Bokubitch Chap 7 B. Indonesia
Chapter 7 Tidak mungkin saya akan pergi ke hotel cinta dengan dua pelacur.
Diterjemahkan oleh
Pertengahan Juni. Dua ahad telah berlalu semenjak ketika itu, demam isu hujanpun datang.
Tapi saya dan Aizawa masih belum menemukan anggota.
Hari ini yaitu Minggu, jadi bila situasi tetap menyerupai apa adanya, klub akan resmi bubar Jumat depan.
Meski otak kami berdua terlintas banyak sekali planning bagus, itu mencapai kesimpulan dimana saya tiba ke ruang klub hanya untuk membenamkan diri dalam hobi demi lari dari kenyataan. Aizawa pun khawatir padaku, namun ia tetap berusaha keras dan mencari pandangan gres terbaik.
Walau merasa tidak lezat padanya, tapi saya mempunyai sudut pandang tersendiri wacana duduk kasus ini.
Bagian terburuk pastinya yaitu kehilangan daerah di mana diriku sanggup menikmati hobi. Di lain sisi, itu juga berarti waktu yang saya habiskan bersama Shinonome dan Aizawa selepas sekolah akan berakhir.
Jika terus cemas wacana mereka berdua, 3 tahunku di Sekolah Menengan Atas kemungkinan tinggi akan hancur. Kehilangan klub sebagai ganti mempunyai kehidupan sekolah yang terjamin aman, kupikir bukan anjuran buruk.
Meski berpikir demikian, pada hari Jumat, sekali lagi saya dimintai hal yang mengejutkan dari Aizawa.
---Aku ingin tahu perasaan ketika melaksanakan hal-hal ecchi dengan pacar di sebuah hotel cinta---
Si gyaru berambut coklat berbulu berjulukan Kuroki Ami* itu, tampaknya entah bagaimana meragukan ia lagi.
[黒姫亜海, karakter 姫 berarti "hime" tapi bisa juga dibaca sebagai "Ki" berdasarkan hiragana]
Permintaan sebelumnya dibatalkan akhir bujukan Ten-nee pada Aizawa. Oleh lantaran itu ketika si Kurohime menanyakan hal yang sama lagi, Aizawa tak sanggup menjawab dengan benar dan mulai dicurigai, Kurohime terus menyudutkannya dengan pertanyaan sensitif....begitulah menurutku.
Tentu saja berbohong itu buruk, tidak terkecuali untuk Aizawa. Hanya saja, ia sudah melaksanakan yang terbaik demiku dan klub sastra, hingga membuatku tak bisa menolak.
Karena itulah sekarang, pada sebuah kamar hotel mencurigakan, diriku yang menyamar sebagai om-om berperut buncit duduk berdua dengan Aizawa di kasur.
"Kalian berdua terlambat. Apa terjadi sesuatu?"
Setibanya di hotel sesuai rencana, Shinonome terlihat keluar dari kamar mandi sambil mengeluarkan kacamata hitam, ia tampaknya telah mengisi kolam mandi dengan air panas. Blus putih higienis yang wanita ini kenakan sangat harmonis dengan rok berbulu hitam mengembang itu, benar-benar memberi kesan seorang 'ojousama'.
"Ah, Ibuki! Maaf membuatmu menunggu. Uwah, maksudku, pakaian samaranmu super imut!"
[Aizawa menyebut apa yg dikenakan Shinonome pakaian tidak formal, atau pakaian utk org biasa. Di ver inggris disebut pakaian sipil, tapi lantaran menurutku aneh, kuganti jadi "pakaian samaran" lantaran mereka sedang menyamar]
"Ufufu, ini tidak berbeda dari biasanya. Lagipula, apa ia memaksamu melaksanakan sesuatu yang aneh?"
Shinonome mengirim tatapan cuek pada penampilan mencurigakanku.
Kedua wanita ini bekerjasama bersahabat hingga ditingkat dimana mereka makan siang bersama setiap hari. Aizawa berbicara wacana apa pun dengan cara yang menurutku terlalu jujur. Tanpa bertanya berlebihan, Shinonome anehnya nyaman berkumpul bersama Aizawa, kedekatan mereka meningkat dari hari ke hari.
"Ah, tidak tidak! Bukan itu alasan kami terlambat! Hanya saja....di daerah pertemuan sebelum pergi ke hotel, rasanya menyerupai ada seseorang yang mengikuti kami"
"Diikuti? Ceritanya menjadi agak berbahaya. Apa kamu melihat wajah si pelaku?"
Aizawa menunduk dan menggelengkan kepala, Shinonome kemudian beralih menatapku dengan tajam.
"Apa kamu melihatnya?....Tunggu dulu, berapa usang kamu akan berpenampilan begitu?"
Dia mengernyit sambil melihat perutku yang buncit.
"Haaahh....Aku pikir akan mati lantaran kepanasan"
Aku melepas topeng dan topi dari wajah* kemudian menggoyang-goyangkan leher T-shirt untuk mengipasi dadaku.
[Mungkin Ikuno menggunakan semacam topeng festival]
"Ikuno-kun, kenapa tidak lepaskan saja bila terlalu panas? Sesuai dugaan dari penyamaran tepat itu, saya merasa bersalah walau tahu yang memakainya yaitu kau...."
"Mau bagaimana lagi, kan? Tak menyerupai Shinonome, saya tak punya kacamata hitam. Kaprikornus lebih atau kurang, ini akan menjadi duduk kasus serius kalau seseorang yang saya kenal melihat kita"
Aku mengambil nafas sehabis balasannya mengeluarkan bantal dengan bunyi 'fukafuka'* dari perutku.
[SFX untuk bunyi lembut atau halus]
"Nah, wacana tidak melepas penyamaran segera sehabis tiba....itu ada alasannya, Aizawa akan terkejut bila saya tiba-tiba menanggalkan pakaian"
"Hmm"
Saat kami memasuki hotel, Aizawa telah menjaga jarak, bahkan kini tidak mau melihat wajahku. Meski ia terkejut dengan penampilan ini ketika kami bertemu, kami tetap mengobrol dalam perjalanan kemari walau suasananya canggung.
