Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Filosofi Ihwal Nabi Ibrahim As

Seni Visual Islamic Kaligrafi bertuliskan nabi Ibrahim as dalam bahasa Arab. By S.W

Filosofi Tentang Nabi Ibrahim As

Untuk Surah, lihat Surah Ibrahim.
Untuk Nabi yang sama dari sudut pandang Agama Yahudi & Kristen, lihat Abraham.

Ibrahim
alaihissalām (
عليه السلام)

Lahir  :  2510 Sebelum Hijriyah Ur, Iraq
Wafat  :  2329 Sebelum Hijriyah (umur 175 tahun) Hebron, Tepi Barat
Makam  :  Masjid Ibrahim
Pendahulu  :  Nabi Nuh as
Pengganti  :  Nabi isak as dan Nabi Ya’qub as
Istri  :  Sarah , Hajar Dan Qanthura
Anak  :  Ismail , Ishaq , Zimran, Yaqsyan, Madan, Madyan , Syiyaq dan Syuh.
Peninggalan  :  Haji , Kakbah , Idul Adha , Qurban , Hanif Dan Shuhuf

Ibrahim (bahasa Arab: إبراهيم ) merupakan nabi dalam agama Samawi. Ia bergelar Khalilullah (خلیل اللہ, Kesayangan Allah). Ibrahim bersama anaknya, Ismail, populer sebagai para pendiri Baitullah. Ia diangkat menjadi nabi yang diutus kepada kaum Kaldān yang terletak di negeri Ur, yang kini dikenal sebagai Iraq. Ibrahim merupakan sosok teladan utama bagi umat Islam dalam aneka macam hal. Ibadah Haji dan penyembelihan binatang kurban pada Idul Adha merupakan beberapa perayaan untuk memperingati sikap berbakti Ibrahim terhadap Allah.
Ibrahim termasuk golongan insan pilihan di sisi Allah, serta termasuk golongan Ulul Azmi. Nama Ibrahim diabadikan sebagai nama sebuah surah, serta disebut sebanyak 69 kali di Al-Qur'an.

Etimologi
Dalam buku yang berjudul "Muhammad Sang Nabi - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail," karya Omar Hashem, dikatakan bergotong-royong nama Ibrahim berasal dari dua suku kata, yaitu ib/ab (إب) dan rahim (راهيم). Jika disatukan maka nama itu mempunyai arti "ayah yang penyayang.

Genealogi
Ibrahim merupakan putra Azar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra'u bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh. Al-Hafidz ibnu Asakir meriwayatkan bergotong-royong ibu kandung nabi Ibrahim berjulukan Amilah. Sementara berdasarkan al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim berjulukan Buna binti Karbina bin Kartsi, yang berasal dari Bani Arfakhsyad.
Azar mempunyai tiga putra: Ibrahim, Haran, dan Nahor. Ibrahim dilahirkan di sebuah wilayah berjulukan Faddam Aram, yang terletak di kerajaan Babilonia. Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab at-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy bahwasanya nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan." Ibrahim mempunyai dua putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Ismail dan nabi Ishaq, sementara nabi Ya’qub merupakan cucu Ibrahim. Haran juga mempunyai seorang putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Luth.

Para istri Ibrahim
Ketika Sarah hendak ditawan raja Mesir untuk dijadikan selir, Allah memberi proteksi kepada Sarah sehingga raja Mesir tidak sanggup menimbulkan Sarah sebagai selir. Setelah menyadari bahwa Allah telah menghadirkan aneka macam azab yang menimpa diri raja Mesir berkenaan dengan Sarah yang merupakan istri Ibrahim, ia mengembalikan Sarah kepada Ibrahim; kemudian raja Mesir menghadiahkan Hajar sebagai budak untuk Sarah sebagai penebusan dosa. Hajar ialah seorang permaisuri kerajaan Mesir.
Para istri Ibrahim dan belum dewasa yang dilahirkan oleh mereka ialah sebagai berikut:
Sarah: Ishaq
Hajar al-Qibthiyah al-Mishtiyah: Ismail
Qanthura binti Yaqthan: Zimran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan Syuh.

Mukjizat
Melihat burung dihidupkan kembali
Sewaktu Ibrahim telah bertekad memerangi sikap syirik dan penyembahan berhala, ia masih ingin meneguhkan keimanan terlebih dahulu sehingga sanggup menenteramkan kalbu. Maka Ibrahim memohon kepada Allah, biar diperlihatkan kepada dirinya ihwal cara Allah menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
"...dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepada diriku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi biar hatiku tetap mantap." Allah berfirman, "Ambillah empat ekor burung, kemudian cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu pecahan dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah mereka, pasti mereka tiba kepadamu dengan segera, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
Al-Baqarah 2:260.

Diselamatkan ketika berada di Perapian
Sebagian ulama salaf menyebutkan bahwa ketika Jibril menampakkan diri kepada Ibrahim di udara, ia bertanya kepada Ibrahim apakah Ibrahim memerlukan bantuan, kemudian Ibrahim menjawab tidak perlu bantuan.  Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair bergotong-royong Malaikat Ar-Ra'd (malaikat pengatur awan dan hujan) mengatakan: "Kapan saja saya diperintah, maka saya akan menurunkan hujan" namun Firman Allah hadir lebih cepat,
"Kami berfirman, "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim."
Al-Anbiya' 21:69.
Ka'ab al-Ahbar meriwayatkan, "Saat itu seluruh penduduk bumi tidak bisa menyalakan api, sedangkan Ibrahim tidak terbakar sedikitpun selain tali yang mengikat dirinya." Sedangkan berdasarkan As-Suddiy, "Saat itu Ibrahim didampingi oleh Malaikat Azh-Zhil (malaikat pemberi naungan), sehingga sewaktu Ibrahim berada di kobaran api, sebenarnya ia berada di taman hijau. Orang-orang melihatnya namun tidak bisa memahami keadaan itu dan ia pun tidak keluar untuk menemui mereka." Ibnu Majah meriwayatkan bahwa ketika Ibrahim dilempar ke dalam kobaran api besar; semua binatang di muka bumi berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang berusaha membuat api membesar.

Pasir menjelma makanan
Abdur Razzaq meriwayatkan bergotong-royong ketika Namrudz mempunyai banyak persediaan makanan, terdapat orang-orang yang hadir untuk memperoleh kebutuhan makanan, termasuk Ibrahim yang turut hadir. Menurut kitab "Qashash al-Anbiyaa", pada sebuah hari ketika persediaan masakan telah habis, Ibrahim mengambil gundukan pasir, yang kemudian menjelma materi masakan tatkala ia hingga di rumah.

