Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

World Teacher Chap 25 B. Indonesia

Chapter 25 Masalah hanyalah suatu kejadian yang lain
Diterjemahkan oleh





Bagian 1

"Kalian!! Jangan berani bergerak!!"

Orang yang harusnya mengawal kami tengah menahan leher Emilia dan menyodorkannya pisau.

"Sialan....Mengambil sandera pada dikala ini, kalian ialah kaki tangan mereka?!"

"'Seperti itulah. Cepat buang senjatamu!!"

"Apa kamu tidak aib menyandera anak kecil? Aib bagi seorang pria!"

"Berisik, menang ialah hal terpenting!! Aku tidak akan menjamin apa yang terjadi pada ojou-chan ini jikalau kamu tidak membuang senjatamu!!"

Ketika Zack dengan murka membuang pedang di pinggulnya, saya memutuskan melaksanakan hal serupa. Jika situasi diperhatikan dengan seksama, Emilia tampak hanya merasa jengkel tanpa kesakitan. Ada tas berisi air di genggamanya, mungkin gadis ini tadinya ingin menyerahkan itu padaku.

"Kami sudah tidak punya senjata apapun, jadi cepat turunkan anak itu!"

"Belum! Beritahu bocah di kejauhan supaya juga membuangnya!"

Biasanya, kejadian yang muncul ialah Reus bergegas menuju kami dan menghajar mereka tanpa berkata apapun. Tapi, saya menyuruhnya menunggu dikejauhan untuk mengawasi para bandit. Masih ada waktu hingga orang-orang itu tiba disini. Untuk sekarang, ayo mengumpulkan informasi dulu.

"Uhhh....Onii-san seorang petualang, kan?"

"Apa, tidak bisakah kamu mengerti hanya dengan melihat?"

"Para petualang ialah orang yang kuat, kan? Lalu kenapa mereka takut pada anak bersenjata? Kaprikornus saya berpikir mungkin saja salah"

"Bocah ini....hei kau, lindungi punggungku! Abaikan yang di luar!!"

Dia kemudian menyuruh kawannya untuk mengawasi titik buta sedangkan dirinya memperhatikan kami.

....Lucu, ia tertipu terlalu cepat. Yang penting, saya bisa mencegah Reus melucuti senjatanya.

"Apa tujuan kalian? Jika itu uang, saya bisa menawarkan semua barang bawaan di kereta, biarkan bawah umur pergi!"

Ooh, kamu orang yang baik ya, Zack-san. Seorang pedagang memprioritaskan keselamatan kami daripada barang bawaannya. Kau laki-laki menakjubkan.

"Hah! Itu tidak perlu lantaran kami akan merampok semuanya! Bocah-bocah disini mempunyai penampilan yang tidak buruk, harusnya bisa terjual sebagai budak dengan harga layak!"

Mendengar kata 'budak', wajah Emilia memucat. Mungkin trauma usang menghantamnya lagi. Tubuh kecil itu mulai gemetar, memperlihatkan tanda-tanda berbahaya.

Haruskah saya menembak kepala preman ini? Tidak, perlakuan itu agak terlalu kasar. Aku akan membiarkan Emilia mengatasinya.

"Emilia, dengar baik-baik"

"....Ya...."

"Tutup mulutmu, bocah! Daritadi kamu terus mengomel!"

"Kau telah menjadi kuat. Ingatlah hari-hari pelatihanmu"

Aku mengabaikan laki-laki yang mulai berteriak itu dan terus berbicara dengan Emilia. Tampak mengingat, gadis ini terpejam. Setelah beberapa detik, ia perlahan membuka mata. Tanda-tanda ketakutan yang sebelumnya tertempel di wajah kini telah sirna.

"Sudah ingat? Kalau begitu, lakukanlah! Orang-orang setingkat mereka sanggup kamu kalahkan dengan mudah!"

"Ya!"

Pada momen ketika laki-laki itu terkejut dan lengah lantaran bunyi nyaring dari sandera, Emilia menyelinap keluar dari lengan yang menahannya.

Memegangi tangan orang yang menggenggam pisau, ia menggunakan Aiki*, membuat laki-laki itu terpelanting dan jatuh. Aku kira ia akan menjauh, tapi ternyata serangannya belum selesai.
[Menurut sekumpulan literatur yang pernah kubaca, Aiki ialah prinsip utama dari senibeladiri menyerupai Aikido, judo, taichi, dll. Agak panjang ngejelasinnya. Anggap aja Emilia menggunakan teknik bantingan dari Aikido, lantaran itu juga mengandung Aiki]

"Satu-satunya yang bisa menyentuhku....hanya Sirius-sama!!"

Melanjutkan dengan teknik seoi-nage*, ia melemparkan orang itu. Sambil menabrak laki-laki dibelakangnya, dua preman terbang bebas diudara, keluar dari kereta.
[Lemparan bahu. Kayak gini . Btw, yg kurang paham dimana tepatnya adegan ini terjadi, ingat kalo kedua petualang, Emilia, Sirius dan Zack berada dalam kereta. Hanya Reus yg berlari (sebagai bentuk latihan) diluar. Kaprikornus adegan Emilia yg membanting kedua petualang itu berlangsung didalam kereta. Rangkaian kalimat dari penulisnya juga sempet buat saya bingung]

"Haah?! Pria itu gres saja terbang....Eehhh?!"

Sambil meninggalkan Zack, yang ternganga, saya mendekati Emilia dan membelai kepalanya. Dia terengah-engah, tapi hening dikala menerima belaianku dan perlahan tersenyum.

"Sirius-sama....aku, berhasil"

"Ya, kamu melakukannya dengan baik. Emilia bukan lagi gadis lemah yang hanya menunggu untuk menjadi budak lagi. Kau sudah membuktikannya"

"Itu berkat Sirius-sama"

"Salah, inilah hasil kerja kerasmu. Sekarang, tinggal mengurus musuh yang tersisa"

"Ya!"

Emilia mundur. Aku menepuk pundak Zack kemudian menyerahkan peralatan yang ia jatuhkan.

"Zack-san, apa kamu baik-baik saja?"

"A-Aah, Danna....siapa anak ini?"

"Penjelasannya nanti saja. Untuk kini ayo keluar dari kereta dan bertarung. Musuh akan muncul"

"Tidak, jumlah mereka bukan hanya beberapa. Daripada melawan, kita harus pergi dari sini...."