"Fufu, begitu ya, saya mengerti. Tapi, apa Ikuno-kun melihatnya?"
"Orang yang mengikuti kita? Aku memang merasa adanya tatapan, tapi...."
Faktanya, seseorang mengikuti kami dari sekitar taman air mancur hingga ketika memasuki hotel. Tapi ketika berbalik dan mencari sumbernya, saya tidak melihat siapa pun, jadi pihak lain belum bisa dipastikan.
Oh iya, ketika masalah Ten-nee, saya juga merasa pandangan seseorang di koridor depan ruang audiovisual. Mungkin, itu yaitu orang yang sama yang mengikuti kami?
"Meski tak ada yang terjadi....Aizawa-san, kamu terlihat menyerupai tidak menyamar"
"Ma-Maaf. Aku, tidak berpikir sejauh itu...."
Aizawa secara spesifik tidak menyamar, ia menggunakan celana pendek putih ketat dan atasan merah muda tipis dengan sablon karakter alpabet. Daripada menyembunyikan diri, tingkat eksposurnya sungguh tinggi.
"Yah, ini salahku lantaran tidak mengatakannya lebih dulu, tidak apa-apa, jangan dipikirkan. Daripada itu, kita hanya mempunyai 90 menit tersisa di ruangan ini, kalian lebih baik melakukannya dengan cepat"
Shinonome dengan ramah menyampaikan demikian, Aizawa meminta maaf sambil tersenyum masam.
"Ibuki, terima kasih banyak. Karena saya tidak punya PC, saya tidak bisa melaksanakan reservasi kamar menyerupai ini"
"Tentang itu, saya juga merasa bersalah. Adikku selalu menilik history PC-ku dengan teliti, jadi saya terpaksa mempercayakannya pada Shinonome, meski kamu seorang gadis*"
[Nyewa kamar biasanya dilakukan si laki. Apalagi kalo hotelnya yg khusus buat begituan]
Jika Sharte menemukan history semacam ini, saya niscaya akan diperiksa berulang-ulang dalam banyak sekali cara.
Tentu saja, selama teman sekelas tidak tahu takkan masalah, saya akan menjadi pria pertama di dunia yang menciptakan reservasi di sebuah hotel cinta, mungkin.
"Kalian berdua tak perlu khawatir. Mula-mula, saya anggota OSIS yang bertugas memecahkan duduk kasus konsultasi. Oleh lantaran itu, masuk akal saja mencoba segala cara sebisa mungkin untuk siswa yang dalam kesulitan"
Pada balasannya Shinonome akan menjadi pengurus sekolah, masuk nalar kalau ia ketat soal siapa pun yang melanggar peraturan sekolah. Tapi kali ini, ia membantu hal yang terang bertentangan dengan itu. Tentunya untuk Aizawa, ya?
Aku menatap Aizawa dan mulai bicara, meski kecanggungan masih ada.
"N-Nah Aizawa....karena kita tidak punya banyak waktu, bagaimana kalau mandi dulu?"
"U-Un. Kau benar....Ah, tapi sehabis semua, aku...."
Aizawa hendak menyampaikan sesuatu dengan gelisah, tapi untuk menenangkannya, Shinonome berkata diiringi nada lembut.
"Tak apa, Aizawa-san. Lagipula, kamu hanya ingin memahami perasaan itu, paling banyak ia cuma akan menyentuh badan atau dadamu sedikit"
Aizawa kemudian menunduk dengan verbal yang tak bisa kupahami. Tapi, segera tertawa menyerupai biasanya.
"Be-Benar....Hahaha. Mendengarnya membuatku merasa lega! Kalau begitu, lantaran Shinonome sudah berjuang keras untuk memesan, kita tidak bisa membiarkan waktu ini sia-sia. Aku akan mandi sekarang!"
Memegang tas bermerek populer di lengannya, Aizawa kemudian lenyap ke kamar mandi.
Meski kupikir ia ragu, tampaknya baik-baik saja.
Mungkin, ia memang wanita berbahaya menyerupai kata Ten-nee? Sampai ketika ini, ia hanya bertindak layaknya gadis lugu, tapi bergotong-royong mungkin si jalang yang menghasilkan uang lewat prostitusi? Tas merek populer barusan, bukanlah sesuatu yang bisa gampang di beli dengan uang hasil kerja paruh waktu biasa....
Namun ketika menyadari hal serius menyerupai ini, jantungku mulai berdebar kencang. Pelacur atau bukan, untuk kini saya sudah niscaya bisa menyentuh tubuhnya, terutama payudara besar itu, kan?
Bagian atas yang membengkak, mengingatkan pada keberadaan yang memungkinkanku melihat lembah, itu mempesona.
'Buk'. Mendadak, dadaku di dorong ringan hingga membuatku jatuh dengan punggung di daerah tidur.
"Fufu"
Membuka mata, saya melihat iblis yang tersenyum memukau seperti telah menunggu momen ini. Setelah melepaskan sepatu hak tinggi, ia melingkarkan kedua tangannya di leherku.
"Hei ternak, sudah usang semenjak terakhir kali kita berduaan, kan?"
Tertusuk oleh tatapan yang menyempit dan terasa lembut, darahku tiba-tiba mendidih, menciptakan suhu seluruh badan naik.
"O-Oi, cepat hentikan banyolan ini. Selain kita juga ada Aizawa, kamu tahu?"
"Ya, saya tahu. Tapi, tidak apa-apa menggodamu sesekali, kan?"
Seakan aib berbicara pada dirinya sendiri, pipi Shinonome merona.
"Kau ingat janjimu padaku beberapa hari yang lalu? Setelah ini, haruskah kita melaksanakan sesuai rencana?"
Jumat, Aizawa kembali bekerja paruh waktu segera sehabis ia meminta hal ini. Itu tidak biasa. Kemudian di ketika kami meninggalkan sekolah, Shinonome mulai memberitahuku rencananya.
"Aku ingat. Shinonome akan memesan kamar hotel, tapi kita akan berkencan sehabis usul Aizawa terpenuhi, kan?"
