Baka To Test Soal Ketiga Vol 1 B. Indonesia
Diterjemahkan oleh
Soal Ketiga
Terjemahkan kalimat berikut dalam bahasa Jepang :
"Ini yakni rak buku yang sering nenek saya gunakan"
Jawaban Himeji Mizuki :
"これは私の祖母が愛用していた本棚です"(Ini yakni rak buku yang sering nenek saya gunakan)
Komentar Guru :
Benar. Kau niscaya sudah mencar ilmu sangat giat!
Jawaban Tsuchiya Kouta:
"これは" (Ini)
Komentar Guru :
Kamu hanya bisa menerjemahkan "Ini"?
Jawaban Yoshii Akihisa :
"☆●◆∇┐♪*×"
Komentar Guru:
Tolong gunakan bahasa insan untuk menjawab soalnya.
Mendeklarasikan perang melawan Kelas A.
Usulan ini terdengar sangat tidak konkret bagi Kelas F.
"Mustahil bagi kita untuk menang!"
"Aku tidak mau menerima peralatan yang lebih jelek dari ini"
"Selama ada Himeji di sini, saya sudah puas"
Seruan menyerupai itu memenuhi seluruh kelas.
Bahkan orang buta bisa melihat perbedaan kemampuan bertarung antara Kelas A dan Kelas F.
Sudah empat tahun berlangsung semenjak Akademi Fumitzuki mengadopsi sistem ujian dengan nilai tertinggi yang tidak dibatasi hingga 100. Berdasarkan sistem ini, siswa bisa menjawab sebanyak-banyaknya pertanyaan yang bisa mereka jawab dalam waktu satu jam. Makanya, tidak ada batasan nilai yang seorang siswa sanggup raih. Nilai bisa meningkat tanpa batas, yang membatasi hanyalah pada kecerdasan para siswa.
Selain itu, ada 'Sistem Pemanggilan Syokanju' yang diciptakan dengan menggabungkan ilmu pengetahuan dan kekuatan supernatural. Di bawah pengawasan guru, siswa sanggup memanggil ‘Syokanju’ dengan nilai kekuatan setara dengan nilai ujian si pemanggil, dan bertarung satu sama lain.
Keseluruhan nilai rata-rata kini cukup rendah, dan ini yakni sistem terbaru yang diciptakan untuk mendorong para siswa belajar. Dengan sistem ini sebagai intinya, siswa diperbolehkan berperang antar kelas, yang disebut 'Perang Ujian Syokanju', dan memerintahkan Syokanju siswa untuk bertarung satu sama lain.
Hasil ujian sangatlah penting dalam perang, sedangkan perbedaan nilai antara Kelas A dan Kelas F terlalu besar. Jika kami menyerang langsung, satu siswa Kelas A mungkin bisa mengalahkan tiga siswa Kelas F. Jika siswa tersebut sangat pintar, mungkin orang itu bahkan bisa mengalahkan empat atau lima dari kami secara bersamaan.
"Kita niscaya akan menang....Tidak, akan kutunjukkan pada kalian bahwa kita bisa menang!"
Meski tahu ada perbedaan yang besar pada kemampuan bertarung, Yuuji masih dengan yakin menyampaikan kami akan menang.
"Kau niscaya bercanda"
"Itu tidak mungkin, kan?"
"Apa yang membuatmu begitu yakin?"
Protes tiba dari setiap sudut ruangan.
Yah, bagaimanapun kau melihatnya, ini tidak bisa lagi disebut perang. Aku sendiri tidak menyangkalnya, meski diriku ini sudah berjanji pada Yuuji untuk memulai Perang bersama-sama. Sekali pun mustahil, saya tidak akan menyerah!
"Tentu saja, saya punya alasan. Kita mempunyai beberapa faktor yang akan membantu kita menang"
Seluruh kelas kembali ribut sesudah Yuuji menyampaikan itu.
Apa masih mungkin bagi kami untuk menang? Meski sebagai Kelas F, kelas terburuk di tahun ke-2?
"Biar kujelaskan"
Teman burukku itu bangun di balik podium, memperlihatkan senyuman berani di wajahnya sambil menatap kami dari atas.
"Kouta, berhentilah tiduran di tatami dan mengintip celana dalam Himeji! Cepat Kemari!!"
"!!" (Menggelengkan kepala)
"Apa?!"
Tsuchiya Kouta menggelengkan kepala dan melambaikan kedua tangan, mencoba memperlihatkan bahwa beliau tidak melaksanakan kejahatan itu. Setelah Himeji menekan ke bawah rok untuk menyembunyikannya, Tsuchiya Kouta menutupi tanda tatami yang tercetak di wajahnya sendiri dan berjalan menuju podium.
Orang yang menakjubkan. Hanya beliau satu-satunya orang yang berani melaksanakan itu tanpa malu, dan memakai pose-pose yang sulit untuk mengintip pakaian dalam para gadis. Dia jauh lebih berani dibandingkan orang sepertiku, yang hanya bisa berpikir untuk memakai cermin kecil untuk mengintip.
"Tsuchiya Kouta. Orang ini yakni 'Muttsurini'* yang populer itu"
[Dari kata Muttsuri (Si Mesum Pendiam) kemudian diplesetkan menjadi Mussolini]
"!!" (Menggeleng lebih keras)
Nama Tsuchiya Kouta mungkin tidak terkenal, tapi julukan "Muttsurini" berbeda. Julukan ini dihormati sekaligus ditakuti oleh para siswa, dibenci sekaligus direndahkan oleh para siswi.
"Dia Muttsurini...."
"Bagaimana mungkin. Muttsurini ternyata menyerupai ini ya?"
"Tapi ada buktinya. Dia tadi mengintip dengan berani!"
"Yah, sesuai namanya!"
Dengan tampang sedih, beliau menyembunyikan tanda tatami yang tersisa di wajahnya dengan tangan. Aku dengar beliau tidak akan pernah mengakui apa yang dilakukannya dalam keadaan apapun. Yah, satu saksi mata lebih baik daripada sepuluh rumor.
"????"
Himeji tampak menyerupai punya banyak tanda tanya di atas kepalanya.
Mungkinkah beliau tidak tahu dari mana asal julukan 'Muttsurini'? Haruskah saya menjelaskannya padanya?
"Himeji dilarang dilupakan. Semua orang tahu betapa hebatnya dia"
"Ya? Apa kau sedang membicarakan aku?"
"Benar, kau yakni kekuatan utama. Aku mengharapkan yang tebaik darimu!"
Jika kami benar-benar akan memulai Perang Ujian Syokanju, saya pikir takkan ada seorang pun yang sanggup lebih dipercaya selain dia.
"Kau benar, Himeji ada di pihak kita!"
"Kalau beliau di sini, kita tidak akan kalah dari para kutu buku kelas A"
"Tidak ada problem selama beliau di sini"
Siapa itu? Siapa orang yang terus mengirim pesan cinta ke Himeji?
"Kita juga mempunyai Kinoshita Hideyoshi"
Kinoshita Hideyoshi, meskipun nilainya tidak menonjol, beliau masih populer sebagai bintang dari klub drama, mempunyai saudari kembar, dll.
“Ooooh...."
“Dia saudaranya Kinoshita Yuuko...."
"Tentu saja saya akan berusaha yang terbaik"
"Aku tahu kau seorang laki-laki yang memegang kata-katanya"
"Bukannya Sakamoto dulu dipanggil 'Si Bocah Jenius' ketika di SD?"
"Apa artinya beliau sakit juga selama ujian pembagian kelas, menyerupai Himeji?"
"Kalau begitu, kita mempunyai dua orang yang kemampuannya setara dengan Kelas A di kelas kita"
Kita mungkin bisa menang! Terutama dengan suasana menyerupai ini! Benar sekali. Entah bagaimana, moral juang kelas telah melambung tinggi.
