World Teacher Chap 44 B. Indonesia
Chapter 44 Wasiat Ibu
Diterjemahkan oleh
Cardeas Bartfeld
Terlahir sebagai putra sulung Raja sebelumnya, ia merupakan lelaki yang cocok menjadi penerus Raja lantaran talenta luar biasanya di banyak sekali bidang.
Namun, dirinya lebih ingin menjadi seorang petualang ketimbang menjadi raja.
Kepercayaan diri disertai intuisi yang tajam, ia juga lebih suka menggerakkan tubuh, terkadang pergi keluar dan berpetualang. Tentu, sebagai putra sulung, dirinya tak diizinkan melaksanakan itu. Hanya saja, ada seseorang yang mendukung aspirasi tersebut.
Orang itu yaitu adik Cardeas, Arious.
Arious mempunyai kepribadian yang tenang dan lembut, suka membaca buku, dan sangat berlawanan dengan saudaranya, namun hubungan di antara keduanya sangatlah erat.
Dan kemudian, yang terpilih sebagai penerus raja berikutnya adalah....putra kedua, Arious.
Raja sebelumnya menilai bahwa putra sulung yang tidak mempunyai motivasi, tidak cocok menjadi penguasa bahkan bila dirinya mampu. Untungnya, kemampuan Arious sebagai Raja cukuplah baik dan diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Karena Cardeas tak tertarik semenjak awal, ia melatih tubuhnya sambil mendukung adik laki-lakinya dalam bayang-bayang.
Dikombinasikan dengan kepribadian baik Arious, iklim politik yang stabil pun berlanjut. Selanjutnya, ia menikahi seorang aristokrat dan anak pertama hasilnya lahir. Selang beberapa tahun sehabis kelahiran anak kedua, Cardeas yang tidak lagi khawatir wacana penerus adiknya, memutuskan untuk pergi dalam petualangan yang ia impikan.
Lingkunganpun merasa keberatan, namun Arious mengizinkan dan mendorong punggungnya.
"Aku ingin kamu melihat dunia menggantikanku"
Demi adik yang memperlihatkan dorongan pada punggungnya tersebut, Cardeas pun memutuskan.
"Sepuluh tahun. Aku akan kembali sehabis sepuluh tahun dan akan langsung mendukungmu selama sisa hidupku"
Dengan kesepakatan itu, Cardeas hasilnya pergi dalam perjalanan panjang.
Tidak hanya menyenangkan, terkadang juga menyulitkan, tapi ia tetap menikmati petualangannya. Berkunjung ke banyak sekali belahan dunia, mengumpulkan banyak sekali pengalaman dan tumbuh semakin kuat.
Tahun-tahun berlalu dalam waktu singkat, suatu hari ketika Cardeas mendapatkan seruan dari serikat untuk memperoleh penghasilan, itulah waktu ketika dirinya bertemu dengan Laura, ibu Reese.
Karena sama-sama menjadi petualang, mereka bergaul bersahabat hingga membentuk kelompok dua orang. Saling melindungi punggung masing-masing, mungkin tak terelakkan bagi mereka untuk tertarik satu sama lain dengan bepergian bersama hingga hasilnya menjadi sepasang kekasih.
Berbagi tempat tidur bersama berkali-kali, dan ketika mereka berpikir wacana pernikahan....periode sepuluh tahunpun mendekat.
Cardeas kesulitan. Walau lebih baik untuk kembali bersama Laura, orang-orang mungkin takkan peduli padanya lantaran status perempuan itu yang hanya sebagai jelata sekaligus petualang. Di atas segala hal, ia tahu Laura tidak menyukai pilihan tersebut.
Tersisa dua pilihan.
Berpisah dari Laura, kembali ke kastil dan mendukung adiknya. Atau berpura-pura melupakan kesepakatan itu dan melaksanakan perjalanan bersama Laura.
Orang yang memutuskan ketika dirinya bimbang, tidak lain yaitu Laura sendiri. Dia mengajarinya segala hal hingga bahkan mendorongnya pergi.
"Itu kesepakatan kan? Cardi yang tidak bisa melindungi janjinya, bukanlah Cardi* yang saya cintai"
[Laura memanggil Cardeas dgn nama panggilan Cardi/カーディ]
Cardeas kemudian memutuskan untuk kembali ke kastil lantaran kata-kata tersebut, berpisah dari Laura dan pulang ke Elysion.
Kemudian, orang yang menunggu kedatanganya di kastil adalah....sosok adik laki-lakinya yang terbaring lemah di tempat tidur.
Arious jatuh sakit setahun yang lalu, dan ketika Cardeas kembali, ia sudah divonis tidak mempunyai banyak sisa hidup lagi. Sudah terlambat untuk pengobatan, adik yang lemah itu menyambutnya kembali sambil tertawa putus asa.
Beberapa hari kemudian....Arious meninggal.
Anak-anak Arious masih terlalu muda dan terlalu dini untuk menggantikannya. Ketika negara itu di landa duka, Cardeas melihat ke negara berjulukan Elysion yang dilindungi oleh adiknya kemudian memutuskan.
"Aku....Tidak, aku* akan menjadi raja dan melindungi negara ini!"
[Cardeas mengucapkan 'aku' memakai kata 'Ore', kemudian ia mengoreksinya dengan berkata 'watashi'. Watashi terkesan lebih sopan dan formal]
Cardeas mengadopsi tiga anak Arious dan menjadi penguasa gres Elysion. Ngomong-ngomong, salah satu dari bawah umur itu yaitu Lifell-hime.
Tentu saja ada pihak yang keberatan, namun ia memotivasi dirinya sendiri sebagai laki-laki yang mempunyai kemampuan menjadi raja semenjak awal, membangun hubungan baik dan menghadapi mereka secara langsung. Dengan pengalaman dan intuisi yang didapat selama menjadi petualang, langkah-langkah politikpun terus dikembangkan dan menciptakan musuh-musuhnya secara sedikit demi sedikit bungkam. Dia menikah dengan seorang aristokrat populer dan memperoleh kelahiran putra tertua, menghabiskan setiap harinya sibuk menangani bisnis resmi....ketika dirinya sadar, sepuluh tahun selanjutnya hampir berlalu.
Pada suatu hari, sepucuk surat hingga padanya. Kertas itu sendiri kotor namun tampak sudah dikirimkan dengan kondusif lantaran terdapat sebuah stempel pribadi bila dilihat lebih dekat. Dia tahu satu-satunya orang yang mempunyai stempel itu selain dirinya. Tidak salah lagi, itu berasal dari cincin yang ia berikan kepada Laura selama perpisahan mereka.
Ada satu lembar kertas yang terlampir di surat tersebut. Sebuah kalimat yang tertulis disana mengguncangnya.
{Tolong jagalah putriku}
Cardeas langsung mencari asal surat itu dan mengirim bawahannya untuk melaksanakan penyelidikan.
Menurut laporan, Laura sudah meninggal lantaran penyakit dan diketahui mempunyai seorang putri berjulukan Faeris.
Sebelum mereka terpisah sepuluh tahun yang lalu, ia sudah mengandung anak Cardeas. Ketika perkara diselidiki, tidak ada kemungkinan terdapat laki-laki lain hingga membuatnya berpikir tanpa ragu, bahwa anak yang dikandung pada ketika itu yaitu putrinya.
Laura berpikir kalau anak biasa mungkin hanya akan menjadi penghalang bagi Cardeas. Makara ia membesarkannya tanpa memberitahu laki-laki itu.
Dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri lantaran langsung kembali ke Elysion dan meninggalkannya sendirian selama hampir sepuluh tahun. Cardeas segera mengirim surat untuk mengambil hak asuh Reese.
Disaat mereka bertatap muka, ia bisa melihat wajah Laura pada Reese.
Ekspresi macam apa yang harus dirinya tunjukkan kepada putri yang ia abaikan hingga sekarang....itulah yang dipikirkannya.
☆☆☆
Setelah menuntaskan monolog tersebut, laki-laki ini berjalan mendekati jendela dan menghela nafas.
"Aku tidak bermaksud memperlihatkan sisi ayah yang sekarang, tapi saya takkan mengabaikanmu lagi"
"Tou-sama...."
"Namun saya membuatmu terlibat dalam insiden itu. Hanya demi biar kamu tidak terjebak bersama para aristokrat bodoh, saya bertindak cuek seperti tidak peduli, tapi....sekarang berbeda. Kau tahu, saya ini yaitu ayah yang terburuk lantaran lebih menentukan menjadi raja daripada menjadi orangtua"
Dia ingin melindungi anaknya sendiri, Reese, tapi ia juga harus melindungi negaranya sebagai seorang raja. Apa yang ia pilih pada hasilnya yaitu negaranya. Sebagai seorang raja, ia tidak salah, itulah sebabnya ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri lantaran rasa tanggung jawab yang kuat. Selain itu, alasan ia menghindari Reese mungkin lantaran perasaan bersalah terhadap Laura.