"Bukan kencan. Karena kamu yaitu binatang peliharaanku, berjalan-jalan yaitu kata yang tepat, kurasa?"
"Lelaki dan wanita yang sedang makan bersama di luar disebut kencan kan? Lagipula, saya sudah mengatakannya berkali-kali, saya ini manusia"
"Berjalan-jalan"
Wajahnya yang mempunyai tatapan tajam seolah menyampaikan TIDAK, berada tepat di depan mataku.
Ke-Kenapa juga seserius itu? Kau membuatku malu....
"Baiklah, baiklah. Berjalan-jalan, akan ku ingat, berjalan-jalan, ya ampun"
"Begitukah? Ufufu, binatang ndeso sepertimu ternyata bisa mengingat kata-kata tuannya. Hebat"
Ini 'wortel dan tongkat' yang ia katakan beberapa hari yang lalu, ya? Shinonome dengan lembut mengusap kepalaku.
Dia kemudian bergumam dengan wajah yang kurasa paling bersemangat, ini pertama kali saya melihatnya, mungkin?
"Karena berjalan bersamamu hari ini, saya meminta seorang petugas langsung untuk mendandaniku dengan hati-hati. Jadi, apa menurutmu saya lebih manis dari biasanya?"
"Baiklah, kamu terlalu bersahabat jadi saya tidak tahu...."
"Hmm, bagaimana kalau begini?"
Shinonome memisahkan wajah kami, dengan ringan mengangkat kedua ujung roknya.
Tentu saja, riasannya tertata menyerupai yang biasa kamu lihat ketika pergi ke pesta. Selain kulit seputih salju, pipi berwarna merah terangnya menciptakan wajah manis itu tampak lebih menonjol.
"Agar bisa menjadi tuanmu yang layak, saya menghabiskan lebih banyak waktu persiapan dari biasanya. Tentang pakaian barat, saya bahkan menentukan sesuatu berkualitas tinggi tapi tidak mencolok, menyerupai yang kamu suka juga"
Seakan menunggu pemikiranku, ia menatap dengan mata yang agak berharap. Meski Shinonome biasanya terlihat sangat dewasa, kali ini saya bisa mencicipi kepolosan seorang gadis seusianya.
"Fu-Fun ....Yah, normal"
Shinonome benar-benar manis hari ini. Tapi, saya aib dan tak bisa memuji ia dengan jujur.
Perempuan ini kemudian mengulurkan tangan, yang kupikir untuk mencubit pipi. Namun, ternyata pipiku malah dibelai dengan sangat lembut.
"Kau benar-benar perusak suasana. Tapi tidak apa-apa, hari ini istimewa jadi saya mengizinkannya"
Biasanya saya akan di injak sekaligus di caci maki pada adegan berikutnya. Jangan bilang, Shinonome kini benar-benar dalam suasana hati yang baik? Ini mungkin mustahil, tapi apa ia memang menantikan kencan denganku?
"Restoran kelas satu favoritku telah dipesan pada Jumat malam. Aku akan mengurus semua biaya. Kau bisa makan apa saja yang kamu suka"
"Untuk seseorang sepertiku, kamu tampaknya sangat siap...."
"Tentu saja. Ini kan berjalan-jalan denganmu"
Menatapku, Shinonome berbisik dengan bunyi manis dan tersenyum bahagia.
Namun, ini hanya akting. Aku takkan tertipu. Shinonome berkata akan melatihku dengan keras sehingga saya mau berada di sisinya. Karena itu, tujuannya yaitu untuk berdamai dengan membiarkanku menghisap madu yang manis.
Kemudian, seolah mendadak mengingat sesuatu, Shinonome mendekatkan wajahnya lagi.
"Benar juga, kamu dicium Takatora-san, kan? Aku pada ketika itu balasannya mengingat perasaan yang disebut murka sehabis bertahun-tahun"
Jadi, kamu benar-benar murka di ruang audiovisual?
"Sterilisasi* diperlukan"
[Mensterilkan. Membersihkan zat-zat pada sesuatu hingga menjadi bersih]
"Eh?....O-Oi , apa yang kamu lakukan?!"
Shinonome menarik rambut samping ke belakang telinganya, memejamkan mata dan mendekatkan bibir. Aku meletakkan kedua tanganku di pundaknya untuk menghentikan wanita ini.
Mengangkat bulu matanya perlahan, ia kemudian tersenyum nakal.
"Orang yang pantang mengalah dan berharga sepertimu, harus saya dapatkan sebagai model*. Jika barang yang ingin di beli kotor, itu tidak bagus, kan? Oleh karenanya perlu di sterilkan menyerupai ini...."
[Aku juga kurang tau maksudnya "Model" ini apa. Mungkin pajangan]
"Tunggu tunggu tunggu! Ciuman demi alasan sesederhana itu?!"
"Tidak apa-apa. Karena ini ke pipi menyerupai Takatora-san"
Setelah menyampaikan itu, Shinonome mendorongku ke bawah. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menekanku.
"Dengan begini, kamu tidak bisa melarikan diri"
Dan, ketika bibir di mana lipstik merah muda tipis itu akan menyentuh pipiku....
"Ah? Oi, apa kamu barusan mendengar sesuatu?"
"Ufufu, sia-sia saja mencoba untuk menipuku"
"Tidak, bukan begitu"
Aku berusaha mendengarkan dengan seksama sekali lagi. Itu niscaya bunyi tangisan dari kamar mandi.
Mungkin Aizawa terjatuh, jadi ia menangis....Tidak, ini berbeda. Nada murung itu seolah mengartikan bahwa hatinya terluka, hingga perlahan-lahan menjadi lebih kencang. Kemudian, akupun sadar.
Aizawa, jangan bilang....
"Shinonome, minggir sebentar"
"Mengancam juga percuma saja. Aku takkan bisa diusir"
"Dengar ya, saya bilang minggir!"
"Aduh?!...."
Aku menangkap plexus solar* dari blus-nya dan dengan keras mendorong tubuhnya yang ramping ke bawah.
[Jadi begini, penggalan plexus solar itu ada di atas pusar, tapi gak hingga ke dada. Istilah ini sering digunakan pada hal2 semacam meditasi, dibidang spiritualitas]
"....A-Apa yang kamu lakukan?"
