Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Awet To Test: Volume 2 Soal Pertama B. Indonesia

Diterjemahkan oleh
Prolog




“.. Yuuji.”

“Ada apa, Shouko?”

“Kau tahu wacana 'Kisaragi Highland'?”

“Ah, maksudmu taman bermain besar yang sedang dibangun itu, kan? Kelihatannya menarik.”

“...Sepertinya ada rumah hantu yang sangat menyeramkan di sana.”

“Oh, yang mereka berdiri ulang dari rumah sakit tua? Kedengarannya menarik.”

“...Dan komidi putar terbaik di Jepang.”

“Ooo, tampaknya cukup terkenal. Benar-benar terdengar mengagumkan.”

“...Dan roller coaster tercepat ketiga di dunia.”

“Wahana yang berakselerasi puluhan kali dan tetap berputar-putar. Walaupun saya tidak tahu bagaimana bentuknya, saya jadi bersemangat.”

“...Dan ada lebih banyak lagi wahana yang menarik.”

“Hebat, niscaya daerah itu akan sangat menyenangkan.”

“...Jadi, ketika daerah itu dibuka, kita harus...”

“Ya, saya tahu apa yang ingin kau katakan. Kalau kau mau pergi ke sana--”

“...Hm”

“Pergi dengan sahabat saja.”

“Genggamanku ini ini sangat kuat.”

“GUAAAHHH!!! Jangan pakai Genggaman Iblis itu padaku!”

“...Aku ingin pergi bersama Yuuji, berdua saja.”

“Upacara pembukaan niscaya sangat ramai, saya tidak mau—AAAAHH!!”

“...Begitu, kalau saya punya tiket pra-opening kau akan pergi bersamaku?”

“Ti...tiket pra-opening? *uhuk*, bukannya itu susah didapatkan?”

“...Kau akan pergi?”

“Hm-- baiklah, kalau kau bisa mendapatkannya--”

“...Benarkah?”

“Ya ya ya, benar.”

“...”

“Aku sudah bilang saya akan pergi, kan? Apa saya terlihat ibarat orang yang suka mengingkari janji?”

“-----Kalau begitu stempel namamu di atas sertifikat ijab kabul ini.”

“AKU AKAN MENEPATI JANJI, MESKI NYAWA TARUHANNYA!”

***

Soal Pertama
Untuk tetapkan apa yang akan kelasmu lakukan selama pameran sekolah, jawab pertanyaan berikut:
"Apa yang kau inginkan sekarang?"


Jawaban Himeji Mizuki:
“Menciptakan kenangan-kenangan indah bersama sahabat sekelasku.”

Komentar Guru:
Begitu. Menjadi pecahan dari kenangan-kenangan orang lain bukanlah hal yang buruk. Sensei akan ingat untuk menciptakan album foto untuk jaga-jaga.


Jawaban Tsuchiya Kouta:
Majalah Porno Dewasa

Komentar Guru:
Jadi apa tujuannya itu kau coret?


Jawaban Yoshii Akihisa:
"Kalori"

Komentar Guru:
Sensei merasa hidup kau dalam ancaman dikala kau menjawab ini.



***

Bunga-bunga berwarna ceri bertahap menghilang dari jalanan, digantikan oleh ekspresi dominan tunas.

Akademi Fumizuki kami dikala ini sedang bersiap untuk event pertama di tahun baru, ‘Seiryousai' ('Festival Musim Panas Keren').
Beberapa kelas mengubah ruangan kelas mereka menjadi rumah hantu, dan ada juga yang berkemas-kemas untuk membangun Kedai Yakisoba. Ada juga kelas yang mempertontonkan 'Sistem Pemanggilan Syokanju' yang hanya dimiliki sekolah ini. Untuk mempersiapkan pameran sekolah ini, jam sekolah diperpanjang, dan setiap kelas serasa dipenuhi energi.
Sementara, untuk kelas F—

“Maju kau! Yoshii!”

“Ayo selesaikan ini, Sugawa-kun!”

“Akan kupukul bola lemahmu itu hingga keluar pagar!”

---Kami tidak menyiapkan apa pun, hanya bermain baseball di lapangan.