"Laura senang menjadi petualang hingga ke lubuk hatinya, sama sepertiku. Namun, kesenangan itu terenggut lantaran diriku, dan bahkan saya belum sempat mengambil tanggung jawab hingga hasilnya Laura meninggal. Itu sebabnya....aku terlalu aib untuk menghadapimu"
Ketika mengandung seorang anak, ia seharusnya tidak sanggup melanjutkan pekerjaan sebagai seorang petualang. Untuk tinggal di kota dengan penghasilan yang tidak mencukupi sambil membesarkan bayi seorang diri, betapa sulitnya itu? Sungguh seorang perempuan dengan hati dan pikiran yang kuat.
"Yah, Faeris. Tidakkah kamu ingin berkata sesuatu pada si ndeso yang telah meninggalkanmu beserta ibumu, hingga membuatmu terjebak kedalam hal yang konyol? Jangan ragu bila kamu ingin memukul. Aku akan mendapatkan semuanya"
Sambil tertawa sedih, Cardeas memanggil Reese. Putrinya berdiri menanggapi, berjalan perlahan ke depan Cardeas, dan mengambil napas dalam-dalam.
"Tolong jangan memutuskannya sendiri!!"
Sebuah tamparan mengiringi jeritannya. Hanya saja, ia tidak menampar dengan kekuatan dan hanya menjadikan bunyi tepukan kecil.
"Kenapa kamu harus memutuskannya sendiri?! Tolong jangan katakan itu ketika kamu tidak tahu wacana perasaan ibu dan perasaanku!!"
"....Aku mengerti. Jika ingin membenci, tidak apa-apa, bencilah diriku sebanyak yang kamu suka"
"Kau masih salah! Dari awal, Tou-sama sudah salah! Kaa-sama....tidak pernah membenci Tou-sama"
"....Tapi aku....pada kalian...."
"Kaa-sama menyampaikan ini sebelum ia meninggal....'Jangan membenci ayahmu'...."
"....A-Apa....?!"
Begitu Reese berucap bahwa ia tidak membencinya, Cardeas membuka lebar mata dan terkaku. Dari sudut pandang seorang raja, ia merasakan keresahan hingga berpikir Laura dan Reese ingin menikam jantungnya hingga sekarang.
"Kaa-sama sering bercerita wacana kehebatan Tou-sama, ia berbicara dengan besar hati seperti yang ia ceritakan yaitu dirinya sendiri. Pada ketika itu, saya tidak benar-benar mengerti dan menganggap Tou-sama sudah mati, tetapi saya memahaminya dengan terang sekarang. Kaa-sama besar hati pada Tou-sama. Tou-sama yang sebagai Raja...."
"Laura....kau...."
"Karena itu, saya juga tidak bisa menyalahkan Tou-sama yang hidup sebagai Raja dan takkan bisa. Tapi, ada satu hal yang ingin saya dengar. Apakah aku....apakah hal yang baik bagiku untuk dilahirkan sebagai putri Tou-sama?"
"Tentu saja! Ketika tau bahwa Laura meninggal, saya lupa kalau diriku akan frustasi bila kamu juga meninggalkanku!"
"....Aku senang. Sudah cukup bagiku untuk mengetahui kalau kamu merasa senang lantaran saya menjadi putrimu"
"Faeris....apa kamu memaafkanku?"
"Memaafkan atau apapun itu, pada awalnya saya tidak marah. Selain itu, Tou-sama, tolong panggil saya Reese"
Ketika Reese tersenyum, wajah Cardeas yang kaku ikut tersenyum. Beban berat yang dirinya pikul wacana Laura pun pecah dan ia tampak seolah cerah kembali.
"Huuhh....benar. Reese, terima kasih sudah memberitahuku kata-kata Laura"
"Ya!"
Kesalahpahaman diantara keduanya pun terselaikan, waktu kemudian terliputi suasana hati yang sangat baik. Hanya saja, masih ada satu hal yang belum memuaskan. Karena ia telah dipandang sebagai seorang ayah, saya mengerti apa yang diinginkan Reese untuk ketika ini.
"Maaf menganggu, Yang Mulia. Bolehkah saya menyampaikan sesuatu? Sebagai orang tua, tidakkah lebih baik menepuk kepalanya bila Anda sedang memuji seorang anak?"
"....Yah, itu memang benar. Terima kasih, Reese"
"Aah...."
Rambutnya menjadi awut-awutan oleh belaian yang sedikit kasar, namun Reese senang dari lubuk hatinya ketika ditepuk oleh ayah kandungnya.
Kesenjangan antara Reese dan ayahnya hasilnya terkubur. Mungkin masih terasa canggung tapi setidaknya itu bukanlah hal yang buruk.
Ketika ketegangan di udara lenyap dan Senia menyiapkan teh baru, pelayan Cardeas mulai berbicara padanya.
"Yang Mulia. Anda harus segera kembali ke istana, kalau tidak ini mungkin menghipnotis urusan pemerintahan"
"Begitukah....haruskah saya kembali?"
Ketika Cardeas menatap Reese tanpa sengaja, pandangannya bertemu dengan mata putrinya yang tampak kecewa. Melihat tatapan menyerupai anak anjing terbuang itu, laki-laki ini memejamkan mata sambil berpikir dan kemudian bertanya kepada pelayannya.
"Yah, Jin. Bagaimana kelihatannya pipiku sekarang?"
"Jejak tamparan Lifell-sama masih tampak jelas"
"Dengan wajah menyerupai ini, mustahil bagiku untuk pergi keluar sebagai raja yang menghadapi para pengikutnya"
"Itu benar. Untungnya, disini yaitu sanatorium. Jika Anda berendam di air panas, bekas itu mungkin akan lenyap sehabis satu hari"
"Hmm, haruskah saya melaksanakan itu? Aku akan merepotkanmu"
"Tidak masalah. Kalau begitu, saya akan kembali ke kastil"
"Aku serahkan padamu"
Pelayan yang dipanggil Jin meninggalkan ruangan tanpa bersuara. Kemudian, Cardeas yang masih disini duduk di sofa dan mengajak Reese untuk duduk di sampingnya.
"Reese, bila tidak apa-apa, maukah kamu menceritakan lebih banyak wacana Laura? Selain itu, saya ingin tahu bagaimana keadaanmu di sekolah"
"Y-Ya!"
Lifell-hime dan yang lainnya merasa lega melihat adegan di mana orang bau tanah dan anak dengan hening duduk di sofa, Emilia dan Reus juga mengangguk puas. Entah bagaimana problem ini telah berakhir hening sehingga mungkin Reese tidak akan melihatku lagi sebagai pengganti ayahnya di masa depan.
"Oh ya, apa kamu tahu ini, ayah? Reese mempunyai seseorang yang ia sukai"
“Ane-sama?! Apa kamu harus membicarakannya sekarang?!"
"Hou? Jadi, yang mana dari keduanya...."
Sudah terlambat untuk melarikan diri....lebih tepatnya, keluar dari ruangan ini. Mulai sekarang, ku pikir ini harusnya menjadi pembicaraan antara anggota keluarga dan saya berencana meminjam dapur untuk menciptakan semacam kue.
Sia-sia saja, lantaran tampaknya akan merepotkan, saya tidak lari.
"Aniki, ayah Reese-ane melotot kesini ketika saya hendak keluar dari ruangan, kamu tahu?"
"Itu hanya imajinasimu. Yah, saya akan ke dapur, jadi apa yang harus saya buat? Pembicaraan akan serasa lebih hidup bila kita makan kue"
"Itu benar"
Kami pergi dan menerima izin untuk meminjam penggalan dari dapur demi menciptakan kue. Aku ditunjukkan bahan-bahan apa saja yang tersedia di sini oleh si koki, lantaran ada banyak sekali jenis, tampaknya saya bisa menciptakan camilan manis favorit Reese, cheesecake.
Meskipun tidak ada oven, saya memutuskan untuk menciptakan peralatan pengganti panggangan sambil meminta Emilia mengumpulkan bahan-bahan. Tenaga panasnya berasal dari deretan sihir, dan lantaran saya sendiri bisa menggambar deretan sihirnya, itu bisa langsung dibuat. Peralatan menyerupai panggangan pun jadi ketika saya selesai menggambar deretan sihir pada wadah kedap udara yang terbuat dari materi tahan panas. Ini hanyalah peralatan sekali pakai yang gampang dibuat.
Setelah mencampuri bahan-bahan yang disiapkan Emilia, menaruhnya ke dalam oven, selang beberapa menit kemudian....cheesecake hasilnya selesai. Aku mengalami kesulitan lantaran ovennya sederhana tapi seharusnya tidak ada problem dengan rasanya.
Si koki tampak bersemangat pada ketika memasak sambil mencatat. Aku pikir tak ada artinya bila kamu tak punya peralatan pengganti oven, hanya saja peralatan yang menyerupai panggangan sungguhan akan diproduksi secara massal dan diiklankan oleh Perusahaan Galgan segera.
Aku meninggalkan tempat itu selama kira-kira dua jam, Reese dan yang lain sedang mengobrol gembira di ruang tamu.
Perasaan jelek di antara keduanya hampir hilang, Cardeas mempunyai figur seorang ayah yang bersama-sama ketika ia tertawa dan menikmati dialog dengan Reese.