Sambil memegang bahunya sendiri, Shinonome mengangkat setengah penggalan tubuh. Tapi, mengabaikan itu, saya bergegas ke kamar mandi.
"Aizawa!!"
Setelah membuka pintu dengan keras, ia yang masih dalam pakaiannya duduk di ruang ganti sesuai dugaan.
"Hya....uuhh....I-Ikuno...."
Pipi Aizawa lembap dengan mata memerah, ia berbalik ke arahku sambil memeluk tubuhnya yang kurus dan gemetar.
Melihat sosok itu, saya merasa sangat murka pada diri sendiri, hingga menciptakan seluruh tubuhku memanas.
Seharusnya saya tahu. Aizawa yaitu gadis lugu yang bahkan bimbang melaksanakan sesuatu menyerupai berpegangan tangan.
Seharusnya saya tahu. Aizawa akan menangis hanya lantaran dadanya tersentuh.
Tapi, mau bagaimana lagi, ia pantang menyerah, suka pamer, pembohong.
Seharusnya saya tahu dari awal bahwa usul semacam itu tidak mungkin, namun....
Pada ketika memasuki kamar, Aizawa niscaya sudah berpikir untuk membatalkan usul itu. Tapi, lantaran Shinonome secara khusus memesan ruangan dan saya juga bersedia meskipun hari ini libur, hatinya yang lembut khawatir wacana kami dan tak bisa menolak.
....Namun tetap saja, saya terhadap dirinya....
Menganggap serius ucapan Ten-nee, hingga meragukan apakah Aizawa wanita berbahaya atau tidak.
Melupakan bagaimana ia berjuang yang terbaik demi klub sastra. Diriku hanya terus mencurigainya.
Kenapa saya tak bisa mengakui bahwa Aizawa yaitu gadis murni dan baik?
"....Ayo pulang, Aizawa"
"Eh? Uuhh....uhh....tapi....u-untukku....Ikuno dan Ibuki"
"Jangan khawatirkan itu, kamu tidak perlu memikirkan apa pun. Serahkan saja semua padaku"
Aku menggandeng tangannya dan kembali ke kamar. Melihat ia menangis, Shinonome bungkam dan membeku di tempat. Setelah terburu-buru mengumpulkan koper, kami berdua pergi menuju pintu keluar.
"Shinonome, usul dibatalkan. Aku akan mengantar Aizawa ke bersahabat rumahnya... hingga ketemu lagi"
Kepalaku masih belum bisa bekerja normal lantaran kemarahan terhadap diri sendiri yang meluap. Aku hanya menyampaikan sebanyak itu kemudian meninggalkan ruangan bersama Aizawa.
Menoleh kebelakang untuk terakhir kalinya, saya melihat Shinonome menunduk, berdiri sendirian di tengah ruangan. Blus rapi dan elegan tadi, telah kusut dengan kerah yang terbuka lantaran perlakuan kasarku, bahunya hingga bisa terlihat.
Ketika kami meninggalkan hotel, lingkungan telah berubah gelap gulita sekitar 19:30.
Tiba di stasiun terdekat. Karena searah dalam perjalanan, saya dan Aizawa menunggu kereta di peron yang sama. Hanya saja, ajaran air matanya tak kunjung berhenti. Gadis ini niscaya menangis lantaran merasa bersalah terhadapku dan Shinonome.
Aku tak bisa membiarkannya yang terus menangis pulang sendirian, kamipun mampir ke taman bersahabat rumahnya, tetap berada di sisi hingga ia berhenti menangis. Pada akhirnya, ia mengucapkan terima kasih dan maaf berkali-kali ketika kembali dengan pandangan sembab.
Setelahnya, saya menyalahkan diri sendiri lantaran hanya bisa terus-terusan meragukan Aizawa. Dan meski bisa langsung kembali ke stasiun, akupun tersesat lantaran terlalu banyak berpikir. Ketika pulang, jarum jam sudah mengambarkan lewat tengah malam.
Menungguku kembali di pintu masuk yaitu Sharte mengenakan piyama dan duduk di lantai sambil memeluk lututnya. Dia sudah terlelap dengan napas pelan 'suu suu '. Akupun menggendong tanpa membangunkan gadis ini dan membawa ke kamarnya. Merasa sangat lelah, saya langsung tidur tanpa berganti pakaian dan diserang rasa kantuk.
Tepat sebelum kehilangan kesadaran, kepalaku serasa melupakan sesuatu namun tak bisa mengingatnya.
☆☆☆
Keesokan harinya, saya pergi ke sekolah dan hampir tak bisa memulai acara lantaran kelelahan semalam.
"Hmm?"
Keadaan kelas agak aneh. Atau lebih tepatnya, jarang sekali Hiiragi-sensei belum datang. Biasanya, ia akan berdiri di depan meja guru satu menit sebelum bel berbunyi dan mengembangkan senyuman.
Menuju ke mejaku bersahabat jendela. Klub koran tampaknya menciptakan suatu berita, semua orang di kelasku kemudian meributkan sesuatu yang tidak jelas*.
[Disini ada istilah Grey Space yang artinya merujuk pada sesuatu yg tidak pasti, kurang jelas, dsb]
Hmm? Kalau dipikir-pikir, Aizawa dan Shinonome belum terlihat di sekolah hari ini. Aizawa mungkin terlambat, masuk akal saja bila ia kepikiran wacana kemarin dan terlalu aib untuk bertemu denganku, tapi tidak biasanya Shinonome yang serius itu terlambat....
20 menit terlewat begitu saja. Hiiragi-sensei yang tubuhnya terbungkus baju olahraga hijau biasa tiba ke kelas dengan rambut kelabu melambai. Namun, wajah tersenyum khas-nya tidak ada, terganti dengan kesan sangat suram.
Sambil menunggu ia berucap, saya mempunyai firasat jelek lantaran segala sesuatu di dalam kelas tidaklah normal.
Dan kemudian, Hiiragi-sensei mengumumkan.
Pengusiran Aizawa Manaha telah diputuskan.
