Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bokubitch Chap 4 B. Indonesia

Chapter 4 Segalanya mungkin menjadi lebih baik jikalau saya berusaha lebih keras
Diterjemahkan oleh




Keesokan paginya, di kelas pada jam pelajaran.

Aku sedang membaca majalah dikursiku. Ini kubeli di toko dalam perjalanan pulang kemarin.

"Selama berkencan, seorang laki-laki harus berjalan di sisi jalan*....Aku sudah tahu ini. Tapi mengejutkannya, saya malah lupa"
[Kalian tau kan maksudnya?? Jika tidak, coba kalian tonton anime Net-juu no Susume eps 6 di menit 14an]

Ini yakni majalah mode untuk dewasa laki-laki.

Ketika dulu belum sepenuhnya menjadi otaku, saya kadang kala akan membaca majalah semacam ini.

Tentu saja, artikelnya kebanyakan berisi perihal fashion. Tapi ada juga pengetahuan yang mempunyai kegunaan sekaligus membantu ketika berkencan. Benar-benar barang riajuu.

"Oh, selamat pagi Ikuno-kun"

Sama menyerupai kemarin, Shinonome berdiri tegak di depanku sambil menyisir rambutnya menggunakan jari.

"Sariyama-kun, Tsunehiro-kun, terima kasih atas pertolongan kalian. Tinggalkan sisanya padaku"

Dirinya tersenyum ketika melontarkan ucapan syukur pada beberapa orang yang membawa setumpukan kertas.

"Seperti biasa, kamu sangat mahir memanipulasi para lelaki...."

"Fufu , apa yang kamu katakan?"

Karena ada orang-orang di akrab sini, ia tersenyum seolah mengisyaratkanku untuk diam.

Setelah kedua lelaki itu pergi, saya ditusuk oleh tatapan sedingin Nol Mutlak*.
[Singkatnya, ini yakni suhu terendah]

"Jangan bicara lebih jauh"

"Iya, iya. Aku minta maaf"

Dia tersenyum membalas seruan maaf patuhku.

"Kesampingkan itu, sebagai seseorang yang hanya tertarik pada subkultur, ada apa?"

"Hmm? Yah, saya sedang memikirkan banyak sekali hal yang terjadi kemarin...."

"Houh. Sepertinya kamu sudah belajar"

"Ti-Tidak juga. Itu lantaran kamu menawarkan kesalahanku kemarin!"

Shinonome menunduk, menatapku dengan mata yang tampak senang, memeganggi lengannya sendiri dan menungguku melanjutkan.

"Ketika kita berpisah kemarin, Aizawa berkata akan ikut berpartisipasi dalam aktivitas klub keesokan harinya. Hanya saja, permintaannya belum lah selesai lantaran diriku. Oleh alasannya yakni itu, hingga ia meminta kencan lagi, saya harus berguru untuk sementara waktu"

Imbalan dari permintaannya adalah, bergabungnya Aizawa ke dalam klub.

Untuk alasan itu, saya harus memecahkan permasalahan yang ada.

"Tentang Aizawa yang jadi bergabung dengan klub, saya mendengarnya juga dari orang itu sendiri kemarin ketika kami pulang bersama. Aku tidak tahu apa ia akan meminta lagi atau tidak, tapi bagimu yang terus berusaha, sungguh mengagumkan. Kau cukup frustasi kemarin, bahkan saya sudah kewalahan melihatnya"

"Sampai mengatakannya menyerupai itu. Yah, saya tidak begitu keberatan...."

"Ufufu, cuma lelucon. Tapi, pada waktu itu Aizawa terkesan sangat menyedihkan. Sebagai orang yang akan menjadi majikanmu, kamu telah melakukannya dengan baik untuk memenuhi kewajibanmu"

"Sampai kini kamu masih ingin menjadi majikanku, ya. Keteguhanmu patut dipuji"

Shinonome menelusuri bibirnya yang lembab dan berwarna pink dengan ujung jari.

