Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Short Story: Seorang Gadis Yang Tidak Ingin Menjadi Huruf Sampingan Di Otome Game, Alasannya Ialah Beliau Sangat Menyayangi Tunangannya

Diterjemahkan oleh , -MrStar-
Judul Jepang: Otome Gēmu no Akuyaku Demonai Reijō wa Fianse o Hitasura Aisuru


Author: Mizuki Yukimi

Sinopsis: Arisa tiba-tiba teringat dengan kehidupan sebelumnya. Lalu ia mengetahui kalau tunangannya di dunia ini, yang merupakan salah satu sasaran penaklukkan di game otome itu, gres saja bertemu dengan Gadis tokoh utama. Tidak ada ‘Death Flag’ atau ‘Bendera Kehancuran’ dalam kisah ini; ini hanya sebuah kisah menggemaskan abjad tentangan yang tidak ingin tunangannya direbut.


***
Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba saya teringat mengenai kenangan tidak penting itu.
Dari jendela di lantai dua yang menghadap ke taman, saya melihat tunanganku, Richard-sama, sedang berbincang dengan seorang gadis bagus berambut berwarna strawberry.
Di ketika saya menyaksikan kejadian itu, tiba-tiba saya mencicipi déjà vu, kemudian ingatan kehidupanku sebelumnya menerobos masuk ke dalam kepalaku.
Ingatan ini bukan milikku, Arisa.
Ingatan ini milik seorang gadis yang bukan berasal dari dunia ini. Dia terlahir dan tumbuh di sebuah negara makmur berjulukan Jepang. Kepalaku mulai terasa nyeri akhir luapan informasi yang menyerang ke kepalaku.
Kuraih bingkai jendela, berusaha keras biar tidak sedikit pun memperlihatkan pose asing akhir rasa sakit yang kurasakan di kepalaku.
Ketika kekuatan telah kembali ke kakiku, saya pribadi menegakkan punggungku.
Postur ini telah ditanam ke dalam diriku berkat semua latihan etika yang kuterima dari kecil.
Kucoba menarik nafas untuk menenangkan diriku, kalau tidak tubuhku akan pingsan ketika ini juga.
Kalau ingatanku benar, dunia ini yaitu dunia Otome Game.
Gadis yang ketika ini sedang berbincang dengan Richard-sama seharusnya gadis tokoh utama di game ini. Dia yaitu putri dari Earl yang gres saja diangkat dari keluarga biasa; dan Sekolah Negeri ini, Blanche, akan menjadi panggung utama heroine untuk bertemu semua laki-laki kandidat pasangan masa depannya.
Cerita akan dimulai di ekspresi dominan semi ketika ia pertama kali masuk ke sekolah.
Benar, sekolah sudah dimulai sebulan yang lalu.
Richard-sama, yang merupakan seorang putra Duke, yaitu salah satu sasaran penaklukan.
Maka dari itu, sebagai tunangan Richard-sama semenjak kecil, yang artinya aku, hanyalah sebagai abjad sampingan.
Begitu Richard-sama mulai menyukai gadis itu, pertunangan kami akan dibatalkan dan saya akan dicampakkan, dan itu simpulan dari peranku.

***

Pertunangan kami sejatinya hanyalah rencana politik untuk mempererat hubungan antar keluarga bangsawan.
Ketika Richard-sama menginjak umur 6 tahun dan saya 5 tahun, kepala kedua keluarga menetapkan untuk memasangkan kami berdua.
Meskipun kedua kepala keluarga kami sudah menolaknya, tapi masih banyak keluarga darah biru lain yang ingin memperkuat ikatan dengan keluarga ternama yang sangat bagus dalam mengatur wilayah mereka.
Berdasarkan status sosialku, meskipun akan tidak mengecewakan menarik kalau saya menetapkan untuk partisipasi menjadi kandidat ratu, tapi, lantaran sudah ditetapkan semenjak kecil kalau saya tidak cocok; balasannya saya ditunangkan dengan Richard-sama.