“Apa kau bilang? Kau kira saya akan biarkan itu terjadi!”

Mengetuk-ngetuk gundukan pitcher dengan kakiku, menunggu Yuuji, si penangkap, untuk memberi tanda. Sebagai sahabat terburukku, yang juga disebut-sebut sebagai anak jenius di masa lalu, ia niscaya bisa memberi isyarat bagaimana mengalahkan Sugawa-kun dengan mudah.

“Bola selanjutnya---”

Ini dia, sinyal dari Yuuji. Bola pertama merupakan tipe bola yang dilempar. Makara bola yang bagaimana?

“Curveball, targetnya...” (Lemparan melengkung)

Hmmm. Lemparan selanjutnya yakni curveball, sasarannya---

--Kepala Sugawa.

“BUKANNYA ITU PELANGGARAN?”

Walaupun mustahil sanggup homerun dari lemparan ibarat itu, bukannya itu salah?

Saat gres saja saya berniat untuk melempar bola tidak ibarat yang Yuuji instruksikan---

“OI, KALIAN! BUKANNYA MEMPERSIAPKAN FESTIVAL SEKOLAH, APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!”

“ARGH! TETSUJIN!”

Wali kelas kami, Nishimura-sensei (a.k.a Tetsujin, Iron Man), berlari ke arah kami sambil mengamuk. Kalau kami tertangkap, kami akan babak belur dipukuli dengan tangan berotot orang itu! Kami harus melarikan diri!

“YOSHIII! LAGI-LAGI KAMU BIANG KEROKNYA!!”

“BUKAN, BUKAN AKU! KENAPA SENSEI MENUDUHKU SETIAP WAKTU SIH!!”

Walaupun berlari sekuat tenaga, saya tidak bisa kabur dari musuh. Seperti yang dibutuhkan dari orang yang hanya fokus dengan Pendidikan Kesehatan dan Triathlon--- OI! Sekarang bukan waktunya untuk terkagum!!

“YUUJI! KETUA KELAS YUUJI YANG MENYARANKAN KAMI BERMAIN BASEBALL!”

Orang yang menyarankan menggunakan waktu persiapan pameran untuk main Baseball yakni Yuuji, jadi seharusnya ia yang bertanggung jawab.

Sambil memikirkannya, saya berlari menuju Yuuji, dan orang ini menggunakan matanya mengirim isyarat, “Forkball sempurna di selangkangan Tetsujin.” (Lemparan miring dengan menggunakan tiga jari)

“SALAH!! AKU TIDAK MINTA TIPE LEMPARAN!! DAN JUGA, ITU MALAH BIKIN AKU JADI SAMSAK TINJU TETSUJIN!!”

Kalau dipikir-pikir, buat apa mengincar bola rusak punya Tetsujin?

“Semuanya, kembali ke kelas!! Cuma kelas kita saja yang belum menentukan apa yang ingin kita lakukan untuk festival!!”

Teriakan mengerikan Tetsujin mengantarkan kami kembali ke kelas yang kotor dan bobrok ini.


“Jadi, sudah waktunya tetapkan apa yang ingin kita lakukan untuk 'Seiryousai' –‘Festival Musim Panas Keren' ini.”

Begitu pertandingan Baseball diinterupsi, Ketua Kelas F Yuuji mengumumkan hal ini sambil memandangi kami, yang duduk di atas tikar ayaman.

“Pokoknya, kita harus pilih seseorang untuk jadi ketua acara. Kuserahkan semuanya ke ketua acara.”

Yuuji, cuma alasannya ia tidak tertarik, apa ia mau menyerahkan tanggung jawab ke orang lain dan tidur? Tadi pas kami sedang mendiskusikan kegiatan untuk kelas saja, ia malah mengusulkan untuk main Baseball. Sangat berbeda dari perilaku yang ia tunjukkan selama Perang Ujian Syokanju.

“Yoshii-kun, Sakamoto-kun kelihatannya tidak suka pameran sekolah, ya?”

Teman sekelasku, Himeji Mizuki-san bertanya dengan bunyi lembut yang sama sekali tidak akan mengganggu rapat. Senyum indah dan dada besarnya memesona.