"Kau punya kekuatan untuk tidak mengalah pada orang lain. Kekuatan untuk tidak mundur bahkan ketika menghadapi banyak preman kuat. Dirimu memang payah sebelumnya, tapi sekarang, pandanganku tentangmu menjadi lebih baik. Oleh alasannya yakni itu, dari kini saya akan lebih sering mengawasi cowok berjulukan Ikuno-kun....kau yakni jenis lelaki yang pertama kutemui"

Tertangkap oleh tatapannya yang lembut, mataku secara reflek berputar ke daerah lain lantaran malu.

"Yah....aku memang menghadapi para preman itu. Tapi saya tidak melaksanakan apapun selain menghadang mereka"

Keraguan ketika melihat Aizawa yang ketakutan, tiba untuk membantu tapi tak bisa melaksanakan apapun, hingga jadinya malah diselamatkan oleh Shinonome.

"Aku yakni pacar palsunya, tapi hal menyerupai mengurus preman sangatlah mustahil. Bahkan jikalau Shinonome bilang begitu, Aizawa niscaya akan menganggapku bodoh...."

"Aku juga menganggapmu bodoh"

"....Kau ini ingin menyemangatiku atau menginaku?!"

"Itu hanya kesanku. Untuk mengetahui apa yang Aizawa pikirkan, kamu perlu mendengar dari orangnya sendiri, kan?"

"Orangnya sendiri...."

Di malam terakhir, Aizawa berkata akan berpartisipasi dalam aktivitas klub.

Namun, mengingat lagi kencan mengerikan itu, ucapannya hampir tidak mungkin menjadi kenyataan.

Mungkin saya hanya salah dengar....

Lalu....kenapa wajahnya memerah ketika itu?

Begitu pikiranku hingga disana, koridor menjadi berisik oleh sebuah bunyi ceria. Orang yang bersangkutan pun datang.

"Selamat pagi "

Aizawa menyapa dengan senyuman segar. Gadis itu masuk diiringi penampilan yang stylish, riasan tipis, dan bulu mata panjang juga berkilau.

"Un, pagi, Kashiwagi-kun, Nabeta-kun. Juga, Keiko dan Mutsumi, selamat pagi!"

Seperti yang diharapkan dari Aizawa, ia tidak hanya menanggapi para lelaki ketika disapa.

Hanya saja, entah kenapa senyum yang ia lontarkan pada mereka terlihat canggung.

"Ah, Ibuki"

Setelah menemukan Shinonome, ia tersenyum polos dan berlari ke arahnya.

"Terima kasih banyak kemarin! Maaf ya, kamu hingga mengantarku pulang dengan mobil...."

"Jangan khawatir. Saat itu sudah larut malam, masuk akal saja untuk melakukannya"

Apa Shinonome mengkhawatirkan Aizawa....?

"Kalau begitu Ibuki, ayo kita makan siang bersama menyerupai yang diputuskan kemarin! Ikuno, selamat pagi"

"Ah....Un , pagi"

Kupikir akan sulit berbicara dengannya lantaran bencana kemarin. Namun, ini mengejutkan. Aizawa yang memulai duluan secara alami.

Setelah itu, ia kembali ke daerah duduknya sendiri dan mulai mengobrol dengan teman-temannya menyerupai biasa.

Hmm. Aku jadi bingung....apa Aizawa benar-benar tidak murka padaku? Dari insiden kemarin, saya tahu kalau ia merupakan orang yang pemaaf, tapi kemurah hatian harusnya mempunyai batas....

"Kesampingkan itu....Shinonome, boleh saya bertanya satu hal lagi?"

"Apa itu?"

"Kau tidak menyukai Aizawa, kan. Hanya saja, bagaimana dengan 'makan siang bersama' barusan? Apalagi, kamu tidak memanggilnya 'gadis itu' bahkan selama percakapan kita...."

Shinonome menggunakan ujung jari untuk memutar rambutnya sambil melihat ke luar, kemudian berkata.

"Tak ada alasan khusus. Kalaupun ada, niscaya lantaran ia memanggilku dengan nama pertamaku...."

"Nama pertamamu?"

Ini mengingatkanku, Shinonome memang punya banyak teman, tapi tak ada, setidaknya di kelas kami, yang memanggilnya dengan nama depan.

Lebih tepatnya, orang-orang akan berkerumun di sekelilingnya lantaran rasa kagum.

Kaprikornus seseorang yang bisa disebut sobat seharusnya tidak ada.