"Juga, kita punya Yoshii Akihisa!"
S e m u a t e r d i a m....
Kemudian, secara dramatis moral juangpun jatuh.
Apa?! Seburuk itukah namaku?! Kenapa beliau menyebutnya sekarang?!
"Tunggu, Yuuji! Kenapa kau menyebut namaku sekarang? Itu tidak perlu dibawa-bawa, kan?!"
"Yoshii Akihisa? Siapa?"
"Belum pernah dengar"
"Lihat! Semangat mereka tiba-tiba lenyap. Aku tidak menyerupai Yuuji dan yang lain, saya hanya orang biasa. Perlakukan diriku biasa saja---Tunggu, apa-apaan tatapanmu itu? Bukan salahku moral juang kelas ini jatuh!"
Haaaaaaah
Bahkan kalau seseorang di kelas pernah mendengar tentangku, itu mungkin bukanlah hal baik. Karena memang tak ada yang mengetahui diriku, saya tidak perlu menciptakan segalanya semakin kacau.
"Jika kalian belum paham, maka akan kuberitahu kalian! Julukannya yakni 'Kansatsu Shobunsha'*!"
[Siswa yang dieksekusi dan berada di bawah pengawasan]
Oh tidak, beliau telah mengatakannya.
"Bukannya itu istilah lain untuk Idiot?"
Seseorang di kelas gres saja melontarkan pendapat yang fatal.
"Ti-Tidak! Itu hanya julukan untuk remaja 16 tahun yang nakal"
"Ya, dengan kata lain Idiot"
"Bisakah kalian tidaj baiklah begitu saja!! Yuuji, kau Idiot!!"
'Kansatsu Shobunsha' yakni sanksi yang diberikan kepada siswa yang mempunyai problem dalam belajar. Aku yakni salah satu dari mereka. Tapi itu hanya alasannya diriku tidak pandai!.
"Permisi. Boleh saya mengetahui arti sebenarnya?"
Himeji memiringkan kepalanya ke satu sisi, tampak kebingungan. Sebagai seorang siswi yang selalu berada di puncak piramida, masuk akal saja kalau beliau asing dengan julukan itu.
"Sederhananya, siswa yang melaksanakan pekerjaan garang untuk guru. Syokanju mereka mempunyai kemampuan istimewa untuk sanggup menyentuh benda fisik, dan sanggup membantu dengan bekerja"
Itu benar. Biasanya syokanju tidak bisa menyentuh benda nyata. Mereka hanya bisa menyentuh atau berinteraksi dengan sesama syokanju lain. Seperti hantu. Lantai di sekolah dibentuk khusus sehingga Syokanju bisa bangun di atasnya.
Tapi syokanju milikku berbeda. Sama menyerupai yang Yuuji katakan, ini yakni syokanju khusus yang bisa menyentuh benda-benda fisik.
"Oh saya mengerti, itu luar biasa! Aku dengar bahwa Syokanju tidak hanya imut, tapi juga punya kekuatan yang menakjubkam. Mampu menyentuh hal-hal konkret itu cukup praktis"
Himeji menatapku dengan mata berbinar dipenuhi kekaguman dan rasa hormat. Jujur saja, itu membuatku gatal dan tidak nyaman.
"Ha ha, tidak seistimewa itu!"
Aku hanya bisa melambaikan tangan.
Sebenarnya, tak ada yang istimewa perihal ini. Jika saya bisa memerintahkan syokanju milikku dengan bebas, itu pastinya akan sangat berguna. Bahkan kalau syokanju yang lemah dipanggil oleh seseorang dengan nilai rendah menyerupai diriku, itu akan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada insan biasa. Menghancurkan kerikil semudah mengeja ABC.
Sayangnya, saya tidak pernah bisa memanfaatkannya. Seandainya bisa, itu menimbulkan hasil yang berlawan.
Para syokanju hanya bisa dipakai di bawah pengawasan para guru. Mereka gres akan memperbolehkanku untuk memanggil ketika diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan berat. Itulah kenyataannya. Dan bagiku, ini sama sekali tidak bermanfaat. Karena itulah, saya hampir tidak pernah menerima kesempatan untuk menggunakannya demi keuntunganku sendiri.
Selain itu, kondisi fisik dan tenaga Syokanju secara pribadi terhubung padaku. Misalnya, kalau Syokanju milikku membawa beban berat dan berlarian di sekitar sekolah, saya akan merasa lelah. Jika benda berat jatuh ke kaki Syokanju dikala bekerja, saya akan merasa sakit. Bukan hanya tidak diperbolehkan menggunakannya untuk laba pribadi, imbas dari pekerjaan juga dikirim ke tubuhku. Itulah yang dimaksud sebagai hukumannya.
Singkatnya, menjadi 'Kansatsu Shobunsha' bukanlah hal yang bisa dibanggakan dan tak ada bagus-bagusnya. Ini hanya sanksi bagi siswa yang mempunyai prestasi jelek dan tak berkemauan untuk belajar. Itulah kenapa ini identik dengan 'Idiot'...
"Tunggu sebentar. Karena beliau yakni 'Kansatsu Shobunsha', kalau Syokanju-nya dipukuli ketika perang, beliau akan menderita juga kan?"
"Itu benar! Kita akan segera kehilangan satu orang!"
Mereka karenanya sadar. Inilah alasan saya ingin sebisa mungkin menghindari pertarungan. Jika syokanju-ku dihajar, saya juga akan merasa kesakitan!
"Jangan khawatir. Seorang prajurit tidak berkhasiat menyerupai beliau tidak lebih dari sebuah aset saja"
"Yuuji, itu sama sekali tidak membantu"
"Lagipula, untuk memperlihatkan kekuatan kita, saya berencana untuk menaklukkan Kelas D terlebih dahulu"
“Apa?! Kau tidak bisa mengacuhkanku begitu saja!"
Kami bangun begitu dekat, tapi kebencianku tak bisa mencapainya!
"Semua orang tidak puas dengan kondisi dikala ini, kan?"
"Apa yang kami inginkan yakni meja dan dingklik dari Kelas A, bukan malah chabudai!!"
"Tentu saja!!"
"Kalau begitu semuanya ambil pena di tangan kalian, kita akan bersiap untuk berperang!"
"Uuuuooooooo!!!"
"U-uoo ...."
Terpengaruh oleh suasana panas di kelas, Himeji juga mengangkat tinju kecilnya. Aku merasa perlu melindungi gadis ini, meski karenanya mungkin beliau yang akan melindungiku.
"Akihisa, nyatakan perang pada Kelas D. Kau harus berhasil, bahkan kalau nyawa taruhannya"
Dia begitu bertekad! Jika ini memang begitu penting, kenapa beliau tidak melakukannya sendiri?
"Bukankah mereka akan memukuli pembawa pesan dari kelas yang lebih rendah?"
"Jangan khawatir, mereka sama sekali tidak akan menyakitimu. Bertingkah saja menyerupai kau dipaksa untuk pergi"
"Sungguh?"
"Tentu saja! Kau pikir siapa aku?"
Sebuah respon tegas yang tidak sanggup di bantah.
Itu niscaya benar. Meski Yuuji suka bercanda, beliau bukan seorang pembohong.
"Jangan khawatir. Percayalah, saya takkan pernah berbohong pada seorang teman"
Pernyataan mendorong ini....
Aku berpikir beliau masih merahasiakan sesuatu, tapi saya harus melakukannya. Tak ada pilihan lain.
"Oke, serahkan padaku!"
"Aku mengandalkanmu!"
Kepergianku diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan dari seisi kelas. Akupun keluar dan menuju Kelas D dengan perasaan mantap dan berdebar.