☆☆☆Chapter 7 berakhir disini☆☆☆
Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya
Diterjemahkan oleh
Pertengahan Juni. Dua ahad telah berlalu semenjak ketika itu, demam isu hujanpun datang.
Tapi saya dan Aizawa masih belum menemukan anggota.
Hari ini yaitu Minggu, jadi bila situasi tetap menyerupai apa adanya, klub akan resmi bubar Jumat depan.
Meski otak kami berdua terlintas banyak sekali planning bagus, itu mencapai kesimpulan dimana saya tiba ke ruang klub hanya untuk membenamkan diri dalam hobi demi lari dari kenyataan. Aizawa pun khawatir padaku, namun ia tetap berusaha keras dan mencari pandangan gres terbaik.
Walau merasa tidak lezat padanya, tapi saya mempunyai sudut pandang tersendiri wacana duduk kasus ini.
Bagian terburuk pastinya yaitu kehilangan daerah di mana diriku sanggup menikmati hobi. Di lain sisi, itu juga berarti waktu yang saya habiskan bersama Shinonome dan Aizawa selepas sekolah akan berakhir.
Jika terus cemas wacana mereka berdua, 3 tahunku di Sekolah Menengan Atas kemungkinan tinggi akan hancur. Kehilangan klub sebagai ganti mempunyai kehidupan sekolah yang terjamin aman, kupikir bukan anjuran buruk.
Meski berpikir demikian, pada hari Jumat, sekali lagi saya dimintai hal yang mengejutkan dari Aizawa.
---Aku ingin tahu perasaan ketika melaksanakan hal-hal ecchi dengan pacar di sebuah hotel cinta---
Si gyaru berambut coklat berbulu berjulukan Kuroki Ami* itu, tampaknya entah bagaimana meragukan ia lagi.
[黒姫亜海, karakter 姫 berarti "hime" tapi bisa juga dibaca sebagai "Ki" berdasarkan hiragana]
Permintaan sebelumnya dibatalkan akhir bujukan Ten-nee pada Aizawa. Oleh lantaran itu ketika si Kurohime menanyakan hal yang sama lagi, Aizawa tak sanggup menjawab dengan benar dan mulai dicurigai, Kurohime terus menyudutkannya dengan pertanyaan sensitif....begitulah menurutku.
Tentu saja berbohong itu buruk, tidak terkecuali untuk Aizawa. Hanya saja, ia sudah melaksanakan yang terbaik demiku dan klub sastra, hingga membuatku tak bisa menolak.
Karena itulah sekarang, pada sebuah kamar hotel mencurigakan, diriku yang menyamar sebagai om-om berperut buncit duduk berdua dengan Aizawa di kasur.
"Kalian berdua terlambat. Apa terjadi sesuatu?"
Setibanya di hotel sesuai rencana, Shinonome terlihat keluar dari kamar mandi sambil mengeluarkan kacamata hitam, ia tampaknya telah mengisi kolam mandi dengan air panas. Blus putih higienis yang wanita ini kenakan sangat harmonis dengan rok berbulu hitam mengembang itu, benar-benar memberi kesan seorang 'ojousama'.
"Ah, Ibuki! Maaf membuatmu menunggu. Uwah, maksudku, pakaian samaranmu super imut!"
[Aizawa menyebut apa yg dikenakan Shinonome pakaian tidak formal, atau pakaian utk org biasa. Di ver inggris disebut pakaian sipil, tapi lantaran menurutku aneh, kuganti jadi "pakaian samaran" lantaran mereka sedang menyamar]
"Ufufu, ini tidak berbeda dari biasanya. Lagipula, apa ia memaksamu melaksanakan sesuatu yang aneh?"
Shinonome mengirim tatapan cuek pada penampilan mencurigakanku.
Kedua wanita ini bekerjasama bersahabat hingga ditingkat dimana mereka makan siang bersama setiap hari. Aizawa berbicara wacana apa pun dengan cara yang menurutku terlalu jujur. Tanpa bertanya berlebihan, Shinonome anehnya nyaman berkumpul bersama Aizawa, kedekatan mereka meningkat dari hari ke hari.
"Ah, tidak tidak! Bukan itu alasan kami terlambat! Hanya saja....di daerah pertemuan sebelum pergi ke hotel, rasanya menyerupai ada seseorang yang mengikuti kami"
"Diikuti? Ceritanya menjadi agak berbahaya. Apa kamu melihat wajah si pelaku?"
Aizawa menunduk dan menggelengkan kepala, Shinonome kemudian beralih menatapku dengan tajam.
"Apa kamu melihatnya?....Tunggu dulu, berapa usang kamu akan berpenampilan begitu?"
Dia mengernyit sambil melihat perutku yang buncit.
"Haaahh....Aku pikir akan mati lantaran kepanasan"
Aku melepas topeng dan topi dari wajah* kemudian menggoyang-goyangkan leher T-shirt untuk mengipasi dadaku.
[Mungkin Ikuno menggunakan semacam topeng festival]
"Ikuno-kun, kenapa tidak lepaskan saja bila terlalu panas? Sesuai dugaan dari penyamaran tepat itu, saya merasa bersalah walau tahu yang memakainya yaitu kau...."
"Mau bagaimana lagi, kan? Tak menyerupai Shinonome, saya tak punya kacamata hitam. Kaprikornus lebih atau kurang, ini akan menjadi duduk kasus serius kalau seseorang yang saya kenal melihat kita"
Aku mengambil nafas sehabis balasannya mengeluarkan bantal dengan bunyi 'fukafuka'* dari perutku.
[SFX untuk bunyi lembut atau halus]
"Nah, wacana tidak melepas penyamaran segera sehabis tiba....itu ada alasannya, Aizawa akan terkejut bila saya tiba-tiba menanggalkan pakaian"
"Hmm"
Saat kami memasuki hotel, Aizawa telah menjaga jarak, bahkan kini tidak mau melihat wajahku. Meski ia terkejut dengan penampilan ini ketika kami bertemu, kami tetap mengobrol dalam perjalanan kemari walau suasananya canggung.