"Hahaha. Shinonome, bahkan pelacur sepertimu mempunyai sisi manis yang tak terduga. Dengan kata lain, kamu senang lantaran seseorang menganggapmu teman, kan?"

"Ufufu , khayalan macam apa yang kamu miliki? Ini sangat berbeda. Aku yakni pemimpin berikutnya konglomerat Shinonome. Sesuatu menyerupai sobat tidak diperlukan"

Dia menatapku dengan mata hambar yang tak bisa diterka.

Kemudian, sambil melihat apa yang ada di belakangku, Shinonome tersenyum misterius.

"Lagipula, Aizawa-san sedang membicarakanmu"

"Eh?"

Mendengarnya, saya melirik daerah Aizawa yang berada di sisi kananku.

"Hee . Manamana jadinya memutuskan untuk memberitahu Ami. Kaprikornus , perihal kencan dengan pacarmu, rasanya menyerupai apa?"

Tiga gadis duduk di meja di akrab si gyaru berambut cokelat lepas yang menanyai Aizawa dengan nada ragu.

Duduk di kursinya sendiri, Aizawa mengelus rambutnya sambil terlihat malu.

"A-Anu....kalau begitu, lantaran ini khusus, saya akan menceritakan kencan pertamaku"

"Oh, itu bagus ! Jadi, bagaimana?"

"Yah, ternyata itu juga kencan pertama pacarku. Karena itulah, ia tidak bisa membimbingku dengan baik....Secara jujur, dari awal hingga akhir, hanya bisa disebut sebagai 'mengerikan'....Ha-Hahaha"

Memang, begitulah kenyataanya....

Shinonome telah memberitahu banyak sekali kesalahanku. Dan lantaran itu, kalimat 'membimbingnya dengan baik' takkan mungkin muncul....

"Hah? Apa, apa maksudmu? Beritahu kami lebih jelas"

Si gyaru berambut cokelat tampaknya sudah menerka dari awal kalau itu hanya rekayasa. Namun, sesudah mendengar apa yang gadis ini ceritakan, diapun mulai tertarik.

"Un, lebih rincinya, ketika berjalan, langkahnya sangat cepat seperti sedang berjalan sendiri. Di restoran, ia menjatuhkan parfait ke pakaianku. Untuk memperburuk keadaan, ia bahkan menumpahkan air hingga menciptakan rok dan pakaian dalamku basah....kamipun memutuskan membeli pakaian dalam baru....ada satu setel yang kusuka, tapi saya malah menentukan apa yang ia rekomendasikan...."

UUOOOOOOO!!!! Mendengar percakapan mereka membuatku jadi ingin memukul diri sendiri!!!

Sambil mengingat kejadiannya ketika berbicara, ekspresinya perlahan menjadi semakin suram.

"Pada akhirnya, yang terburuk adalah....Sementara saya berganti pakaian, ia tiba-tiba masuk ke kamar gantiku....dan me-menyentuh dadaku...."

"D-D-D-Dada?! S-Siapa laki-laki itu?! Dia yang terburuk!!"

"U-Un....dia sungguh yang terburuk"

Setelah mendengar kata-kata mereka, saya sadar.

Sesuai perkiraan, ucapan terakhir yang ia katakan kemarin itu tidak mungkin benar.

Dengan begini, situasi klub sastraku kembali menuju ambang kehancuran. Aku harus mulai mencari 2 anggota segera.

Ketika akan mengalah pada kelangsungan hidup klub....

"Tapi"

Pipi putih Aizawa berubah memerah.

Ekspresinya sama dengan yang ia tunjukkan ketika kami berpisah kemarin.

"Walaupun ia orang yang canggung dan sangat tidak pengertian....ketika saya dalam bahaya, ia dengan sepenuh hati akan tiba untuk membantu....pada waktu itu, dirinya sangat keren"

Firasatku berkata kalau ucapannya barusan bukanlah kebohongan.

Sebab, ketika ia selesai berbicara, wajahnya menjadi lebih merah dari sebelumnya. Mungkin ia memang tidak sedang berakting.

"Apa? Hanya lantaran itu....kau jatuh cinta pada pecundang sepertinya?"

