World Teacher Chap 18 B. Indonesia
Chapter 18 Ayo Pergi Berpiknik---Edisi Tamasya---
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
"Haah!!!"
Emilia menghindari ayunan sebuah senjata, kemudian menusukkan pisau menuju leher lawan. Dia eksklusif melepas bilahnya yang tenggelam, dan berbalik untuk melempar. Menembus hingga ke tenggorokan mahkluk lain yang mendatangi punggungnya. Disela-sela itu, ada musuh yang tiba dari samping.
"{Air Slash}!!"
Bersamaan dengan lecutan udara kencang, hempasan angin tajam mengiris leher musuh. Gadis itu memastikan bahwa tidak ada lagi yang mendekat dan bergegas mengambil pisaunya.
"Yaaah!!!"
Di lain pihak, Reus menebaskan pedangnya. Dengan gampang memotong tongkat tebal yang lawan gunakan untuk bertahan. Dia membelahnya tepat di tengah tanpa keraguan.
Menyaksikan serangan itu, musuh gemetaran dan berhenti dilanda ketakutan. Anak ini juga memotongnya dengan sapuan ke pinggir. Satu lagi mendapatkan pukulan lutut dan terpelanting jatuh.
"Makan ini!!!"
Dua mahkluk sekaligus terbelah oleh {Chiyabu}. Lima serangannya mencabik-cabik badan tanpa menawarkan waktu bagi mereka untuk mengeluarkan jeritan.
....Sedangkan diriku....mengamati para bersaudara sambil terduduk di sebuah kerikil tak jauh dari tempat pertarungan berlangsung.
Bukannya tidak peduli, hanya saja ini ialah training untuk keduanya. Aku berniat ikut campur kalau sesuatu hal diluar asumsi terjadi, tapi kelihatannya takkan ada masalah.
Satu tahun telah berlalu semenjak {Sumpah Bulan Perak}. Terlepas dari terikat sumpah atau tidak, caraku bergaul dengan belum dewasa ini tetaplah sama. Bahkan kalau muncul suatu perubahan, itu hanyalah pendidikan yang sudah menjadi lebih intens dari sebelumnya.
Emilia dan Reus semakin berkembang alasannya berlatih dengan sungguh-sungguh. Hingga, bisa dibilang belum dewasa ini cukup matang untuk disebut seorang prajurit.
Adapun kemampuan, menyerupai yang ditunjukkan barusan, goblin tidak sepadan bagi mereka lagi. Yah, saya sadar bahwa mahkluk-makhluk itu memang lemah tapi kekuatan tak ada hubungannya alasannya hari ini ialah jadwal pertarungan kelompok untuk melatih kerjasama tim.
Jumlah musuh setidaknya 30, namun tersingkirkan bagaikan cabang layu yang berantakan di tanah dalam sekejap mata. Pemandangan itu bahwasanya agak menyedihkan.
Akan kujelaskan wacana kedua bersaudara dengan singkat.
Atribut Emilia ialah angin, senjata utamanya merupakan pisau. Dia menggunakan seni administrasi untuk memotong lawan dengan sihir angin dari jarak jauh. Tentu saja, saya mengajarinya melemparkan sihir tanpa mantra.
Ketika didekati oleh banyak goblin, Emilia dengan terampil bergerak ke sekitar untuk melindungi pecahan belakang, kemudian menusuk titik lemah mereka dengan pisau demi mengurangi jumlah. Disaat lawan berada di jarak yang terlalu dekat, gadis ini akan membanting badan mereka menggunakan Aikido* yang juga pernah kuberitahu.
[Beladiri jepang]
Dan kalau musuh menjauh, ia akan memporak-porandakan para mahkluk itu menggunakan sihir angin. Bahkan dari sudut pandang gurunya, yaitu diriku, cara gadis itu mengalahkan mereka dengan semangat dan cepat sangatlah hebat.
Atribut Reus ialah api, tapi ia tidak sering menggunakan sihir dan hanya berfokus menghabisi musuh dengan seni pedang murni.
