya (saat itu tinggi tubuh saya masih kalah dengan rice box), ada pula gasing, mercon, layangan, bahkan dengan segenggam kelereng, atau sebuah tongkat kayu dan ban bekas, ataupun dua tongkat kayu yang tak seukuran dan sedikit lubang di tanah (cangke), dua tongkat bambu sepanjang 2m dengan pijakan (longgak/enggrang), bahkan dengan contoh garis tertentu diatas tanah bisa menjadi permainan bagi belum dewasa 90-an, see bagaimana belahan keramik dan kapur bisa menciptakan kami bahagia. Hahah..

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

 mungkin ialah kata yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaan masa kecil Nostalgia Masa-Masa Ingusan

Childhood Stories

Saya rindu masa kecil dimana persoalan terberat hanyalah PR matematika. Masa dimana sesudah pulang sekolah pribadi pergi main dengan mitra sebaya, kadang di sungai, kadang di empang, dan kadang dimarahi mamak.

Ketika anak kecil bermain maka akan hanya ada dua hal yang sanggup menghentikan permainan, pertama alasannya panggilan dari mamak dan yang kedua adzan magrib. Selain alasannya teman-teman yang memang sudah pada bubar.

Ketika adzan magrib berkumandang yang disertai dengan panggilan mamak maka tiada topan yang sanggup menghadang dan tiada rintang yang bisa menghalau. Dahulu yang menciptakan kami berhenti bermain hanya dua hal itu, tanpa perintah dan instruksi kami semua akan setuju pulang jika syarat diatas terpenuhi.

Kalau tidak dipatuhi, kayu bakar menunggu dirumah untuk mendarat di betis atau di pantat. Memang dahulu menyerupai itu teman, kami benar-benar segan dengan orang tua, jangankan ditegur, hanya melihat matanya melotot saja tepat kami akan mematung dan ketakutan, ketika dimana moral masih sangat dijunjung tinggi.

Satu hal pula yang tidak bisa saya lupakan ialah tontonan masa kecil, meskipun dahulu untuk menonton pun kami harus pergi ke rumah tetangga, itupun jika ada tetangga yang punya, jadi di kampung-kampung jika ada yang punya TV kala itu maka dialah orang paling "kaya" pada masanya dan beliau pula orang yang rumahnya akan selalu ramai setiap sore sampai malam.

Tontonan jaman dulu sangat berbeda dengan kini teman-teman, mungkin sudah banyak yang lupa dengan Rumah Cemara, Si Doel Anak Sekolahan, Lorong Waktu, Pernikahan Dini, Si Unyil, Jin & Jun, Jinny oh Jinny, Tuyul & Mbak Yul, Gerhana, Lorong Waktu, Saras 008, Anak Ajaib (Indra Ke Enam), Panji Manusia Milenium dan sederet sinema elektronik (sinetron) tempo dulu yang kadang bikin saya bernostalgia ketika mendengar soundtrack khas tahun 90-an.




Kalau malam datang tak satu pun dari kami boleh bermain diluar lagi, kata nenek nanti diculik hantu. Hari libur pun akan jadi hari bermain gembira, berdiri pagi-pagi hanya untuk menonton program kartun kesukaan, lupa sarapan lupa mandi omelan emak pun menggema di langit-langit rumah sepanjang hari. Tak ada TV pun bermain akan jauh lebih menyenangkan, pagi-pagi berenang di pantai, mencari bambanglecu, berenang di empang untuk menangkap ikan.

Sumber :
http://adriannisa.blogspot.co.id
https://www.brilio.net/