Kisah Kelahiran dan masa muda
Pada 2295 SM. Kerajaan Babilonia waktu itu diperintah oleh Namrudz, seorang raja bengis yang berkuasa secara diktatorial dan zalim. Kerajaan itu menerima menunjukan langka pada bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak pria perkasa lahir dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan salah seorang keturunannya akan membunuh Namrudz. Ketakutan terhadap kabar ini, maka ada perintah keji supaya bayi pria itu harus dibunuh. Pada waktu yang hampir bersamaan, Azar mencicipi kebahagiaan sekaligus kekhawatiran karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung seorang anak, beberapa waktu sesudah ia dinobatkan sebagai panglima kerajaan sehingga Azar diperintah Namrudz supaya kelak menyerahkan bayinya itu. Kemudian kedua putra Azar, yakni Nahor dan Haran, memberi pendapat ihwal duduk perkara ini. Haran, sebagai spesialis nujum serta mempunyai ilmu nubuat, beropini bahwa sang ayah sanggup menyerahkan anak itu kepada raja, karena Haran meyakini bahwa belum ada menunjukan di langit yang gagal; sekalipun harus diserahkan ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada keajaiban yang membuat anak itu tetap hidup. Sementara itu, Nahor memberi saran supaya sang ibu meninggalkan Babilonia untuk sementara waktu, sehingga sang ayah sanggup menyerahkan bayi lain sebagai ganti bayinya. Azar mendapatkan saran Nahor supaya meninggalkan Babilonia.
Ketika telah menempatkan istrinya bersama seorang bidan supaya berlindung di sebuah gua hingga hari bersalin; Azar mengambil seorang bayi dari seorang hambanya untuk diserahkan ke Namrudz. Ketika penyembelihan bayi dilakukan, Namrudz bergembira karena ia menyangka bahaya bagi kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, ketika istri Azar telah mengalami persalinan, ia bersama seorang bidan merawat bayi yang dinamai Ibrahim. Setelah beberapa waktu, Ibrahim masih ditempatkan di dalam gua tersebut supaya menghindari kecurigaan Namrudz. Kemudian Ibu kandung Ibrahim bersama seorang bidan harus beranjak pergi dalam keadaan berat hati, sehingga sang ibu menangis seraya berdoa: "Semoga Sang Pelindung selalu menyertaimu, wahai anakku....." maka Allah mengutus malaikat Jibril supaya hadir dan merawat Ibrahim.
Haran masih mempercayai menunjukan di langit bahwa adiknya masih selamat, sehingga Haran pergi mendatangi gua yang telah dipakai sebagai kawasan perlindungan. Haran takjub ketika mendapati adiknya, yakni Ibrahim, telah menjadi seorang anak pria yang sanggup berbicara. Haran mengajak Ibrahim pulang ke negeri Babilonia, namun Ibrahim sempat menolak seraya menyatakan bahwa ia tidak mempunyai rumah karena ia mengaku telah tersesat di sebuah kawasan yang tidak ia kenal. Pada hasilnya Haran berhasil membawa Ibrahim ke rumah sang ayah di Babilonia. Ketika Haran mempertemukan Ibrahim, sang ayah tidak percaya bahwa anak yang diajak Haran merupakan bayi yang telah ditinggalkan di gua. Ketika Ibrahim ditanyai ihwal siapa yang selama ini memberinya makan, ia menjawab bahwa Yang Maha Pemberi yang menyediakan masakan untuknya, kemudian ia kembali ditanya ihwal siapa yang merawatnya dikala sakit, ia menjawab bahwa Yang Maha Menyembuhkan yang melakukannya, kemudian ketika ditanya ihwal siapa yang memberitahunya ihwal jawaban-jawaban ini, Ibrahim menjawab bahwa Yang Maha Mengetahui yang mengajarinya. Maka Azar, ayah kandung Ibrahim, merasa heran dan takjub terhadap Ibrahim. Untuk menghindari kecurigaan Namrudz, Ibrahim diasuh di rumah Haran yang berada di luar wilayah Babilonia. Di sana Ibrahim dibesarkan bersama belum dewasa Haran yaitu Luth , Sarah dan Milka.

Mencari Tuhan yang sebenarnya
Ketika Ibrahim telah beranjak dewasa, ia merasa kehilangan sosok yang sebelumnya memberi makan dan proteksi untuk dirinya, terlebih ia telah mendapati banyak orang yang merupakan para penyembah berhala tetapi Ibrahim mengingkari anggapan bahwa patung berhala ialah dewa; sehingga Ibrahim berniat untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya. Maka Ibrahim menentukan untuk berpindah ke rumah nabi Nuh selama beberapa waktu. Beberapa waktu kemudian, Ibrahim tetapkan pergi karena ia belum menerima tanggapan yang memuasakan dalam pencariannya; walau demikian, Ibrahim pulang sambil memperoleh aneka macam ilmu maupun risalah berharga dari nabi Nuh. Tatkala Ibrahim kembali ke rumah Azar, ayah kandungnya, ia sering mendapati sang ayah sedang membuat patung-patung serta meletakkan masakan di depan patung-patung itu sehingga menimbulkan Ibrahim bertanya-tanya ihwal sikap sang ayah. Mendapati tanggapan bahwa sang ayah menyembah patung karena tradisi leluhur, Ibrahim mempertanyakan tradisi ini namun sang ayah membiarkan Ibrahim. Pada zaman Ibrahim, sebagian besar orang di Mesopotamia beragama politeisme, yakni sebuah tradisi penyembahan kepada lebih dari satu sembahan, baik sembahan-sembahan yang dianggap berada di muka bumi maupun sembahan-sembahan yang dianggap berada di langit, dan orang-orang tersebut membuat aneka macam patung sebagai perlambangan sembahan-sembahan itu. Nahor menyatakan bahwa di langit ada aneka macam sembahan, namun Ibrahim merasa perlu membuktikan ucapan ini.
Terdapat beberapa ayat yang menjelaskan sebagian kisah ihwal pencarian Ibrahim mengenai Tuhannya:
Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu karam ia berkata: "aku tidak suka kepada yang tenggelam."

Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit ia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi sesudah bulan itu terbenam, ia berkata: "Sesungguhnya bila Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah saya termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, ia berkata: "Wahai kaumku, sesungguhnya saya berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan."
Al-An'am 6:76-78.
Inilah daya kebijaksanaan yang Allah karuniakan untuk nabi Ibrahim sehingga ia menolak agama penyembahan langit yang sedang dipercayai kaumnya. Ibrahim pun menyadari bahwa Yang Mengendalikan bulan, bintang, matahari, siang dan malam; juga Yang Menciptakan seluruh makhluk di bumi ialah Tuhan yang sebenarnya.