Gayanya berpedang memalsukan 'Tsuyoshi Yabu Itto' milik Lior. Aku menyiapkan pertemuan dengan si laki-laki bau tanah ketika mendapatkan waktu yang tepat sambil membawa kedua bersaudara. Mereka agak senang. Untuk setengah tahun terakhir, hari-hari diisi dengan belum dewasa itu yang dibantu berlatih oleh Lior dan diriku. Jika harus menilai, keterampilan ketika ini berada di titik di mana Reus bisa memotong goblin menjadi setengah pecahan menggunakan pedang besi normal. Hanya saja, saya mendengar dari Lior 'Itu hanya tingkat pemula!!'. Seberapa hebatnya 'Gaya Tsuyoshi Yabu Itto'?
Saat saya merenungkan itu dengan linglung, goblin terakhir roboh oleh tebasan Reus. Dia sempat terkena sedikit semburan darah dari mahkluk itu, tapi tidak mendapat cedera. Ini jelas-jelas kemenangan yang sempurna.
"Sirius-sama!!"
"Aniki!!"
Ekor mereka berguncang, dua sosok berlarian kemari sambil tersenyum lebar. Tampak menyerupai binatang peliharaan.
"Bagaimana? Aku tidak mempunyai cedera dan bisa mengalahkan mereka tanpa terkena bercak darah. Sedangkan Reus terciprat sedikit"
"Kakak banyak menggunakan sihir. Bukankah Aniki sering mengingatkanmu untuk jangan terlalu mengandalkan sihir? Aku mengalahkan mereka semua tanpa menggunakan sihir. Menakjubkan, ya kan?"
Mereka mulai berdebat di depanku, tapi ini terlihat menyerupai kedua bersaudara hanya ingin dipuji. Aku pun menepuk kepala belum dewasa itu.
""Hehehe""
Walaupun ekspresi senang ketika ditepuk tidak berubah, perbedaan besar telah mulai muncul pada penampilan keduanya dibandingkan dengan setahun yang lalu.
Emilia tidak hanya tumbuh lebih tinggi, tapi ia tampak lebih menyerupai orang sampaumur juga. Rambut* perak yang awalnya hanya mencapai bahu, memanjang hingga pinggul, membuat pesona sebagai seorang perempuan mulai keluar. Untuk beberapa alasan, apa yang paling berkembang ialah dadanya. Itu sudah menonjol sedikit, tubuhnya tampak telah menjawab dengan perilaku keras kepala ketika ia berharap semoga tumbuh. Aku bisa menebak alasannya, namun tidak berani bertanya. Bahkan kalau itu dari motivasi dan niat baik....Ini terlalu cepat untuk delapan tahun, kan? Topiknya mulai melenceng. Dari segala sisi, ia menjadi cantik. Gadis in akan berubah menjadi menjadi seorang perempuan mengagumkan di masa depan.
[Di versi LN. Dia memang belum sepanjang itu]
Dilain pihak, seluruh badan Reus membesar, dan mentalnya menjadi jauh lebih stabil. Dia mencapai titik di mana ia menyebut dirinya sendiri sebagai 'Ore' bukan 'Boku'*. Dia juga sudah berhenti bertindak mengikuti emosi. Setelah tragedi sumpah bulan perak, ia mulai memanggilku Aniki. Aku memperlihatkan bahwa itu absurd untuk tidak memanggil Master seseorang dengan sebutan 'sama', namun tampaknya Aniki ialah sebutan superlatif baginya, sehingga ia diperbolehkan untuk memanggilku begitu kecuali di depan umum. Sayangnya, ia tidak berpengalaman dengan sebutan kehormatan, bahkan kalau saya mengajarinya, ia akan segera melupakan hal itu, jadi saya akan meninggalkan ini hingga ia menjadi sedikit lebih dewasa.