☆☆☆☆
"AKU DITIPUUUU!!!!"
Aku tengah melarikan diri di koridor untuk menyelamatkan kehidupanku. Pada karenanya terjatuh, berguling, kemudian merangkak untuk kembali ke dalam kelas. A-Aku hampir tewas! Para bajingan Kelas D!! Jika hingga tertangkap, mereka akan menghabisiku! Diriku ambruk di lantai, kehabisan napas dan memelototi Yuuji.
"Oh, menyerupai yang kuduga"
Enaknya loe bisa ngomong dengan santai. Brengsek, gue cincang-cincang loe!
"Apa maksudnya 'Oh, menyerupai yang kuduga', HAH?! Kau tau ini akan terjadi, kan?"
"Tentu saja. Menurutmu kenapa saya jadi ketua kelas?"
"SETIDAKNYA, KAU HARUS SEDIKIT MERASA BERSALAH!!!!!"
Meski sudah mengenalnya semenjak ekspresi dominan semi tahun lalu, ada beberapa hal perihal dirinya yang belum kumengerti.
"Yoshii, kau baik-baik saja?"
Himeji berlari ke arahku ketika melihat bajuku yang sudah compang-camping.
"Ya, hanya ada beberapa gesekan dan memar"
Shimada juga menghampiri. Perhatian sobat sekelas membantuku mengatasi rasa sakit ini.
"Jadi begitu, baguslah….Masih ada daerah yang bisa kupukuli"
"Ahhh!!! Biarkan saya istirahat!!! Aku sekarat!!!"
Aku menaruh tanganku di dada dan berguling-guling dalam penderitaan. Bahkan kalau merupakan seorang gadis, Shimada tidak bisa dianggap remeh.
"Jangan pedulikan dia, kita akan rapat sekarang"
Yuuji membuka pintu dan berjalan keluar kelas, beliau niscaya sedang mencari ruangan untuk rapat. Bukankah sebaiknya kau memperlihatkan sedikit simpati untuk temanmu ini? Dipikir-pikir, apa Yuuji benar-benar temanku? Ini bukan pertama kalinya saya bertanya-tanya perihal itu, mungkin setiap sehari sekali.
"Beritahu saya kalau nanti masih sakit"
Kata Himeji dan segera berjalan di belakang Yuuji.
"Masih sakit?"
"...." ( Suara berjalan)
Si Muttsurini mengusap wajahnya dan berjalan ke arahku.
"Hei, Ninja Mesum, tanda bekas tatami tadi sudah hilang?"
"...." (Menggelengkan kepala)
"Jangan bohong, saya tahu itu kau"
"...." ( Menggeleng lagi)
"Di satu sisi, cukup mengesankan kau masih tidak mengakuinya"
"....” ( Menggeleng lagi)
"Apa warnanya?"
"Biru muda"
Dia pribadi menjawabnya.
"Muttsurini, kau sesuai dengan julukanmu"
"...." ( Menggeleng lagi)
Tepat ketika saya sedang mengobrol dengan si mesum,
"Yoshii, kau juga harus ikut"
Shimada dengan berpengaruh menarik pergelangan tanganku dan menyeretku keluar.
Dan di sini kupikir akan punya kesempatan untuk bermalas-malasan....
"Ya, ya, ya"
"Sekali saja sudah cukup"
"Ya, Bu!"
"Suatu hari nanti akan ku-Das Brechen dirimu. Hmmm, bagaimana mengatakannya dalam bahasa Jepang...?"
Suara Shimada tiba-tiba menjadi pelan.
Apa itu Das Brechen? Bahasa Jerman?
"....'Patah'"
Kata Muttsurini dari belakang.
“Itu benar. Akan ku patahkan dirimu”
"Mematahkanku? Bukankah seharusnya kau memakai kata menyerupai 'mengajar' dan 'melatih'?"
"Kalau begitu saya pilih pada dasarnya saja, yaitu Züchtigung"
"….Aku tidak tahu artinya"
"Dalam bahasa Jepang, kupikir berarti….'penyiksaan'?"
"Bahkan itu lebih buruk"
"Benarkah?"
Kenapa beliau hanya tahu kata-kata menyerupai itu, dan bukan yang normal?
"Ngomong-ngomong, Muttsurini. Bagaimana kau bisa tahu kata 'patah' dalam bahasa Jerman?"
"....Belajar dari kehidupan biasa dengan prinsip moral"
Prinsip moral macam apa yang kau jalani? Prinsip mana yang membuatmu mempelajari kata-kata menyerupai 'penyiksaan'?.
"Muttsurini, kau tidak pernah berubah! Otakmu dipenuhi pengetahuan dewasa, tapi kurang dalam hal lainnya"
"...." (tetap menggelengkan kepala)
Obrolan tak berkhasiat kami berlanjut sambil berjalan. Yuuji yang ada di depan, sudah mencapai atap sekolah. Dia membuka pintu dan keluar ke ruangan terbuka.
Matahari menyilaukan mata, bersinar cerah di langit tanpa awan.
Sinar menyilaukan sang mentari dan angin ekspresi dominan semi menciptakan semua orang (kecuali Muttsurini) menutup mata. Dia tidak perlu melaksanakan itu alasannya terlalu sibuk memandangi rok Himeji yang sedang tertiup angin.
"Akihisa, kau sudah mendeklarasikan perang, kan?"
Yuuji duduk di depan pagar besi.
"Sudah kukatakan pada mereka kalau kita akan menyerang siang ini"
"Jadi, bagaimana kalau kita makan siang dulu?"
“Itu benar. Akihisa, bisakah kau makan sesuatu yang normal siang ini?
“Kalau kau memang begitu peduli, traktir saya roti!”
Aku yakni seseorang yang tidak pernah bisa mengisi perutku dengan apapun. Kecuali perasaan, tentu saja.
"Hah? Yoshii tidak pernah makan siang?"
Himeji menatapku tidak percaya. Hidupnya niscaya normal dan teratur. Sepertinya beliau tumbuh dengan baik alasannya itu.
"Tentu saja saya makan siang!"
"Apa itu bisa dibilang makan sesuatu?"
Yuuji memotong pembicaraan.
"Apa maksudmu?"
"Yah, bukannya makananmu itu....cuma garam dan air?"
Yuuji terdengar begitu murung dan simpatik.
Kasar sekali! Aku tidak bisa mendapatkan hinaan ini!
"Aku juga makan gula!!"
"Yoshii. 'Makan' tidak bisa dikaitkan dengan air dan gula"
"Benar. Kau harusnya menyebut itu 'menjilat'"
Semua orang menatapku dengan rasa kasihan yang aneh, tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.
"Kau harusnya mengatur jadwal kesehariamu dan menabung untuk beli makanan. Dasar!"
"I-Itu alasannya saya tidak punya uang yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari!"
Sebenarnya, orangtuaku bekerja di luar negeri, jadi saya tinggal sendirian. Mereka memang mengirimkan uang setiap bulannya....Tapi saya justru menghabiskan itu untuk game dan manga. Hobi memang mahal!*. [IDIOT!]
"Um, kalau kau tidak keberatan, saya bisa menyebarkan bekal untukmu"
"Eh?"
Suara yang lembut tiba tiba-tiba, membuatku menduga bahwa kupingku telah salah dengar.
Bekal? Dari seorang gadis? Buatan sendiri?
"Benarkah? Aku tidak pernah makan sesuatu kecuali garam dan gula selama ini"
"Tentu. Jika kau tidak keberatan, akan kubuatkan besok"
"Itu hebat, Akihisa. Bekal makan siang yang dibentuk dengan cinta, ya?"
"Ya!"
Dalam situasi menyerupai ini, saya perlu memperlihatkan padanya betapa bahagianya diriku. Sekalipun sindiran Yuuji tidak menyenangkan.