“Aku tidak pernah bertanya sebelumnya, jadi saya tidak yakin, tapi kelihatannya ia tidak bersemangat soal ini. Kalau ia tertarik, Yuuji niscaya eksklusif mengambil tindakan.”

“Begitu... sayang sekali...”

Himeji-san, yang biasanya memperlihatkan ekspresi ceria, kini terlihat murung.

“Apa Yoshii-kun juga tidak tertarik?”

Wajah Himeji-san mendekat, matanya menatap mataku. Sa, sangat manis...

“Emm-- bagaimana bilangnya ya? Aku tidak menginginkan apa pun dari program ini.”

Ini yakni pendapat jujurku. Walaupun saya bahagia jam belajarnya dikurangi, tapi saya tidak punya tujuan terang apa yang ingin kulakukan selama pameran sekolah.

“Aku... Aku ingin menciptakan kenangan pameran sekolah bersama Yoshii-kun.”

“Eh?”

Kalimat penuh arti itu membuatku terlihat konyol.



“Kalau begitu, Yoshii-kun, kau tahu..? Katanya selalu ada pasangan yang beruntung yang jadian ketika pameran sekolah -- *uhuk uhuk uhuk*!”

Sebelum ia selesai bicara, Himeji tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan dan terbatuk. Mukanya sedikit memerah, mungkin ia terkena demam?

“Kau baik-baik saja?”

“Ah, iya, maaf....”

Dia terlihat kesakitan dan matanya masih berkaca-kaca. Kalau dipikir-pikir, Himeji-san memang terlihat sering batuk belakangan ini.

Saat ini, perlengkapan kelas kami telah diturun-pangkatkan dari tatami kumuh dan Chabudai(Meja kecil) menjadi tikar anyaman dan kotak kardus jeruk. Dibandingkan dengan dingklik dan meja normal, berguru dengan benda-benda ini tidak hanya melelahkan, tapi juga tidak bersih. Bagi Himeji-san, yang badannya sangat lemah, tidak abnormal jikalau ia praktis sakit. Tidak, itu hal yang pasti, malah.
Kalau kami tidak melaksanakan sesuatu...

Lingkungan yang bersih, dan akomodasi yang tidak meletihkan tubuh. Kalau kami tidak menyiapkan itu semua, saya merasa Himeji-san akan pingsan suatu hari nanti. Masih ada dua bulan untuk Perang Syokanju selanjutnya, tapi kalau kami bisa menaikkan peringkat kelas kami lebih cepat...

“Jadi, Shimada-san yang akan menjadi ketua program pameran kita, apa ada yang keberatan?”

Kata-kata Yuuji terdengar tanpa kusadari. Saat ini, kami masih mendiskusikan wacana festival.

“Eh? Kau mau saya yang melakukannya? Hn--- Tapi saya harus ikut dalam Turnamen Syokanju, mungkin akan merepotkan.”

Orang yang tiba-tiba membelalakkan matanya alasannya terkejut yakni Shimada Minami-san yang sudah menetap di Jerman semenjak kecil sebelum kembali ke Jepang bersama orang tuanya. Dilihat dari penampilannya, ia punya mata yang menyeramkan dan rambut kepang kuda.

“Yuuji, kalau soal anggota panitia, saya rasa Himeji-san lebih sempurna dibanding Minami.”

“Eh? Aku?”

Sekarang dikala namanya masuk dalam pembicaraan, Himeji-san jadi terlihat sedikit bingung. Dibandingkan dengan Minami yang kasar, kurasa tidak akan ada banyak protes jikalau Himeji-san yang lembut terlibat.

“Himeji mungkin tidak bisa melakukannya, alasannya ia akan selalu mendengarkan pendapat orang lain hingga waktunya habis.”

Ketua Kelas kami mengatakannya dengan malas.

Kalau dipikir-pikir, Yuuji benar. Himeji-san niscaya tidak akan bisa menolak beberapa usulan, alasannya sifat lembutnya. Normalnya, sifat lembutnya akan berdampak positif, tapi di dikala ibarat ini, akan menjadi kerugian yang fatal.