***

Ketika saya bertemu dengan Richard-sama untuk pertama kalinya, saya melamun seolah-olah kata-kata menghilang dari mulutku.
Rambut pirang halus bergelombang dengan mata biru sebiru langit cerah.
Richard-sama yaitu laki-laki yang perhatian meski sangat pendiam.
Meski saya bisa menghitung berapa kali kami bertemu dengan jari tangan, seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari kalau Richard-sama sulit memahami perasaan orang lain.
Setiap kali saya menulis surat untuknya, Richard-sama selalu mengirimkan balasannya untukku; dan setiap kali kami bertemu, Richard-sama salalu mendengarkan semua yang kukatakan dengan seksama, tidak peduli apa yang kami bicarakan.
Dari semua surat ucapan selamat ulang tahun atau tahun gres yang kuterima, terlihat kalau Richard-sama selalu mengingat apa yang kutulis di suratku.
Tanpa henti, Richard-sama selalu menawarkan balasan.

Meskipun ikatan kami menurut politik, dari dulu, saya sudah jatuh cinta pada Richard-sama.
Aku berpikir kalau Richard-sama senang bertunangan dengaku, lantaran itu saya dengan senang hati berusaha keras demi Richard-sama.
Maka dari itu, supaya menjadi perempuan yang pantas untuknya, saya sudah berusaha keras latihan etika, berguru dan meningkatkan kemampuan bersosialisasiku.

Itu sebabnya, saya sama sekali tidak membutuhkan ingatan ini sekarang.
Membayangkan saya terpisah dari Richard-sama saja sudah menciptakan hatiku hancur berkeping-keping.
Satu-satunya laki-laki yang kuinginkan hanya Richard-sama, tidak ada laki-laki yang bisa menggantikannya.
Kalau saja saya mendapat ingatan ini lebih awal, mungkin saja, saya bisa berusaha lebih keras supaya Richard-sama makin jatuh cinta padaku.
Aku menerka menjalin ikatan sehabis menikah sudah cukup bagi kami.
Selain pernikahan, saya tidak pernah membayangkan kalau pertunangan kami akan berakhir hancur suatu hari nanti.
Karena, dari dulu, saya menyadari tatapan penuh perasaan selalu muncul di mata Richard-sama setiap kali ia ke arahku.

***

Bagaimana ini?
Aku tidak ingin kehilangan Richard-sama.
Di bawah jendela, di taman, ketika ini, Richard-sama yang jarang tertawa, sedang tersenyum; lantaran saya sudah tidak sanggup lagi, saya menetapkan untuk pergi dari daerah itu.

***

“Nona muda, apakah ada yang salah? Ekspresimu tidak baik.”
Meskipun saya berhasil kembali ke kamar di asrama sekolah, ekspresi tegangku tampaknya menciptakan pelayanku, Colette, sangat khawatir dengan diriku.
Aku selalu menganggap Colette, yang dua tahun lebih renta dariku ibarat abang tiriku, itu sebabnya saya tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya.
Akan tetapi, ketika ini, saya tidak ingin menceritakan padanya mengenai ingatan kehidupanku sebelumnya.
“Tidak ada. Hanya saja, hari ini saya merasa sangat lelah, jadi saya menetapkan libur hari ini.”
Aku sama sekali tidak nafsu makan dan juga tidak yakin apakah saya bisa tidur atau tidak ketika ini, tapi sekarang, saya hanya ingin tiduran di kasur dan istirahat.
“Jika Anda membutuhkan sesuatu, panggil saya.”
Ketika Colette perlahan-lahan membungkuk, saya melempar tubuhku ke kasur.
Begitu kepalaku menyentuh bental, saya memejamkan mataku. Dan air mata yang kubendung semenjak usang mulai mengalir.
Saat ini, saya masih belum mengetahui wacana perasaan Richard-sama; ketika saya menyadari rasa cemas ini, saya pribadi menangis; dan lantaran itu, airku tidak pernah berhenti mengalir.
Kupendam kepalaku  ke bantal untuk meredam bunyi tangisanku.