[Yg sering nonton anime niscaya tau. Kalo saya yg bilang, Ore ini merupakan penyebutan 'Aku' yg lebih gaul daripada 'Boku' (lebih informal)]
Sedangkan diriku....baiklah, terus terang, saya agak lebih tinggi. Meski sekilas ini ialah pertumbuhan normal, saya kira diriku akan segera disusul oleh Reus yang pertumbuhannya terlalu cepat. Dia niscaya akan melampauiku dalam setengah tahun. Yah apapun, saya merupakan orang yang meningkat di dalam daripada di luar. Sihir-sihir gres juga berkembang, saya sudah sanggup menggunakan sihir beratribut walaupun masih perlu persiapan sebelum melakukannya.
Siswa-siswaku tumbuh tanpa masalah. Singkatnya, semua berjalan lancar.
"Pertarungan barusan ialah final untuk hari ini?"
"Memang agak lebih awal, namun latihan sudah selesai. Ayo kembali untuk makan siang"
"Aku ingin tahu apa yang dibentuk Dee-nii"
Kami bisa mendapatkan sedikit uang kalau memotong tanduk goblin dan membawanya ke forum yang disebut Serikat Petualang. Hanya saja, harga per-unitnya rendah dan saya belum bisa mendaftar ke Serikat alasannya keterbatasan usia. Alhasil, selama ini kami meninggalkan goblin terbunuh ditempatnya. Beberapa monster liar mungkin akan memakan bangkai mereka di kemudian hari.
Reus berjalan di depan seolah itu wajar. Aku mengikutinya sambil mengawasi. Sedangkan Emilia, mengikuti dari urutan belakang. Sampai akhir-akhir ini, posisi berjalan kami yang kini merupakan sebuah formasi.
Ada satu tahun tersisa sebelum diusir dari rumah dan pergi ke sekolah.
Meski tumbuh dengan baik, saya terus berpikir setiap hari wacana 'Adakah sesuatu yang tersisa untuk dilakukan?'.
Meninggalkan Reus di halaman untuk membersihkan pedang dan mencuci pakaiannya yang terkena semburan darah, kami memasuki rumah.
"Selamat tiba kembali, Sirius-sama"
"Aku pulang, Erina. Ah, tidak apa-apa, duduklah"
Erina mencoba berdiri dari sofa untuk menyambut. Hanya saja tanganku terangkat segera, menghentikannya.
"Aku dengan rendah hati meminta maaf....Kesampingkan itu, saya berharap hari kalian berjalan dengan lancar"
"Keduanya sangat bagus, jadi tentunya begitu....Ngomong-ngomong, bagaimana kondisimu hari ini?"
"Yah, hanya ada persoalan kecil. Jadi, tidak perlu khawatir"
Kondisi fisik Erina telah menurun selama setengah tahun terakhir. Sebelumnya, ia sering tiba ke pintu masuk sehabis mencicipi bahwa kami kembali, tapi akhir-akhir ini, durasi duduknya lebih panjang. Bahkan, berjalan ke pintu terlihat sulit. Oleh alasannya itu, saya membebaskan ia dari menyambut kami, dan membujuknya untuk membuat komitmen semoga mengurangi pekerjaan pelayan seminimum mungkin tanpa melampaui setengah hari.
"Sirius-sama, apa jadwalmu untuk siang hari ini?"
"Aku berencana untuk membawa Reus pergi ke tempat Lior. Emilia sedang bebas, jadi, bagaimana kalau kamu mendidiknya?"
"Kalau begitu, saya akan meminjam dirinya. Emilia, hingga jumpa seusai makan siang"
"Mengerti. Sirius-sama, saya akan ganti baju dulu"
Mata lembut Erina mengikuti sosok gadis, yang kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian petualang dengan setelan pembantu.
"Pertumbuhan gadis itu cepat. Akulah yang membuat pakaian pembantunya, dan sudah menyerupai tidak akan muat lagi"
"Benar juga. Jujur saja, saya percaya bahwa ia akan tumbuh menjadi sosok yang mempesona. Daripada itu, mengurusi ukuran pakaian gadis ini harusnya menjadi pekerjaan keras untukmu, kan?"