"Reese telah menjadi lebih kuat. Ketika kami bertemu untuk pertama kalinya, ia hanyalah seorang anak yang bahkan tidak bisa mengucapkan apapun"
"Yah, itu berkat Ane-sama. Dan juga semua orang. Khusus untuk Sirius-san....Aah, Sirius-san, kemana kamu pergi?"
"Aku menciptakan ini"
Reese sadar ketika kami kembali, tatapannya langsung berkilauan disaat melihat camilan manis yang saya bawa. Lifell-hime serta yang lainnya pun tersenyum dan tampak bahagia. Satu-satunya orang yang tidak tahu wacana ini, Cardeas, sedang melihat cheesecake dengan tanda tanya di wajahnya.
"Hmm, kamu yaitu Sirius kan. Apa ini?"
"Ini camilan manis yang saya buat. Meskipun sudah hampir waktunya makan siang, apakah semua orang ingin merasakan camilan manis yang gres dipanggang ini?"
"Tentu. Ayah juga, silakan makan lantaran ini benar-benar enak. Senia"
"Baik. Sirius-sama, silahkan duduk di sofa lantaran saya akan memotong kuenya"
"Terimakasih"
Karena Senia mengajukan diri, saya memutuskan untuk menyerahkan pembagian camilan manis padanya. Setelah diberi sepotong oleh Senia, saya duduk di tempat yang sama beberapa ketika yang lalu, namun tatapan Cardeas mengerikan. Mungkin, saya diamati lantaran ia tahu saya yaitu guru Reese. Meskipun hanya Raja sekarang, tatapannya sangat tajam dan saya bisa memperkirakan bahwa ia hanya menatap kesini.
'Hei keparat*, apa kamu sudah berani macam-macam pada putriku, hah?'....dengan bunyi menyerupai Yakuza yang sanggup didengar dan rasanya bukanlah pertanyaan.
Akupun menghindari pelototannya dan beralih untuk melihat Senia. Seperti yang dibutuhkan dari seorang pembantu langsung untuk seorang putri, ia memotong camilan manis sama rata sesuai dengan jumlah orang yang hadir hanya dengan melihat secara fisik. Diakhiri dengan sedikit pengujian makanan, ia mengatur irisan camilan manis kehadapan setiap orang....
"....Oi. Kenapa bagianku satu-satunya yang kecil?"
Hanya penggalan Cardeas yang terang berbeda.
Jika ukuran kueku biasanya bernilai sepuluh, camilan manis untuk porsi Cardeas hanya bernilai enam. Di lain sisi, Reese dan Lifell-hime masing-masingnya menerima camilan manis senilai duabelas*.
[Angka2 diatas cuma perbandingan]
Wajar baginya untuk keberatan atas hal ini, hanya saja Senia yang ditanyai bertindak tak peduli.
"Tidak, bukankah ini sama?"
"Bagian mananya yang sama? Darimanapun kamu melihat, bagianku lah yang paling kecil"
"Menurutku sama"
"Tapi ini...."
"Ini sama"
"Tidak, itu sebabnya...."
"Ini sama"
"....Hmm"
Oi, ia dikalahkan.
Ketika dipikir-pikir lagi, Senia mengasihi Reese sebagai seorang adik perempuan, ia harusnya murka ketika Reese dibentuk sebagai umpan. Sebagai pelayan, ia tidak bisa menamparnya menyerupai Lifel-hime, namun apapun itu anggun selama ia bisa membalas dendam. Dibandingkan dengan tamparan, ini menggemaskan....
"Muu?! Sungguh cita rasa yang luar biasa! Apakah masih ada lagi?"
"Sudah habis. Reese, cheesecake-nya enak ya"
"Iya! Ini lebih enak ketika saya memakannya dengan semua orang!"
"Baiklah anak-anak, maukah kalian membuatkan sedikit denganku?"
""Tidak!""
"Muoooh!"
Efeknya luar biasa.
Kedua anak perempuan itu tertawa gembira atas ayah mereka yang frustrasi. Reese mungkin merindukan hari-hari menyerupai ini sepanjang waktu.
"Ya, Reese. Ada satu hal yang ingin saya dengar"
"Apa itu Ane-sama?"
"Aku mendengar dari Sirius-kun bahwa kamu dititipkan cheesecake beberapa kali ketika kamu tiba berkunjung ke tempatku tapi....kakak heran, kenapa yang kini yaitu pertama kalinya abang memakan ini?"
"....Ah?"
"Tawa bodohmu itu juga sangat imut. Tapi kamu tahu, hati abang kini dipenuhi api"
"Ane-sama....maafkan aku"
"....Tidak "
....Yah, itulah skinship* harian antara saudara perempuan.
[Berpelukan, saling melekat pipi, bergandengan tangan, dll yg menunjukan kedekatan hubungan antar dua orang atau lebih]
Tidak perlu tahu apa yang terjadi pada Reese setelahnya. Jika boleh menyampaikan satu hal, kami para lelaki, hanya menatap pemandangan ini dengan ekspresi lembut.
☆☆☆
Kami kemudian makan siang. Dan ketika memasuki pemandian air panas sekali lagi, Cardeas menerobos masuk ke dalam.
Meskipun sebagai raja, dirinya mempunyai otot yang kencang lantaran pernah menjadi seorang petualang. Ketika benakku dipenuhi kebanggaan atas otot-ototnya, entah kenapa Reus mencoba menantang dengan memamerkan otot-ototnya juga.
"Aku takkan kalah! Bagaimana dengan ini, Aniki!"
"Hoho, beginilah anak muda. Kau punya otot yang sangat luar biasa!"
Cardeas tampaknya tidak keberatan sama sekali dengan bahasa Reus. Mereka memperlihatkan otot satu sama lain dan kemudian memuji masing-masing, keduanya tertawa keras dan tampak menyerupai orang bau tanah dan anak, bahkan melebihi ketika dengan Reese. Mereka sejenis ya?
Ngomong-ngomong, kegemparan menjadi tenang sehabis beberapa saat. Cardeas tiba-tiba berbicara padaku segera sehabis dirinya duduk di sebelahku.
"Aku mendengar tentangmu dari putriku. Tampaknya mereka meminta bantuanmu dalam banyak sekali hal"
"Aku hanya melakukannya lantaran saya ingin melakukannya"
"Hmm, tulus, ya? Namun tetap saja, melihat otot-otot tipis namun kekar itu, ternyata bisa membawa Reese dari kastil. Aku oke kalau Lifell hingga mencoba merekrutmu. Bagaimana dengan ini, daripada Lifell, bagaimana kalau bekerja untukku?"
"Terima kasih atas proposal Anda, tapi saya harus menolak"
"Kupikir kamu akan menyampaikan itu"
Apa sia-sia saja lantaran ia tidak memperlihatkan kekecewaannya sehabis ditolak? Cardeas bersandar di dinding dan menghela napas, bergumam sambil menatap langit-langit.
"....Ngomong-ngomong, apa pendapatmu wacana Reese?"
"Anak yang sangat manis dan lembut, juga pekerja keras dalam segala hal. Hanya saja....dia tidak cocok sebagai bangsawan"
Aku melihat Cardeas tertawa senang. Dia tercengang sebentar dengan tanggapan jujur itu, kemudian menepuk punggungku sambil terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kau memang benar. Dia memang tidak cocok sama sekali menjadi bangsawan, apalagi keluarga kerajaan. Jika ia memasuki rumah pelacuran*, ia akan dimakan dalam waktu singkat"
[Makutsu. Bisa diartikan sebagai rumah bordil (tempatnya para PSK), atau Sarang pencuri]
"Aku paling suka Reese-ane ketika ia makan kuliner yang ia sukai"
"Benar. Yang terbaik baginya yaitu hidup sebagai rakyat biasa disaat bersama dengan Laura. Aku berpikir untuk membawanya kembali ke kastil dan memperlihatkan pendidikan kerajaan, tapi pergi ke sekolah mungkin yaitu kesimpulan terbaik"
"Bukankah itu bagus. Reese mempunyai banyak kenalan di antara teman-teman sekelas dan ia juga senang pergi ke sekolah setiap harinya"
"Hmm, tolong jaga Reese mulai sekarang. Tapi...."
Dan kemudian, ia meletakkan tangannya di pundakku dengan erat. Emm....Aku bisa mendengar bunyi berderit dari bahuku, dan itu menyakitkan.
"Aku tidak akan membiarkanmu berafiliasi dengan Reese"
'Aku tidak berpacaran dengannya'....itu yaitu sesuatu yang tak bisa kuucapkan lantaran ada tekanan yang tak terbantahkan ketika ini. Sepertinya saya tidak bisa menang melawan kekuatan seorang ayah yang memikirkan putrinya.
☆☆☆
Kami tinggal di sanatorium hingga sore, dan lantaran akan jelek untuk meninggalkan asrama sekolah kosong selama dua hari, kami pun kembali.
Pada hari berikutnya, kami kecuali Reese pergi ke sekolah. Disebabkan alasan pekerjaan yang diberikan pada Magna-sensei, ia sedikit murka lantaran kami tidak masuk kelas selama dua hari.