Berdakwah kepada ayah kandungnya
Ibrahim menganggap bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah terlebih dahulu menyadarkan Azar, ayah kandungnya, sebagai orang yang terdekat kepadanya, juga sebagai peringatan untuk sang ayah bahwa tindakan menyembah berhala-berhala merupakan perbuatan sesat yang setara dengan kemusyrikan. Selain itu, Ibrahim menganggap bahwa sikap berbakti kepada sang ayah mewajibkan dirinya untuk memberi penerangan supaya menyingkirkan kepercayaan sesat, sehingga sang ayah mengikutinya dalam beriman kepada ALLAH, Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan budbahasa yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang renta serta melalui ucapan yang halus, Ibrahim tiba kepada ayahnya memberikan bahwa Allah telah mengutus ia sebagai nabi dan rasul , serta telah diilhamkan dengan ilmu dan risalah yang tidak dimiliki oleh sang ayah. Ibrahim mulai berbicara secara lemah lembut kepada ayahnya, kemudian bertanya apakah gerangan yang menjadi penyebab untuk menyembah berhala sebagaimana yang diperbuat kaumnya, walaupun berhala-berhala itu tidak sanggup mengaruniakan nasib baik untuk para penyembahnya, tidak pula sanggup mencegah nasib buruk. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan berhala merupakan semata-mata anutan setan yang memang menjadi musuh umat insan semenjak Adam diturunkan ke bumi. Ia mengajak kepada ayahnya supaya merenungkan dan memikirkan nasihat beserta seruan untuk meninggalkan berhala-berhala, supaya sang ayah menyembah Allah yang telah membuat umat insan beserta semua makhluk hidup lain, juga yang mengaruniakan untuk mereka, rezeki beserta kenikmatan hidup, serta yang telah mempercayakan bumi beserta segala isinya kepada umat manusia.

Peringatan terhadap para penyembah berhala
Semasa remaja, Ibrahim masih sering bertanya kepada sang ayah ihwal Tuhan yang sesungguhnya. Walau demikian, ayahnya tetap tak menghiraukan Ibrahim. Sampai suatu ketika Ibrahim bertanya: "Terbuat dari apakah patung-patung ini?" maka ayahnya memperlihatkan kayu sebagai bahan. Ibrahim pun mempertanyakan: "Patutkah kayu disebut sebagai sembahan? benda mati yang hangus lenyap di perapian?" untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain, Azar menyuruh Ibrahim menjual patung-patung. Tetapi didasari kepercayaan dan tauhid yang telah Allah ilhamkan, Ibrahim menyadari kesia-siaan patung berhala sehingga ia justru berdakwah kepada banyak orang ihwal betapa tak berdaya patung buatan ayahnya: "Siapakah yang mau membeli patung-patung membisu dan tidak berkhasiat ini?" melalui aneka macam cara, Ibrahim berusaha menyadarkan ihwal kesia-siaan patung berhala, juga Ibrahim berupaya berbagi dakwah ihwal Tuhan yang sesungguhnya.
Sewaktu mendapati Azar, ayah kandungnya, tetap tidak mau meninggalkan penyembahan patung berhala kayu, Ibrahim merasa sedih dan ingin menyadarkan sang ayah ihwal kekeliruan ini. Ibrahim berusaha memperingatkan secara berulang-ulang, hingga Ibrahim menyatakan: "Sekiranya kayu memang sembahan, bukankah api sanggup menghanguskan kayu? sekalipun api dianggap sebagai sembahan, maka air sanggup memadamkan dan melenyapkan api; meskipun air dianggap sebagai sembahan, maka air akan lenyap diserap oleh tanah; sekalipun tanah dianggap sebagai sembahan, maka matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus; sekalipun matahari bersinar terang, tidaklah itu patut dianggap sebagai sembahan karena matahari akan kehilangan cahaya karena awan yang bergumpal-gumpal dan lenyap dalam kegelapan malam kemudian tergantikan sinar bulan dan bintang-bintang; Awan-awan ataupun malam tidaklah patut dianggap sebagai sembahan; apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu dan menghilang dalam waktu tertentu pula, sementara umat insan beserta segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir setiap waktu? Bukankah Yang telah Menciptakan langit dan bumi beserta segala hal yang berada antara keduanya merupakan Tuhan yang sesungguhnya? kiranya kau mau merenungkan."
Ibrahim berseru kepada kaumnya: "Apapun yang kalian sembah itu ialah segala yang kubenci selain Tuhannya alam semesta, Dialah yang membuat diriku dan membimbing diriku ,sebab Dialah yang membuat sesuatu berdasar TujuanNya dan KehendakNya, Dialah yang menghadirkan kebenaran kepadaku melalui pendengaranku, karena semula saya hanya ciptaan yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang menampakkan cahaya yang menerangi supaya saya mengetahui jalan yang harus kutempuh karena saya hanyalah ciptaan yang tersesat di antara bumiNya dan langitNya, Dialah yang selalu hadir untukku karena Dialah yang menyediakan segala hal untuk kumakan dan kuminum, Dialah yang menghidupkan orang yang mati untuk Dia dan yang mematikan orang yang hidup tanpa Dia. Aku sendiri tidak mengetahui untuk apa saya dihidupkan maka tiada kiprah bagiku di dunia selain melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh Sang Pencipta yang menghidupkan diriku, dan saya pun bersedia mati, sekiranya Dia pula yang menghendaki hal tersebut. Lalu patutkah saya bersujud memuja benda-benda yang kalian serukan itu daripada menyembah Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?" Dengan cara demikian, Ibrahim berusaha untuk menyadarkan kaumnya; walau mereka mengabaikan aneka macam seruan Ibrahim; bahkan mereka tetap berkeras meneruskan penyembahan berhala.
Sewaktu telah memperoleh aneka macam risalah Allah, Ibrahim tetap bertekun dalam memberikan aneka macam dakwah menentang tindakan penyembahan berhala yang berlangsung di tengah-tengah kaumnya; hingga ketika Ibrahim menyadarkan ayah kandungnya beserta kaumnya, ihwal kesesatan penyembahan berhala:
"...dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, "Patutkah kau menimbulkan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya saya melihat kau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Al-An'am 6:74.