Terkejut, si gyaru berambut coklat bertanya.

Pada ketika itu, wajah Aizawa kembali normal.

"Hahaha, yah. Tapi, jantungku terus berdetak tak karuan hingga kencan kami selesai, itu terus terjadi bahkan hingga keesokan harinya"

Aku mengerti.

Kurasa saya mengerti alasan Aizawa tetap membisu hingga kami berpisah kemarin.

Ini bagus.

Paling tidak, ia entah bagaimana menghargai peranku sebagai pacar palsunya.

"Hmm, untuk berpikir Manamana berkencan dengan laki-laki menyerupai itu, memang tak terduga. Tapi , meskipun ceritamu itu benar, ada sesuatu yang menurutku masih janggal"

"Y-Yah. Kalianlah yang bertanya. Walau cuma sedikit, setidaknya kalian percaya!"

"Haha, bercanda . Aku percaya, jadi jangan marah, Manamana "

Setelah dialog mereka berakhir, saya menarik napas lega.

"Ufufufu . Dengan perkembangan situasi semacam itu, normalnya seruan Aizawa akan dianggap gagal. Tapi, lantaran cara menjelaskan pihak lain, hasil ini sudah cukup. Bersyukurlah"

"Kau benar, saya tidak punya komentar apapun"

Tapi kemudian, ingatan perihal siapa yang telah memberiku tekad untuk menghadapi para preman melintas. Akupun menatap gadis manis berambut hitam yang berdiri tepat di depanku.

"Shinonome, untuk yang kemarin, terimakasih. Jika bukan lantaran ucapanmu, saya niscaya akan gagal. Karena itu, sekali saja, terimakasih"

Shinonome mungkin menyebalkan. Tapi kali ini ia telah memberiku saran yang tepat, sekaligus membantu Aizawa tanpa mencampuradukkan persoalan umum dan pribadi.

Oleh lantaran itu, saya menghormatinya dan bersyukur dengan senyuman.

"Pelatihan cuilan 1, selesai"

"....Hah? Apa barusan?"

"Bagian pertama dari latihanmu telah selesai, ternak"

Entah kenapa, pipi Shinonome memerah. Dia tersenyum menyerupai spesialis seni administrasi diiringi rambut hitam legamnya yang berkibar.

"Tujuan utamaku yakni membuatmu menjadi milikku. Kaprikornus membiarkan dirimu menangani seruan itu semoga kamu bisa menjadi semakin patuh, saya hanya memberi umpan. Hasilnya, saya cukup mengerti hanya dari melihat wajah tersenyummu sekarang. Ufufu"

Siapa?! Siapa barusan yang bilang gadis ini tidak mencampuradukkan persoalan umum dan pribadi?!?!

Sebaliknya, ia terlalu dipenuhi oleh hasrat, ya kan?!...

"Hahh....inilah yang terjadi jikalau pecaya pada pelacur meski cuma sebentar. Sialan!"

Hanya saja, jikalau niat aslinya yakni memberiku umpan, tak ada gunanya kalau saya tidak memakannya, kan....?

"Aku bisa menjadi pendukungmu kapan saja. Paling tidak, hingga kamu menjadi milikku, saya akan memperlakukanmu dengan baik"

"Shinonome, kamu benar-benar gadis yang merepotkan...."

Seperti yang diharapkan, gadis-gadis manis hanyalah sekelompok pelacur.

Selain itu, ia yakni pelacur rapi, memegang posisi sebagai salah satu dari dua pelacur besar.

Situasiku kini yakni yang terburuk, tidak punya pilihan selain bertahan menghabiskan kehidupan Sekolah Menengan Atas yang tersisa dalam rasa kegelisahan.

Apalagi di kelas ini, dimana ada pelacur penuh nafsu, yang merupakan bagpian lain dari dua pelacur besar.

Tunggu, kecurigaanku perihal Aizawa yang merupakan pelacur penuh nafsu seharusnya sudah lenyap.

....Hmm?.

Aizawa berada disebuah keluarga tanpa ayah, dimana keuangannya begitu ketat.

Jadi, produk bermerek yang sering gadis ini pakai dan gonta-ganti, bagaimana ia bisa menjelaskannya?