"Dengan kereta berisi barang-barang berat, kita tidak akan lari lebih cepat dari mereka. Jadi, ayo keluar dan menghadapinya"

"Kemampuan berpedangku tak terlalu bisa diandalkan. Tergantung lawannya, lebih dari dua akan jadi mustahil"

"Tidak masalah. Selama kamu bisa melindungi dirimu sendiri, Reus dan Emilia akan membereskan sisanya"

Aku mengalihkan pandangan ke Emilia. Wajahnya dilimpahi motivasi, seolah berkata 'Serahkan padaku!'. Baiklah, tampaknya ia telah kembali normal.

"Ngmong-ngomong, ayo. Kita tidak bisa mengurus musuh di dalam kereta, barang-barang disini akan rusak"

"Yah, benar juga"

Sikapnya tampak enggan, namun Zack mengikuti dikala kami keluar.

"Aniki, Nee-chan, kalian baik-baik saja?!"

Tepat sesudah keluar, anjing setia Ha---*....bukan. Reus berlari, saya menenangkannya juga dengan tepukan di kepala. Para petualang yang tergeletak ditanah mulai berdiri dengan goyah. Mungkin lemparan tadi terlalu berlebihan untuk mereka.
[Mau bilang Hachiko, si anjing setia Wiki. ]

"Aniki, apa mereka kita anggap Musuh?"

"Ya. Orang-orang ndeso itu mencoba menjual Emilia dan dirimu sebagai budak lagi. Bersihkan saja mereka semua sekaligus teman-temannya yang akan segera tiba"

"Jadi begitu! Aku akan melakukannya!!"

Melepaskan geraman seakan dirinya akan bertransformasi lagi, ia melotot tajam pada para petualang. Yah, pihak lain juga murka lantaran merasa kalah.

"Si-Sialan....Apa-apaan bocah itu?"

"....Aku tidak tahu juga, tapi ia kuat. Apa mereka belum sampai?"

Mereka mulai waspada meski tahu kami hanya bawah umur dan menentukan menunggu bala bantuan. Penilaian akan situasi orang-orang ini kurasa sudah biasa diantara para petualang.

"Apa yang akan kita lakukan, Danna? Lebih baik mereka disingkirkan sebelum teman-teman mereka datang, ya kan?"

"Itu sudah terlambat. Kita akan melanjutkan planning semula"

Aku bisa mencicipi kehadiran mereka bahkan tanpa {Search}. Sekumpulan orang yang mempunyai kesan berbahaya mulai berkumpul dan menghadang jalan didepan maupun belakang. Para petualang itu berlari kearah seorang laki-laki yang mungkin pemimpin kelompok. Mereka mulai melaporkan situasinya.

"Oi oi, apa yang terjadi? Tugas kalian seharusnya melucuti senjata mereka kan?"

"Mereka lebih berpengaruh dari yang kami duga. Ini akan berakhir jikalau kamu lengah lantaran penampilan mereka yang menyerupai bocah biasa"

"Menyedihkan, kamu menyalahkan bocah-bocah itu atas ketidak becusanmu sendiri....Hei, kamu yang disana!! Kesini sebentar!!"

Mungkin memang pemimpinnya, ia mulai menawarkan perintah. Seorang laki-laki kemudian maju menuju ke arah kami.

Pria itu berhenti di depan Reus, dan melotot dengan ancaman. Para preman ini sangat gampang dimengerti.

"Oi bocah, cepat jatuhkan senjatamu. Jika tidak, kamu akan kesakitan"

"Hei, apa kalian bandit?"

"Ya, bandit. Bandit terhormat yang akan menjual kalian dengan harga tinggi"

"Kalau begitu, saya tidak akan sungkan"

"Aah? Apa yang kau---GEFUUGHHH?!?!"

Tinju Reus karam ke sentra wajah lawan. Pria itupun pingsan tanpa mengetahui apa yang terjadi.

Pria itu terus bergulung ditanah, kemudian berhenti tepat di depan kaki pemimpin mereka sambil mimisan.

"Reus, teruslah menyerupai itu. Emilia akan mengurus musuh yang ada di depan gerbong"

Kecuali yang gres saja pingsan, jumlah musuh ialah sepuluh orang. Enam di belakang kereta, tiga di depan. Sisanya....

"Sirius-sama, bagaimana dengan yang di atas sana?"

Terdapat seseorang yang bertengger disebuah pohon sebelah kiri. Mungkin ia bertugas menyerang dari jauh dengan busur. Namun jujur saja, tak ada gunannya jikalau mereka hanya menugaskan satu orang.

Aku kemudian mengambil sebuah watu seukuran kepalan.

"Aku yang akan mengurusnya. Jadi, apa kalian sudah siap?"

Postur tubuh Reus berubah serendah mungkin dengan tanah seolah tertarik gravitasi. Disisi lain, Emilia menghunus pisaunya dan mulai fokus. Sedangkan diriku membidik menggunakan batu, mengincar sasaran laki-laki di pohon itu.

Menggunakan segenap kekuatan dorongan tanganku, watu inipun melesat membelah udara.

"Mulai bertempur!!"

""YAA!!!""

Bersamaan dengan orang yang kubidik jatuh, Reus berlari.

Tak menyerupai Emilia, anak ini berlatih tanding melawanku dan Lior hampir setiap hari. Orang biasa mungkin sudah tidak akan bisa bertahan. Tapi ia menyerupai dengan Lior, suka bertarung dengan yang kuat.

Dia terus mengulangi pertarungan sambil memikul trauma ketika menjadi budak. Ini memang pertama kalinya ia menebas manusia, tapi jikalau itu menyangkut keselamatan saudaranya, ia takkan belas kasihan.

Setelah menendang bumi, sosoknya melecut kencang. Selesai memotong lengan penyerang dihadapannya, ia pribadi melompat ke bersahabat si pemimpin.

"A-Apa?!"

"URRRAAAAA!!!!!"

Keheranan dan terkejut dengan apa yang terjadi, pemimpin itu mengayunkan kebawah pedang besarnya, menghadapi Reus yang menebas ke atas. Seiring dentangan tinggi bunyi logam, kedua senjata mereka bertabrakan tepat ditengah. Reus kemudian mengambil jarak sambil mendecakkan lidah.

"Sial, saya belum bisa mengenainya!"

Benar saja. Jika ini Lior, musuhmu mempunyai pedang berbilah besar bukanlah masalah, laki-laki renta itu niscaya bisa membelah orang sekaligus senjatanya.

