Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kunjungan Tenang Raja Abdullah Ke Palestina “Bahas Ketegangan Di Al-Aqsa”


Foto -  Raja Abdullah dari Yordania bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah.

08-08-2017 - Raja Yordania, Abdullah, bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat yang diduduki Israel. Ini yaitu kunjungan pertama kali Raja Abdullah dalam lima tahun terakhir untuk membahas ketegangan di kompleks Masjid al-Aqsa di Jerusalem dan perkembangan politik yang lebih luas.

Sementara kedua pemimpin tersebut bertemu cukup sering di Amman dan Ibu Kota regional lainnya, Raja Abdullah belum mengunjungi Ramallah, daerah duduk Otoritas Palestina, semenjak Desember 2012.

Raja Abdullah terbang memakai helikopter, dengan kunjungan yang dikoordinasikan dengan pihak berwenang Israel. Negara Zionis itu mengendalikan semua titik masuk dan keluar ke Tepi Barat, termasuk perbatasan sejauh 150 km dengan Yordania dan ruang udara di atas.

Kunjungan tersebut terjadi dua ahad semenjak lonjakan kekerasan pecah di Yerusalem sehabis Israel memasang detektor logam di pintu masuk ke kompleks masjid Al Aqsa, menyusul pembunuhan dua polisi Israel.

Perubahan keamanan memicu demonstrasi selama berhari-hari dan bentrokan antara jamaah asal Palestina dan pasukan keamanan Israel. Setelah berkonsultasi dengan Yordania, Israel memutuskan untuk menghapus detektor logam dan tindakan lainnya.

Yordania telah menjadi penjaga situs suci umat Islam di Yerusalem semenjak tahun 1920-an. Tempat tersebut, yang berada di dataran tinggi di Kota Tua, juga dipuja oleh orang-orang Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount atau Bukit Bait Suci, daerah dua kuil kuno Yahudi yang hancur.

"Kami membahas semua problem yang menjadi kepentingan bersama dan kami setuju untuk membentuk sebuah komite krisis yang akan terus melaksanakan kontak untuk mengevaluasi apa yang telah terjadi, pelajaran yang harus dipelajari dan tantangan yang mungkin kita hadapi di masjid al-Aqsa," kata Menteri Luar Negeri Palestina Reyad Al-Maliki dikutip dari Reuters, Selasa (8/8/2017).

Maliki menyampaikan Abbas dan Abdullah juga membahas upaya yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk memulai kembali negosiasi hening Israel-Palestina. Perundingan hening ini telah tidak boleh selama tiga tahun terakhir.

"Israel harus mengakui prinsip solusi dua negara dan mengakhiri acara permukiman provokatif yang dirancang untuk mencegah terbentuknya sebuah negara Palestina yang layak dan bersebelahan," kata Maliki.

Utusan regional Presiden Donald Trump, Jason Greenblatt, telah melaksanakan beberapa perjalanan ke Amman, Ramallah dan Yerusalem tahun ini untuk mencoba menemukan kesamaan. Maliki menyampaikan bahwa utusan AS dibutuhkan untuk berkunjung lagi dalam beberapa hari mendatang namun hanya ada sedikit tanda antusias pada siapapun yang ambil bab untuk memulai kembali pembicaraan.

Abdullah juga berperan dalam menjalin hubungan dengan Mesir dan permasalahan lainnya untuk melihat apakah ada perbedaan antara Fatah yang didukung oleh Abbas dan gerakan Hamas yang dapat diselesaikan dan Maliki menyampaikan bahwa gosip tersebut telah dibahas.
Hamas, yang memenangkan pemilihan tubuh legislatif terakhir yang diadakan di wilayah Palestina pada tahun 2005, menguasai Gaza sepenuhnya sehabis berperang melawan Fatah di tahun 2007.

Selama beberapa bulan terakhir, Abbas, sebagai kepala Otoritas Palestina, telah meningkatkan tekanan pada Hamas, memotong honor pegawai negeri di Gaza, membatasi pembayaran untuk impor listrik dan beberapa obat-obatan.

Tujuannya yaitu untuk menggulingkan Hamas dari kekuasaan. Namun hanya ada sedikit tanda ada upaya yang dilakukan oleh kekuatan regional untuk menuntaskan perbedaan di internal Palestina.


Sumber informasi    :    www.SindoNews.com