Setelah situasi itu, saya menyimpulkan keseluruhan insiden sendiri.
Pertama yaitu Reese. Rahasianya akan tetap sebagai rahasia. Aku muncul selama upacara pertunangan, namun semua aristokrat yang menyadari wacana ini ditangkap dan keluar pengumuman bahwa gadis itu dipekerjakan sebagai umpan. Selain itu, mengingat banyak pihak yang terlibat dari sisi kastil, ia bisa tiba ke sekolah lagi ketika kegemparan berlama-lama mereda.
Reese tinggal bersama dengan saudara perempuannya hingga ketika itu di sanatorium, dan lantaran kami juga kadang kala datang, ia melewatkan waktu dengan gembira.
Ada lebih dari lima puluh aristokrat yang berpartisipasi dalam upacara tersebut.
Tampaknya 80 hingga 90 persen aristokrat kehilangan gelar mereka, diusir dari Elysion, atau sedang ditangani secara rahasia. Awalnya, kejahatan kecil sudah bisa melumpuhkan politik, jadi ketika itu semakin besar, menjadi sulit untuk dihentikan. Meskipun ada penolakan dari para tersangka, mereka tidak bisa berbuat apapun selain membisu ketika bukti yang telah dikumpulkan wacana korupsi mereka diserahkan kepada Raja.
Dan kemudian, ada pasangan ijab kabul Reese, Kura. Dia sedih ketika ayahnya disamakan dengan kelompok aristokrat jahat, hanya saja ia tampak cerah untuk sementara seperti telah dibebaskan.
Kejahatannya tidak serius, ia dipindahkan ke wilayah terpencil jauh dari Elysion dengan beberapa pembantu dan....bersama dengan gadis yang lemah itu. Aku tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan, tapi mereka mungkin akan baik-baik saja lantaran ada laporan yang menyampaikan bahwa ia berafiliasi dekat dengan si gadis.
Terakhir, wacana kami.
Tersebar kabar bahwa gangguan upacara sepenuhnya diinstruksikan oleh sang raja, dan orang yang menculik Reese yaitu prajurit pribadinya. Karena sedang menyamar dan tak ada bukti sosok kami atau bahkan jejak yang ditemukan, kami tidak punya problem untuk berjalan-jalan di kota mulai sekarang.
Kami memang telah berkenalan dengan Raja, namun pertemuan di kamar mandi itu ternyata bukanlah pertemuan terakhir. Sang Raja tidak menggulirkan kami dengan politik dan tentu saja lantaran kami juga tidak ingin terlibat. Aku bertemu Lifell-hime melalui Reese, dan itu untuk memberi kue.
Jika Reese sudah bisa pergi ke sekolah, keadaanpun sudah bisa dikatakan normal lagi.
Ketika berbicara wacana perubahan aspek, problem Emilia dan Reus hasilnya dipecahkan dengan ikut tinggal di pondok berlian.
Ketika saya mengizinkan mereka untuk tinggal, Emilia segera membawa barang-barangnya ke dalam ruangan dan menuntaskan urusan pindah rumah hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Aku tahu diriku sudah mempersiapkan ini sebelumnya tapi saya tidak berpikir ia sebegitu inginnya berada di sini.
Meskipun kamarnya lebih kecil dari yang sebelumnya, terdapat dua tempat tidur di kamar Emilia. Satunya untuk Reese, keputusan untuk tinggal di sini diambil ketika ia kembali ke sekolah.
Meskipun mencoba menghentikan kepanikan sahabat sekamarnya, Reus juga selesai berpindah, pondok berlian tempatku dulu tinggal sendiri pun tiba-tiba menjadi lebih hidup.
☆☆☆
Beberapa hari kemudian....festival panen dimulai di Elysion.
Kota dipenuhi keaktifan, semua orang menikmati festival, banyak sekali kios gres juga mulai berbaris di banyak sekali tempat. Seluruh Elysion bergembira lantaran bazar dan itu berlangsung selama beberapa hari.
"Meskipun biasanya ada banyak orang, hari ini jumlahnya tidak mengecewakan tak terduga, Aniki"
"Jangan hingga tersesat, kalian mengerti"
"Tidak masalah. Kami takkan kehilangan pandangan dari Sirius-sama"
Sambil mendorong gelombang orang disana-sini, kami memasuki suasana bazar dan berjalan menuju sentra kota. Kami menikmatinya dengan melihat banyak sekali kios di jalan, window shopping*, dan membeli tusuk sate.
[Yah, pada dasarnya cuma melihat-lihat barang2 apa saja yg dijual pada sebuah toko tanpa membelinya. Ini biasanya dilakukan untuk materi pertimbangan dimasa depan, kayak "beberapa ahad lagi si A ulang tahun, saya harus beli apa ya nantinya? Lihat2 dulu deh"]
"Meskipun sate juga anggun di festival, saya ingin Takoyaki"
"Apa itu Takoyaki, Aniki?! Apakah enak?!"
"Aah, ya, enak. Karena saya akan membuatnya lain kali, pertama-tama, berhentilah mengayunkan tusuk sate itu dengan kedua tangan"
"Dimengerti!"
Berjalan berdampingan dengan Reus yang berfokus makan sejumlah besar sate, kami kemudian tiba di tempat pertemuan. Di sinilah kami berencana untuk bergabung dengan Reese, tapi tampaknya ia belum datang.
"Sirius-sama, tolong buka mulutmu"
"Aah....hmm, agak ringan tapi tidak buruk. Dari mana kamu membelinya?"
"Ya, sahabat sekelas membuka warung di sana. Mereka kelihatannya benar-benar memanfaatkan bumbu yang saya sarankan"
Aku menunggu beberapa menit sambil memakan kuliner yang saya terima dari Emilia. Reus yang selesai dengan daging satenya terlihat menemukan seseorang di kerumunan.
"Aniki, bukankah yang disana itu Lifell-ane?"
Ketika saya melihat ke arah yang Reus tunjuk, rambut berekor kuda dicat warna biru dari yang aslinya merah, Lifell-hime mengenakan gaun one-piece yang indah tiba sambil melipat tangannya dengan Melt. Ngomong-ngomong, akulah yang memperlihatkan produk pewarna rambutnya sebagai hadiah.
Senia dan Melt mengenakan pakaian gaun satu tingkat lebih rendah menyerupai biasa dan rambut mereka juga di warnai. Memang menarik sedikit perhatian tapi kemampuan mereka untuk menyatu dengan latar tempat sentra kota sungguh hebat.
"Kenapa kamu berpisah dariku? Kau akan tersesat bila tidak melekat lebih dekat"
"T-Tapi, aku...."
"Menjadi panik hanya lantaran bergandengan tangan...."
"Itu benar. Karena kita bertunangan, hadapilah dengan tegap"
Dari dongeng yang saya dengar, mereka tiba ke bazar sebagai pasangan yang ikut membawa seorang pelayan. Demi bisa berakting dalam drama itu, Melt yang tampak bermasalah melewati kami.
"Apa kamu tidak mau berbicara dengan mereka, Aniki?"
"Aku akan mengabaikan mereka sendiri untuk sekarang. Yang terbaik yaitu meninggalkan ketiga orang itu, kamu tahu"
Mengalihkan pandangan dari pasangan senang yang menyamar barusan, muncul sosok Reese ketika saya secara tak sengaja menoleh ke penggalan dalam etalase sebuah kedai. Namun ia tidak sendirian, ada laki-laki bertubuh besar di sisinya.
"Tou-sama, bagaimana kalau kita mencoba memakan ini sekarang?"
"Sate ya. Hei pemilik toko, saya ingin kamu memanggang mereka semua"
Pria di sampingnya mempunyai rambut dicat hitam dan mengenakan pakaian menyerupai orang biasa yaitu Cardeas.
Sepertinya ia menyelinap pergi dari kastil untuk menikmati bazar bersama putrinya. Para menteri dan bawahannya mungkin sedang berusaha yang terbaik dengan mata berkaca-kaca ketika ini.
Mereka berdua memakan sate yang di pesan dalam waktu singkat. Selanjutnya, mereka menikmati hidangan panggang dengan kedua tangan. Penampilan hening ketika makan benar-benar menghangatkan hati tapi....mereka makan dengan penuh semangat tanpa rasa berhenti bahkan ketika sudah berada di tusuk kesepuluh.
Ini yaitu adegan di mana kamu sanggup yakin bahwa keduanya yaitu orang bau tanah dan anak.
"Aah, Sirius-san!"
Ketika Reese melihat sekeliling dengan iseng, ia menyadari kehadiran kami, melambaikan tangannya kemudian berlari ke sini.
Cardeas juga mengikuti dari belakang dengan berjalan diiringi tatapan tajam sambil memakan daging sate, namun tanpa menyampaikan apapun wacana putrinya yang bersemangat.
"Tou-sama membelikanku banyak hal!"
Aku bisa melihatnya tersenyum cerah tanpa perasaan cemas dan celah dengan ayahnya juga telah benar-benar terkubur.