Perlawanan menghadapi kaum penyembah berhala
Artikel utama untuk pecahan ini adalah: Ikonoklasme
Sewaktu Ibrahim telah menyadarkan kesesatan aneka macam jenis penyembahan berhala, juga aneka macam dakwahnya telah tersebar ke aneka macam negeri; Namrudz, yang telah mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi, memerintahkan seluruh rakyatnya tiba membawa banyak kerikil dan patung untuk mendirikan sebuah tugu menjulang tinggi di Babilonia sebagai kawasan berhala khusus sehingga seluruh orang di negeri itu diajak bersatu sebagai sebuah kaum penyembah patung berhala biar orang-orang tersebut menganggap segala jenis ibadah yang tidak menyembah patung berhala sebagai ibadah menyimpang. Ketika mendapati aneka macam patung berhala dijadikan sebagai sembahan, maka Ibrahim bertekad untuk Allah, sewaktu berjihad meremukkan aneka macam patung berhala sebagai bentuk perlawanan terhadap kesesatan serta kebodohan di tengah-tengah kaumnya, serta membuktikan bahwa patung kerikil hanyalah benda mati yang tidak sanggup bertindak apapun untuk para penyembahnya. Ibrahim tiba untuk meruntuhkan segala patung kerikil yang berada di Babilonia terkecuali sebuah patung terbesar yang dianggap sebagai sembahan paling jago bagi kaumnya.
Mendapati terdapat batu-batu yang remuk beserta puing reruntuhan di kawasan berhala mereka, para penyembah berhala merasa marah, kemudian mereka hendak menghukum orang yang melaksanakan tindakan ini. Ibrahim; yang dikenal berani menentang penyembahan berhala, dipanggil untuk dihakimi. Mereka bertanya: "Apakah kau yang melaksanakan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?" ia menjawab: "Sebenarnya patung terbesar itulah yang melaksanakan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda itu bila memang sanggup berbicara." mereka pun mulai tersadar, kemudian ia mengatakan: "Sesungguhnya kalian memang orang-orang yang zalim" kemudian dengan kepala tertunduk, mereka berkata: "Sesungguhnya kau telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak sanggup berbicara." ia berkata: "Lalu mengapakah kalian menyembah kepada yang selain Allah, kalian menyembah aneka macam sembahan yang tidak sedikit pun sanggup mengaruniakan manfaat, tidak pula menimpakan nasib jelek untuk kalian? sekiranya kalian tidak menghentikan tindakan semacam ini, tentulah Tuhanku kelak mengkremasi kalian di Neraka."

Perapian Babilonia
Mendengar pernyataan bahwa kelak para penyembah berhala akan dibakar di Neraka; mereka tidak serta merta mengalah dan mengakui dosa, justru mereka beranggapan bahwa ia hendak mengkremasi seluruh orang yang telah menyembah berhala. Sebagai eksekusi atas tindakan terhadap patung-patung berhala maupun pernyataan ini, mereka hendak membunuh dan membakarnya. Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan banyak kayu bakar untuk sebuah perapian besar. Kemudian Namrudz, orang yang telah mengajak seluruh penduduk negeri biar menyembah berhala, menyatakan secara angkuh: "Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan yang kuasa di muka bumi ini, serta siapa yang insan biasa, kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akhir berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya mengkremasi kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah yang kuasa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!"
Terdapat banyak orang dari aneka macam negeri yang hadir untuk menyaksikan insiden ini, bahwa sebagian besar dari mereka percaya kepada Namrudz. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat abang Ibrahim, Haran, yang turut dihadirkan karena selama ini telah menyembunyikan Ibrahim dan tidak menyerahkan kepada Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa ia tidak menuruti perintah Namrudz, ia menjawab: "Bukankah saya pernah menyampaikan bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan bisa mengubah segala yang tertulis di langit, karena kalian sendiri tidak sanggup mengubah langit dan bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka menjawab: "Memang ucapan itu terbukti hingga dikala ini, namun lihatlah sesudah Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku" mereka pun bertanya: "Apakah kau percaya kepada Tuhannya Ibrahim?" Haran mencicipi keraguan dalam benaknya, karena di malam sebelumnya ia mendapati menunjukan di langit bahwa akan ada orang yang terbakar jago oleh perapian, sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari perapian. Haran menjawab: "Seandainya Ibrahim tidak selamat dari perapian tentulah saya akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin bersama malu ini; akan tetapi bila melalui keajaiban dahsyat sehingga Ibrahim berhasil selamat maka saya akan tiba dan memeluknya."
Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk memberikan pembebasan untuk Ibrahim supaya sanggup melarikan diri menghadapi eksekusi kaumnya, namun Ibrahim berkata: "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku, karena selama ini Dialah yang melindungi nyawaku terhadap Maut bergotong-royong segala evakuasi hanya berasal dari Dia; sekalipun saya harus mati, maka saya bersedia bila hal itu yang Dia kehendaki" kemudian malaikat tersebut beranjak pergi. Allah turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa banyak insan di muka bumi pada zaman itu mempunyai satu pemikiran dari satu sudut pandang terhadap insiden perapian ini, maka Allah hendak melaksanakan ketetapan kepada pikiran orang-orang tersebut dengan menampakkan aneka macam hal berbeda dalam penglihatan mereka; yang kemudian satu umat dan satu bangsa di bumi menjadi aneka macam bangsa yang mempunyai pendirian dan contoh pikir yang berbeda. Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim, maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya sanggup berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.
Mendapati Ibrahim selamat dari tengah-tengah perapian yang membara, seketika itu pula Haran bergegas mendekat untuk memeluknya; akan tetapi Haran seketika mati disambar oleh kobaran api, karena Haran tanpa mempunyai keimanan sewaktu mendekat kepada api yang dihadirkan Allah supaya menjadi keselamatan untuk orang yang bersungguh-sungguh mengimani Allah, yakni Ibrahim. Pada dikala semacam ini, muncul banyak pandangan dalam pengamatan orang-orang yang menyaksikan, sehingga mereka menyatakan ihwal kepercayaan masing-masing akhir munculnya aneka macam pendapat berbeda terhadap insiden ini. Orang-orang yang saling bersepakat ihwal pandangan serupa; kemudian membentuk sebuah kelompok tersendiri untuk membantah serta berselisih dengan pihak yang berseberangan pandangan; disebabkan mereka saling berkeras pada pendapat masing-masing dan mereka mendengki untuk mendapatkan kebenaran dari pihak lain, termasuk untuk mendapatkan kebenaran bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian. Sebagian besar orang berpegang pada pendapat masing-masing serta tidak mengakui satu sama lain bahkan mereka enggan mengakui Allah. Walaupun orang-orang tersebut mengakui kebenaran anutan Ibrahim di dalam hati, mereka mempunyai kedengkian serta tidak mau menanggung rasa malu. Sejak dikala itulah terdapat banyak kelompok orang yang saling menjauh berpencar dari kawasan perapian ini, kemudian mengada-adakan bahasa dan budaya serta bentuk kepercayaan yang dianggap oleh masing-masing sebagai hal paling benar. Kemudian terdapat tujuh puluh bahasa di muka bumi. Di antara banyak insan yang menghendaki hawa nafsu serta kepercayaan masing-masing, Ibrahim maju seraya menyatakan bahwa ia hanya beriman kepada Allah; juga ia hanya berserah diri kepada Kehendak Allah. Maka Allah menentukan Ibrahim dari tengah-tengah umat insan sebagai insan pilihan Allah, sehingga Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim menyampaikan kepada orang-orang yang saling berselisih: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan kawasan kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian.