***

Aku terus menangis hingga mataku bengkak. Begitu saya sudah kembali tenang, saya mulai memikirkan langkah yang harus kuambil mulai sekarang.
Berdasarkan ingatanku di kehidupanku sebelumnya, Richard-sama bukan satu-satunya sasaran penaklukan di sini.
Seingatku, selain Richard-sama, masih ada 4 orang lagi yang akan berebut untuk memikat hati gadis itu. Mereka yaitu putra Marquis, Pangeran Negeri ini, seorang Kesatria dan guru Teori Sihir.
Ada juga sasaran tersembunyi, tapi tampaknya AKU dari kehidupanku sebelumnya tidak berhasil menuntaskan game hingga tahap itu.
Kalau masih ada sasaran penaklukan, mungkin terlalu cepat bagiku untuk menangisi keadaanku.
Selain itu, waktu bagi Richard-sama untuk jatuh cinta sepenuhnya ke gadis itu masih lama.
Itu karena, Richard-sama yaitu laki-laki baik hati yang tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh hatinya dengan mudah.
Richard-sama juga bukan orang yang tidak hanya bijak mengatur hatinya tapi juga orang yang sangat penuh pertimbangan.
Kalau saja terjadi hal yang buruk, setidaknya masih ada sedikit waktu sebelum semua ini berakhir.
Kalau begitu, hanya ada satu  hal yang tersisa bagiku.
Mencintai dengan sepenuh hati.
Beritahu Richard-sama, seberapa besar cintaku padanya, dari dalam lubuk hatiku yang terdalam.
Terlepas dari keadaan keluarga kami, saya harap kalau Richard-sama akan ingat seberapa besar cintaku padanya.
Satu-satunya hal yang bisa kulakukan yaitu menyayangi Richard-sama sepenuh hati dan dengan begitu, perasaan sedihku akan menghilang tanpa bekas.

Kubunyikan bel dan memanggil Colette.
Pertama-tama, saya harus mengurus mata bengkakku.
Aku akan menemui Richard-sama ibarat biasa besok.
Dan, sebisa mungkin, saya akan memberikan perasaanku yang paling dalam padanya.

***

Akhir-akhir ini, tunanganku bertingkah aneh.
Dengan figur elegan dan bagus bagaikan dewi bulan; terbentuk dari kedewasaan dan kepribadian sederhana; saya selalu berpikir kalau menjodohkan ia dengan orang sepertiku yaitu hal yang sia-sia; dan akhir-akhir ini, entah kenapa, ia menjadi lebih manis.
Ketika ia menatapku, seolah-olah ia melihat seseorang yang sangat ia cintai, tidak ada bayangan orang lain di matanya, ia terus menerus menyampaikan [Aku mencintaimu] kepadaku meskipun itu membuatnya sangat malu, dan tanpa sadar saya terpesona oleh pesonanya yang terlihat berbeda dari sikapnya yang biasa.
Meskipun lantaran politik, saya selalu mengira, tunangan dari masa kecilku ini ibarat adikku sendiri.
Akan tetapi, tampaknya itu sudah berubah.
Dari sudut di dalam hatiku, saya selalu mempunyai perasaan kalau gadis ini yaitu milikku, dan ia yaitu milikku seorang.
Terkadang, saya sangat ingin menjadi satu-satunya orang yang ada di matanya ketika ia tersenyum cerah bagaikan bunga mekar di pagi hari.

“Aku mencintaimu, Richard-sama.”

Kata-kata ini terucap lagi dari bibirnya ditemani dengan senyuman manis.
Setiap kali mendengar kata-kata ini hatiku menjadi tentram.

“Arisa, saya mengaku kalah. Aku tidak bisa menolak kalau setiap ketika kita bertemu kau selalu mengungkapkan cintamu padaku dengan terus terang. Aku akan menulis surat untuk ayahmu malam ini supaya saya bisa menikahimu ketika libur panjang ekspresi dominan panas ini. Aku tidak berpikir saya akan bisa menunggu hingga kita lulus. Aku ingin kau menjadi istriku secepatnya.”

Sebenarnya, persiapan akan dilaksanakan sehabis kami lulus, akan tetapi kalau begitu, kami harus menunggu lebih dari setahun.
Aku rasa saya tidak bisa menunggu selama itu.
Meskipun saya sangat sadar kalau ia akan menjadi istriku kelak, akan tetapi Arisa sedang menatapku dengan tatapan tidak percaya sambil mencoba meminta klarifikasi dari kata-kataku dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.

“Apakah kau yakin memilihku?”

Ketika Arisa menyapu air matanya, ia bertanya meminta kepastian; meskipun saya yaitu tunangannya, aku  tidak mengerti kenapa ia menanyai pertanyaan ibarat itu sehingga saya memiringkan kepalaku.