Tingkat kemampuan Reus memang sudah tinggi, namun ia masih nampak berkecil hati.

"Seperti yang kukatakan!! Hei kalian, kita akan menahannya!! Kau, serang bocah berambut hitam itu!!"

"Anak itu tampaknya pemimpin mereka. Jika kita menyanderanya, yang lain niscaya berhenti juga"

"Jauhkan tanganmu dari aniki!!!"

Kedua petualang bekerja sama dan mengurus serangan Reus.

Aku juga mengajarinya sedikit beladiri tangan kosong. Namun lantaran tidak terlalu mahir, anak itu berhasil dicegah pergi oleh mereka.

Pemimpinnya kembali mengangkat pedang. Hanya saja, Zack berdiri seolah melindungiku dan membalas dengan menghunus pedangnya sendiri.

"Aku tidak bisa hanya mengandalkan anak-anak. Takkan pernah kubiarkan kamu mendekatinya!!"

"Pergi kau, pedagang rendahan!!!"

Semangatnya sungguh luar biasa. Hanya saja dari perkiraanku, kemampuan bertarung Zack berada dibawah pemimpin para bandit. Aku tidak ingin laki-laki baik ini terluka....apa boleh buat.

"Kau pikir saya tidak bisa bertarung hanya lantaran seorang pedagang?! Itulah kesalahan besarmu!!"

"Kau pikir bisa menang melawan---AGGGAHHH?!?!"

....Si pemimpin mendadak jatuh di punggungnya, membuat kepalanya terbentur dan berhenti bergerak.

Meski merasa tidak enak kepada Zack yang masih bersiap dengan pedangnya, saya malah mengakhiri ini dengan cepat....

Biar kujelaskan, apa yang kulakukan hanya melilitkan {String} di kaki si pemimpin kemudian menariknya dengan kuat.

"HEYYAAAA!!!!"

Di saat, bersamaan seorang petualang terhantam tepat didagunya. Pukulan itu cukup keras untuk menyingkirkan kesadaran, sedangkan yang lain terlihat sudah tegeletak ditanah. Jika ada sebuah gong disini, mungkin akan berbunyi dengan nada indah.

"Maaf, aniki! Aku tidak bisa menahannya!"

"Jangan khawatir. Kau membereskan hampir semua dari mereka sendirian, itu sudah cukup bagus"

"Un. Haah....aku berharap ada pedang yang lebih baik...."

Aku agak menyesal lantaran tidak mempunyai pedang yang cocok untuk kemampuan Reus. Dia mencoba mengambil pedang dari para cecunguk dan mencoba mengayunkannya, tapi pribadi dimasukkan ke sarungnya sambil menggeleng.

Begitu hingga di Elysion, saya akan mencarikannya senjata yang bagus.

"Tidak, tidak, apa yang kamu keluhkan? Reus sungguh luar biasa. Aku belum pernah melihat seseorang yang berpengaruh di usia ini"

"Aku sudah banyak belajar, Zack-nii. Aniki bahkan lebih menakjubkan!"

"Ha, haa....Danna, ya. Tunggu, dimana Emilia-chan?!"

"Harusnya sudah berakhir. Lihat, itu dia"

Mengalihkan pandangan ke depan kereta, disana....Emilia menari dengan indah.

Tak menyerupai Reus, serangannya lemah. Namun itu berbeda ketika ia menggunakan sihir melawan orang lain. Sebuah {Air Slash} yang dilepaskan ke arah sembarangan bisa menjelma alat sanksi dan mencincang musuh dalam sekejap. Aku menyuruhnya supaya sebisa mungkin tidak membunuh, itulah kenapa gadis ini menahan kekuatannya. Meski begitu, ia mengurus tiga orang dengan reflek dan kecepatan yang sudah terlatih. Mencari celah dan menebas titik vital mereka menggunakan sebilah pisau.

Selain itu, ia menggunakan sihir untuk lebih mempercepat dirinya sendiri. Setiap kali rambut Emilia melambai sambil meninggalkan kemilau perak, luka tebasan di tubuh tiga cecunguk bertambah

"Apa-apaan ia ini?!?!"

"Walaupun saya bisa melihatnya, seranganku tak pernah kena!! Kenapa---UGHH?!?!"

"AH!! Menjauh! Menjauuhhh!!!"

Memang hanya menjadikan setumpuk luka ringan, tapi itu sudah cukup untuk melenyapkan impian bertarung mereka. Emilia pun termangu ketika menemukan waktu yang tepat kemudian menunjuk dengan pisaunya.

"Selanjutnya ialah tenggorokan kalian. Namun, jikalau kalian menjatuhkan senjata dan menyerah, saya akan berhenti. Bagaimana?"

Hmmm, senyum itu memang manis....sekaligus menyeramkan. Karena berasal dari anak kecil, kesannya menjadi lebih menakutkan*. Melihat ini, ketiga cecunguk dengan panik membuang senjata mereka.
[Entah kenapa saya jadi teringat boneka Chucky]

"Sirius-sama! Aku sudah selesai!"

"Kerja bagus. Sekarang, kita ikat tangan bandit-bandit ini dan mengumpulkan mereka di satu tempat"

"Mengerti. Zack-san, apa kamu punya sesuatu sebagai pengikat?"

"A-Aah. Kurasa ada di dalam kereta"

"Aku juga akan membantu!"

Sementara ketiga cecunguk sedang diikat....satu orang lagi muncul.

Aku telah sadar akan keberadaan orang ini, namun hanya membiarkannya. Itu lantaran selama apapun waktu berlalu, ia tak pernah menampakkan diri.

Kenapa ia gres muncul sekarang?

"....Seseorang memohon, dengan mengorbankan nyala lilin sendiri. Untuk mewujudkan reinkarnasi api sesungguhnya---"

"Mantera!? Ini buruk! Dia penyihir!!"

"Aniki!!!"

"Sirius-sama!!!"

Penyihir….seseorang yang bisa menggunakan sihir tertentu, julukan ini biasanya disematkan pada orang yang bisa menggunakan sihir tingkat menengah.

Kami tidak berpikir dikelompok cecunguk akan ada seorang penyihir. Sontak, setiap orang mencoba menjauh, yah kecuali diriku. Dia mungkin menunggu kami lengah sambil bersembunyi.

"---Tombak api yang siap menembus siapapun, melesatlah {Fire Lance}!!"