Perdebatan dengan Namrudz dan hijrah dari tanah leluhur
Setelah memahami bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian yang membara, Namrudz beserta para pengikutnya merasa dipermalukan serta merasa takut bahwa akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya. Akibat telah mendakwakan diri secara besar kepala sebagai raja dan yang kuasa atas umat insan maka Namrudz enggan mengakui mu'jizat Ilahi pada diri Ibrahim. Kemudian Namrudz berupaya mengalahkan Ibrahim dengan memberi pertanyaan sebagai tantangan: “Kami sadari bahwa kau memang tetap hidup dari tengah-tengah perapian tetapi kau tidak menghadirkan sembahanmu di hadapan kami, maka kami takkan percaya kepadamu” Ibrahim mengatakan: "Tuhankulah Yang Menghidupkan maupun Yang Mematikan siapa yang Dia kehendaki, karena Dialah Yang Maha Kuasa atas segala hal yang berada di langit maupun di bumi." Seketika Namrudz memanggil dua orang budak kemudian Namrudz membunuh salah seorang budak serta membiarkan seorang yang lain tetap hidup, Namrudz semakin menyombongkan diri: "Aku pun mempunyai kuasa di bumi terhadap orang-orang itu karena akulah raja, dan saya pun yang kuasa yang sanggup menghidupkan maupun mematikan; maka saya bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kau takkan bisa memperlihatkan bukti-bukti ihwal Tuhanmu itu kepada diriku" Ibrahim berkata: "Sekalipun kau memberi seisi bumi kepadaku, ketahuilah bahwa segala yang ada di bumi beserta yang ada di langit ialah Milik Allah. Maka lihatlah ke arah matahari yang terbit itu, sesungguhnya Allah ialah Yang Menerbitkan Matahari dari arah timur, bila memang terdapat kuasa pada dirimu terhadap matahari maka terbitkanlah matahari dari arah barat," seketika Namrudz tertegun dan menjadi bisu di hadapan Ibrahim, kemudian banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrudz sehingga orang-orang tersebut mendirikan kekuasaan mereka sendiri.
Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan Babilonia sewaktu Azar memanggil anak-anaknya supaya hadir di rumah Haran untuk pembagian warisan. Kedua anak perempuan Haran masing-masing dijadikan istri untuk dua saudaranya, Ibrahim dan Nahor, sedangkan anak pria Haran, Luth, menentukan ikut bersama Ibrahim; selain karena keberadaan Ibrahim yang pernah tinggal di rumah Haran, Luth juga telah mempunyai keimanan terhadap anutan Ibrahim. Ibrahim sempat mengajak ayah kandungnya supaya meninggalkan penyembahan berhala supaya berangkat bersamanya dalam mengikut kepada Allah. Namun, sang ayah telah merasa lelah terhadap seruan-seruan semacam ini, kemudian menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama. Meskipun demikian, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan pengampunan untuk ayahnya sebagai komitmen dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua. Akan tetapi terdapat peringatan Allah yang menyadarkan nabi Ibrahim supaya tidak lagi memohonkan pengampunan untuk ayahnya, karena ayahnya merupakan orang yang menolak serta memusuhi penyembahan kepada Allah
Ibrahim bersama Sarah , Luth , serta para pengikutnya meninggalkan rumah Haran untuk berangkat ke manapun yang Allah perintahkan. Oleh karena Ibrahim telah beriman, berjihad dan berhijrah untuk Allah, maka Allah memberkati Ibrahim; juga Allah berjanji akan menghadiahi Ibrahim beserta keturunannya maupun kaum pengikutnya berupa pewarisan "sebuah negeri yang diberkahi atas alam semesta.Perjanjian Ilahi untuk Ibrahim tersebut kelak diwariskan kepada Ishaq, yang kemudian diterima Ya'qub, kemudian beralih kepada dua belas putra Ya'qub hingga hingga kepada umat Bani Israil. Selain itu, Perjanjian langka ini berisi karunia ganda berupa anugerah istimewa di dunia beserta karunia surga di Akhirat
Tatkala menjadi pendatang di negeri Mesir, Ibrahim disambut sebagai tamu kehormatan yang diberi aneka macam pemberian, karena Sarah hendak dijadikan istri oleh raja Mesir; karena Ibrahim telah memperkenalkan Sarah, yang berparas sangat cantik, sebagai saudaranya sendiri biar Ibrahim tidak menerima celaka di negeri Mesir. Semenjak tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap anak perempuan kakaknya ini sebagai saudaranya sendiri, serta sebagai saudara dalam keimanan. Allah menimpakan kemalangan dan azab kepada raja Mesir tatkala hendak mengambil Sarah ke istana Mesir, sehingga raja Mesir dihalangi untuk menimbulkan Sarah sebagai istri. Sewaktu raja Mesir tersadar bahwa azab telah ditimpakan akhir Sarah yang merupakan istri Ibrahim, maka raja Mesir merasa bersalah karena hendak menikahi perempuan yang telah bersuami dan ia merasa takut terhadap nabi Ibrahim. Sebagai tanda permintaan maaf, raja Mesir memberi banyak hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir biar Ibrahim tetap tinggal di Mesir. Bahkan anak perempuan raja Mesir; yakni Hajar, telah diserahkan sebagai budak kepada Sarah untuk penebus kesalahan yang hendak diperbuat raja Mesir.