☆☆☆Chapter 44 berakhir disini☆☆☆
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
Cardeas Bartfeld
Terlahir sebagai putra sulung Raja sebelumnya, ia merupakan lelaki yang cocok menjadi penerus Raja lantaran talenta luar biasanya di banyak sekali bidang.
Namun, dirinya lebih ingin menjadi seorang petualang ketimbang menjadi raja.
Kepercayaan diri disertai intuisi yang tajam, ia juga lebih suka menggerakkan tubuh, terkadang pergi keluar dan berpetualang. Tentu, sebagai putra sulung, dirinya tak diizinkan melaksanakan itu. Hanya saja, ada seseorang yang mendukung aspirasi tersebut.
Orang itu yaitu adik Cardeas, Arious.
Arious mempunyai kepribadian yang tenang dan lembut, suka membaca buku, dan sangat berlawanan dengan saudaranya, namun hubungan di antara keduanya sangatlah erat.
Dan kemudian, yang terpilih sebagai penerus raja berikutnya adalah....putra kedua, Arious.
Raja sebelumnya menilai bahwa putra sulung yang tidak mempunyai motivasi, tidak cocok menjadi penguasa bahkan bila dirinya mampu. Untungnya, kemampuan Arious sebagai Raja cukuplah baik dan diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Karena Cardeas tak tertarik semenjak awal, ia melatih tubuhnya sambil mendukung adik laki-lakinya dalam bayang-bayang.
Dikombinasikan dengan kepribadian baik Arious, iklim politik yang stabil pun berlanjut. Selanjutnya, ia menikahi seorang aristokrat dan anak pertama hasilnya lahir. Selang beberapa tahun sehabis kelahiran anak kedua, Cardeas yang tidak lagi khawatir wacana penerus adiknya, memutuskan untuk pergi dalam petualangan yang ia impikan.
Lingkunganpun merasa keberatan, namun Arious mengizinkan dan mendorong punggungnya.
"Aku ingin kamu melihat dunia menggantikanku"
Demi adik yang memperlihatkan dorongan pada punggungnya tersebut, Cardeas pun memutuskan.
"Sepuluh tahun. Aku akan kembali sehabis sepuluh tahun dan akan langsung mendukungmu selama sisa hidupku"
Dengan kesepakatan itu, Cardeas hasilnya pergi dalam perjalanan panjang.
Tidak hanya menyenangkan, terkadang juga menyulitkan, tapi ia tetap menikmati petualangannya. Berkunjung ke banyak sekali belahan dunia, mengumpulkan banyak sekali pengalaman dan tumbuh semakin kuat.
Tahun-tahun berlalu dalam waktu singkat, suatu hari ketika Cardeas mendapatkan seruan dari serikat untuk memperoleh penghasilan, itulah waktu ketika dirinya bertemu dengan Laura, ibu Reese.
Karena sama-sama menjadi petualang, mereka bergaul bersahabat hingga membentuk kelompok dua orang. Saling melindungi punggung masing-masing, mungkin tak terelakkan bagi mereka untuk tertarik satu sama lain dengan bepergian bersama hingga hasilnya menjadi sepasang kekasih.
Berbagi tempat tidur bersama berkali-kali, dan ketika mereka berpikir wacana pernikahan....periode sepuluh tahunpun mendekat.
Cardeas kesulitan. Walau lebih baik untuk kembali bersama Laura, orang-orang mungkin takkan peduli padanya lantaran status perempuan itu yang hanya sebagai jelata sekaligus petualang. Di atas segala hal, ia tahu Laura tidak menyukai pilihan tersebut.
Tersisa dua pilihan.
Berpisah dari Laura, kembali ke kastil dan mendukung adiknya. Atau berpura-pura melupakan kesepakatan itu dan melaksanakan perjalanan bersama Laura.
Orang yang memutuskan ketika dirinya bimbang, tidak lain yaitu Laura sendiri. Dia mengajarinya segala hal hingga bahkan mendorongnya pergi.
"Itu kesepakatan kan? Cardi yang tidak bisa melindungi janjinya, bukanlah Cardi* yang saya cintai"
[Laura memanggil Cardeas dgn nama panggilan Cardi/カーディ]
Cardeas kemudian memutuskan untuk kembali ke kastil lantaran kata-kata tersebut, berpisah dari Laura dan pulang ke Elysion.
Kemudian, orang yang menunggu kedatanganya di kastil adalah....sosok adik laki-lakinya yang terbaring lemah di tempat tidur.
Arious jatuh sakit setahun yang lalu, dan ketika Cardeas kembali, ia sudah divonis tidak mempunyai banyak sisa hidup lagi. Sudah terlambat untuk pengobatan, adik yang lemah itu menyambutnya kembali sambil tertawa putus asa.
Beberapa hari kemudian....Arious meninggal.
Anak-anak Arious masih terlalu muda dan terlalu dini untuk menggantikannya. Ketika negara itu di landa duka, Cardeas melihat ke negara berjulukan Elysion yang dilindungi oleh adiknya kemudian memutuskan.
"Aku....Tidak, aku* akan menjadi raja dan melindungi negara ini!"
[Cardeas mengucapkan 'aku' memakai kata 'Ore', kemudian ia mengoreksinya dengan berkata 'watashi'. Watashi terkesan lebih sopan dan formal]
Cardeas mengadopsi tiga anak Arious dan menjadi penguasa gres Elysion. Ngomong-ngomong, salah satu dari bawah umur itu yaitu Lifell-hime.
Tentu saja ada pihak yang keberatan, namun ia memotivasi dirinya sendiri sebagai laki-laki yang mempunyai kemampuan menjadi raja semenjak awal, membangun hubungan baik dan menghadapi mereka secara langsung. Dengan pengalaman dan intuisi yang didapat selama menjadi petualang, langkah-langkah politikpun terus dikembangkan dan menciptakan musuh-musuhnya secara sedikit demi sedikit bungkam. Dia menikah dengan seorang aristokrat populer dan memperoleh kelahiran putra tertua, menghabiskan setiap harinya sibuk menangani bisnis resmi....ketika dirinya sadar, sepuluh tahun selanjutnya hampir berlalu.
Pada suatu hari, sepucuk surat hingga padanya. Kertas itu sendiri kotor namun tampak sudah dikirimkan dengan kondusif lantaran terdapat sebuah stempel pribadi bila dilihat lebih dekat. Dia tahu satu-satunya orang yang mempunyai stempel itu selain dirinya. Tidak salah lagi, itu berasal dari cincin yang ia berikan kepada Laura selama perpisahan mereka.
Ada satu lembar kertas yang terlampir di surat tersebut. Sebuah kalimat yang tertulis disana mengguncangnya.
{Tolong jagalah putriku}
Cardeas langsung mencari asal surat itu dan mengirim bawahannya untuk melaksanakan penyelidikan.
Menurut laporan, Laura sudah meninggal lantaran penyakit dan diketahui mempunyai seorang putri berjulukan Faeris.
Sebelum mereka terpisah sepuluh tahun yang lalu, ia sudah mengandung anak Cardeas. Ketika perkara diselidiki, tidak ada kemungkinan terdapat laki-laki lain hingga membuatnya berpikir tanpa ragu, bahwa anak yang dikandung pada ketika itu yaitu putrinya.
Laura berpikir kalau anak biasa mungkin hanya akan menjadi penghalang bagi Cardeas. Makara ia membesarkannya tanpa memberitahu laki-laki itu.
Dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri lantaran langsung kembali ke Elysion dan meninggalkannya sendirian selama hampir sepuluh tahun. Cardeas segera mengirim surat untuk mengambil hak asuh Reese.
Disaat mereka bertatap muka, ia bisa melihat wajah Laura pada Reese.
Ekspresi macam apa yang harus dirinya tunjukkan kepada putri yang ia abaikan hingga sekarang....itulah yang dipikirkannya.
☆☆☆
Setelah menuntaskan monolog tersebut, laki-laki ini berjalan mendekati jendela dan menghela nafas.
"Aku tidak bermaksud memperlihatkan sisi ayah yang sekarang, tapi saya takkan mengabaikanmu lagi"
"Tou-sama...."
"Namun saya membuatmu terlibat dalam insiden itu. Hanya demi biar kamu tidak terjebak bersama para aristokrat bodoh, saya bertindak cuek seperti tidak peduli, tapi....sekarang berbeda. Kau tahu, saya ini yaitu ayah yang terburuk lantaran lebih menentukan menjadi raja daripada menjadi orangtua"
Dia ingin melindungi anaknya sendiri, Reese, tapi ia juga harus melindungi negaranya sebagai seorang raja. Apa yang ia pilih pada hasilnya yaitu negaranya. Sebagai seorang raja, ia tidak salah, itulah sebabnya ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri lantaran rasa tanggung jawab yang kuat. Selain itu, alasan ia menghindari Reese mungkin lantaran perasaan bersalah terhadap Laura.