"....Haha, Mizuki, kau terlalu baik, menyebarkan bekal HANYA untuk Akihisa"
Aku tidak terlalu mengerti kenapa Shimada mengatakannya dengan nada bosan dan terkesan menusuk menyerupai itu. Bagaimana kalau Himeji berkata, 'Kalau begitu, saya tidak jadi', atau sesuatu menyerupai itu. Bagaimana kau akan bertanggung jawab?
"Ah, tidak! Sebenarnya, saya bisa membuatkannya untuk kalian semua...."
"Kami juga dapat? Benarkah?"
"Ya, kalau kalian tidak keberatan"
Ohhh, bahkan Yuuji juga mendapatkannya. Himeji terlalu baik. Entah bagaimana, saya merasa sedikit kecewa alasannya tidak bisa menikmatinya sendirian.
"...." (mengangguk)
"....Akan kulihat seberapa enaknya masakanmu!"
Sekarang, termasuk Himeji sendiri, beliau harus menyebarkan bekal untuk enam orang. Itu niscaya akan melelahkan.
"Baiklah, kalau begitu saya akan membawakan bekal semua orang ke sekolah besok"
Bahkan di situasi menyerupai ini, beliau tidak pernah memperlihatkan sedikit pun keberatan di wajahnya.
"Himeji, kau begitu baik"
Ucapan itu datangnya dari lubuk hatiku. Benar-benar sulit untuk menciptakan dan membawa enam bekal ke sekolah. Aku tidak bisa memahaminya.
Dia yakni orang yang menarik dan baik!
"Bukan, bukan menyerupai itu...."
"Perkataanku ini mungkin agak telat, tapi ketika melihatmu pertama kali di kelas, saya merasa---"
"Hei, Akihisa. Kalau kau ditolak sekarang, kau takkan sanggup bekal besok"
"---pernah mengenalmu sebelumnya"
Aku sukses menghindari penolakan. Untungnya saya masih sempat mengubah 'jatuh cinta kepadamu' sebelum diucapkan. Keputusanku ini benar-benar mengagumkan.
"Mengakui isi hati secara terang terangan yakni kebiasaan orang mesum, Akihisa"
Sekarang, saya membenci keputusanku.
"Kadang-kadang Akihisa sanggup melaksanakan hal yang cuma bisa kubayangkan"
"Tapi....bekal makan siang dengan cinta...."
Tindakanku tadi hanya untuk menyelamatkan diri dari mati kelaparan. Ini semua alasannya kemiskinan!
"Cukup ngobrolnya, ayo kita lanjutkan diskusi perihal perang!"
Oh, benar. Aku nyaris lupa alasan kami kemari.
"Yuuji, saya punya pertanyaan. Kenapa melawan Kelas D? Berdasarkan urutan perang, sasaran pertama kita harusnya Kelas E. Dan kalau mau bertarung mati-matian, kenapa tidak pribadi saja menentukan Kelas A?"
"Oh iya, benar sekali!"
"Memang benar, tapi saya mempunyai planning yang berbeda"
Yuuji dengan percaya diri menganggukkan kepala.
"Rencana apa?"
"Rencanaku bekerjsama lebih dalam, alasan tidak perlu menyerang Kelas E itu simpel. Mereka tidak berharga untuk kita lawan"
"Hah? Tapi peringkat mereka lebih tinggi dari kita, kan?"
Karena pembagian kelas berdasarkan hasil ujian, seharusnya Kelas E lebih baik daripada Kelas F, kan? Kenapa beliau bilang mereka tidak berharga untuk ditantang?
"Ha! Itu memang benar kalau berdasarkan hasil ujian pembagian kelas, tapi situasinya berbeda. Coba lihat, siapa yang ada di sampingmu?"
"Hmm...."
Aku melaksanakan yang Yuuji katakan dan melihat orang-orang di sekitarku. Err, siapa yang ada disini….?
"Dua gadis cantik, dua idiot, dan satu orang mesum pendiam"
"Siapa gadis manis yang kau maksud?"
“Apa? Yuuji, kau hanya bereaksi dikala saya menyebutkan itu?”
"...." (wajah memerah)
"Muttsurini, kau malu? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan"
"Semuanya, tenanglah! Biarkan Muttsurini menahannya"
"I-Itu benar"
"Tunggu sebentar. Sebelum kita lanjutkan rapatnya, saya ingin komplain perihal gadis manis tadi yang mengusik pikiran kita semua"
"Daripada itu...."
Yuuji berdehem kemudian melanjutkan penjelasannya. Apa beliau berusaha mengabaikan keberadaanku?
"Jika Himeji bisa bertarung bersama kita, Kelas E bukanlah tandingan lagi, sekalipun hanya mengandalkan kekuatan. Karena sasaran utama yakni Kelas A, tak ada gunanya membuang-buang waktu untuk mengurusi kelas E"
"Jadi, bagaimana kalau melawan Kelas D langsung?"
"Kita tidak punya kesempatan menang 100%"
"Kalau begitu, seharusnya kita incar Kelas A dari awal"
Targetku yakni Kelas A, bukan Kelas D. Alasanku berperang tidak sama dengan Yuuji.
"Alasannya adalah, alasannya ini merupakan perang pertama kita. Kalian ingin mendapatkan pertarungan yang hebat dan menarik perhatian semua orang, kan? Makanya, inilah yang kita butuhkan untuk mengalahkan kelas A"
Ini yakni planning untuk menang melawan Kelas A? Tapi Yuuji masih menyembunyikan rinciannya dari kami.
"Ma-Maaf!"
Tidak biasanya Himeji bicara dengan keras. Apa yang terjadi?
"Himeji? Ada apa?"
"Emm....Apa yang kau bicarakan barusan yakni perihal Perang Ujian Syokanju, yang Yoshii dan Sakamoto diskusikan sebelumnya, kan?"
"Oh, itu yang kau maksud. Tadi Akihisa mengajakku mengobrol perihal bagaimana kau---"
"Ohhh, Makara itu maksudnya!!"
Untuk menghentikan Yuuji melanjutkan pembicaraan tidak penting, saya dengan sengaja menaikkan suaraku.
"Jika kita tidak bisa mengalahkan Kelas D, semua yang kita bicarakan tadi tidak akan berarti"
Mendengar keraguanku, Yuuji tertawa keras.
"Dengan sumbangan kalian semua, kita niscaya bisa mengalahkan mereka"
Menang melawan Kelas D? Dengan sumbangan kami? Dalam Perang Ujian Syokanju?
Ini merupakan perasaan yang aneh.
Kata-kata itu memperlihatkan kami keberanian untuk bertindak. Walaupun situasinya terlihat tak mempunyai harapan, kami merasa semangat lagi dan percaya diri.
Ucapan Yuuji seakan mempunyai semacam kekuatan sihir.
"Luar biasa. Kelihatannya ini akan menjadi sangat menarik!"
"Ayo kita jatuhkan para kutu buku Kelas A itu!"
"...." (Memuji)
"A-Aku akan berusaha yang terbaik!"
Kalahkan Kelas A.
Mungkin terdengar gila. Mungkin juga sekedar mimpi yang takkan menjadi nyata.
Tapi, kalau kami tidak melaksanakan apapun, mimpi hanya akan menjadi mimpi.
Karena kami semua berada di satu kelas, tidak terlalu jelek untuk berusaha dan bekerja untuk meraih tujuan yang sama.
"Baiklah, biar kujelaskan seni administrasi pertarungannya!"
Kami tetap di atap, menikmati semilir angin sambil mendengarkan strategi, yang akan membawa kami pada kemenangan.