Tamu Ibrahim
Walaupun menerima seruan untuk menetap di Mesir; atas keimanannya, Ibrahim tetap pergi menuju negeri yang Allah wariskan untuknya, yang membuktikan bahwa Ibrahim lebih menaruh kepercayaan terhadap komitmen Allah dibanding terhadap komitmen manusia. Sewaktu meninggalkan negeri Mesir pula, Ibrahim melepas kepergian rombongan nabi Luth yang pergi ke negeri Sadum. Selama menetap di negeri Palestina, Ibrahim menjadi sosok yang terhormat dan dikenal luas di aneka macam negeri oleh karena Ibrahim berlaku gemar memberi terhadap penduduk Kana’an maupun orang-orang asing.
Sekalipun Allah telah berjanji bahwa seluruh negeri itu diwariskan untuk dirinya maupun kaum keturunannya sebagai tanah milik, Ibrahim tidak mengusir ataupun menyingkirkan penduduk yang tinggal di sekitar wilayahnya, karena Ibrahim mengaku bahwa dirinya hanyalah pendatang di bumi yang diterima secara baik oleh Allah, sehingga Ibrahim hendak berbuat baik pula kepada banyak orang sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada dirinya. Ibrahim menjadi sosok yang sangat ramah menyambut para pendatang maupun para pengembara yang singgah di rumahnya. Ibrahim juga mengenalkan ajaran iman kepada Allah, sewaktu ia mendapatkan para tamu dari aneka macam negeri.
Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk menguasai negeri Palestina karena sosoknya yang mempunyai kesetiaan sejati kepada Allah, disertai keimanan diri yang kuat; sehingga ia bisa mempengaruhi kaum penduduk negeri itu dengan tidak sedikitpun mengalami pelemahan kepercayaan akhir hidup di tengah-tengah mereka. Allah menentukan kaum keluarga Ibrahim supaya mendapatkan karunia istimewa di antara umat insan di muka bumi; sebagaimana Allah telah berjanji kepada Ibrahim bahwa ia beserta golongan pengikutnya akan memperoleh berkat beserta karunia yang berkenan di dunia beserta anugerah yang kekal di negeri Akhirat; yakni upah terbaik untuk hamba-hamba Allah. Sewaktu penduduk di negeri itu hendak mengangkat Ibrahim sebagai seorang raja di tengah-tengah mereka; ia menolak cita-cita mereka seraya menyatakan bahwa hanya ada satu Raja di langit maupun di bumi, yakni Allah. Kebijaksanaan serta kesalehan nabi Ibrahim membuat bangsa Kana'an merasa segan untuk berbuat dosa karena mereka menyadari kekuatan kepercayaan beserta kasih setia nabi Ibrahim kepada Allah.
Sewaktu Ibrahim memikirkan ihwal keadaan generasi pewarisnya, ia berdoa kiranya Allah mengaruniakan seorang putra yang termasuk golongan saleh, maka Allah berjanji akan mengaruniakan seorang putra sebagai pewaris Ibrahim. Beberapa waktu kemudian, Sarah menyarankan Ibrahim biar menikahi Hajar supaya memperoleh anak. Setelah dianugerahi seorang putra melalui Hajar, yakni Ismail, Ibrahim mendapatkan perintah sunat sebagai jaminan bahwa ia akan memperoleh keturunan melalui Sarah. Beberapa waktu sesudah bersunat, Ibrahim mendapatkan kunjungan para tamu istimewa yakni tiga malaikat berwujud tiga laki-laki, akan tetapi wujud ketiga malaikat ini berbeda dengan rupa insan yang selama ini ditemui Ibrahim, ia pun merasa asing, kemudian ia bersegera mempersiapkan jamuan khusus untuk ketiganya. Ibrahim menghidangkan daging anak sapi panggang kepada mereka, namun Ibrahim merasa heran terhadap sikap ketiganya yang tidak memakan hidangan tersebut. Kemudian para malaikat ini menenangkan ia serta memberikan kabar besar hati kepada Ibrahim bahwa Ishaq akan lahir untuknya, dan Ya’qub akan disebut sebagai penerus Ishaq. Ibrahim takjub mendengar kabar besar hati ini, namun ia menyatakan tetap yakin terhadap komitmen Allah. Sementara itu Sarah tertawa dan merasa heran sewaktu mendengar hal ini karena menganggap lucu bagi seorang perempuan yang telah berumur renta untuk menimang seorang bayi.
Ketika salah satu malaikat memberikan kabar bahwa ada peristiwa dahsyat yang segera menimpa kaum Luth; Ibrahim yang menaruh belas kasihan terhadap kehidupan banyak orang, menahan malaikat ini beranjak dari rumahnya seraya memohonkan supaya Allah memberi kesempatan bertobat untuk orang-orang berdosa itu sebelum ditumpas. Malaikat tersebut menjawab bahwa keputusan ini telah mutlak bagi Allah; karena Allah telah mengutus Luth supaya memperingatkan orang-orang berdosa itu , namun orang-orang itu tidak mengubah sikap keji mereka sehingga Luth berseru-seru memohon pertolongan kepada Allah. Kemudian Ibrahim memohonkan keselamatan untuk Luth beserta orang-orang yang beriman supaya diluputkan ketika azab terjadi. Hal ini dikabulkan untuk seluruh keluarga Luth, terkecuali istri Luth.
Setelah Ishaq lahir, Ibrahim sangat mengasihi dan mengistimewakan Ishaq, putra yang telah usang Allah janjikan sebagai pewarisnya. Sarah menyarankan supaya Ishaq tidak berada bersahabat dengan Ismail, maka Ibrahim tetapkan biar keduanya tinggal terpisah dengan Ishaq supaya kelak tidak ada pertengkaran antara kedua putra Ibrahim; terlebih Allah telah menyatakan jauh sebelum Ismail dilahirkan bergotong-royong Ishaq telah tertulis sebagai penerus dan pewaris Ibrahim.