"Laura senang menjadi petualang hingga ke lubuk hatinya, sama sepertiku. Namun, kesenangan itu terenggut lantaran diriku, dan bahkan saya belum sempat mengambil tanggung jawab hingga hasilnya Laura meninggal. Itu sebabnya....aku terlalu aib untuk menghadapimu"
Ketika mengandung seorang anak, ia seharusnya tidak sanggup melanjutkan pekerjaan sebagai seorang petualang. Untuk tinggal di kota dengan penghasilan yang tidak mencukupi sambil membesarkan bayi seorang diri, betapa sulitnya itu? Sungguh seorang perempuan dengan hati dan pikiran yang kuat.
"Yah, Faeris. Tidakkah kamu ingin berkata sesuatu pada si ndeso yang telah meninggalkanmu beserta ibumu, hingga membuatmu terjebak kedalam hal yang konyol? Jangan ragu bila kamu ingin memukul. Aku akan mendapatkan semuanya"
Sambil tertawa sedih, Cardeas memanggil Reese. Putrinya berdiri menanggapi, berjalan perlahan ke depan Cardeas, dan mengambil napas dalam-dalam.
"Tolong jangan memutuskannya sendiri!!"
Sebuah tamparan mengiringi jeritannya. Hanya saja, ia tidak menampar dengan kekuatan dan hanya menjadikan bunyi tepukan kecil.
"Kenapa kamu harus memutuskannya sendiri?! Tolong jangan katakan itu ketika kamu tidak tahu wacana perasaan ibu dan perasaanku!!"
"....Aku mengerti. Jika ingin membenci, tidak apa-apa, bencilah diriku sebanyak yang kamu suka"
"Kau masih salah! Dari awal, Tou-sama sudah salah! Kaa-sama....tidak pernah membenci Tou-sama"
"....Tapi aku....pada kalian...."
"Kaa-sama menyampaikan ini sebelum ia meninggal....'Jangan membenci ayahmu'...."
"....A-Apa....?!"
Begitu Reese berucap bahwa ia tidak membencinya, Cardeas membuka lebar mata dan terkaku. Dari sudut pandang seorang raja, ia merasakan keresahan hingga berpikir Laura dan Reese ingin menikam jantungnya hingga sekarang.
"Kaa-sama sering bercerita wacana kehebatan Tou-sama, ia berbicara dengan besar hati seperti yang ia ceritakan yaitu dirinya sendiri. Pada ketika itu, saya tidak benar-benar mengerti dan menganggap Tou-sama sudah mati, tetapi saya memahaminya dengan terang sekarang. Kaa-sama besar hati pada Tou-sama. Tou-sama yang sebagai Raja...."
"Laura....kau...."
"Karena itu, saya juga tidak bisa menyalahkan Tou-sama yang hidup sebagai Raja dan takkan bisa. Tapi, ada satu hal yang ingin saya dengar. Apakah aku....apakah hal yang baik bagiku untuk dilahirkan sebagai putri Tou-sama?"
"Tentu saja! Ketika tau bahwa Laura meninggal, saya lupa kalau diriku akan frustasi bila kamu juga meninggalkanku!"
"....Aku senang. Sudah cukup bagiku untuk mengetahui kalau kamu merasa senang lantaran saya menjadi putrimu"
"Faeris....apa kamu memaafkanku?"
"Memaafkan atau apapun itu, pada awalnya saya tidak marah. Selain itu, Tou-sama, tolong panggil saya Reese"
Ketika Reese tersenyum, wajah Cardeas yang kaku ikut tersenyum. Beban berat yang dirinya pikul wacana Laura pun pecah dan ia tampak seolah cerah kembali.
"Huuhh....benar. Reese, terima kasih sudah memberitahuku kata-kata Laura"
"Ya!"
Kesalahpahaman diantara keduanya pun terselaikan, waktu kemudian terliputi suasana hati yang sangat baik. Hanya saja, masih ada satu hal yang belum memuaskan. Karena ia telah dipandang sebagai seorang ayah, saya mengerti apa yang diinginkan Reese untuk ketika ini.
"Maaf menganggu, Yang Mulia. Bolehkah saya menyampaikan sesuatu? Sebagai orang tua, tidakkah lebih baik menepuk kepalanya bila Anda sedang memuji seorang anak?"
"....Yah, itu memang benar. Terima kasih, Reese"
"Aah...."
Rambutnya menjadi awut-awutan oleh belaian yang sedikit kasar, namun Reese senang dari lubuk hatinya ketika ditepuk oleh ayah kandungnya.
Kesenjangan antara Reese dan ayahnya hasilnya terkubur. Mungkin masih terasa canggung tapi setidaknya itu bukanlah hal yang buruk.
Ketika ketegangan di udara lenyap dan Senia menyiapkan teh baru, pelayan Cardeas mulai berbicara padanya.
"Yang Mulia. Anda harus segera kembali ke istana, kalau tidak ini mungkin menghipnotis urusan pemerintahan"
"Begitukah....haruskah saya kembali?"
Ketika Cardeas menatap Reese tanpa sengaja, pandangannya bertemu dengan mata putrinya yang tampak kecewa. Melihat tatapan menyerupai anak anjing terbuang itu, laki-laki ini memejamkan mata sambil berpikir dan kemudian bertanya kepada pelayannya.
"Yah, Jin. Bagaimana kelihatannya pipiku sekarang?"
"Jejak tamparan Lifell-sama masih tampak jelas"
"Dengan wajah menyerupai ini, mustahil bagiku untuk pergi keluar sebagai raja yang menghadapi para pengikutnya"
"Itu benar. Untungnya, disini yaitu sanatorium. Jika Anda berendam di air panas, bekas itu mungkin akan lenyap sehabis satu hari"
"Hmm, haruskah saya melaksanakan itu? Aku akan merepotkanmu"
"Tidak masalah. Kalau begitu, saya akan kembali ke kastil"
"Aku serahkan padamu"
Pelayan yang dipanggil Jin meninggalkan ruangan tanpa bersuara. Kemudian, Cardeas yang masih disini duduk di sofa dan mengajak Reese untuk duduk di sampingnya.
"Reese, bila tidak apa-apa, maukah kamu menceritakan lebih banyak wacana Laura? Selain itu, saya ingin tahu bagaimana keadaanmu di sekolah"
"Y-Ya!"
Lifell-hime dan yang lainnya merasa lega melihat adegan di mana orang bau tanah dan anak dengan hening duduk di sofa, Emilia dan Reus juga mengangguk puas. Entah bagaimana problem ini telah berakhir hening sehingga mungkin Reese tidak akan melihatku lagi sebagai pengganti ayahnya di masa depan.
"Oh ya, apa kamu tahu ini, ayah? Reese mempunyai seseorang yang ia sukai"
“Ane-sama?! Apa kamu harus membicarakannya sekarang?!"
"Hou? Jadi, yang mana dari keduanya...."
Sudah terlambat untuk melarikan diri....lebih tepatnya, keluar dari ruangan ini. Mulai sekarang, ku pikir ini harusnya menjadi pembicaraan antara anggota keluarga dan saya berencana meminjam dapur untuk menciptakan semacam kue.
Sia-sia saja, lantaran tampaknya akan merepotkan, saya tidak lari.
"Aniki, ayah Reese-ane melotot kesini ketika saya hendak keluar dari ruangan, kamu tahu?"
"Itu hanya imajinasimu. Yah, saya akan ke dapur, jadi apa yang harus saya buat? Pembicaraan akan serasa lebih hidup bila kita makan kue"
"Itu benar"
Kami pergi dan menerima izin untuk meminjam penggalan dari dapur demi menciptakan kue. Aku ditunjukkan bahan-bahan apa saja yang tersedia di sini oleh si koki, lantaran ada banyak sekali jenis, tampaknya saya bisa menciptakan camilan manis favorit Reese, cheesecake.
Meskipun tidak ada oven, saya memutuskan untuk menciptakan peralatan pengganti panggangan sambil meminta Emilia mengumpulkan bahan-bahan. Tenaga panasnya berasal dari deretan sihir, dan lantaran saya sendiri bisa menggambar deretan sihirnya, itu bisa langsung dibuat. Peralatan menyerupai panggangan pun jadi ketika saya selesai menggambar deretan sihir pada wadah kedap udara yang terbuat dari materi tahan panas. Ini hanyalah peralatan sekali pakai yang gampang dibuat.
Setelah mencampuri bahan-bahan yang disiapkan Emilia, menaruhnya ke dalam oven, selang beberapa menit kemudian....cheesecake hasilnya selesai. Aku mengalami kesulitan lantaran ovennya sederhana tapi seharusnya tidak ada problem dengan rasanya.
Si koki tampak bersemangat pada ketika memasak sambil mencatat. Aku pikir tak ada artinya bila kamu tak punya peralatan pengganti oven, hanya saja peralatan yang menyerupai panggangan sungguhan akan diproduksi secara massal dan diiklankan oleh Perusahaan Galgan segera.
Aku meninggalkan tempat itu selama kira-kira dua jam, Reese dan yang lain sedang mengobrol gembira di ruang tamu.
Perasaan jelek di antara keduanya hampir hilang, Cardeas mempunyai figur seorang ayah yang bersama-sama ketika ia tertawa dan menikmati dialog dengan Reese.