"Fufu, begitu ya, saya mengerti. Tapi, apa Ikuno-kun melihatnya?"
"Orang yang mengikuti kita? Aku memang merasa adanya tatapan, tapi...."
Faktanya, seseorang mengikuti kami dari sekitar taman air mancur hingga ketika memasuki hotel. Tapi ketika berbalik dan mencari sumbernya, saya tidak melihat siapa pun, jadi pihak lain belum bisa dipastikan.
Oh iya, ketika masalah Ten-nee, saya juga merasa pandangan seseorang di koridor depan ruang audiovisual. Mungkin, itu yaitu orang yang sama yang mengikuti kami?
"Meski tak ada yang terjadi....Aizawa-san, kamu terlihat menyerupai tidak menyamar"
"Ma-Maaf. Aku, tidak berpikir sejauh itu...."
Aizawa secara spesifik tidak menyamar, ia menggunakan celana pendek putih ketat dan atasan merah muda tipis dengan sablon karakter alpabet. Daripada menyembunyikan diri, tingkat eksposurnya sungguh tinggi.
"Yah, ini salahku lantaran tidak mengatakannya lebih dulu, tidak apa-apa, jangan dipikirkan. Daripada itu, kita hanya mempunyai 90 menit tersisa di ruangan ini, kalian lebih baik melakukannya dengan cepat"
Shinonome dengan ramah menyampaikan demikian, Aizawa meminta maaf sambil tersenyum masam.
"Ibuki, terima kasih banyak. Karena saya tidak punya PC, saya tidak bisa melaksanakan reservasi kamar menyerupai ini"
"Tentang itu, saya juga merasa bersalah. Adikku selalu menilik history PC-ku dengan teliti, jadi saya terpaksa mempercayakannya pada Shinonome, meski kamu seorang gadis*"
[Nyewa kamar biasanya dilakukan si laki. Apalagi kalo hotelnya yg khusus buat begituan]
Jika Sharte menemukan history semacam ini, saya niscaya akan diperiksa berulang-ulang dalam banyak sekali cara.
Tentu saja, selama teman sekelas tidak tahu takkan masalah, saya akan menjadi pria pertama di dunia yang menciptakan reservasi di sebuah hotel cinta, mungkin.
"Kalian berdua tak perlu khawatir. Mula-mula, saya anggota OSIS yang bertugas memecahkan duduk kasus konsultasi. Oleh lantaran itu, masuk akal saja mencoba segala cara sebisa mungkin untuk siswa yang dalam kesulitan"
Pada balasannya Shinonome akan menjadi pengurus sekolah, masuk nalar kalau ia ketat soal siapa pun yang melanggar peraturan sekolah. Tapi kali ini, ia membantu hal yang terang bertentangan dengan itu. Tentunya untuk Aizawa, ya?
Aku menatap Aizawa dan mulai bicara, meski kecanggungan masih ada.
"N-Nah Aizawa....karena kita tidak punya banyak waktu, bagaimana kalau mandi dulu?"
"U-Un. Kau benar....Ah, tapi sehabis semua, aku...."
Aizawa hendak menyampaikan sesuatu dengan gelisah, tapi untuk menenangkannya, Shinonome berkata diiringi nada lembut.
"Tak apa, Aizawa-san. Lagipula, kamu hanya ingin memahami perasaan itu, paling banyak ia cuma akan menyentuh badan atau dadamu sedikit"
Aizawa kemudian menunduk dengan verbal yang tak bisa kupahami. Tapi, segera tertawa menyerupai biasanya.
"Be-Benar....Hahaha. Mendengarnya membuatku merasa lega! Kalau begitu, lantaran Shinonome sudah berjuang keras untuk memesan, kita tidak bisa membiarkan waktu ini sia-sia. Aku akan mandi sekarang!"
Memegang tas bermerek populer di lengannya, Aizawa kemudian lenyap ke kamar mandi.
Meski kupikir ia ragu, tampaknya baik-baik saja.
Mungkin, ia memang wanita berbahaya menyerupai kata Ten-nee? Sampai ketika ini, ia hanya bertindak layaknya gadis lugu, tapi bergotong-royong mungkin si jalang yang menghasilkan uang lewat prostitusi? Tas merek populer barusan, bukanlah sesuatu yang bisa gampang di beli dengan uang hasil kerja paruh waktu biasa....
Namun ketika menyadari hal serius menyerupai ini, jantungku mulai berdebar kencang. Pelacur atau bukan, untuk kini saya sudah niscaya bisa menyentuh tubuhnya, terutama payudara besar itu, kan?
Bagian atas yang membengkak, mengingatkan pada keberadaan yang memungkinkanku melihat lembah, itu mempesona.
'Buk'. Mendadak, dadaku di dorong ringan hingga membuatku jatuh dengan punggung di daerah tidur.
"Fufu"
Membuka mata, saya melihat iblis yang tersenyum memukau seperti telah menunggu momen ini. Setelah melepaskan sepatu hak tinggi, ia melingkarkan kedua tangannya di leherku.
"Hei ternak, sudah usang semenjak terakhir kali kita berduaan, kan?"
Tertusuk oleh tatapan yang menyempit dan terasa lembut, darahku tiba-tiba mendidih, menciptakan suhu seluruh badan naik.
"O-Oi, cepat hentikan banyolan ini. Selain kita juga ada Aizawa, kamu tahu?"
"Ya, saya tahu. Tapi, tidak apa-apa menggodamu sesekali, kan?"
Seakan aib berbicara pada dirinya sendiri, pipi Shinonome merona.
"Kau ingat janjimu padaku beberapa hari yang lalu? Setelah ini, haruskah kita melaksanakan sesuai rencana?"
Jumat, Aizawa kembali bekerja paruh waktu segera sehabis ia meminta hal ini. Itu tidak biasa. Kemudian di ketika kami meninggalkan sekolah, Shinonome mulai memberitahuku rencananya.
"Aku ingat. Shinonome akan memesan kamar hotel, tapi kita akan berkencan sehabis usul Aizawa terpenuhi, kan?"
"Bukan kencan. Karena kamu yaitu binatang peliharaanku, berjalan-jalan yaitu kata yang tepat, kurasa?"