Ibadah Qurban
Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa, Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintahNya melalui sebuah mimpi ihwal penyembelihan anak. Keimanan Ibrahim, yang telah berhasil menghadapi ujian-ujian sebelumnya, sama sekali tidak berubah sewaktu mendapatkan perintah ini. Ibrahim mengajak putranya berangkat untuk melaksanakan perintah Allah, ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun memohon dispensasi dari Allah ihwal perintah ini melainkan ia melaksanakan sebagaimana yang Allah perintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan putranya untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan persetujuan dari sang putra. Ibrahim berkata: "Wahai putraku, sesungguhnya saya melihat dalam sebuah mimpi bahwa saya menyembelihmu, maka sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya menjawab: "Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah, kau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala putranya telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan tangannya, karena tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan apapun untuk Allah, juga membuktikan wujud seorang hamba yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi Allah. Kemudian Ibrahim mendapati seekor sembelihan besar sebagai kurban pengganti putranya. Sumber Alkitabiah menjelaskan bahwa Ishaq ialah putra Ibrahim yang hendak dikurbankan. Walau demikian, sebagian besar sumber yang dipakai umat Islam merujuk kepada Ismail.
Atas dedikasi sepenuhnya ini, maka Allah memberkahi Ibrahim, serta memberikan kabar bahwa Ishaq merupakan nabi yang termasuk golongan saleh, demikian pula Ya’qub sebagai penerus, sehingga Allah mengistimewakan ketiga sosok ini dengan buah tutur serta gelar terbaik di antara umat insan yang pernah ada. Ibrahim masih hidup untuk mendidik cucunya, Ya’qub, serta memberkati sang cucu. Sebelum meninggal dunia, Ibrahim bersyukur kepada Allah, kemudian Ibrahim mengumpulkan putra-putranya untuk mewariskan agama kepada putra-putranya beserta kepada Ya’qub.
Doa
Terdapat doa-doa yang dipanjatkan Ibrahim, salah satunya doa ketika Ibrahim mendirikan Baitullah, bersama nabi Ismail, yakni doa yang ditujukan untuk nasib generasi-generasi penerus mereka:
Dan ketika Ibrahim berdo'a, "Wahai Tuhanku, jadikan negeri ini negeri yang kondusif sentosa, dan karuniakan rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah maupun hari Akhir." Allah berfirman, "Dan kepada orang yang kafir pun Aku berikan kesenangan hidup yang sementara, kemudian Aku paksa orang itu mendapatkan malapetaka Neraka dan itulah seburuk-buruk kawasan kembali,"
dan ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo'a): "Wahai Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami, jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau
dan kiranya Engkau tunjukkan kepada kami cara-cara beserta tempat-tempat ibadah kami, dan terimalah taubat kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Utusan dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Baqarah 2:126-129.
Dan ketika Ibrahim berdoa: "Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebuah negeri yang aman, dan kiranya hindarkan saya beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Wahai Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan sebagian besar dari umat manusia, maka barangsiapa yang mengikuti diriku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai diriku, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya saya telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di bersahabat rumahMu yang dihormati, Wahai Tuhan kami (yang demikian itu) biar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian umat insan cenderung kepada mereka dan karuniakan mereka berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala yang kami sembunyikan dan segala yang kami nyatakan; dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Ibrahim 14:35-38.
Wahai Tuhanku, jadikan saya dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, Wahai Tuhan kami, perkenankan doaku.
Wahai Tuhan kami, ampunilah saya dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang berman pada hari terjadinya hisab.
 Ibrahim 14:40-41
Teladan
Nabi Ibrahim merupakan sosok teladan dan panutan utama untuk umat Islam dalam hal keimanan, pengabdian, dan ketauhidan, kepada Allah nabi Muhammad mendapat proposal melalui Firman Allah supaya mengikuti pribadi Ibrahim:
Sesungguhnya Ibrahim ialah seorang imam yang sanggup dijadikan teladan yang patuh kepada Allah, serta hanif; dan ia bukanlah golongan musyrik
An-Nahl 16:120.
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan ia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami mengingkari kalian dan telah kasatmata antara kami dan kalian terdapat permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya hingga kalian beriman kepada Allah saja." kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, "Sesungguhnya saya akan memohonkan ampunan untuk kau dan saya tiada sanggup menolak sesuatu pun dari Allah terhadap dirimu."
"Wahai Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Wahai Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Sesungguhnya pada mereka itu ada teladan yang baik untuk kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya, Maha Terpuji.
 Al-Mumtahanah 60:4-6.
Dan ketika Ibrahim menyatakan kepada bapaknya beserta kaumnya: "Sesungguhnya saya berlepas diri terhadap yang kalian sembah, terkecuali Tuhan Yang Merancang diriku, Dialah yang menuntun diriku". dan ia menimbulkan ini sebagai pedoman dasar pada penerusnya, supaya mereka kembali.
Az-Zukhruf 43:26-28.
Katakanlah: "Sesungguhnya saya telah dituntun oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, yaitu agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim bukanlah golongan musyrik".
Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhannya semesta alam; tiada sekutu terhadap Dia; dan demikian itulah yang diperintahkan kepada diriku dan saya ialah orang yang pertama-tama berserah diri (kepada Allah)".
Al-An'am 6:161-163.
Ibadah Haji dan penyembelihan binatang kurban pada Idul Adha yang dirayakan setiap tahun, merupakan bentuk penghormatan umat Islam di seluruh dunia terhadap dedikasi nabi Ibrahim dan nabi Ismail sewaktu mendirikan Baitullah :
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan kawasan kepada Ibrahim di kawasan Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kau mempersekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud. Dan berserulah kepada insan untuk mengerjakan haji, pasti mereka akan tiba kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang tiba dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan aneka macam manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir."