☆☆☆Soal ketiga berakhir disini☆☆☆
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Soal Ketiga
Terjemahkan kalimat berikut dalam bahasa Jepang :
"Ini yakni rak buku yang sering nenek saya gunakan"
Jawaban Himeji Mizuki :
"これは私の祖母が愛用していた本棚です"(Ini yakni rak buku yang sering nenek saya gunakan)
Komentar Guru :
Benar. Kau niscaya sudah mencar ilmu sangat giat!
Jawaban Tsuchiya Kouta:
"これは" (Ini)
Komentar Guru :
Kamu hanya bisa menerjemahkan "Ini"?
Jawaban Yoshii Akihisa :
"☆●◆∇┐♪*×"
Komentar Guru:
Tolong gunakan bahasa insan untuk menjawab soalnya.
syokanju Sakamoto Yuuji
☆☆☆☆
Mendeklarasikan perang melawan Kelas A.
Usulan ini terdengar sangat tidak konkret bagi Kelas F.
"Mustahil bagi kita untuk menang!"
"Aku tidak mau menerima peralatan yang lebih jelek dari ini"
"Selama ada Himeji di sini, saya sudah puas"
Seruan menyerupai itu memenuhi seluruh kelas.
Bahkan orang buta bisa melihat perbedaan kemampuan bertarung antara Kelas A dan Kelas F.
Sudah empat tahun berlangsung semenjak Akademi Fumitzuki mengadopsi sistem ujian dengan nilai tertinggi yang tidak dibatasi hingga 100. Berdasarkan sistem ini, siswa bisa menjawab sebanyak-banyaknya pertanyaan yang bisa mereka jawab dalam waktu satu jam. Makanya, tidak ada batasan nilai yang seorang siswa sanggup raih. Nilai bisa meningkat tanpa batas, yang membatasi hanyalah pada kecerdasan para siswa.
Selain itu, ada 'Sistem Pemanggilan Syokanju' yang diciptakan dengan menggabungkan ilmu pengetahuan dan kekuatan supernatural. Di bawah pengawasan guru, siswa sanggup memanggil ‘Syokanju’ dengan nilai kekuatan setara dengan nilai ujian si pemanggil, dan bertarung satu sama lain.
Keseluruhan nilai rata-rata kini cukup rendah, dan ini yakni sistem terbaru yang diciptakan untuk mendorong para siswa belajar. Dengan sistem ini sebagai intinya, siswa diperbolehkan berperang antar kelas, yang disebut 'Perang Ujian Syokanju', dan memerintahkan Syokanju siswa untuk bertarung satu sama lain.
Hasil ujian sangatlah penting dalam perang, sedangkan perbedaan nilai antara Kelas A dan Kelas F terlalu besar. Jika kami menyerang langsung, satu siswa Kelas A mungkin bisa mengalahkan tiga siswa Kelas F. Jika siswa tersebut sangat pintar, mungkin orang itu bahkan bisa mengalahkan empat atau lima dari kami secara bersamaan.
"Kita niscaya akan menang....Tidak, akan kutunjukkan pada kalian bahwa kita bisa menang!"
Meski tahu ada perbedaan yang besar pada kemampuan bertarung, Yuuji masih dengan yakin menyampaikan kami akan menang.
"Kau niscaya bercanda"
"Itu tidak mungkin, kan?"
"Apa yang membuatmu begitu yakin?"
Protes tiba dari setiap sudut ruangan.
Yah, bagaimanapun kau melihatnya, ini tidak bisa lagi disebut perang. Aku sendiri tidak menyangkalnya, meski diriku ini sudah berjanji pada Yuuji untuk memulai Perang bersama-sama. Sekali pun mustahil, saya tidak akan menyerah!
"Tentu saja, saya punya alasan. Kita mempunyai beberapa faktor yang akan membantu kita menang"
Seluruh kelas kembali ribut sesudah Yuuji menyampaikan itu.
Apa masih mungkin bagi kami untuk menang? Meski sebagai Kelas F, kelas terburuk di tahun ke-2?
"Biar kujelaskan"
Teman burukku itu bangun di balik podium, memperlihatkan senyuman berani di wajahnya sambil menatap kami dari atas.
"Kouta, berhentilah tiduran di tatami dan mengintip celana dalam Himeji! Cepat Kemari!!"
"!!" (Menggelengkan kepala)
"Apa?!"
Tsuchiya Kouta menggelengkan kepala dan melambaikan kedua tangan, mencoba memperlihatkan bahwa beliau tidak melaksanakan kejahatan itu. Setelah Himeji menekan ke bawah rok untuk menyembunyikannya, Tsuchiya Kouta menutupi tanda tatami yang tercetak di wajahnya sendiri dan berjalan menuju podium.
Orang yang menakjubkan. Hanya beliau satu-satunya orang yang berani melaksanakan itu tanpa malu, dan memakai pose-pose yang sulit untuk mengintip pakaian dalam para gadis. Dia jauh lebih berani dibandingkan orang sepertiku, yang hanya bisa berpikir untuk memakai cermin kecil untuk mengintip.
"Tsuchiya Kouta. Orang ini yakni 'Muttsurini'* yang populer itu"
[Dari kata Muttsuri (Si Mesum Pendiam) kemudian diplesetkan menjadi Mussolini]
"!!" (Menggeleng lebih keras)
Nama Tsuchiya Kouta mungkin tidak terkenal, tapi julukan "Muttsurini" berbeda. Julukan ini dihormati sekaligus ditakuti oleh para siswa, dibenci sekaligus direndahkan oleh para siswi.
"Dia Muttsurini...."
"Bagaimana mungkin. Muttsurini ternyata menyerupai ini ya?"
"Tapi ada buktinya. Dia tadi mengintip dengan berani!"
"Yah, sesuai namanya!"
Dengan tampang sedih, beliau menyembunyikan tanda tatami yang tersisa di wajahnya dengan tangan. Aku dengar beliau tidak akan pernah mengakui apa yang dilakukannya dalam keadaan apapun. Yah, satu saksi mata lebih baik daripada sepuluh rumor.
"????"
Himeji tampak menyerupai punya banyak tanda tanya di atas kepalanya.
Mungkinkah beliau tidak tahu dari mana asal julukan 'Muttsurini'? Haruskah saya menjelaskannya padanya?
"Himeji dilarang dilupakan. Semua orang tahu betapa hebatnya dia"
"Ya? Apa kau sedang membicarakan aku?"
"Benar, kau yakni kekuatan utama. Aku mengharapkan yang tebaik darimu!"
Jika kami benar-benar akan memulai Perang Ujian Syokanju, saya pikir takkan ada seorang pun yang sanggup lebih dipercaya selain dia.
"Kau benar, Himeji ada di pihak kita!"
"Kalau beliau di sini, kita tidak akan kalah dari para kutu buku kelas A"
"Tidak ada problem selama beliau di sini"
Siapa itu? Siapa orang yang terus mengirim pesan cinta ke Himeji?
"Kita juga mempunyai Kinoshita Hideyoshi"
Kinoshita Hideyoshi, meskipun nilainya tidak menonjol, beliau masih populer sebagai bintang dari klub drama, mempunyai saudari kembar, dll.
“Ooooh...."
“Dia saudaranya Kinoshita Yuuko...."
"Tentu saja saya akan berusaha yang terbaik"
"Aku tahu kau seorang laki-laki yang memegang kata-katanya"
"Bukannya Sakamoto dulu dipanggil 'Si Bocah Jenius' ketika di SD?"
"Apa artinya beliau sakit juga selama ujian pembagian kelas, menyerupai Himeji?"
"Kalau begitu, kita mempunyai dua orang yang kemampuannya setara dengan Kelas A di kelas kita"
Kita mungkin bisa menang! Terutama dengan suasana menyerupai ini! Benar sekali. Entah bagaimana, moral juang kelas telah melambung tinggi.