Disaat nama mantra terucap, tombak dari api berukuran sekitar tinggi badanku muncul.

Hmm, ini pertama kali saya melihat pengguna sihir selain para petugasku. Lagipula, inikah sihir dasar dua tingkat lebih tinggi dari pemula, {Fire Lance}? Penyihir itu melotot padaku yang sedang terkagum, kemudian membuka mulutnya sambil meluncurkan tombak api.

"RASAKAN INIIII!!!! PEMIMPIN DARI PARA MONSTERRR!!!!!"

Oh ayolah, bawah umur ini ialah para siswa manisku yang menjadi berpengaruh lantaran perjuangan sendiri. Bukankah agak kejam memanggil mereka monster?

"{Impact}"

Karena Zack juga melihat, saya memutuskan untuk mengahiri ini dengan sihir normal dan bukan dengan sihir pistol. {Impact} yang saya tembakkan kecil, dan tampak bukan sesuatu yang bisa menandingi tombak api. Namun, dikala keduanya bertabrakan, bola padat Mana akan menguraikan api dan menyebarkannya ke segala arah.

Tombak api pun lenyap.

"Ap---?!....Sihirku?!"

"Pengubahan aliran Mana menjadi sihir masih kurang. Setingkat ini bisa di imbangi dengan sihir kecil menyerupai barusan. Baiklah....sayangnya tak ada 'lain kali'"

Penyihir itu melangkah mundur melihat seringaiku, tapi kamu dilarang pergi. Catatan kriminalmu ialah menista para siswaku, jadi ayo kita adakan sedikit pendidikan konseling.

Sementara diriku berjalan mendekatinya sambil memikirkan isi konseling, dua bayangan terbang melesat dari sisi dan melewatiku.

"Kepada Sirius-sama,---"

"Kepada Aniki,---"

Diiringi raungan, kakak beradik menerjang dengan kecepatan penuh menuju laki-laki itu. Berpisah menjadi dua sisi dan mengepungnya.

""---BERANINYA KAUUU!!!!"

Emilia menargetkan perut, sedangkan Reus menargetkan wajah. Mereka menghantamnya dari kedua sisi.

Seperti yang diperlukan dari kakak beradik, waktunya sangat tepat. Pria itupun jatuh sambil memuntahkam darah. Dari caranya yang pribadi jatuh, kamu bisa memperkirakan seberapa tingginya teknik kedua bersaudara. Berdasarkan bunyinya saja, saya tahu itu sangat keras. Dia tidak mati, kan?.

"Nee-chan, orang ini tampaknya masih hidup? Kita akan menyelesaikannya?"

"Kita buat ia menyesal lantaran masih bernafas. Reus, ayo lakukan"

Tunggu tunggu!! Apa-apaan ini!!
Mata gelap itu, mereka serius. Meski laki-laki ini telah pingsan, Reus meraih leher dan menggoyang-goyangkannya, sedangkan Emilia menatap dengan tatapan cuek sambil memegangi pisau. Oh omong kosong, benar-benar konyol.

"Emilia, Reus. House*!"
[Ini ialah perintah yg dipakai untuk anjing. Mungkin kayak 'kemari !'. Aku juga gak terlalu tau sih lantaran gak punya anjing]

""Yaaa!!""

Aku menepuk kepala keduanya yang pribadi menghampiriku. Sebenarnya, saya ingin mendengar beberapa hal dari mereka, hanya saja para cecunguk ini sudah kewalahan oleh pertarungan. Jadi, saya akan mengakhirinya disini.

"....Bagaimana ya, saya tidak bisa berkata apapun"

Meninggalkan klarifikasi untuk Zack yang galau nanti, saya akan mengurus terlebih dahulu para siswa.

"Kalian berhasil. Ada banyak hal tak terduga, tapi kalian bisa menyelesaikannya. Inilah hasil dari latihan keras kalian"

 "Yaayy!"

"Aku melakukannya!"

"Hanya saja, ketika saya diserang jangan bereaksi terlalu berlebihan. Kalian takkan bisa membuat keputusan terbaik jikalau tidak tenang"

Kali ini kedua bersaudara beruntung lantaran si penyihir panik tanpa bisa melemparkan serangan balik. Namun jikalau lawan kami tidak kebingungan, ia niscaya akan melontarkan sihir sebelum kakak beradik bisa mencapainya.

"Sirius-sama ditargetkan. Aku takkan bisa tenang!"

"Orang yang menyerang aniki ialah musuh! Aku akan menjatuhkan mereka semua!!"

"Kalian....aku memang bahagia dengan ini, tapi akan lebih membuatku bahagia jikalau kalian sanggup mengubah cara berpikir itu. Diskusikan dulu apa yang akan kalian lakukan dengan sahabat satu tim, prioritaskan untuk melumpuhkan musuh. Selanjutnya, kalian boleh menghajarnya sesuka hati, mengerti?"

"Ya. Kami harus melumpuhkan dulu, dan membuat mereka menyesal telah hidup"

"Aku paham! Kita bisa berbuat apapun selanjutnya, ya!"

"....Anak-anak ini, bukankah mereka agak ekstrem?"

Aku tidak bisa menyangkal kata-kata Zack. Tapi kami telah diserang tanpa alasan. Wajar saja jikalau kami membela diri atau bahkan membalas.

Setelah itu, saya memutuskan mengumpulkan mereka dan melaksanakan interogasi.

Ada masalah tanggung jawab dengan serikat petualang yang mengirim mereka sebagai pengawal, dan saya perlu membuat mereka menumpahkan klarifikasi ihwal jumlah bandit.

Setelah memberi perawatan minimal dan mengirim burung pembawa pesan ke kota Almest, Zack menanyai si pemimpin.

"Oi, apa kalian cecunguk yang berkeliaran di sekitar sini baru-baru ini?"

"Bagaimana jikalau benar?"

"Aku akan memaksamu meludahkan segalanya ihwal jumlah dan dimana daerah persembunyian kalian. Gara-gara kalian bisnis kami berhenti berkembang, ini masalah yang serius"

"Persetan dengan itu"

"Bahkan sekarang?"

Zack mengancam si pemimpin dengan mendekatkan bilah tajam pedang ke lehernya, tapi laki-laki ini hanya menatap Zack sambil tertawa.

"Hahaha! Lakukan saja jikalau kamu mau. Kau takkan mengetahui apapun kalau saya mati. Seorang pedagang kecil takkan bisa berbuat sesuatu yang tidak biasa ia perbuat"

"Kuh...."