“Lagi pula, Aki. Mizuki harus ikut dalam pertarungan Syokanju juga.”

“Eh? Benarkah?”

“Ya, saya berniat ikut dalam pertarungan Syokanju bersama Minami.”

Himeji-san mengepalkan tangannya kencang.

“Seharusnya ini cuma event publikasi sekolah, kalian berdua semangat sekali berpartisipasi.”

Di Akademi Fumizuki kami, terdapat 'Sistem Pemanggilan’ yang sedang diperhatikan oleh dunia. Dan untuk tahun ini, tampaknya mereka ingin mengadakan 'Perang Ujian Syokanju' selama Seiryousai untuk menampilkan sistem yang diantisipasi tinggi oleh seluruh negara. Namun, saya tidak tertarik dengan ini.

“Mizuki yang mengajakku ikut turnamen ini. Dia ingin merubah pandangan ayahnya yang keras kepala dan mengejutkan ayahnya.”

“Merubah pandangan ayahnya?”

“Hn, ia bilang ayahnya melontarkan banyak hal, jadi ia membantah semua perkataan ayahnya dengan marah. Seperti 'Aku tidak akan memaafkanmu alasannya memperlakukan kelas F ibarat orang idiot!'.”

“Oh, jarang-jarang Himeji-san jadi bersemangat ibarat ini.”

“Karena Otou-san tidak mengerti apa-apa, memperlakukan semua orang ibarat idiot hanya alasannya saya masuk kelas F? Aku tidak akan memaafkannya.”

“...”

Maaf, bahkan aku, yang mengerti semua orang di kelas ini dengan baik saja merasa kalau kelas F yakni kumpulan orang-orang idiot.

“Jadi, Himeji ingin membentuk tim kelas F, memenangkan turnamen, dan menciptakan ayahnya terkejut.”

Jadi begitu, bagi Himeji-san, yang peringkat kedua di angkatan, kalau ia satu tim dengan Minami, yang bisa menerima nilai bagus kalau ia bisa baca pertanyaannya, bukan mustahil bagi mereka untuk memenangkan turnamen ini.

“Bisa kalian bertiga kembali ke topik awal?”

“Ah, maaf Yuuji. Tentang menunjuk Minami jadi ketua panitia, kan?”

“Aku sudah bilang saya akan ikut turnamen.”

“Kalau begitu kita hanya harus menentukan ajun panitia. Bagaimana?”

Yuuji melirikku. Jangan bilang ia mau menggunakan saya sebagai tumbal hidup? Tapi bukankah Minami akan mendapatkan pekerjaan yang merepotkan ini kalau ada bantuan?

“Hm... benar juga. Kalau saya bisa berhubungan dengan asisten, saya bisa melakukannya...”

“Benarkah? Kalau begitu semua tolong pilih calon yang akan menjadi ajun panitia? Shimada, tolong pilih dua orang untuk pemilihan terakhir.”

Semuanya setuju? Yuuji bertanya. Setelah itu, banyak sekali nama mulai bermunculan dari seluruh penjuru kelas.

“Aku rasa Yoshii cocok untuk ini.”

“Bukannya Sakamoto yang lebih cocok?”

“Aku ingin menikah dengan Himeji-san.”

“Rasanya kita bisa limpahkan ke Sugawa.”

Mungkin sudah waktunya membereskan orang-orang yang secara terang-terangan memperlihatkan hasrat mereka pada Himeji-san.

“Aku rasa Akihisa bisa melakukannya.”

Orang yang menyampaikan kalimat itu yakni si bagus yang selalu bicara dengan dialek kuno, Hideyoshi. Walaupun sebetulnya ia laki-laki.

“Tapi Hideyoshi, saya tidak mau melaksanakan hal merepotkan seperti--”

“Mengenai ini, alasannya semuanya mungkin punya pendapat yang sama. Kenapa tidak kita pilih satu orang yang tepat?”

“Uu.. tampaknya kau benar..”

Walaupun saya tidak tahu apa saya pantas untuk ini, tapi ia benar, saya tidak bisa menolaknya.