"Juga, kita punya Yoshii Akihisa!"
S e m u a t e r d i a m....
Kemudian, secara dramatis moral juangpun jatuh.
Apa?! Seburuk itukah namaku?! Kenapa beliau menyebutnya sekarang?!
"Tunggu, Yuuji! Kenapa kau menyebut namaku sekarang? Itu tidak perlu dibawa-bawa, kan?!"
"Yoshii Akihisa? Siapa?"
"Belum pernah dengar"
"Lihat! Semangat mereka tiba-tiba lenyap. Aku tidak menyerupai Yuuji dan yang lain, saya hanya orang biasa. Perlakukan diriku biasa saja---Tunggu, apa-apaan tatapanmu itu? Bukan salahku moral juang kelas ini jatuh!"
Haaaaaaah
Bahkan kalau seseorang di kelas pernah mendengar tentangku, itu mungkin bukanlah hal baik. Karena memang tak ada yang mengetahui diriku, saya tidak perlu menciptakan segalanya semakin kacau.
"Jika kalian belum paham, maka akan kuberitahu kalian! Julukannya yakni 'Kansatsu Shobunsha'*!"
[Siswa yang dieksekusi dan berada di bawah pengawasan]
Oh tidak, beliau telah mengatakannya.
"Bukannya itu istilah lain untuk Idiot?"
Seseorang di kelas gres saja melontarkan pendapat yang fatal.
"Ti-Tidak! Itu hanya julukan untuk remaja 16 tahun yang nakal"
"Ya, dengan kata lain Idiot"
"Bisakah kalian tidaj baiklah begitu saja!! Yuuji, kau Idiot!!"
'Kansatsu Shobunsha' yakni sanksi yang diberikan kepada siswa yang mempunyai problem dalam belajar. Aku yakni salah satu dari mereka. Tapi itu hanya alasannya diriku tidak pandai!.
"Permisi. Boleh saya mengetahui arti sebenarnya?"
Himeji memiringkan kepalanya ke satu sisi, tampak kebingungan. Sebagai seorang siswi yang selalu berada di puncak piramida, masuk akal saja kalau beliau asing dengan julukan itu.
"Sederhananya, siswa yang melaksanakan pekerjaan garang untuk guru. Syokanju mereka mempunyai kemampuan istimewa untuk sanggup menyentuh benda fisik, dan sanggup membantu dengan bekerja"
Itu benar. Biasanya syokanju tidak bisa menyentuh benda nyata. Mereka hanya bisa menyentuh atau berinteraksi dengan sesama syokanju lain. Seperti hantu. Lantai di sekolah dibentuk khusus sehingga Syokanju bisa bangun di atasnya.
Tapi syokanju milikku berbeda. Sama menyerupai yang Yuuji katakan, ini yakni syokanju khusus yang bisa menyentuh benda-benda fisik.
"Oh saya mengerti, itu luar biasa! Aku dengar bahwa Syokanju tidak hanya imut, tapi juga punya kekuatan yang menakjubkam. Mampu menyentuh hal-hal konkret itu cukup praktis"
Himeji menatapku dengan mata berbinar dipenuhi kekaguman dan rasa hormat. Jujur saja, itu membuatku gatal dan tidak nyaman.
"Ha ha, tidak seistimewa itu!"
Aku hanya bisa melambaikan tangan.
Sebenarnya, tak ada yang istimewa perihal ini. Jika saya bisa memerintahkan syokanju milikku dengan bebas, itu pastinya akan sangat berguna. Bahkan kalau syokanju yang lemah dipanggil oleh seseorang dengan nilai rendah menyerupai diriku, itu akan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada insan biasa. Menghancurkan kerikil semudah mengeja ABC.
Sayangnya, saya tidak pernah bisa memanfaatkannya. Seandainya bisa, itu menimbulkan hasil yang berlawan.
Para syokanju hanya bisa dipakai di bawah pengawasan para guru. Mereka gres akan memperbolehkanku untuk memanggil ketika diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan berat. Itulah kenyataannya. Dan bagiku, ini sama sekali tidak bermanfaat. Karena itulah, saya hampir tidak pernah menerima kesempatan untuk menggunakannya demi keuntunganku sendiri.
Selain itu, kondisi fisik dan tenaga Syokanju secara pribadi terhubung padaku. Misalnya, kalau Syokanju milikku membawa beban berat dan berlarian di sekitar sekolah, saya akan merasa lelah. Jika benda berat jatuh ke kaki Syokanju dikala bekerja, saya akan merasa sakit. Bukan hanya tidak diperbolehkan menggunakannya untuk laba pribadi, imbas dari pekerjaan juga dikirim ke tubuhku. Itulah yang dimaksud sebagai hukumannya.
Singkatnya, menjadi 'Kansatsu Shobunsha' bukanlah hal yang bisa dibanggakan dan tak ada bagus-bagusnya. Ini hanya sanksi bagi siswa yang mempunyai prestasi jelek dan tak berkemauan untuk belajar. Itulah kenapa ini identik dengan 'Idiot'...
"Tunggu sebentar. Karena beliau yakni 'Kansatsu Shobunsha', kalau Syokanju-nya dipukuli ketika perang, beliau akan menderita juga kan?"
"Itu benar! Kita akan segera kehilangan satu orang!"
Mereka karenanya sadar. Inilah alasan saya ingin sebisa mungkin menghindari pertarungan. Jika syokanju-ku dihajar, saya juga akan merasa kesakitan!
"Jangan khawatir. Seorang prajurit tidak berkhasiat menyerupai beliau tidak lebih dari sebuah aset saja"
"Yuuji, itu sama sekali tidak membantu"
"Lagipula, untuk memperlihatkan kekuatan kita, saya berencana untuk menaklukkan Kelas D terlebih dahulu"
“Apa?! Kau tidak bisa mengacuhkanku begitu saja!"
Kami bangun begitu dekat, tapi kebencianku tak bisa mencapainya!
"Semua orang tidak puas dengan kondisi dikala ini, kan?"
"Apa yang kami inginkan yakni meja dan dingklik dari Kelas A, bukan malah chabudai!!"
"Tentu saja!!"
"Kalau begitu semuanya ambil pena di tangan kalian, kita akan bersiap untuk berperang!"
"Uuuuooooooo!!!"
"U-uoo ...."
Terpengaruh oleh suasana panas di kelas, Himeji juga mengangkat tinju kecilnya. Aku merasa perlu melindungi gadis ini, meski karenanya mungkin beliau yang akan melindungiku.
"Akihisa, nyatakan perang pada Kelas D. Kau harus berhasil, bahkan kalau nyawa taruhannya"
Dia begitu bertekad! Jika ini memang begitu penting, kenapa beliau tidak melakukannya sendiri?
"Bukankah mereka akan memukuli pembawa pesan dari kelas yang lebih rendah?"
"Jangan khawatir, mereka sama sekali tidak akan menyakitimu. Bertingkah saja menyerupai kau dipaksa untuk pergi"
"Sungguh?"
"Tentu saja! Kau pikir siapa aku?"
Sebuah respon tegas yang tidak sanggup di bantah.
Itu niscaya benar. Meski Yuuji suka bercanda, beliau bukan seorang pembohong.
"Jangan khawatir. Percayalah, saya takkan pernah berbohong pada seorang teman"
Pernyataan mendorong ini....
Aku berpikir beliau masih merahasiakan sesuatu, tapi saya harus melakukannya. Tak ada pilihan lain.
"Oke, serahkan padaku!"
"Aku mengandalkanmu!"
Kepergianku diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan dari seisi kelas. Akupun keluar dan menuju Kelas D dengan perasaan mantap dan berdebar.
☆☆☆☆
"AKU DITIPUUUU!!!!"