Sepertinya ia tepat sasaran, Zack menyingkirkan pedangnya sambil frustrasi. Tapi ia cepat pulih, dan mulai beralih untuk berbicara kepada para petualang sekarang.

"Apa kalian tidak malu? Menyandera anak kecil dan bekerja sama dengan bandit? Aku heran kenapa kalian menyebut diri sendiri sebagai para petualang yang terhormat"

"Aku tidak ingin mendengar itu dari pedagang yang diselamatkan oleh beberapa bocah"

"Dan saya tidak ingin mendengar itu dari seorang laki-laki yang tangannya terikat. Bekerja sama dengan para cecunguk merupakan tindakan yang membuat serikat sebagai musuh, apa yang kalian mau?"

"Berisik! Sebuah perusahaan yang didirikan oleh mantan petualang renta tak berhak mengatur kami!"

"Apa?! Berani-beraninya kamu menjelek-jelekkan Aniki!"

"Baiklah, waktunya berhenti"

Aku memaksa masuk ke percakapan lantaran ini hanya akan menjadi perkelahian.

Menenangkan diri sesudah menjauh dari petualang itu, Zack menggaruk kepalanya merasa malu.

"Maaf, Danna. Aku tidak tahan jikalau Aniki di olok-olok"

"Aku sangat tahu perasaan itu!"

"Karena kamu seorang pedagang, cobalah mengurusnya dengan sedikit lebih tenang. Kita masih belum tahu apa-apa"

"Aku menyesal lantaran bertindak memalukan. Akhir-akhir ini para pedagang menjadi sasaran kejahatan bandit"

"Bukankah itu lantaran pedagang punya lebih banyak uang?"

"Meski begitu, tak ada korban di antara para pelancong. Karena mereka dengan santainya menyerang gerbong yang dijaga, Aniki mengira ada alasan lain dibalik ini. Jika kami bisa mendapatkan bukti dari orang-orang ini...."

Tapi kamu tidak berakal dalam masalah interogasi, lantaran itulah kamu terjebak tanpa memperoleh satupun informasi.

Terus terang, kami bisa pergi ke Elysion tanpa perlu terlibat dengan preman-preman ini. Namun, mereka sempat memberitahu sesuatu ihwal menjual kami sebagai budak di atas melibatkan orang yang tidak terkait. Kupikir saya akan membantu sedikit sambil memberi pelajaran kepada orang-orang ini.

"Zack. Boleh saya menginterogasi mereka?"

"Eh? Yah, saya tidak keberatan...."

"Terima kasih dan maaf. Sepertinya saya akan menggunakan sedikit barang dari kereta"

Setelah mendapatkan cat merah yang dipakai untuk melukis, saya berdiri di hadapan si pemimpin bandit.

"Apa yang bocah, dengan kedua ras 'bukan manusia' inginkan?"

Mengabaikannya perkataannya yang menyebalkan, saya menggambar bundar dengan cat di lengannya dan menulis 'Idiot' dalam bentuk kanji. Dari sudut pandangku, ini hanyalah keisengan. Tapi bagi mereka yang tidak mengenal bahasa jepang, niscaya tampak menyerupai suatu contoh misterius.

"Baiklah, ini selesai"

"Mencorat-coret seenaknya, saya niscaya akan membuatmu meratapi ini"

"Kaulah yang akan menyesal. Lagipula, ini bukan sekedar coretan....melainkan kutukan"

"....Apa yang kamu bicarakan"

Meskipun wajah dari si pemimpin menampakkan ketidaksenangan, saya memegang erat lengan dimana contoh itu terukir seakan tak membiarkannya protes. Awalnya ia membuat ekspresi keheranan, namun disaat saya menggenggamnya lebih kuat, semua itu memudar dan kulitnya berubah pucat.

"A-Apa ini? Apa yang terjadi?"

Selanjutnya, saya mengambil sebuah pisau dan memotong sekitar kepingan yang kupegang dengan ringan. Walau hanya menderita luka dangkal, ia bergetar.

"Hei, ada apa? Kau takut hanya lantaran luka setingkat ini?"

"Tidak! Ini tidak sakit! Meskipun tanganku digenggam sangat kuat, meskipun berdarah, ini tidak sakit sama sekali!!"

Terakhir, saya menusukkan pisau lebih dalam. Aliran deras darahpun mengalir, laki-laki itu mulai menjerit dikala berkeringat.

"A-Apa ini?! Kalian, apa lenganku benar-benar melekat?!?! Tak ada rasa sakit atau sensasi semacam itu!!!"

"Aku mengatakannya tadi kan? Ini kutukan"

Untuk sekarang, saya menghentikan pendarahannya dan menatap pribadi mata si pemimpin sambil tersenyum. Apa yang tercermin disana ialah kebingungan....dan sedikit ketakutan. Di situasi tak masuk kebijaksanaan sekarang, senyumanku niscaya tampak mengerikan.

"Aku mempelajari kutukan sebagai hobi dan ini telah kusempurnakan beberapa hari yang lalu. Singkatnya, jikalau saya menuangkan Mana pada contoh yang telah kubuat....kau akan sepenuhnya mati rasa"

"A-Apa yang kamu bicarakan?"

"Artinya, jikalau kamu berbohong atau tidak menjawab pertanyaanku, kutukan ini akan menjadi lebih kuat. Pada jadinya akan menyebar ke seluruh tubuhmu"

"H-Heh....kalau saya tak bisa mencicipi sakit, tidak ada gunanya menyiksa, kan?"

"Kau belum memahaminya? Mati rasa sepenuhnya berarti kamu takkan bisa mencicipi apapun yang kamu makan, kamu bahkan takkan mencicipi apapun walau sedang memegangi seorang wanita"

Dengan ucapan itu, ketenangannya menghilang. Dia niscaya tengah membayangkan itu. Walaupun sebentar, tubuhnya bergetar hebat.

"Da-Danna! Bukankah itu terlalu berlebihan...."

Ups, tampaknya saya menakuti orang lain. Untungnya, Emilia pribadi berbisik kepada Zack, jadi saya tidak perlu menjelaskan ini.

Jujur saja, ini ialah penerapan {Regenerasi Aktif}, saya hanya melumpuhkan sebentar sensasi rasa sakit dengan memberi stimulus berlebih menggunakan Mana. Dengan kata lain, itu menyerupai pemberian anestesi dan sanggup kembali normal dalam jangka setengah hari.