Namun, tidak ada banyak perbedaan. Tidak berarti semuanya selesai dikala saya terpilih. Minami harus menentukan dua orang calon, dan sesudah dipilih, semua orang harus menentukan orang terakhir.

“Calon ... Yoshii.”

Ah, itu aku.

“Calon ... Akihisa.”

Ah, masih aku.

“Nah semuanya, tolong pilih satu orang?”

“OI, YUUJI, KAU TIDAK MERASA ADA YANG SALAH DARI CARA MINAMI MEMILIH?”

“Jadi bagaimana? Siapa yang berdasarkan kalian lebih baik?”

“Yaaa... dua-duanya sama-sama sampah, tidak ada bedanya.”

“OI! Tidak perlu bertingkah sok tinggi! Ditambah kalian yang menghina sahabat sekelas kalian sampah, justru kalianlah sampah masyarakat sejati!”

Sungguh, apa yang salah dengan kebijaksanaan kelas ini?

“Oi oi, Aki. Dibandingkan hal sepele ibarat ini, alasannya sudah diputuskan saya harus bekerja sama denganmu, bantu saya mendiskusikan ini di depan.”

“Kenapa saya merasa selalu mendapatkan kesialaan...”

Dipaksa oleh Minami, saya berdiri dengan malas dan maju ke depan kelas.

“Jadi saya serahkan pada kalian yah, *hoaahm*...”

Yuuji tukaran denganku dan kembali ke daerah duduknya. Dia bahkan tidak berusaha menahan kuapnya, memasang ekspresi malas.

“Aku yang akan memimpin rapat ini. Aki, kau yang menulis saran-saran di papan.”

“Un, okay.”

Sambil berdiri di depan papan lusuh, saya mengambil sisa kapur yang sudah tidak layak dipakai. Sungguh, akomodasi ini jelek sekali, apa tidak ada cara lain bagi kami untuk belajar?

“Nah, tolong sampaikan ide-ide kalian. Kalau punya saran wacana kegiatan kelas, tolong angkat tanganmu, oke?”

Setelah minami selesai bicara, beberapa orang mengangkat tangannya. Sepertinya tidak semua orang tidak berminat dengan program ini.

“Tsuchiya.”

“.. (Berdiri).”

Orang yang dipanggil dan yang sedang berdiri sekarang, yakni salah satu temanku, Tsuchiya Kouta. Dibandingkan nama aslinya, julukan yang ia sanggup alasannya mesum dan pendiam – Muttsurini, malah lebih terkenal.

“...Galeri Foto.”

“...Tsuchiya, saya mencicipi perasaan jelek dari inspirasi ‘galeri foto’mu.”

Minami mengatakannya tanpa menyembunyikan ekspresi jijiknya.

Dari sudut pandang gadis, foto-foto Muttsurini terbilang menjijikkan. Namun, bagi para pria, foto galeri itu bisa dibilang gunung emas. Mungkin kami bisa sebut itu Rumah Mengintip.

“Tidak masalah, Aki, ini juga termasuk saran. Bisa kau tulis di papan tulis?”

“Oke.”

Eh, saran Muttsurini adalah--


'Opsi : galeri Foto; 'Rumah Mengintip Rahasia.'


“Selanjutnya, Yokomizo.”

“Maid Cafe-- tadinya ingin bila itu. Aku rasa itu tidak original, jadi bagaimana kalau Kafe Pengantin.”

“Kafe Pengantin? Apaan tuh?”

“Seperti kafe biasa, tapi para gadis akan pakai gaun pernikahan.”

Sebetulnya, itu masih kafe, hanya berbeda pakaian saja. Atmosfirnya harus ibarat dengan program pernikahan, begitu? Ini mungkin menarik.

“Itu pastinya original.”

“Ada banyak gadis yang menginginkannya juga.”

“Bukannya susah bergerak dengan gaun ibarat itu?”

“Akan makan waktu buat persiapannya.”

“Bukankah pelanggan laki-laki akan membencinya? Lagi pula, ijab kabul juga disebut 'Kuburan Kehidupan Pria'.”

Sugesti tadi menciptakan sedikit keributan di kelas.