"Lelaki dan wanita yang sedang makan bersama di luar disebut kencan kan? Lagipula, saya sudah mengatakannya berkali-kali, saya ini manusia"
"Berjalan-jalan"
Wajahnya yang mempunyai tatapan tajam seolah menyampaikan TIDAK, berada tepat di depan mataku.
Ke-Kenapa juga seserius itu? Kau membuatku malu....
"Baiklah, baiklah. Berjalan-jalan, akan ku ingat, berjalan-jalan, ya ampun"
"Begitukah? Ufufu, binatang ndeso sepertimu ternyata bisa mengingat kata-kata tuannya. Hebat"
Ini 'wortel dan tongkat' yang ia katakan beberapa hari yang lalu, ya? Shinonome dengan lembut mengusap kepalaku.
Dia kemudian bergumam dengan wajah yang kurasa paling bersemangat, ini pertama kali saya melihatnya, mungkin?
"Karena berjalan bersamamu hari ini, saya meminta seorang petugas langsung untuk mendandaniku dengan hati-hati. Jadi, apa menurutmu saya lebih manis dari biasanya?"
"Baiklah, kamu terlalu bersahabat jadi saya tidak tahu...."
"Hmm, bagaimana kalau begini?"
Shinonome memisahkan wajah kami, dengan ringan mengangkat kedua ujung roknya.
Tentu saja, riasannya tertata menyerupai yang biasa kamu lihat ketika pergi ke pesta. Selain kulit seputih salju, pipi berwarna merah terangnya menciptakan wajah manis itu tampak lebih menonjol.
"Agar bisa menjadi tuanmu yang layak, saya menghabiskan lebih banyak waktu persiapan dari biasanya. Tentang pakaian barat, saya bahkan menentukan sesuatu berkualitas tinggi tapi tidak mencolok, menyerupai yang kamu suka juga"
Seakan menunggu pemikiranku, ia menatap dengan mata yang agak berharap. Meski Shinonome biasanya terlihat sangat dewasa, kali ini saya bisa mencicipi kepolosan seorang gadis seusianya.
"Fu-Fun ....Yah, normal"
Shinonome benar-benar manis hari ini. Tapi, saya aib dan tak bisa memuji ia dengan jujur.
Perempuan ini kemudian mengulurkan tangan, yang kupikir untuk mencubit pipi. Namun, ternyata pipiku malah dibelai dengan sangat lembut.
"Kau benar-benar perusak suasana. Tapi tidak apa-apa, hari ini istimewa jadi saya mengizinkannya"
Biasanya saya akan di injak sekaligus di caci maki pada adegan berikutnya. Jangan bilang, Shinonome kini benar-benar dalam suasana hati yang baik? Ini mungkin mustahil, tapi apa ia memang menantikan kencan denganku?
"Restoran kelas satu favoritku telah dipesan pada Jumat malam. Aku akan mengurus semua biaya. Kau bisa makan apa saja yang kamu suka"
"Untuk seseorang sepertiku, kamu tampaknya sangat siap...."
"Tentu saja. Ini kan berjalan-jalan denganmu"
Menatapku, Shinonome berbisik dengan bunyi manis dan tersenyum bahagia.
Namun, ini hanya akting. Aku takkan tertipu. Shinonome berkata akan melatihku dengan keras sehingga saya mau berada di sisinya. Karena itu, tujuannya yaitu untuk berdamai dengan membiarkanku menghisap madu yang manis.
Kemudian, seolah mendadak mengingat sesuatu, Shinonome mendekatkan wajahnya lagi.
"Benar juga, kamu dicium Takatora-san, kan? Aku pada ketika itu balasannya mengingat perasaan yang disebut murka sehabis bertahun-tahun"
Jadi, kamu benar-benar murka di ruang audiovisual?
"Sterilisasi* diperlukan"
[Mensterilkan. Membersihkan zat-zat pada sesuatu hingga menjadi bersih]
"Eh?....O-Oi , apa yang kamu lakukan?!"
Shinonome menarik rambut samping ke belakang telinganya, memejamkan mata dan mendekatkan bibir. Aku meletakkan kedua tanganku di pundaknya untuk menghentikan wanita ini.
Mengangkat bulu matanya perlahan, ia kemudian tersenyum nakal.
"Orang yang pantang mengalah dan berharga sepertimu, harus saya dapatkan sebagai model*. Jika barang yang ingin di beli kotor, itu tidak bagus, kan? Oleh karenanya perlu di sterilkan menyerupai ini...."
[Aku juga kurang tau maksudnya "Model" ini apa. Mungkin pajangan]
"Tunggu tunggu tunggu! Ciuman demi alasan sesederhana itu?!"
"Tidak apa-apa. Karena ini ke pipi menyerupai Takatora-san"
Setelah menyampaikan itu, Shinonome mendorongku ke bawah. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menekanku.
"Dengan begini, kamu tidak bisa melarikan diri"
Dan, ketika bibir di mana lipstik merah muda tipis itu akan menyentuh pipiku....
"Ah? Oi, apa kamu barusan mendengar sesuatu?"
"Ufufu, sia-sia saja mencoba untuk menipuku"
"Tidak, bukan begitu"
Aku berusaha mendengarkan dengan seksama sekali lagi. Itu niscaya bunyi tangisan dari kamar mandi.
Mungkin Aizawa terjatuh, jadi ia menangis....Tidak, ini berbeda. Nada murung itu seolah mengartikan bahwa hatinya terluka, hingga perlahan-lahan menjadi lebih kencang. Kemudian, akupun sadar.
Aizawa, jangan bilang....
"Shinonome, minggir sebentar"
"Mengancam juga percuma saja. Aku takkan bisa diusir"
"Dengar ya, saya bilang minggir!"
"Aduh?!...."
Aku menangkap plexus solar* dari blus-nya dan dengan keras mendorong tubuhnya yang ramping ke bawah.
[Jadi begini, penggalan plexus solar itu ada di atas pusar, tapi gak hingga ke dada. Istilah ini sering digunakan pada hal2 semacam meditasi, dibidang spiritualitas]
"....A-Apa yang kamu lakukan?"