Aku tengah melarikan diri di koridor untuk menyelamatkan kehidupanku. Pada karenanya terjatuh, berguling, kemudian merangkak untuk kembali ke dalam kelas. A-Aku hampir tewas! Para bajingan Kelas D!! Jika hingga tertangkap, mereka akan menghabisiku! Diriku ambruk di lantai, kehabisan napas dan memelototi Yuuji.
"Oh, menyerupai yang kuduga"
Enaknya loe bisa ngomong dengan santai. Brengsek, gue cincang-cincang loe!
"Apa maksudnya 'Oh, menyerupai yang kuduga', HAH?! Kau tau ini akan terjadi, kan?"
"Tentu saja. Menurutmu kenapa saya jadi ketua kelas?"
"SETIDAKNYA, KAU HARUS SEDIKIT MERASA BERSALAH!!!!!"
Meski sudah mengenalnya semenjak ekspresi dominan semi tahun lalu, ada beberapa hal perihal dirinya yang belum kumengerti.
"Yoshii, kau baik-baik saja?"
Himeji berlari ke arahku ketika melihat bajuku yang sudah compang-camping.
"Ya, hanya ada beberapa gesekan dan memar"
Shimada juga menghampiri. Perhatian sobat sekelas membantuku mengatasi rasa sakit ini.
"Jadi begitu, baguslah….Masih ada daerah yang bisa kupukuli"
"Ahhh!!! Biarkan saya istirahat!!! Aku sekarat!!!"
Aku menaruh tanganku di dada dan berguling-guling dalam penderitaan. Bahkan kalau merupakan seorang gadis, Shimada tidak bisa dianggap remeh.
"Jangan pedulikan dia, kita akan rapat sekarang"
Yuuji membuka pintu dan berjalan keluar kelas, beliau niscaya sedang mencari ruangan untuk rapat. Bukankah sebaiknya kau memperlihatkan sedikit simpati untuk temanmu ini? Dipikir-pikir, apa Yuuji benar-benar temanku? Ini bukan pertama kalinya saya bertanya-tanya perihal itu, mungkin setiap sehari sekali.
"Beritahu saya kalau nanti masih sakit"
Kata Himeji dan segera berjalan di belakang Yuuji.
"Masih sakit?"
Laki-laki bertubuh mungil layaknya seorang gadis muda, Hideyoshi, menyentuh bahuku dan berjalan keluar.
"...." ( Suara berjalan)
Si Muttsurini mengusap wajahnya dan berjalan ke arahku.
"Hei, Ninja Mesum, tanda bekas tatami tadi sudah hilang?"
"...." (Menggelengkan kepala)
"Jangan bohong, saya tahu itu kau"
"...." ( Menggeleng lagi)
"Di satu sisi, cukup mengesankan kau masih tidak mengakuinya"
"....” ( Menggeleng lagi)
"Apa warnanya?"
"Biru muda"
Dia pribadi menjawabnya.
"Muttsurini, kau sesuai dengan julukanmu"
"...." ( Menggeleng lagi)
Tepat ketika saya sedang mengobrol dengan si mesum,
"Yoshii, kau juga harus ikut"
Shimada dengan berpengaruh menarik pergelangan tanganku dan menyeretku keluar.
Dan di sini kupikir akan punya kesempatan untuk bermalas-malasan....
"Ya, ya, ya"
"Sekali saja sudah cukup"
"Ya, Bu!"
"Suatu hari nanti akan ku-Das Brechen dirimu. Hmmm, bagaimana mengatakannya dalam bahasa Jepang...?"
Suara Shimada tiba-tiba menjadi pelan.
Apa itu Das Brechen? Bahasa Jerman?
"....'Patah'"
Kata Muttsurini dari belakang.
“Itu benar. Akan ku patahkan dirimu”
"Mematahkanku? Bukankah seharusnya kau memakai kata menyerupai 'mengajar' dan 'melatih'?"
"Kalau begitu saya pilih pada dasarnya saja, yaitu Züchtigung"
"….Aku tidak tahu artinya"
"Dalam bahasa Jepang, kupikir berarti….'penyiksaan'?"
"Bahkan itu lebih buruk"
"Benarkah?"
Kenapa beliau hanya tahu kata-kata menyerupai itu, dan bukan yang normal?
"Ngomong-ngomong, Muttsurini. Bagaimana kau bisa tahu kata 'patah' dalam bahasa Jerman?"
"....Belajar dari kehidupan biasa dengan prinsip moral"
Prinsip moral macam apa yang kau jalani? Prinsip mana yang membuatmu mempelajari kata-kata menyerupai 'penyiksaan'?.
"Muttsurini, kau tidak pernah berubah! Otakmu dipenuhi pengetahuan dewasa, tapi kurang dalam hal lainnya"
"...." (tetap menggelengkan kepala)
Obrolan tak berkhasiat kami berlanjut sambil berjalan. Yuuji yang ada di depan, sudah mencapai atap sekolah. Dia membuka pintu dan keluar ke ruangan terbuka.
Matahari menyilaukan mata, bersinar cerah di langit tanpa awan.
Sinar menyilaukan sang mentari dan angin ekspresi dominan semi menciptakan semua orang (kecuali Muttsurini) menutup mata. Dia tidak perlu melaksanakan itu alasannya terlalu sibuk memandangi rok Himeji yang sedang tertiup angin.
"Akihisa, kau sudah mendeklarasikan perang, kan?"
Yuuji duduk di depan pagar besi.
"Sudah kukatakan pada mereka kalau kita akan menyerang siang ini"
"Jadi, bagaimana kalau kita makan siang dulu?"
“Itu benar. Akihisa, bisakah kau makan sesuatu yang normal siang ini?
“Kalau kau memang begitu peduli, traktir saya roti!”
Aku yakni seseorang yang tidak pernah bisa mengisi perutku dengan apapun. Kecuali perasaan, tentu saja.
"Hah? Yoshii tidak pernah makan siang?"
Himeji menatapku tidak percaya. Hidupnya niscaya normal dan teratur. Sepertinya beliau tumbuh dengan baik alasannya itu.
"Tentu saja saya makan siang!"
"Apa itu bisa dibilang makan sesuatu?"
Yuuji memotong pembicaraan.
"Apa maksudmu?"
"Yah, bukannya makananmu itu....cuma garam dan air?"
Yuuji terdengar begitu murung dan simpatik.
Kasar sekali! Aku tidak bisa mendapatkan hinaan ini!
"Aku juga makan gula!!"
"Yoshii. 'Makan' tidak bisa dikaitkan dengan air dan gula"
"Benar. Kau harusnya menyebut itu 'menjilat'"
Semua orang menatapku dengan rasa kasihan yang aneh, tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.
"Kau harusnya mengatur jadwal kesehariamu dan menabung untuk beli makanan. Dasar!"
"I-Itu alasannya saya tidak punya uang yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari!"
Sebenarnya, orangtuaku bekerja di luar negeri, jadi saya tinggal sendirian. Mereka memang mengirimkan uang setiap bulannya....Tapi saya justru menghabiskan itu untuk game dan manga. Hobi memang mahal!*. [IDIOT!]
"Um, kalau kau tidak keberatan, saya bisa menyebarkan bekal untukmu"
"Eh?"
Suara yang lembut tiba tiba-tiba, membuatku menduga bahwa kupingku telah salah dengar.
Bekal? Dari seorang gadis? Buatan sendiri?
"Benarkah? Aku tidak pernah makan sesuatu kecuali garam dan gula selama ini"
"Tentu. Jika kau tidak keberatan, akan kubuatkan besok"
"Itu hebat, Akihisa. Bekal makan siang yang dibentuk dengan cinta, ya?"
"Ya!"