Al-Hajj 22:26-30.
Julukan
Khalilullah (خلیل اللہ) ialah julukan istimewa yang Allah berikan untuk Ibrahim yang bermakna Kesayangan Allah :
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang tulus menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi KesayanganNya.
Nabi Ibrahim disebut pula sebagai "Bapak Umat Muslim":
Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah menentukan kalian dan Dia sekali-kali tidak menimbulkan untuk kalian, agama sebagai suatu kesempitan. (Ikutilah) agama bapak leluhur kalian; Ibrahim. Dia telah menamai kalian sebagai golongan muslim semenjak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi terhadap dirimu dan supaya kalian menjadi saksi terhadap segenap umat manusia, maka dirikan sembahyang, tunaikan zakat dan berpeganglah kalian pada tali Allah; Dialah Pelindung kalian, maka Dialah sebaik-baik Pelindung serta sebaik-baik Penolong.
Al-Hajj 22:78.
Shuhuf
Artikel utama untuk pecahan ini ialah : Kitab Allah
Berbagai anutan Ibrahim tercantum dalam lembaran-lembaran (shuhuf) Ibrahim yang setara dengan lembaran-lembaran Musa
Kami akan membacakan kepadamu maka kau tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui perkara yang terang maupun perkara yang samar.
dan Kami akan memberi kau taufik kepada jalan yang gampang oleh karena itu berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat, orang-orang yang berhati-hati akan memperoleh pelajaran; sedangkan golongan yang celaka akan menjauhinya yakni golongan yang akan memasuki perapian besar kemudian golongan itu tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
Betapa beruntung orang yang memurnikan diri dan ia ingat nama Tuhannya kemudian ia sembahyang, namun kalian lebih menentukan kehidupan duniawi sedang kehidupan Akhirat merupakan yang terbaik serta yang abadi. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Lembaran-Lembaran terdahulu; Lembaran-Lembaran Ibrahim dan Musa.
Al-A'la 87:6-19.
Referensi
^ Tercantum di Surah An-Nisa:125 "...dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang tulus menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya."
^ Surah At-Taubah : 114
^  "Muhammad Sang Nabi" - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail, karya Omar Hashem, Bab 1. Kondisi Geografis - Kafilah Nabi Ibrahim, Hal.9.
^  Kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir
^  Kitab as-Silsilatu adh-Dhaifah.
^ Imam Ahmad berkata, Afwan telah menceritakan kepada kami, Jarir telah menceritakan kepada kami, Sumamah, pelayan Abu Fakah bin al-Mughirah telah menceritakan kepadaku, ia berkata: "Saya pernah menemui Aisyah. Saya melihat ada sebuah tombak yang bersandar di dalam rumahnya, maka saya bertanya: "Wahai Ummul Mukminin, Apa yang engkau perbuat dengan tombak ini?" Aisyah menjawab: "Tombak ini untuk membunuh tokek-tokek, karena terdapat hadist yang disampaikan kepada kami: "Ketika Ibrahim dilemparkan kedalam api, maka semua binatang di muka bumi ini berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang berusaha meniupnya. Maka rasul memerintahkan kepada kami untuk membunuhnya." Hadits riwayat Ibnu Majah dari Abu Bakar bin Abi Syaibah dari Yunus dari Muhammad dari Jarir bin Hazim.
^ Suatu hari ketika Ibrahim telah bersahabat dengan rumahnya, ia mendapati gundukan pasir dan memenuhi kedua kantungnya dengan pasir tersebut seraya berkata: “Bila saya telah hingga kepada keluargaku, maka saya akan menghiburkan mereka (dengan pasir ini).” Ketika hingga di rumah dan bertemu dengan keluarganya, Ibrahim kemudian meletakan barang bawaan, kemudian berbaring dan tidur. Selanjutnya istrinya, Sarah bangun dan melihat kedua kantung yang dibawa suaminya, ternyata keduanya berisi materi makanan. maka ia segera memasaknya dan menyajikannya sebagai makanan. Kisah ini ditulis pada kitab "Qashash al-Anbiyaa" (Kisah Para Nabi dan Rasul), Kisah Nabi Ibrahim Al-Khalil, Perdebatan Ibrahim al-Khalil dengan Orang yang berusaha Merampas Izari al-Adhamah (Pakaian Keagungan) dan Rida’ al-Kibriya’ (Selendang Kesombongan) dari al-Adhim al-Jalil, hal. 204-205. Karya Ibnu Katsir, tahqiq hadits Syekh Al-Albani.
^  Ginzberg, Louis, ed. (1909). The Legends of the Jews (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.
^  Surah Al-A'raf : 54, Ibrahim : 33, An-Nahl : 12, Luqman : 20, Fatir : 13, Al-Jatsiyah : 13
^   Surah Al-Ankabut: 8
^   Surah Al-Baqarah: 30
^   Surah Asy-Syu'ara: 78
^  Surah Al-Anbiya' : 51-58
^  Surah Al-Mujadilah : 22, An-Nisa : 135
^   Surah At-Tahrim: 9, Al-Maidah: 54
^  Surah Al-Anbiya' : 59-60
^  Surah Al-Anbiya' : 62-67
^  Surah Al-A'raf: 179
^  Surah As-Saffat : 97-98, Al-Ankabut : 24, Al-Anbiya' : 68
^   Surah Al-Imran: 173-174
^  Surah Al-Anbiya: 69
^  Surah Asy-Syura: 8, Yunus: 19
^   Surah Al-'Ankabut : 70, Al-Baqarah: 213, Al-Imran: 19, Al-Jatsiyah: 17, Al-Baqarah: 90, Al-Baqarah: 109
^   Surah Asy-Syura: 21
^  Surah An-Nisa : 27, Al-Maidah : 49, Al-Furqan : 43, An-Najm : 23
^  Surah Al-Baqarah: 131
^  Al-Baqarah: 213, Hud: 118-119, Muhammad: 14, Fussilat: 33
^  Surah Al-Baqarah: 130
^  Surah Az-Zukhruf: 26-28, Ali-Imran : 68
^  Surah Al-Mujadilah : 22, Al-'Ankabut : 25, Az-Zukhruf : 26-30, Al-Mumtahanah : 3-6
^  Surah Al-Baqarah : 260
^   Surah Al-Ankabut: 26
^  Surah Maryam : 42-48
^  Surah Al-Mumtahanah : 3-4, At-Taubah : 114
^  Surah Al-Anbiya' : 71
^  Surah Az-Zukhruf : 27, Al-Mumtahanah : 4-6
^  Surah Al-Ankabut: 69, At-Taubah: 20, Ali-Imran: 195, An-Nahl: 110
^  Surah Al-Anbiya : 105, Al-Anbiya: 71, Al-Hajj: 58, An-Nahl: 41, Asy-Syuara : 85
^   Surah Dukhan : 32-33, Al-Maidah : 12
^   Surah An-Nahl: 30, Al-Qasas: 77, As-Saffat: 108-111
^   Surah Al-Qasas: 77, An-Nahl: 30
^   Surah Al-Imran : 33-34, An-Nisa : 54, Al-Ankabut 27
^   Surah An-Nahl: 120-123, Al-A'raf: 169, Al-Ankabut: 27
^  Surah As-Saffat : 100
^   Sefer Yūḇāl 15:9-14
^   Surah Hud : 69-70, Al-Hijr : 51-54, Az-Zariyat : 24-28
^  Surah Al-Hijr : 55-56
^   Surah Hud : 71-73, Az-Zariyat : 29-30
^  Surah Hud : 74-76
^   Surah As-Saffat : 132-136, Al-A'raf : 80-84, An-Naml : 54-58, Hud : 77-83, Al-Hijr : 57-77
^   Surah Al-Ankabut : 28-35, Al-Qamar : 33-40, Asy-Syu'ara: 160-175, Al-Anbiya': 74-75
^   Surah Hud: 81, Al-Ankabut : 31-32, Al-Hijr : 58-60, Al-A'raf : 80-83, An-Naml : 54-58, As-Saffat : 132-135, At-Tahrim: 10
^   Surah As-Saffat : 102-105
^   Surah Al-At-Taubah: 24
^   Sefer Hayashar (Samuel, Moses; Book of Jasher Referred to in Joshua and Second Samuel 1840)
^  Surah As-Saffat : 112
^   Surah Shaad : 45-47, Al-An'am : 84, Maryam : 49-50, Al-Anbiya' : 72-73, Al-'Ankabut : 27
^   Surah Ibrahim : 39
^   Surah Al-Baqarah : 132
^  Surah Asy-Syuara : 83-89
^  Surah Al-Baqarah : 124
^  Surah Al-Baqarah : 135, Al-'Imran : 95, An-Nahl : 123, Maryam : 36-56
^   Surah Al-'Imran : 95-97
^   Surah An-Najm: 36-56
Pranala luar
(Indonesia) Dzikir: Kisah Nabi Ibrahim