"Reese telah menjadi lebih kuat. Ketika kami bertemu untuk pertama kalinya, ia hanyalah seorang anak yang bahkan tidak bisa mengucapkan apapun"
"Yah, itu berkat Ane-sama. Dan juga semua orang. Khusus untuk Sirius-san....Aah, Sirius-san, kemana kamu pergi?"
"Aku menciptakan ini"
Reese sadar ketika kami kembali, tatapannya langsung berkilauan disaat melihat camilan manis yang saya bawa. Lifell-hime serta yang lainnya pun tersenyum dan tampak bahagia. Satu-satunya orang yang tidak tahu wacana ini, Cardeas, sedang melihat cheesecake dengan tanda tanya di wajahnya.
"Hmm, kamu yaitu Sirius kan. Apa ini?"
"Ini camilan manis yang saya buat. Meskipun sudah hampir waktunya makan siang, apakah semua orang ingin merasakan camilan manis yang gres dipanggang ini?"
"Tentu. Ayah juga, silakan makan lantaran ini benar-benar enak. Senia"
"Baik. Sirius-sama, silahkan duduk di sofa lantaran saya akan memotong kuenya"
"Terimakasih"
Karena Senia mengajukan diri, saya memutuskan untuk menyerahkan pembagian camilan manis padanya. Setelah diberi sepotong oleh Senia, saya duduk di tempat yang sama beberapa ketika yang lalu, namun tatapan Cardeas mengerikan. Mungkin, saya diamati lantaran ia tahu saya yaitu guru Reese. Meskipun hanya Raja sekarang, tatapannya sangat tajam dan saya bisa memperkirakan bahwa ia hanya menatap kesini.
'Hei keparat*, apa kamu sudah berani macam-macam pada putriku, hah?'....dengan bunyi menyerupai Yakuza yang sanggup didengar dan rasanya bukanlah pertanyaan.
[Temee/てめえ]
Akupun menghindari pelototannya dan beralih untuk melihat Senia. Seperti yang dibutuhkan dari seorang pembantu langsung untuk seorang putri, ia memotong camilan manis sama rata sesuai dengan jumlah orang yang hadir hanya dengan melihat secara fisik. Diakhiri dengan sedikit pengujian makanan, ia mengatur irisan camilan manis kehadapan setiap orang....
"....Oi. Kenapa bagianku satu-satunya yang kecil?"
Hanya penggalan Cardeas yang terang berbeda.
Jika ukuran kueku biasanya bernilai sepuluh, camilan manis untuk porsi Cardeas hanya bernilai enam. Di lain sisi, Reese dan Lifell-hime masing-masingnya menerima camilan manis senilai duabelas*.
[Angka2 diatas cuma perbandingan]
Wajar baginya untuk keberatan atas hal ini, hanya saja Senia yang ditanyai bertindak tak peduli.
"Tidak, bukankah ini sama?"
"Bagian mananya yang sama? Darimanapun kamu melihat, bagianku lah yang paling kecil"
"Menurutku sama"
"Tapi ini...."
"Ini sama"
"Tidak, itu sebabnya...."
"Ini sama"
"....Hmm"
Oi, ia dikalahkan.
Ketika dipikir-pikir lagi, Senia mengasihi Reese sebagai seorang adik perempuan, ia harusnya murka ketika Reese dibentuk sebagai umpan. Sebagai pelayan, ia tidak bisa menamparnya menyerupai Lifel-hime, namun apapun itu anggun selama ia bisa membalas dendam. Dibandingkan dengan tamparan, ini menggemaskan....
"Muu?! Sungguh cita rasa yang luar biasa! Apakah masih ada lagi?"
"Sudah habis. Reese, cheesecake-nya enak ya"
"Iya! Ini lebih enak ketika saya memakannya dengan semua orang!"
"Baiklah anak-anak, maukah kalian membuatkan sedikit denganku?"
""Tidak!""
"Muoooh!"
Efeknya luar biasa.
Kedua anak perempuan itu tertawa gembira atas ayah mereka yang frustrasi. Reese mungkin merindukan hari-hari menyerupai ini sepanjang waktu.
"Ya, Reese. Ada satu hal yang ingin saya dengar"
"Apa itu Ane-sama?"
"Aku mendengar dari Sirius-kun bahwa kamu dititipkan cheesecake beberapa kali ketika kamu tiba berkunjung ke tempatku tapi....kakak heran, kenapa yang kini yaitu pertama kalinya abang memakan ini?"
"....Ah?"
"Tawa bodohmu itu juga sangat imut. Tapi kamu tahu, hati abang kini dipenuhi api"
"Ane-sama....maafkan aku"
"....Tidak "
....Yah, itulah skinship* harian antara saudara perempuan.
[Berpelukan, saling melekat pipi, bergandengan tangan, dll yg menunjukan kedekatan hubungan antar dua orang atau lebih]
Tidak perlu tahu apa yang terjadi pada Reese setelahnya. Jika boleh menyampaikan satu hal, kami para lelaki, hanya menatap pemandangan ini dengan ekspresi lembut.
☆☆☆
Kami kemudian makan siang. Dan ketika memasuki pemandian air panas sekali lagi, Cardeas menerobos masuk ke dalam.
Meskipun sebagai raja, dirinya mempunyai otot yang kencang lantaran pernah menjadi seorang petualang. Ketika benakku dipenuhi kebanggaan atas otot-ototnya, entah kenapa Reus mencoba menantang dengan memamerkan otot-ototnya juga.
"Aku takkan kalah! Bagaimana dengan ini, Aniki!"
"Hoho, beginilah anak muda. Kau punya otot yang sangat luar biasa!"
Cardeas tampaknya tidak keberatan sama sekali dengan bahasa Reus. Mereka memperlihatkan otot satu sama lain dan kemudian memuji masing-masing, keduanya tertawa keras dan tampak menyerupai orang bau tanah dan anak, bahkan melebihi ketika dengan Reese. Mereka sejenis ya?
Ngomong-ngomong, kegemparan menjadi tenang sehabis beberapa saat. Cardeas tiba-tiba berbicara padaku segera sehabis dirinya duduk di sebelahku.
"Aku mendengar tentangmu dari putriku. Tampaknya mereka meminta bantuanmu dalam banyak sekali hal"
"Aku hanya melakukannya lantaran saya ingin melakukannya"
"Hmm, tulus, ya? Namun tetap saja, melihat otot-otot tipis namun kekar itu, ternyata bisa membawa Reese dari kastil. Aku oke kalau Lifell hingga mencoba merekrutmu. Bagaimana dengan ini, daripada Lifell, bagaimana kalau bekerja untukku?"
"Terima kasih atas proposal Anda, tapi saya harus menolak"
"Kupikir kamu akan menyampaikan itu"
Apa sia-sia saja lantaran ia tidak memperlihatkan kekecewaannya sehabis ditolak? Cardeas bersandar di dinding dan menghela napas, bergumam sambil menatap langit-langit.
"....Ngomong-ngomong, apa pendapatmu wacana Reese?"
"Anak yang sangat manis dan lembut, juga pekerja keras dalam segala hal. Hanya saja....dia tidak cocok sebagai bangsawan"
Aku melihat Cardeas tertawa senang. Dia tercengang sebentar dengan tanggapan jujur itu, kemudian menepuk punggungku sambil terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kau memang benar. Dia memang tidak cocok sama sekali menjadi bangsawan, apalagi keluarga kerajaan. Jika ia memasuki rumah pelacuran*, ia akan dimakan dalam waktu singkat"
[Makutsu. Bisa diartikan sebagai rumah bordil (tempatnya para PSK), atau Sarang pencuri]
"Aku paling suka Reese-ane ketika ia makan kuliner yang ia sukai"
"Benar. Yang terbaik baginya yaitu hidup sebagai rakyat biasa disaat bersama dengan Laura. Aku berpikir untuk membawanya kembali ke kastil dan memperlihatkan pendidikan kerajaan, tapi pergi ke sekolah mungkin yaitu kesimpulan terbaik"
"Bukankah itu bagus. Reese mempunyai banyak kenalan di antara teman-teman sekelas dan ia juga senang pergi ke sekolah setiap harinya"
"Hmm, tolong jaga Reese mulai sekarang. Tapi...."
Dan kemudian, ia meletakkan tangannya di pundakku dengan erat. Emm....Aku bisa mendengar bunyi berderit dari bahuku, dan itu menyakitkan.
"Aku tidak akan membiarkanmu berafiliasi dengan Reese"
'Aku tidak berpacaran dengannya'....itu yaitu sesuatu yang tak bisa kuucapkan lantaran ada tekanan yang tak terbantahkan ketika ini. Sepertinya saya tidak bisa menang melawan kekuatan seorang ayah yang memikirkan putrinya.
☆☆☆
Kami tinggal di sanatorium hingga sore, dan lantaran akan jelek untuk meninggalkan asrama sekolah kosong selama dua hari, kami pun kembali.
Pada hari berikutnya, kami kecuali Reese pergi ke sekolah. Disebabkan alasan pekerjaan yang diberikan pada Magna-sensei, ia sedikit murka lantaran kami tidak masuk kelas selama dua hari.