“Siapa lagi selain Arisa? Pasanganku hanya Arisa.”

Aku tidak pernah berpikir untuk menyayangi perempuan lain selain Arisa.
Meskipun dulu saya pernah menganggapnya ibarat adikku sendiri, tanpa sadar saya menetapkan kalau ia yaitu satu-satunya perempuan dalam hidupku dan hanya untukku.

“Jangan menangis lagi. Apa kau tidak suka lantaran saya menetapkan untuk menikahimu lebih cepat? Aku tahu ini yaitu janji nikah sekali seumur hidup. Kalau kau butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya, mari menikah sehabis kelulusan kita. Jadi, kumohon, jangan menangis lagi.”

Kupeluk tubuhnya yang lembut seolah-olah memeluk benda ringkih yang bisa hancur kapan pun.
Meskipun ia yaitu tunanganku, kami harus menjaga hubungan kami ke tingkat wajar.
Aku tidak ingin memikirkannya, akan tetapi, supaya tidak menghambat janji nikah antar darah biru yang menunjung tinggi kesucian kalau terjadi abolisi pertunangan; bersentungan dianggap suatu hal terlarang bahkan kalau tidak ada satu orang pun yang melihat.
Oleh lantaran itu, seingatku, semenjak masa kecil kami, ini pertama kalinya saya memeluknya.
Aku sanggup mencicipi kehangatan dan mencium aroma tubuhnya lebih erat dari pada ketika kami berdansa bersama.
Dengan pipi merona, Arisa membalas pelukanku dengan penuh luapan emosi.
Dengan begini, saya sangat yakin bahwa saya mencintainya dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Bukan lantaran ia tunanganku, tapi lantaran ia yaitu Arisa dn saya ingin memperistrinya.

“Aku juga ingin menjadi istri Richard-sama secepat mungkin. Karena itu, saya juga ingin Richard-sama menuliskan surat untuk ayahku mewakiliku.”

Ketika kusapu air matana dengan jariku, saya terpesona dengan senyuman manisnya.
Kucium mata merahnya dan memeluknya lebih berpengaruh sambil menahan perasaan yang membara dalam diriku.
Tunanganku, setiap jengkal dirinya, makin bagus dan manis.
Aku hampir tidak bisa menahan perasaanku untuk memilikinya.

Setelah itu, saya mengetahui kalau Arisa telah merasa cemburu dengan gadis putri Eral itu.
Sepertinya ia melihatku berbincang dengannya di taman.
Setelah kupikir-pikir, kayaknya saya ingat pernah berbincang dengannya, tapi saya tidak ingat apa yang kubicarakan dengan gadis itu.
Satu-satunya yang kuingat hanya pujianku untuk Arisa.
Dan lantaran api cemburu itu, ia menetapkan kalau ia harus menyatakan perasaannya kepadaku; saya tersiksa oleh keimutannya.
Aku hampir saja membawanya ke kamar ketika itu juga, tapi dimarahi pelayannya lantaran itu. Sekarang, sehabis kuingat-ingat, itu yaitu kenangan yang sangat indah.

***

Arisa dan saya balasannya menikah ketika liburan panjang ekspresi dominan semi.
Setelah itu, sebagai pasangan yang menikah ketika masih masa sekolah, kami berdua meninggalkan nama di catatan sejarah sekolah yang panjang.



[Catatan penulis]
Heroine, tokoh utama perempuan yang tidak pernah muncul: Sebenarnya mempunyai ingatan akan kehidupan sebelumnya dan gadis yang tidak mengecewakan agresif. Mengetahui kalau Richard yaitu laki-laki herbivora yang tidak sensitif, ia dihapus dari daftar target. Lagipula, Richard bukan tipenya.

Richard: Anak laki-laki yang belakang layar ternyata laki tipe karnivora. Dari waktu ia menganggap tunangannya yaitu seorang adik yang manis, ia juga berpikir kalau “Tunanganku Nomor Satu” dalam hatinya. Di Otome Game, Richard yaitu abjad yang tidak memercayai orang lain dan hanya terbuka dengan Heroine. Kenyataannya, surat penuh cinta yang ia terima semenjak kecil telah menciptakan ia tidak pernah memercayai orang lain selain pengirim surat itu.



Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/