"Tidak, sama sekali tidak. Malahan, itu membuatku bahagia. Karena setiap kali diriku melakukannya, saya bisa mengetahui seberapa banyak ia telah tumbuh. Lagipula, Ini merupakan kiprah yang bisa saya lakukan sambil duduk"
Pada ketika itu, matanya seakan berkata 'Tentu saja, kamu salah satunya!' kepadaku, yang saya tanggapi dengan tawa kecil.
Seusai mengenakan pakaian pelayan buatan tangan Erina, Emilia membungkuk manis terhadapku.
"Selamat tiba di rumah, Sirius-sama. Perkenankan saya untuk menjaga barang-barangmu"
Aku membiarkan ia melepas sabuk senjata yang masih kukenakan. Meskipun saya bisa melakukannya sendiri, tampaknya bahwa ini juga merupakan pecahan dari training sebagai petugas jadi saya hanya membisu melihat ia melakukannya.
Bila dibandingkan dengan Reus, Emilia tidak terlalu baik dalam hal bertempur. Dia akan menjadi pelayanku, jadi gadis ini mendapatkan pendidikan petugas dari Erina dalam interval tetap disamping praktek bertarung.
Berlatih secara intensif cukup melelahkan mental, ditambah training petugas. Namun, ia terus melakukannya tanpa mengucapkan keberatan atau keluhan. Semangat dan cara berpikir itu benar-benar menakjubkan.
"....Bagaimana dengan yang barusan?"
"Sempurna. Kau telah berkembang"
"Aku juga sependapat. Kau melepas senjata dengan halus, juga bungkukanmu sangat sempurna"
"Woah! Terima kasih banyak!!"
Dirinya masihlah sangat muda. Ketika dipuji, ekspresi polos itu akan keluar.
"Sepertinya kamu mempunyai lebih banyak talenta daripada Noel. Nah, apa itu berlebihan?"
Setelah Erina mengucapkan itu, sebuah nampan kayu jatuh dengan suara keras dari belakang. Melihat kesana, ada Noel yang bertugas menyiapkan kuliner kami. Dia kaku dengan mata terbuka lebar, seakan-akan berkata 'Aku tidak sanggup mempercayainya'.
Kesunyian kemudian menyelimuti ruang tamu. Ketika melihat tergeletaknya nampan, saya mulai berpikir bahwa membuat troli kuliner dengan piring berbahan kuat akan bagus.
"Ti-Tidak apa-apa, Onee-chan. Hanya bagi Sirius-sama, saya bagus. Kalau untuk orang lain, saya masih kurang berpengalaman dan kalah darimu yang sanggup menangani siapapun"
"....Ha-Hahaha....ha....Ya, itu benar! Onee-chan tidak akan kalah! Aku seorang yang pekerja keras !!"
....Menyedihkan, dihibur oleh seorang gadis muda yang hampir 10 tahun....
"Akan sangat bagus kalau si ceroboh ini tidak di sini, tapi...."
Gumaman Erina tampaknya hanya mencapai telingaku.
☆☆☆
Bagian 2
Sekarang ialah waktu sehabis makan siang, berlokasi ditempat Lior.
Aku mempercayakan Reus kepada si laki-laki bau tanah itu, sedangkan diriku berlatih sihir di sebuah bukit agak jauh dari mereka.
"Wooo!!!!"
"Sialaann!!"
Suara dari pertarungan keduanya bergema hingga kesini ketika saya membidik dengan sihir pistol, mengincar sasaran di depan.
Dalam hidupku dulu, saya sering menghabiskan waktu istirahat untuk memburu 'mangsa tertentu'. Meskipun jarak tembak maksimum pada ketika itu ialah 2000 meter. Sekarang bisa dua kali lipat, yaitu 4000 meter. Dan akan mengenainya bahkan kalau saya membidik sasaran dengan cara yang buruk. Aku, secara alami, membayangkan pistol sebagai senapan sniper. Membidik dengan gaya berdiri di atas satu lutut....dan....kena, walaupun tidak pas di tengah. Biasanya lebih melenceng daripada ini, tapi disini ialah dunia dengan sihir.
"Hahahaha!!! Ada apa, nak?!?!"