Intinya adalah, ada cara lain untuk mengancam selain dengan pedang atau pukulan. Bagi mereka yang tidak tahu ihwal anestesi, situasi dikala ini hanyalah perwujudan rasa takut.

"Saat sudah terlanjur menyebar ke seluruh tubuh, itu akan tidak mungkin untuk dinetralisir....Kalau begitu, bisakah saya mulai mengajukan beberapa pertanyaan?"

"A-Aku akan memberitahumu segalanya, Bou-chan!!*"
[Tuan muda. Atau sebutan yang disematkan pada bocah laki2 yang terkesan dimanjakan]

Nah, ini terlalu mudah.

Seseorang akan taat sesudah kamu menekan dua hasrat terbesar manusia.

Si pemimpin tanpa ragu-ragu dan lancar menjelaskan ihwal rahasia mereka, bahkan termasuk informasi yang tak seorangpun pedulikan.

Setelah memperlakukan para petualang dengan cara yang sama, akupun mengetahui alasan mereka bergabung dengan bandit.

"Jadi, mereka penyebabnya. Sialan! Aku kira para brengsek itu takkan macam-macam lagi. Tapi ternyata mereka bertindak sejauh ini!"

Rupanya, bandit-bandit yang memburu para pedagang berasal dari perintah perusahaan lain, yang iri dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan Galgan. Untuk menghancurkan perusahaan Galgan, mereka menggunakan preman-preman ini dengan membocorkan informasi ihwal jalur distribusi dan menghancurkan perdagangannya. Mereka juga meminta supaya menyerang beberapa pedagang yang tidak terkait, untuk menutupi jejak mereka.

Dua dari para petualang disini merupakan anggota dalam serikat yang sama, tapi belakangan ini pendapatan mereka semakin menipis tanpa pemasukan yang lancar.

Tampaknya, perusahaan yang bersangkutan menyuruh mereka supaya bekerja sama dengan para cecunguk dan menawarkan sejumlah besar imbalan. Senjata yang mereka simpan di kereta tampaknya disediakan oleh perusahaan itu juga, tujuan dari memegang senjata-senjata manis itu supaya mereka lebih gampang dipercayai. Itulah sebabnya meskipun orang-orang ini hanya tahu bagaimana menggunakan pedang satu tangan, mereka juga menggunakan senjata gres yang tidak biasa mereka gunakan.

"H-Hei....itu sudah cukup kan? Aku menyampaikan semua yang kutahu, jadi tolong lenyapkan kutukan ini!"

"Baiklah, saya akan menghapusnya. Hanya saja, sebelum itu...."

Aku mengumpulkan perhatian para bandit, kemudian mengambil watu lebih kecil dari telapak tangan dan memerasnya sangat berpengaruh dibantu oleh {Boost}. Batu padat itupun hancur hingga hampir menjadi pasir.

Sambil memperlihatkan adegan ini, sudut bibirku melengkung ke atas.

"Jika kalian memanggil para siswaku monster dan menghina mereka diwaktu berikutnya, ini akan menjadi kepala kalian. Mengerti?"

Para cecunguk mengangguk berkali-kali dengan sangat cepat sampai-sampai saya berpikir leher mereka akan patah. 'Monster' harusnya merupakan sebutan untuk individu yang kemampuannya berada diranah lain. Ini bukan kata yang harus kamu sematkan pada orang yang sedikit lebih berpengaruh darimu

Menuruti impian si bandit, saya menyeka contoh itu dengan kain dan menuangkan Mana-ku untuk menetralisirnya....atau begitulah yang sedang terlihat. Sebenarnya, saya hanya mengangktifkan sihir {Light}, namun laki-laki ini tampaknya menganggap kutukannya benar-benar lenyap, wajah pucat yang tadi seakan mencair.

"Ah, ngomong-ngomong akan ada imbas samping, jadi ini tidak akan sepenuhnya hilang hingga setengah hari. Karena kutukan takkan lenyap dengan cepat, tolong jangan mencari gara-gara pada kelompokku. Aku mungkin tanpa sengaja mengaktifkannya kembali"

Kulit wajah merekapun memucat lagi.

Yah, tak apa asal mereka berhenti macam-macam. Bagaimanapun, orang-orang ini akan dipenjara sambil menunggu keputusan ihwal hukuman. Aku yakin mereka sudah berguru dari kejadian sekarang.

Setelah itu, saya melewati waktu menunggu para penjaga kota untuk menyeret kelompok cecunguk ini dengan mendapatkan setumpuk rasa pemyesalan dari Zack.

"Aku benar-benar minta maaf. Situasi menjadi menyerupai ini walaupun saya pernah berkata akan menjamin perjalanan yang aman. Aku tidak mempunyai satupun alasan untuk mengelak"

"Tidak apa-apa, barang bawaan kita masih aman. Lagipula, kami tidak keberatan sedikitpun"

"Tolong jangan terlalu formal. Ketika saya mendengar dirimu dari Aniki, sejujurnya saya agak ragu. Namun, sesudah melihat kekuatanmu langsung, saya menjadi sangat kagum. Mulai sekarang, biarkan saya memanggilmu Danna dalam artian sesungguhnya"

Apa maksudmu dengan arti sesungguhnya? Yah, kurasa ini berarti saya sudah cukup dipercaya.

Zack terus meminta maaf, tapi bagi kami ini bukan masalah besar. Bahkan, kejadian ini berperan baik untuk menyembuhkan trauma kedua bersaudara.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita sudah tidak sempat melanjutkan perjalanan lantaran matahari akan segera terbenam. Bagaimana kalau kembali ke kota bersama dengan para penjaga yang akan tiba untuk membawa orang-orang ini?"

"Itu tidak perlu, kan?"

"Tapi, kesampingkan diriku, kalian belum terbiasa tidur di alam liar kan?"

"Malah sebaliknya, kami cukup bisa ketika tidur diluar. Lagipula, akan lebih baik jikalau kita tiba ditempat tujuan tepat waktu lantaran kamu sedang mengantarkan barang"

"Seperti yang Sirius-sama katakan, kami tidak keberatan. Jadi, ayo kita lanjutkan"

"Danna....maaf lantaran kita tidak bisa menempuh jarak yang jauh hari ini. Namun, lantaran barang bawaan dari dua petualang sudah tidak ada, kecepatan kereta kita pastinya akan meningkat"

"Kalau begitu, ayo kita maju!"