“OKE, Aki, tulis juga pendapat tadi di papan.”

“Ah, ngh.”

Setelah diingatkan oleh Minami, saya menghadap papan tulis lagi.


'Opsi : Maid Cafe; 'Kuburan Kehidupan Pria.'


Benar-benar tidak tahan dengan kapur ini, susah sekali dipakai. Sepertinya kami benar-benar perlu akomodasi kelas yang memadai.

“Nah, ada lagi yang-- Sugawa.”

“Aku mengusulkan Kafe Cina.”

Sugawa mengatakannya sambil berdiri.

“Kafe Cina? Kau akan menyuruh para gadis menggunakan cheongsam?” (Baju khas Cina; ketat, tanpa lengan dan belahan rok hingga paha♥)

“Tidak, bukan itu. Aku mengusulkan kedai teh kita menjual teh oolong orisinil atau teh-teh biasa. Ini bukan bisnis yang mempergunakan baju-baju seksi untuk menghasilkan uang. Ditambah lagi, mereka bilang istilah 'makanan' berasal dari Cina. Ditinjau dari budaya 'makanan', tidak ada satu pun yang begitu mendalam dibandingkan kuliner Cina. Walaupun dalam beberapa tahun belakangan, naiknya budaya Eropa memaksa kuliner Cina ke titik batas kemusnahan, dilihat dari makanannya--” (Kata ‘makanan’ dalam bahasa Jepang食品(shokuhin), sama ibarat bahasa Cina食品(Shi pin) hanya beda cara bacanya saja)

A,apa? Walaupun saya tidak yakin apa yang sedang terjadi, kini dikala Sugawa berkata-kata hingga ludahnya menyembur-nyembur, tampaknya ia punya wawasan wacana ini, bukan? Apa mungkin hanya saya yang tidak mengerti apa yang terjadi?

“Aki, bisa kau tulis pendapat Sugawa di papan tulis?”

“Ah, un.”

...Ini buruk, sugawa tadi ngomong apaan? Aku tidak mendengarkan sama sekali alasannya semua istilah rumit dan bertele-tele. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus ditulis di papan tulis.

“Apa lagi? Segera tulis!”

“Oke, oke, saya mengerti.”

Pokoknya, tulis saja apa yang tersisa di otak.


'Opsi : Kedai Teh Eropa ala Cina.'


Setelah saya selesai menulis, pintu kelas terbuka dengan bunyi 'clak clak'. Apa yang muncul yakni muka seorang laki-laki yang mukanya ibarat otot tebalnya.

“Apakah semua sudah tetapkan kegiatan selama Seiryousai?”

Dia yakni Wali Kelas F, orang yang memaksa kami kembali ke kelas, Nishimura-sensei, dikenal juga sebagai Tetsujin.

“Kami punya tiga saran, semuanya ada di papan.”

Mendengar kata-kata Minami, Tetsujin berputar melihat ke papan tulis yang dipenuhi tulisanku.


'Opsi : Galeri Foto; Rumah Mengintip Rahasia.'
'Opsi : Maid Cafe; Kuburan Kehidupan Pria.'
'Opsi : Kedai Teh Eropa ala Cina.'


“... Mungkin menambah jam pelajaran akan bagus untuk kalian.”

OH TIDAK! Kami diperlakukan ibarat orang idiot!

“Se, sensei, itu bukan inspirasi kami!”

“Benar! Yoshii yang menulis semuanya seenaknya!”

“Kami tidak idiot!”

Kerumunan mulai berargumen, tentunya supaya tidak ada penambahan jam pelajaran. Tapi, kenapa saya merasa semuanya memperlakukanku ibarat idiot supaya tidak menerima  jam pelajaran tambahan....

“DASAR IDIOT!! BERHENTI PAKAI ALASAN-ALASAN BODOH ITU!”

Teriakan Tetsujin menciptakan semuanya terdiam.

Walaupun begitu, separah apa pun dia, ia tetap seorang guru. Memikirkan Tetsujin murka pada muridnya alasannya mengkhianati sahabat mereka hanya untuk menghindari jam tambahan, membuatku memandang lebih baik wacana dia. Yaa, cuma sedikit.