∆∆∆

Setelah sekolah, saya berencana meninggalkan kelas dan menuju ruang klub.

Berlari ke toilet seusai jam pelajaran, dan ketika diriku kembali, Aizawa sudah pergi.

Apakah ia pulang ke rumah?

Perasaan cemas mendadak menerpa disaat saya berjalan di jembatan yang menghubungkan bangunan sekolah.

Shinonome berkata bahwa anggota resmi harus sering berpartisipasi dalam aktivitas klub.

Hari ini, ia niscaya tiba untuk memantau. Aku merasa sedikit tidak yummy jikalau Aizawa tidak di sana.

Tapi, anehnya, kecemasan itu pribadi lenyap.

Aku mengerti kemarin bahwa Aizawa bukanlah tipe gadis yang akan mengkhianati harapanku.

Dia tidak menyerupai gadis manis yang pernah saya temui sejauh ini.

Saat meminta pertolongan orang lain, ia tidak melihat dengan mata menengadah melainkan menunduk dan memohon dengan benar.

Pintar meski penampilannya menyerupai itu. Peduli meski kesan pertamanya boros. Gadis yang bermurah hati memaafkan dan bersedia menyemangatiku disaat saya duka lantaran salah dalam bertindak.

Dia tidak terlihat menyerupai wanita yang terpelajar dalam hal asmara, apalagi pelacuran. Itu bahkan lebih tidak mungkin.

Aku berhenti di depan pintu ruang klub sambil berpikir lagi. Apa ia benar-benar tidak melaksanakan pelacuran....?

Sebenarnya, apa yang saya curigai?

Aizawa yakni gadis murni dan baik hati. Dirinya takkan berbohong.

Matanya berkaca-kaca ketika saya menyentuh dadanya di ruang ganti. Seorang gadis yang tidak murka bahkan ketika saya melaksanakan hal-hal mengerikan menyerupai mencipratkan air padanya.

Seorang pelacur niscaya akan menawarkan sifat aslinya di momen-momen tersebut.

Lagipula, Aizawa yakni malaikat yang bergabung dengan klub demiku.

Kaprikornus paling tidak, saya harus percaya padanya.

Namun, produk-produk bermerek itu terus mengganggu pikiranku....

"....Sepertinya tak ada pilihan selain bertanya pada orangnya sendiri"

'Gulp'*. Aku mengambil keputusan kemudian membuka pintu.
[Suara menelan ludah]

"Ah, kamu terlambat, Ikuno!"

Di ambang jendela, tampak seorang gadis yang sedang menatap pemandang luar. Menyadari keberadaanku, ia kemudian menoleh ke belakang diiringi senyuman ceria.

"A-Aizawa....kau datang...."

"Hah? Tentu saja. Aku sudah bilang kemarin, kan?....kenapa?"

Gadis itu mendekat dan menatap wajahku sambil bertanya.

Aku bisa mencium aroma harum feminim. Hari ini dadanya agak terpapar lantaran kancingnya tidak terpasang semua. Guncangan lembah itu mengisi seluruh pandanganku.

"Ti-Tidak, tak ada yang salah, hanya saja....aku ingin mendengar sesuatu darimu"

"Eh, dariku? Kau tampaknya bermasalah, ada apa?"

Aizawa tampak dipenuhi semangat.

Aku melihat perhiasan kecil berdesain rumit di lengannya.

Menurut ucapan para gadis di kelas tempo hari, tampaknya itu berasal dari merek terkenal.

"Aizawa, apa kamu benar-benar tidak melacurkan diri?"

Kemunculan pertanyaan semacam itu secara mendadak menciptakan wajah orang yang bersangkutan segera memerah dengan alis yang terangkat.

"Su-Sudah terperinci kan! Hal seperti, menyerupai menggunakan badan untuk memperoleh uang....takkan mungkin saya melakukannya ke badan yang diberikan oleh ibu!"

Mendeklarasikannya, Aizawa lanjut berbicara.

"Selain itu, pelacuran dan semacamnya, saya hanya terlalu memaksakan diri di depan teman-temanku...."