Setelah situasi itu, saya menyimpulkan keseluruhan insiden sendiri.
Pertama yaitu Reese. Rahasianya akan tetap sebagai rahasia. Aku muncul selama upacara pertunangan, namun semua aristokrat yang menyadari wacana ini ditangkap dan keluar pengumuman bahwa gadis itu dipekerjakan sebagai umpan. Selain itu, mengingat banyak pihak yang terlibat dari sisi kastil, ia bisa tiba ke sekolah lagi ketika kegemparan berlama-lama mereda.
Reese tinggal bersama dengan saudara perempuannya hingga ketika itu di sanatorium, dan lantaran kami juga kadang kala datang, ia melewatkan waktu dengan gembira.
Ada lebih dari lima puluh aristokrat yang berpartisipasi dalam upacara tersebut.
Tampaknya 80 hingga 90 persen aristokrat kehilangan gelar mereka, diusir dari Elysion, atau sedang ditangani secara rahasia. Awalnya, kejahatan kecil sudah bisa melumpuhkan politik, jadi ketika itu semakin besar, menjadi sulit untuk dihentikan. Meskipun ada penolakan dari para tersangka, mereka tidak bisa berbuat apapun selain membisu ketika bukti yang telah dikumpulkan wacana korupsi mereka diserahkan kepada Raja.
Dan kemudian, ada pasangan ijab kabul Reese, Kura. Dia sedih ketika ayahnya disamakan dengan kelompok aristokrat jahat, hanya saja ia tampak cerah untuk sementara seperti telah dibebaskan.
Kejahatannya tidak serius, ia dipindahkan ke wilayah terpencil jauh dari Elysion dengan beberapa pembantu dan....bersama dengan gadis yang lemah itu. Aku tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan, tapi mereka mungkin akan baik-baik saja lantaran ada laporan yang menyampaikan bahwa ia berafiliasi dekat dengan si gadis.
Terakhir, wacana kami.
Tersebar kabar bahwa gangguan upacara sepenuhnya diinstruksikan oleh sang raja, dan orang yang menculik Reese yaitu prajurit pribadinya. Karena sedang menyamar dan tak ada bukti sosok kami atau bahkan jejak yang ditemukan, kami tidak punya problem untuk berjalan-jalan di kota mulai sekarang.
Kami memang telah berkenalan dengan Raja, namun pertemuan di kamar mandi itu ternyata bukanlah pertemuan terakhir. Sang Raja tidak menggulirkan kami dengan politik dan tentu saja lantaran kami juga tidak ingin terlibat. Aku bertemu Lifell-hime melalui Reese, dan itu untuk memberi kue.
Jika Reese sudah bisa pergi ke sekolah, keadaanpun sudah bisa dikatakan normal lagi.
Ketika berbicara wacana perubahan aspek, problem Emilia dan Reus hasilnya dipecahkan dengan ikut tinggal di pondok berlian.
Ketika saya mengizinkan mereka untuk tinggal, Emilia segera membawa barang-barangnya ke dalam ruangan dan menuntaskan urusan pindah rumah hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Aku tahu diriku sudah mempersiapkan ini sebelumnya tapi saya tidak berpikir ia sebegitu inginnya berada di sini.
Meskipun kamarnya lebih kecil dari yang sebelumnya, terdapat dua tempat tidur di kamar Emilia. Satunya untuk Reese, keputusan untuk tinggal di sini diambil ketika ia kembali ke sekolah.
Meskipun mencoba menghentikan kepanikan sahabat sekamarnya, Reus juga selesai berpindah, pondok berlian tempatku dulu tinggal sendiri pun tiba-tiba menjadi lebih hidup.
☆☆☆
Beberapa hari kemudian....festival panen dimulai di Elysion.
Kota dipenuhi keaktifan, semua orang menikmati festival, banyak sekali kios gres juga mulai berbaris di banyak sekali tempat. Seluruh Elysion bergembira lantaran bazar dan itu berlangsung selama beberapa hari.
"Meskipun biasanya ada banyak orang, hari ini jumlahnya tidak mengecewakan tak terduga, Aniki"
"Jangan hingga tersesat, kalian mengerti"
"Tidak masalah. Kami takkan kehilangan pandangan dari Sirius-sama"
Sambil mendorong gelombang orang disana-sini, kami memasuki suasana bazar dan berjalan menuju sentra kota. Kami menikmatinya dengan melihat banyak sekali kios di jalan, window shopping*, dan membeli tusuk sate.
[Yah, pada dasarnya cuma melihat-lihat barang2 apa saja yg dijual pada sebuah toko tanpa membelinya. Ini biasanya dilakukan untuk materi pertimbangan dimasa depan, kayak "beberapa ahad lagi si A ulang tahun, saya harus beli apa ya nantinya? Lihat2 dulu deh"]
"Meskipun sate juga anggun di festival, saya ingin Takoyaki"
"Apa itu Takoyaki, Aniki?! Apakah enak?!"
"Aah, ya, enak. Karena saya akan membuatnya lain kali, pertama-tama, berhentilah mengayunkan tusuk sate itu dengan kedua tangan"
"Dimengerti!"
Berjalan berdampingan dengan Reus yang berfokus makan sejumlah besar sate, kami kemudian tiba di tempat pertemuan. Di sinilah kami berencana untuk bergabung dengan Reese, tapi tampaknya ia belum datang.
"Sirius-sama, tolong buka mulutmu"
"Aah....hmm, agak ringan tapi tidak buruk. Dari mana kamu membelinya?"
"Ya, sahabat sekelas membuka warung di sana. Mereka kelihatannya benar-benar memanfaatkan bumbu yang saya sarankan"
Aku menunggu beberapa menit sambil memakan kuliner yang saya terima dari Emilia. Reus yang selesai dengan daging satenya terlihat menemukan seseorang di kerumunan.
"Aniki, bukankah yang disana itu Lifell-ane?"
Ketika saya melihat ke arah yang Reus tunjuk, rambut berekor kuda dicat warna biru dari yang aslinya merah, Lifell-hime mengenakan gaun one-piece yang indah tiba sambil melipat tangannya dengan Melt. Ngomong-ngomong, akulah yang memperlihatkan produk pewarna rambutnya sebagai hadiah.
Senia dan Melt mengenakan pakaian gaun satu tingkat lebih rendah menyerupai biasa dan rambut mereka juga di warnai. Memang menarik sedikit perhatian tapi kemampuan mereka untuk menyatu dengan latar tempat sentra kota sungguh hebat.
"Kenapa kamu berpisah dariku? Kau akan tersesat bila tidak melekat lebih dekat"
"T-Tapi, aku...."
"Menjadi panik hanya lantaran bergandengan tangan...."
"Itu benar. Karena kita bertunangan, hadapilah dengan tegap"
Dari dongeng yang saya dengar, mereka tiba ke bazar sebagai pasangan yang ikut membawa seorang pelayan. Demi bisa berakting dalam drama itu, Melt yang tampak bermasalah melewati kami.
"Apa kamu tidak mau berbicara dengan mereka, Aniki?"
"Aku akan mengabaikan mereka sendiri untuk sekarang. Yang terbaik yaitu meninggalkan ketiga orang itu, kamu tahu"
Mengalihkan pandangan dari pasangan senang yang menyamar barusan, muncul sosok Reese ketika saya secara tak sengaja menoleh ke penggalan dalam etalase sebuah kedai. Namun ia tidak sendirian, ada laki-laki bertubuh besar di sisinya.
"Tou-sama, bagaimana kalau kita mencoba memakan ini sekarang?"
"Sate ya. Hei pemilik toko, saya ingin kamu memanggang mereka semua"
Pria di sampingnya mempunyai rambut dicat hitam dan mengenakan pakaian menyerupai orang biasa yaitu Cardeas.
Sepertinya ia menyelinap pergi dari kastil untuk menikmati bazar bersama putrinya. Para menteri dan bawahannya mungkin sedang berusaha yang terbaik dengan mata berkaca-kaca ketika ini.
Mereka berdua memakan sate yang di pesan dalam waktu singkat. Selanjutnya, mereka menikmati hidangan panggang dengan kedua tangan. Penampilan hening ketika makan benar-benar menghangatkan hati tapi....mereka makan dengan penuh semangat tanpa rasa berhenti bahkan ketika sudah berada di tusuk kesepuluh.
Ini yaitu adegan di mana kamu sanggup yakin bahwa keduanya yaitu orang bau tanah dan anak.
"Aah, Sirius-san!"
Ketika Reese melihat sekeliling dengan iseng, ia menyadari kehadiran kami, melambaikan tangannya kemudian berlari ke sini.
Cardeas juga mengikuti dari belakang dengan berjalan diiringi tatapan tajam sambil memakan daging sate, namun tanpa menyampaikan apapun wacana putrinya yang bersemangat.
"Tou-sama membelikanku banyak hal!"
Aku bisa melihatnya tersenyum cerah tanpa perasaan cemas dan celah dengan ayahnya juga telah benar-benar terkubur.
☆☆☆Chapter 44 berakhir disini☆☆☆
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/