“Maksudku, fakta kalian menentukan Yoshii sendiri itu keputusan yang bodoh.”

Kalau kami seumuran, akan kucekik ia kini juga di sini.

“Kalian semua, sungguh.... bisa serius sedikit tidak? Apa kalian tidak pernah berpikir untuk menggunakan uang yang kalian hasilkan untuk memperbaiki akomodasi atau sesuatu ibarat itu?”

Tetsujin mengeluh sesudah menyampaikan ini. Mendengar ini, sontak semuanya semangat.

“Oh iya! Ide ibarat itu tidak pernah terpikirkan!”

“Kita tidak perlu menunggu Perang Ujian Syokanju untuk memperbaiki fasilitas!”

“Aku muak dengan akomodasi payah ini!”

Suasana di kelas menegang. Bagi kami, yang mendeklarasikan Perang Ujian Syokanju karena kami kecewa dengan akomodasi kelas, tentu kami tidak tahan dengan akomodasi yang justru lebih jelek dari yang kami miliki di awal.

“Se...semuanya, ayo berjuang!”

Itu bunyi Himeji-san. Di belakang kelas, ia berdiri, mengepalkan tangannya di depan dada, terlihat antusias.

Apa yang terjadi? Walaupun saya yakin Himeji-san tidak puas dengan akomodasi ini, tapi antusias dan proaktif tidak cocok dengan sifatnya.

“Kegiatan apa yang kita lakukan? Bukannya kafe akan lebih menguntungkan?”

“Tidak, galeri foto modalnya lebih sedikit, itu lebih baik.”

“Tapi, bukannya kita akan dipaksa tutup kalau tertangkap tangan anggota panitia?”

Kelas menjadi sangat aktif, banyak sekali macam saran terlempar sana-sini.

“Kita tidak akan tertangkap tangan kalau kita bikin Kedai Teh Eropa.”

“Tapi itu kurang kreatif. Ditambah sekolah renta ini kotor sekali; tidak akan ada yang mau datang. Bukannya kita bakal dieksekusi alasannya kekurangan fitur unggulan?”

“Bagaimana kalau Kafe Pengantin?”

“Modalnya terlalu besar, kita mungkin tidak akan sanggup cukup uang selama 2 hari ini.”

Sekarang kelas menjadi berisik. Semua orang menjadi antusias, tapi ini tidak akan menghasilkan keputusan.

“Oke, oke, bisa semuanya membisu dulu sebentar?”

“Aku rasa rumah hantu akan lebih populer.”

“Bikin saja kasino sederhana.”

“Kalau tidak, jual jagung bakar saja.”

Saran-sarannya mulai meluas, ini buruk.

Apa kelas kami benar-benar tidak kompak? Kenapa saya merasa lebih praktis ketika kami sedang Perang Ujian Syokanju...

“Haah.... Sudah cukup. Aki, apa kita tidak bisa buat Sakamoto ikut? Kita tidak bisa menciptakan keputusan kalau ibarat ini terus.”

Minami bicara padaku dengan nada rendah.

Namanya juga kelas F. Apa ini alasannya semuanya punya kepribadian keras? Aku tidak bisa mencicipi adanya 'Kerjasama'. Yuuji bisa mengatur kelas ini saja sudah luar biasa. Tapi--

“Hm... kurasa tidak mungkin. Kalau Yuuji tidak tertarik, perilaku dinginnya menyeramkan.”

Yuuji tidak tertarik dengan pameran sekolah atau akomodasi kelas. Walaupun saya berpikir Yuuji bisa menyatukan pandangan semua orang jikalau ia memimpin ibarat dikala Perang Ujian Syokanju, Yuuji mungkin tidak mau untuk sekarang.

“Begitu... CUKUP! DIAM DULU SEKARANG! Karena kalian semua tidak bisa memutuskan, tinggal pilih saja dari pilihan yang ada!!”

Minami, yang kini sedang murka dan kesal, mengakhiri pembicaraan ini dengan paksa. Ini keputusan yang tepat.