Bersamaan dengan kami yang memutuskan tindakan, Reus mulai membuat keributan ketika dirinya sedang mengawasi keadaan sekitar.

"Aniki!! Ada bau orang-orang, mereka menuju kesini!!"

Sepertinya para penjaga kota telah tiba.

Meski daerah ini berjarak cukup jauh dari kota, enam orang penjaga tetap dikirim kemari. Ini mungkin lantaran kehebatan dari perusahaan Galgan.

Zack selesai menjelaskan situasinya, para banditpun dibawa.

☆☆☆☆

Bagian 2


Satu jam telah berlalu.

Kami berlanjut menuju Elysion menyerupai yang direncanakan. Kecepatannya memang sedikit naik, hanya saja begitu langit menggelap, kami mulai bersiap untuk berkemah.

"Aku akan berjaga diluar. Kalian bisa tidur di dalam kereta"

"Bukankah kita seharusnya berjaga secara bergantian?"

"Sirius-sama tidak perlu ikut. Tolong tinggalkan kiprah ini kepada kami"

"Ditolak. Kecuali untuk situasi tak terduga, setiap orang harus menerima bagiannya. Ini juga untuk menerima pengalaman"

"Jika tetap bersikeras....Namun, giliran Sirius-sama akan lebih pendek"

"....Danna, apa kamu benar-benar masih anak kecil? Aku merasa seakan dirikulah yang anak kecil"

"Aniki tidak sanggup dipahami dengan logika!"

Walau ada sedikit gangguan, giliran untuk jaga malam diputuskan. Baiklah, selanjutnya ialah menyiapkan makanan.

Hidangan di kemping kami terdiri dari hal-hal yang gampang dan biasa menyerupai sup berisi roti keras dan daging dibumbui garam. Ini juga terjadi lantaran kuliner yang diawetkan belum berkembang disini.

Tempat kami berpijak memang bukan padang pasir atau tanah tertutup es, melainkan jalan raya dimana kamu bisa melihat hutan dari sana. Karena itulah, kalau kamu berusaha, kamu niscaya akan menemukan sesuatu yang sanggup dimakan.

"Seperti itulah, Emilia akan bertugas mengumpulkan tumbuh-tumbuhan menyerupai sayur dan lainnya, sedangkan Reus pergi berburu"

"Mengerti, saya akan mencari tumbuhan herbal"

"Baiklah, Aniki! Buruan dengan ukuran sedang, kan?"

Seusai menginstruksikan keduanya, saya mengambil panci yang agak kecil dan membuat bundar sihir api untuk mendidihkan air. Zack sedang melihatku sambil menelan sup roti dan dagingnya.

"Hmm....sepertinya kamu tidak memerlukan porsi yang telah kusiapkan untukmu"

"Maaf lantaran mengecewakanmu, kami akan membuat kuliner sendiri"

"Tidak perlu semenyesal itu. Aku akan berisitirahat sebentar sesudah menghabiskan ini"

Akupun menghentikan Zack yang mengambil kantong tidurnya sambil masih menggigit sepotong roti.

"Tunggu, kamu pastinya lebih suka mengunyah sesuatu yang hangat, kan? Bahkan jikalau kamu sudah makan, saya tetap akan membuat porsi untuk Zack"

"Selain ditolong dari kejadian yang mengancam nyawa tanpa kehilangan satu barangpun, Danna juga mengurus makanan. Bagaimana saya harus membayar hutang ini?"

"Urusan dengan para cecunguk itu hanyalah suatu kebetulan, tidak perlu keberatan. Lagipula, saya ingin bertanya kesan ihwal hidangan yang akan kubuat ini dari sudut pandang seorang pedagang. Anggap saja sebagai percobaan"

"Percobaan....Jika Danna yang melakukannya, maka saya tertarik"

Setelah melihat Zack melipat kantong tidurnya lagi dan duduk di sisi berlawanan, saya mengambil benda berbentuk balok dengan warna coklat dari dalam tas. Aku memotong-motong hal menyerupai tanah liat ini dan mencelupkannya pada air mendidih. Ketika air jernih berubah warna menjadi coklat juga, suatu aroma mulai melayang diudara.

Mirip dengan miso*, tapi bukan miso. Anggap saja sebagai sup yang dasarnya terbuat dari bahan-bahan dari dunia ini.
[Bisa dibilang bumbu khas Jepang. Mungkin udah banyak yg tau lantaran baisanya dibentuk kuah buat mi atau kuliner lain. Wiki]

"Oooh....dari aromanya saja, ini niscaya lezat. Apa yang Danna celupkan tadi?"

"Itu hal yang terbuat dari adonan garam dan aneka macam rempah-rempah lain, saya mengeringkannya supaya lebih bisa bertahan lama. Lalu, dilelehkan pada air panas supaya bisa dikonsumsi"

Proses pengeringan memang membuat kuliner lebih awet, hanya saja akan mengurangi rasanya. Disamping itu, kini kami sedang dalam perjalanan panjang, jadi saya menentukan titik tengah, yaitu benda menyerupai tanah liat ini. Karena Zack menatap penuh keingintahuan, saya menyendokinya sedikit dan menawarkan itu kepadanya.

"Ini....PANAS!!!!"

Oi, oi. Ini bukan sesuatu yang harus dimakan langsung. Tentu saja kamu merasa panas. Kau melaksanakan sesuatu menyerupai Reus di masa lalu.

"Sirius-sama, kami kembal!"

"Aku sudah selesai berburu, aniki!!"

Kedua bersaudarapun kembali sambil memperlihatkan hasil mereka.

Emilia juga mengumpulkan tumbuhan herbal. Aku mungkin bisa menggunakanya sebagai pemberi aroma pada masakan.

"Luar biasa, itu Borrow Bird. Burung ini sangat waspada dan bahkan sulit untuk didekati. Aku heran kamu bisa menangkap seekor"

"Dia lari beberapa kali, tapi saya belakang layar mendekatinya kemudian melompat dengan 'bang!' dan memotongnya dengan 'shaaa'!"

"A-Ah, saya tidak terlalu mengerti, tapi saya tahu kalau itu ialah luar biasa"

Sia-sia saja untuk meminta klarifikasi rinci kepada Reus, yang hanya bergerak mengandalkan naluri. Aku pikir pilihan Zack ialah yang terbaik.