"Un, sudah kuduga kamu akan menyampaikan begitu. Aku ingin mempercayaimu, tapi....kau sering gonta-ganti barang bermerek, kan? Aizawa berada dalam keluarga tanpa ayah, saya hanya ingin tau bagaimana kamu bisa mendapat uang untuk membeli semua itu"

"I-Ini...."

Setelah satu kata keluar, ia kemudian termangu sebentar.

"....Aku, bekerja paruh waktu"

"Paruh waktu? Pekerjaan apa itu?"

"Hmm....untuk menjelaskannya agak memalukan...."

Aizawa tersipu sambil terlihat gelisah.

Hmm, ini mencurigakan....

Tapi, tampaknya ia memang tidak menggunakan tubuhnya untuk mendapat uang.

Dia harusnya menyampaikan itu pribadi kalau pekerjaannya tidaklah salah....

Aizawa yang memerah kemudian melotot kearahku.

"I-Ikuno! Kau tidak percaya padaku, ya?!"

Haahh, situasi ini.

Biasanya, para pelacur akan selalu menggunakan mata mereka yang berkaca-kaca dan terbelalak dalam situasi ini.

Tapi, Aizawa menatapku dengan keteguhan yang kuat.

Itulah kenapa, saya jadi tidak berpikir ia pelacur penuh nafsu lagi.

"Yah....baiklah, saya mengerti. Jangan menatapku dengan mata yang angker itu"

Karena terbebani oleh tekanannya, akupun sedikit mundur.

Wajar saja jikalau marah. Bagaimanapun, kemarin semuanya sudah terperinci sesudah mengobrol dengannya.

Kaprikornus saya harus melupakan persoalan ini.

"....Pfft. Hahahahaha!"

Aizawa mendadak tertawa terbahak-bahak, sambil mencondongkan badan ke depan dengan lengannya yang kurus menahan perut.

Berkat itu, payudaranya berguncang hebat.

"Hah?....A-Apa saya telah menyampaikan sesuatu yang lucu?"

"Ha-Habisnya! Kemarin, Ikuno melindungiku dari para preman berotot....tapi kamu malah gugup di hadapan gadis lemah sepertiku. Ini sangat lucu"

Aizawa terus tertawa untuk beberapa saat. Hingga jadinya ia menyeka air matanya kemudian menoleh padaku lagi.

"Fuuhh, maaf, maaf. Tapi, sungguh, terima kasih atas kemarin. Saat itu, Ikuno benar-benar keren"

Wajahku pribadi memanas begitu mendengar kebanggaan barusan.

"Ke-Kesampingkan itu. Aizawa, maafkan aku. Maaf lantaran meragukanmu...."

"Hmm? Aku tidak keberatan. Lagi pula, itu juga lantaran kebohonganku sendiri"

....Pada akhirnya, Aizawa bukanlah seseorang yang akan mengkhianati ekspektasiku.

Aku tidak tahu pekerjaan paruh waktunya menyerupai apa.

Tapi saya yakin, ia bukanlah pelacur penuh nafsu.

"Mulai hari ini, tolong perlakukan saya dengan baik, Ikuno! A-Apakah kamu ketua klubnya?"

"Jangan terlalu mempermasalahkan detail kecilnya. Aku juga, terima kasih telah bergabung dengan klub, Aizawa"

Meski begitu, ia cantik.

Kepribadiannya bagus, sangat murni dan merupakan seorang gadis pekerja keras. Sungguh sempurna.

....Bisa kukatakan ia pelacur yang luar biasa, pelacur yang melampaui dua pelacur besar.

Kurasa dirinya akan pantas disebut {Gadis manis berambut pirang yang sebetulnya polos}....Hanya saja, gadis semacam itu tidak ada di dunia nyata.

Juga, diriku belum pernah melihat gadis manis menyerupai Aizawa hingga sekarang.

Oleh lantaran itu, saya memutuskan untuk memanggil ia yang tertawa terbahak-bahak ini sebagai, Pelacur tak diketahui (sementara).

∆∆∆Chapter 4 berakhir disini∆∆∆

Catatan penerjemah : Ujung2nya Ikuno tetap menganggap Aizawa sebagai pelacur, tak peduli pemikiran apa yang menumpuk di otaknya. Hadeehh -_-....

Ke Halaman utama Bokubitch
Ke Chapter selanjutnya



Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/