Perluasan Areal Tanam Gres Memicu Peningkatan Produksi
![]() |
Dirjen Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto ketika bertemu wartawan. (Foto: Infovet/Ridwan) |
Berdasarkan data nasional 2018, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa produksi jagung dan beberapa komoditas pertanian cukup tinggi akhir adanya ekspansi areal tanam baru.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto, mengungkapkan produksi jagung sepanjang 2018 mencapai 30,05 juta ton pipilan kering. “Sedangkan kebutuhan hanya sekitar 15,58 juta ton, jadi masih ada surplus 14 juta ton pipilan kering,” ujar Gatot dalam sebuah aktivitas bincang pertanian, Jumat (11/1).
Ia menambahkan, walau produksi jagung cukup baik dan terjadi surplus secara nasional, namun secara spesifik per tempat dan periode tertentu masih ada yang mengalami kekurangan. Kendati demikian hal itu sanggup ditutupi oleh tempat yang mempunyai kelebihan jagung.
“Surplus secara nasional bukan berarti tidak ada defisit di beberapa tempat. Ada tempat yang surplus dan defisit, ini perlu dipahami,” katanya.
Gatot menyebut, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari upaya khusus padi, jagung dan kedelai (Upsus PJK) semenjak 2015 lalu. Dari upaya tersebut, luas tanam ketiga komoditas tersebut meningkat tajam. “Dengan begitu produksi 2019 diproyeksikan bakal meningkat lebih baik lagi dari tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Potensi produksi tersebut, lanjut Gatot, diupayakan melalui pengembangan lahan rawa, lahan kering, tumpang sari, hingga perbaikan benih, pupuk dan penanganan pasca panen. “Dengan adanya aktivitas ini, salah satunya kita upayakan lahan rawa, sanggup meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali setahun dari yang sebelumnya hanya satu kali,” kata Gatot.
Sementara untuk budidaya tumpang sari, Gatot mengungkapkan, pada 2019 ditargetkan luas areal tanam mencapai 1,05 juta hektar atau setara luas pertanaman 2,1 juta hektar. “Tumpang sari menjadi solusi mengatasi persaingan komoditas. Selain itu, budidaya tumpang sari bisa memperoleh laba yang lebih besar, selain meningkatkan luas tanam dan produksi, serta efisiensi perjuangan pertanian,” ucapnya.
Hal itu menerima apresiasi dari pengamat pertanian, Siswono Yudo Husodo, yang turut hadir. Menurutnya, ekspansi areal tanam baru, ibarat lahan rawa dan lahan kering, merupakan terobosan yang sangat baik.
Siswono yang juga mantan Menteri Transmigrasi menegaskan, ekspansi areal tanam gres tersebut merupakan upaya pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan produksi.
“Ini perlu disambut oleh gubernur atau bupati. Seperti pola di Dompu, bupatinya kesepakatan sehingga bisa mengakibatkan kabupaten miskin menjadi sejahtera sebab masyarakatnya bisa bertumpu pada ekspansi tanam, salah satunya jagung yang hingga masuk ke hutan,” katanya. (RBS)
Sumber http://infovet.blogspot.com/