Pokoknya, seusai memotong-motong kecil burung ini, saya membumbuinya dengan garam dan tumbuhan herbal. Mencampurkan jamur dan rumput liar ke dalam sup, dibagian terakhir saya mencelupkan mi kering kedalam sup.

Mengenai mi kering, itu merupakan hal yang kuciptakan sendiri dengan menggorengnya dulu dalam minyak. Tapi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan roti keras.

Tampaknya Zack tak bisa menyembunyikan keterkejutannya pada hidangan berkualitas lebih baik dari perkiraan. Pergerakaannya dalam meraih mi menjadi lebih cepat walaupun agak kaku lantaran hanya menggunakan garpu, bukan sendok.

Setelah menghabiskan itu dalam sekejap mata, Zack menggosok perutnya dalam kepuasan.

"Iyaah....benar-benar luar biasa. Ini pertama kalinya saya memakan sesuatu selezat ini dikala berkemah"

"Aku pikir Dee dan yang lainnya sedang makan hal yang sama sekarang"

"Jadi lantaran itu mata Aniki berkilauan. Mi kering ya....? Ini revolusi dari kuliner yang diawetkan, niscaya laris keras. Apa kamu mau memasarkan ini?"

"Aku tidak benar-benar keberatan. Namun jikalau kamu ingin membuat dan menjualnya, lakukan itu sesudah menerima izin Dee dan berkonsultasi dulu dengan Gad"

"Hmm, Dee-nii niscaya akan membalas....'Izin diperoleh dari Sirius-sama'!"

Reus benar juga. Aku ingin Dee berkata bahwa dirinya juga hebat dan menjadi sedikit terkenal, tapi lantaran ia masih belum membuat perjuangan restoran, meyakinkannya mungkin agak mustahil. Apa boleh buat, saya akan mengizinkannya hanya dengan syarat.

"Yah, baiklah. Aku akan mengajarimu bagaimana untuk membuat ini, namun kamu harus memberiku hasil dari penjualannya"

"Berapa banyak?"

"Aku tidak bisa mengira-ngira bagaimana sesuatu akan terjual. Jadi, putuskan itu sesudah membahasnya dengan Gad"

"Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, saya yakin akan sangat laku. Inilah kesempatan untuk mendapatkan sejumlah besar uang"

"Untuk kini kami tidak benar-benar membutuhkan uang. Sebenarnya, saya bahkan tidak mau dipusingkan dengan hal itu. Jadi, saya akan mengandalkan Zack dan Gad untuk masalah ini"

Belum usang semenjak kami bertemu, tapi saya telah berpikir Gad--yang terkait dengan yang Dee dalam kurun waktu agak lama---dan Zack---yang mencoba untuk menyelamatkan kami dari bandit---adalah orang-orang yang baik.

"Dan juga, saya punya satu usul lain. Kemampuan kami yang kamu lihat hari ini, saya harap kamu tak membocorkannya pada siapapun"

"Tentu. Kekuatan setingkat itu memang harus disembunyikan untuk sementara"

"Kau memahaminya ya?"

"Jelas saja. Jika ada bawah umur sekuat ini, mereka akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang merepotkan. Para aristokrat juga mungkin akan menginginkannya. Itu hanya menjadi benih masalah"

Seperti yang diperlukan dari pedagang, ia memahami masalah yang saya prihatinkan.

"Karena itulah, saya akan bungkam. Aku mendukung keputusan Danna, yang telah menyelamatkanku. Tak peduli apa yang orang lain atau bahkan para aristokrat akan katakan"

"Terima kasih"

"Aku yang harusnya mengucapkan itu. Yah, ngomong-ngomong Danna akan mendaftar di sekolah Elysion, kan?"

"Apa saya pernah membicarakannya?"

"Tidak, hanya saja, bawah umur yang pergi ke Elysion sebagian besar mempunyai tujuan mendaftar di sekolah. Menyimpulkan ini cukup sederhana"

Fumu, saya tak menyadari itu. Oh baiklah, jikalau hanya ihwal kami yang pergi untuk mendaftar ketahuan, itu bukanlah masalah.

"Sepertinya kamu tidak hanya membahas tujuan perjalanan?"

"Ya. Jujur saja, perusahaan Galgan mempunyai cabang di Elysion, jadi saya menyarankan supaya kalian mengunjungi toko kami. Aku juga akan sering tiba kesana untuk mengurus bisnis. Jika kalian mempunyai masalah, biarkan kami membantu"

Oh, jiwa bisnis dalam diri Zack nampaknya berkembang.

Tapi inilah yang saya butuhkan sekarang. Aku bisa pribadi menjual rempah-rempah supaya bisa hingga ke Dee*. Sepertinya dukunganku pada usahanya juga takkan berkurang bahkan sesudah tiba di Elysion.
[Bagi yang blom paham, gini. Sirius masih ingin membantu perjuangan Dee dengan tetap mengiriminya rempah-rempah. Perusahaan Galgan akan menjadi distributor terbaik disini]

"Tolong urus kami dari sekarang"

"Aah, saya juga sama"

Setelah itu, perjalananpun berlanjut dengan lancar.

Kami juga mengusir para monster yang sempat menyerang beberapa kali, namun tidak ada cecunguk yang muncul.

Bahkan jikalau dirinya lemah, melihat kedua bersaudara mengalahkan para monster sebelum ia sempat menghunus pedangnya. Satu-satunya orang cukup umur di kelompok kami, Zack hanya bisa tertekan.

"....Meskipun....Meskipun saya laki-laki dewasa, saya serasa dikawal"

Ini ialah kebenaran yang menyedihkan, jadi saya menepuk punggungnya tanpa berucap apapun.

Sambil mengalami aneka macam kejadian kecil semacam ini, lima haripun berlalu.

Akhirnya....kami tiba di tujuan.

"Dannaaa!! Elysion sudah terlihaaattt!!"

"Oooooh?! Itu tinggiiii!!!!"

"....Sangat besar...."

Kota Akademi*, Elysion.
[Ada si jabrik disini XD ]

Apa yang menyambut kami adalah....Tembok raksasa melintang kekejauhan dan melindungi penduduk di sisi lain.

☆☆☆Chapter 25 berakhir disini☆☆☆

Catatan penerjemah : Akhirnya tiba di sekolah..........novel ini mengajarkan untuk menghargai ya. Termasuk ihwal pendidikan.

Ke Halaman utama
Ke Chapter selanjutnya


Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/