Dalam situasi menyerupai ini, saya perlu memperlihatkan padanya betapa bahagianya diriku. Sekalipun sindiran Yuuji tidak menyenangkan.
"....Haha, Mizuki, kau terlalu baik, menyebarkan bekal HANYA untuk Akihisa"
Aku tidak terlalu mengerti kenapa Shimada mengatakannya dengan nada bosan dan terkesan menusuk menyerupai itu. Bagaimana kalau Himeji berkata, 'Kalau begitu, saya tidak jadi', atau sesuatu menyerupai itu. Bagaimana kau akan bertanggung jawab?
"Ah, tidak! Sebenarnya, saya bisa membuatkannya untuk kalian semua...."
"Kami juga dapat? Benarkah?"
"Ya, kalau kalian tidak keberatan"
Ohhh, bahkan Yuuji juga mendapatkannya. Himeji terlalu baik. Entah bagaimana, saya merasa sedikit kecewa alasannya tidak bisa menikmatinya sendirian.
"...." (mengangguk)
"....Akan kulihat seberapa enaknya masakanmu!"
Sekarang, termasuk Himeji sendiri, beliau harus menyebarkan bekal untuk enam orang. Itu niscaya akan melelahkan.
"Baiklah, kalau begitu saya akan membawakan bekal semua orang ke sekolah besok"
Bahkan di situasi menyerupai ini, beliau tidak pernah memperlihatkan sedikit pun keberatan di wajahnya.
"Himeji, kau begitu baik"
Ucapan itu datangnya dari lubuk hatiku. Benar-benar sulit untuk menciptakan dan membawa enam bekal ke sekolah. Aku tidak bisa memahaminya.
Dia yakni orang yang menarik dan baik!
"Bukan, bukan menyerupai itu...."
"Perkataanku ini mungkin agak telat, tapi ketika melihatmu pertama kali di kelas, saya merasa---"
"Hei, Akihisa. Kalau kau ditolak sekarang, kau takkan sanggup bekal besok"
"---pernah mengenalmu sebelumnya"
Aku sukses menghindari penolakan. Untungnya saya masih sempat mengubah 'jatuh cinta kepadamu' sebelum diucapkan. Keputusanku ini benar-benar mengagumkan.
"Mengakui isi hati secara terang terangan yakni kebiasaan orang mesum, Akihisa"
Sekarang, saya membenci keputusanku.
"Kadang-kadang Akihisa sanggup melaksanakan hal yang cuma bisa kubayangkan"
"Tapi....bekal makan siang dengan cinta...."
Tindakanku tadi hanya untuk menyelamatkan diri dari mati kelaparan. Ini semua alasannya kemiskinan!
"Cukup ngobrolnya, ayo kita lanjutkan diskusi perihal perang!"
Oh, benar. Aku nyaris lupa alasan kami kemari.
"Yuuji, saya punya pertanyaan. Kenapa melawan Kelas D? Berdasarkan urutan perang, sasaran pertama kita harusnya Kelas E. Dan kalau mau bertarung mati-matian, kenapa tidak pribadi saja menentukan Kelas A?"
"Oh iya, benar sekali!"
"Memang benar, tapi saya mempunyai planning yang berbeda"
Yuuji dengan percaya diri menganggukkan kepala.
"Rencana apa?"
"Rencanaku bekerjsama lebih dalam, alasan tidak perlu menyerang Kelas E itu simpel. Mereka tidak berharga untuk kita lawan"
"Hah? Tapi peringkat mereka lebih tinggi dari kita, kan?"
Karena pembagian kelas berdasarkan hasil ujian, seharusnya Kelas E lebih baik daripada Kelas F, kan? Kenapa beliau bilang mereka tidak berharga untuk ditantang?
"Ha! Itu memang benar kalau berdasarkan hasil ujian pembagian kelas, tapi situasinya berbeda. Coba lihat, siapa yang ada di sampingmu?"
"Hmm...."
Aku melaksanakan yang Yuuji katakan dan melihat orang-orang di sekitarku. Err, siapa yang ada disini….?
"Dua gadis cantik, dua idiot, dan satu orang mesum pendiam"
"Siapa gadis manis yang kau maksud?"
“Apa? Yuuji, kau hanya bereaksi dikala saya menyebutkan itu?”
"...." (wajah memerah)
"Muttsurini, kau malu? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan"
"Semuanya, tenanglah! Biarkan Muttsurini menahannya"
"I-Itu benar"
"Tunggu sebentar. Sebelum kita lanjutkan rapatnya, saya ingin komplain perihal gadis manis tadi yang mengusik pikiran kita semua"
"Daripada itu...."
Yuuji berdehem kemudian melanjutkan penjelasannya. Apa beliau berusaha mengabaikan keberadaanku?
"Jika Himeji bisa bertarung bersama kita, Kelas E bukanlah tandingan lagi, sekalipun hanya mengandalkan kekuatan. Karena sasaran utama yakni Kelas A, tak ada gunanya membuang-buang waktu untuk mengurusi kelas E"
"Jadi, bagaimana kalau melawan Kelas D langsung?"
"Kita tidak punya kesempatan menang 100%"
"Kalau begitu, seharusnya kita incar Kelas A dari awal"
Targetku yakni Kelas A, bukan Kelas D. Alasanku berperang tidak sama dengan Yuuji.
"Alasannya adalah, alasannya ini merupakan perang pertama kita. Kalian ingin mendapatkan pertarungan yang hebat dan menarik perhatian semua orang, kan? Makanya, inilah yang kita butuhkan untuk mengalahkan kelas A"
Ini yakni planning untuk menang melawan Kelas A? Tapi Yuuji masih menyembunyikan rinciannya dari kami.
"Ma-Maaf!"
Tidak biasanya Himeji bicara dengan keras. Apa yang terjadi?
"Himeji? Ada apa?"
"Emm....Apa yang kau bicarakan barusan yakni perihal Perang Ujian Syokanju, yang Yoshii dan Sakamoto diskusikan sebelumnya, kan?"
"Oh, itu yang kau maksud. Tadi Akihisa mengajakku mengobrol perihal bagaimana kau---"
"Ohhh, Makara itu maksudnya!!"
Untuk menghentikan Yuuji melanjutkan pembicaraan tidak penting, saya dengan sengaja menaikkan suaraku.
"Jika kita tidak bisa mengalahkan Kelas D, semua yang kita bicarakan tadi tidak akan berarti"
Mendengar keraguanku, Yuuji tertawa keras.
"Dengan sumbangan kalian semua, kita niscaya bisa mengalahkan mereka"
Menang melawan Kelas D? Dengan sumbangan kami? Dalam Perang Ujian Syokanju?
Ini merupakan perasaan yang aneh.
Kata-kata itu memperlihatkan kami keberanian untuk bertindak. Walaupun situasinya terlihat tak mempunyai harapan, kami merasa semangat lagi dan percaya diri.
Ucapan Yuuji seakan mempunyai semacam kekuatan sihir.
"Luar biasa. Kelihatannya ini akan menjadi sangat menarik!"
"Ayo kita jatuhkan para kutu buku Kelas A itu!"
"...." (Memuji)
"A-Aku akan berusaha yang terbaik!"
Kalahkan Kelas A.
Mungkin terdengar gila. Mungkin juga sekedar mimpi yang takkan menjadi nyata.
Tapi, kalau kami tidak melaksanakan apapun, mimpi hanya akan menjadi mimpi.
Karena kami semua berada di satu kelas, tidak terlalu jelek untuk berusaha dan bekerja untuk meraih tujuan yang sama.
"Baiklah, biar kujelaskan seni administrasi pertarungannya!"
Kami tetap di atap, menikmati semilir angin sambil mendengarkan strategi, yang akan membawa kami pada kemenangan.
☆☆☆Soal ketiga berakhir disini☆☆☆
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/