Dengan matanya Minami menciptakan semua orang bengong sambil memaksa mereka memungut suara. Ini sesuatu yang bahkan saya atau Himeji-san tidak bisa lakukan. Sepertinya Yuuji tidak sembarangan ketika menentukan Minami.

“Jadi, yang menentukan Galeri Foto! -- Oke, selanjutnya Kafe Pengantin! ----terakhir, Kedai Teh!”

Suara Minami menggema di sepanjang koridor. Namun, bahkan ini tampaknya tidak bisa mengendalikan kebisingan ini.

Ditengah-tengah keributan, Minami mulai menghitung suara. Keputusan terakhirnya adalah---

Walaupun hanya ada sedikit suara, Kedai Teh Eropa menang dengan keunggulan beberapa suara. Aku rasa ini hasil yang wajar.

 “Kalau begitu saya akan siapkan teh hijau dan cemilan.”

Kata Sugawa-san sambil berdiri.

“...(Berdiri tanpa bersuara)”

Lalu, entah apa alasannya, Muttsurini berdiri juga.

“Muttsurini, bisa masak?”

“...Ini kewajiban bagi seorang pria.”

Makanan Cina yakni kewajiban seorang pria--- saya tidak pernah dengar itu. Mungkin ia memelajarinya sesudah pergi ke Restoran Cina berkali-kali untuk melihat gadis pelayan yang menggunakan Cheongsam. Tangan Mutsuliini lincah, dan ia berguru dengan cepat, kami bisa serahkan ini padanya.

“Jadi, kita akan membagi kelas menjadi dapur dan ruang utama. Bagi yang ingin kerja di dapur, berkumpul sama Sugawa dan Tsuchiya. Bagi yang ingin kerja di ruang utama, berkumpul sama Aki!”

Entah kenapa, saya yang ditugaskan di ruang utama.

“Oke, saya akan kerja di dapur---”

“JANGAN HIMEJI-SAN! AKAN BURUK KALAU KAU TIDAK DI LUAR!”

Aku eksklusif menghentikan Himeji-san, yang terlihat sangat ingin kerja di dapur. Sekarang kami sedang mempertaruhkan akomodasi kami, kami tidak ingin toko ditutup alasannya semua pelanggan keracunan makanan!

“Akihisa, GOOD JOB!”

“...(Angguk-angguk!)”

Hideyoshi dan Mutsuliini mengerti kekuatan penghancurnya dan eksklusif bertukar pandangan denganku. Korban terparah, Yuuji, mungkin tidak menyadarinya alasannya ia tidur--- seharusnya begitu, tapi kalau dilihat-lihat ia juga sedikit kejang-kejang. Apa ia memimpikan kuliner Himeji-san juga?

“Eh? Yoshii-kun, kenapa saya harus di ruang utama?”

Orang yang tidak sadar dengan ancaman masakannya sendiri pasang muka bingung.

Sangat praktis menyampaikan kejujuran, tapi itu akan menyakiti hatinya.

“Ah,eh--- begini, alasannya Himeji-san sangat manis, kita akan bisa menarik banyak pelanggan kalau kau di luar--- SAKIT, INI SAKIT!! MI, MINAMI!! PUNGGUNGKU BUKAN SAMSAK!”

“Kau... kau bilang saya manis... alasannya Yoshii-kun yang bilang, saya akan berusaha keras melayani pelanggan ♥.”

Kalau bisa, saya harap kau semangat di luar saja.

“Aki, saya bantu di dapur, ya?”

“Hm, saya rasa Minami memang pantas disana.”

“...”

“Kalau begitu saya akan bantu di dapur juga.”
 
“Hideyoshi, ngomong apa kau? Kau sangat imut, tentu saja kau harus di ruang uta--- GYAAAAHHHH!!!! MI, MINAMI-SAMA! PATAH, PATAH!! RUSUKKUUU!! ITU TULANG PENTING UNTUK NYAWAKU!!”

“...Aku akan jadi pelayan.”

“Yaa, yaa... Kurasa itu juga bagus..”

Dalam kerusuhan ini, pameran sekolah yang sanggup membawa kami kembali ke kehidupan normal, telah dimulai.

☆☆☆Soal pertama berakhir disini☆☆☆


Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/