Sambil memegang bahunya sendiri, Shinonome mengangkat setengah penggalan tubuh. Tapi, mengabaikan itu, saya bergegas ke kamar mandi.
"Aizawa!!"
Setelah membuka pintu dengan keras, ia yang masih dalam pakaiannya duduk di ruang ganti sesuai dugaan.
"Hya....uuhh....I-Ikuno...."
Pipi Aizawa lembap dengan mata memerah, ia berbalik ke arahku sambil memeluk tubuhnya yang kurus dan gemetar.
Melihat sosok itu, saya merasa sangat murka pada diri sendiri, hingga menciptakan seluruh tubuhku memanas.
Seharusnya saya tahu. Aizawa yaitu gadis lugu yang bahkan bimbang melaksanakan sesuatu menyerupai berpegangan tangan.
Seharusnya saya tahu. Aizawa akan menangis hanya lantaran dadanya tersentuh.
Tapi, mau bagaimana lagi, ia pantang menyerah, suka pamer, pembohong.
Seharusnya saya tahu dari awal bahwa usul semacam itu tidak mungkin, namun....
Pada ketika memasuki kamar, Aizawa niscaya sudah berpikir untuk membatalkan usul itu. Tapi, lantaran Shinonome secara khusus memesan ruangan dan saya juga bersedia meskipun hari ini libur, hatinya yang lembut khawatir wacana kami dan tak bisa menolak.
....Namun tetap saja, saya terhadap dirinya....
Menganggap serius ucapan Ten-nee, hingga meragukan apakah Aizawa wanita berbahaya atau tidak.
Melupakan bagaimana ia berjuang yang terbaik demi klub sastra. Diriku hanya terus mencurigainya.
Kenapa saya tak bisa mengakui bahwa Aizawa yaitu gadis murni dan baik?
"....Ayo pulang, Aizawa"
"Eh? Uuhh....uhh....tapi....u-untukku....Ikuno dan Ibuki"
"Jangan khawatirkan itu, kamu tidak perlu memikirkan apa pun. Serahkan saja semua padaku"
Aku menggandeng tangannya dan kembali ke kamar. Melihat ia menangis, Shinonome bungkam dan membeku di tempat. Setelah terburu-buru mengumpulkan koper, kami berdua pergi menuju pintu keluar.
"Shinonome, usul dibatalkan. Aku akan mengantar Aizawa ke bersahabat rumahnya... hingga ketemu lagi"
Kepalaku masih belum bisa bekerja normal lantaran kemarahan terhadap diri sendiri yang meluap. Aku hanya menyampaikan sebanyak itu kemudian meninggalkan ruangan bersama Aizawa.
Menoleh kebelakang untuk terakhir kalinya, saya melihat Shinonome menunduk, berdiri sendirian di tengah ruangan. Blus rapi dan elegan tadi, telah kusut dengan kerah yang terbuka lantaran perlakuan kasarku, bahunya hingga bisa terlihat.
Ketika kami meninggalkan hotel, lingkungan telah berubah gelap gulita sekitar 19:30.
Tiba di stasiun terdekat. Karena searah dalam perjalanan, saya dan Aizawa menunggu kereta di peron yang sama. Hanya saja, ajaran air matanya tak kunjung berhenti. Gadis ini niscaya menangis lantaran merasa bersalah terhadapku dan Shinonome.
Aku tak bisa membiarkannya yang terus menangis pulang sendirian, kamipun mampir ke taman bersahabat rumahnya, tetap berada di sisi hingga ia berhenti menangis. Pada akhirnya, ia mengucapkan terima kasih dan maaf berkali-kali ketika kembali dengan pandangan sembab.
Setelahnya, saya menyalahkan diri sendiri lantaran hanya bisa terus-terusan meragukan Aizawa. Dan meski bisa langsung kembali ke stasiun, akupun tersesat lantaran terlalu banyak berpikir. Ketika pulang, jarum jam sudah mengambarkan lewat tengah malam.
Menungguku kembali di pintu masuk yaitu Sharte mengenakan piyama dan duduk di lantai sambil memeluk lututnya. Dia sudah terlelap dengan napas pelan 'suu suu '. Akupun menggendong tanpa membangunkan gadis ini dan membawa ke kamarnya. Merasa sangat lelah, saya langsung tidur tanpa berganti pakaian dan diserang rasa kantuk.
Tepat sebelum kehilangan kesadaran, kepalaku serasa melupakan sesuatu namun tak bisa mengingatnya.
☆☆☆
Keesokan harinya, saya pergi ke sekolah dan hampir tak bisa memulai acara lantaran kelelahan semalam.
"Hmm?"
Keadaan kelas agak aneh. Atau lebih tepatnya, jarang sekali Hiiragi-sensei belum datang. Biasanya, ia akan berdiri di depan meja guru satu menit sebelum bel berbunyi dan mengembangkan senyuman.
Menuju ke mejaku bersahabat jendela. Klub koran tampaknya menciptakan suatu berita, semua orang di kelasku kemudian meributkan sesuatu yang tidak jelas*.
[Disini ada istilah Grey Space yang artinya merujuk pada sesuatu yg tidak pasti, kurang jelas, dsb]
Hmm? Kalau dipikir-pikir, Aizawa dan Shinonome belum terlihat di sekolah hari ini. Aizawa mungkin terlambat, masuk akal saja bila ia kepikiran wacana kemarin dan terlalu aib untuk bertemu denganku, tapi tidak biasanya Shinonome yang serius itu terlambat....
20 menit terlewat begitu saja. Hiiragi-sensei yang tubuhnya terbungkus baju olahraga hijau biasa tiba ke kelas dengan rambut kelabu melambai. Namun, wajah tersenyum khas-nya tidak ada, terganti dengan kesan sangat suram.
Sambil menunggu ia berucap, saya mempunyai firasat jelek lantaran segala sesuatu di dalam kelas tidaklah normal.
Dan kemudian, Hiiragi-sensei mengumumkan.
Pengusiran Aizawa Manaha telah diputuskan.
☆☆☆Chapter 7 berakhir disini☆☆☆
Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/