"Tunggu!!! Itu terlalu mustahil! Mustahil!!"
Kekuatan dan jarak tembak sihir pistol sangatlah tinggi. Memastikannya, saya menggunakan alat sihir ciptakan sendiri diatas mataku untuk melihat ke kejauhan. Ya, bahkan saya sanggup membuat alat-alat sihir, asalkan itu sederhana.
Apa yang saya lakukan ialah menggambar gugusan bundar sihir air di tengah-tengah kayu berbentuk tabung, dan membuat dua lensa cairan transparan untuk membangun prosedur menyerupai dengan teropong.
Karena tidak ada teropong di dunia fantasi, ini ialah hal pribadi. Sepertinya saya akan bisa berguru banyak sekali bundar sihir kalau pergi ke sekolah, itu sangat dinantikan.
Meneruskan latihan menembak untuk sejenak, hasilnya saya berhasil tepat sasaran di tengah. Selanjutnya, ayo mencoba membidik lagi.
"Sampai disini kamu bisa bertahan, ya. Kemudian, berikutnya ialah ini!!!"
"Tolong akuuuu!!! Anikiiiiii!!!!"
Biasanya, ketika peluru ditembakkan masalahnya ialah kendala udara. Itu mengurangi kecepatan dan bisa menyimpangkan jalurnya. Namun, peluru Mana sebagian besar tidak terpengaruh oleh angin sehingga ini baik-baik saja. Aku bertambah yakin bahwa sihir ialah hal yang menakjubkan.
Oh, tepat sasaran lagi.
"Hahahahahaha!!!!"
"Uwaaaaaaaaaaa!!!!"
Reus tampaknya sudah kewalahan. Jadi, saya akan mengakhiri ini.
"....A....Aniki...."
"Oh, kaukah itu? Dia hasilnya sanggup menahan 30% dari diriku"
Melihat keduanya sehabis kembali ke tempat mereka, Reus babak belur dan runtuh. Di lain sisi, si laki-laki bau tanah tertawa keras. Aku menepuk kepala anak yang berlinang air mata sambil mencoba meraih diriku dan mengambil pedang kayunya yang tergeletak. Lalu berhadapan dengan Lior.
"Kau melakukannya dengan baik, Reus. Dari sini, saya akan menghajar laki-laki bau tanah kekanak-kanakan ini"
"Aniki...."
"Ugh, kekanak-kanakan? Kejamnya. Aku mengeraskan hati demi pelatihan, kamu tahu?"
"Mengatakan itu sementara tersenyum begitu lebar. Apa kamu iblis atau sejenisnya?"
"Karena ini sangat menyenangkan, apa boleh buat! Haha!!"
"....Jangan bicara lagi!!"
Dari permulaan, saya eksklusif melepaskan {Boost} di tingkat penuh dan menerjang.
Adapun hasilnya....aku menang menggunakan serangan dengan cara yang berbeda dari yang biasa. Masih lah, laki-laki bau tanah itu tertawa bangga tanpa peduli apapun.
☆☆☆☆
Bagian 3
Hari berikutnya. Sambil menengok seluruh anggota yang berbaris di meja sarapan, saya mengumumkan.
"Ayo kita pergi piknik!"
Walaupun para petugas rahasia bertukar pandang diantara mereka, Noel mengangkat tangan seakan mewakili semua orang yang kebingungan.
"Bolehkah saya mengajukan pertanyaan ?"
"Ya, silakan"
"Apa itu pi-ke-nik?"
Hah?....Hmmm. Kaprikornus begitu ya? Menatap reaksi semua orang, mereka tampaknya berpikiran sama dan mencari penjelasan. Aku membuat sebuah kesalahan, banyak kosakata yang menyerupai dari duniaku sebelumnya jadi saya mengira istilah 'piknik' juga ada.
"Kita semua akan pergi keluar untuk makan siang dan bersantai. Dengan kata lain, pergi bersenang-senang bersama. Bagaimana?"
"""Setuju !!!"""
Anak-anak dari rumah ini---dengan pemanis si pelayan bertelinga kucing---sepenuh hati mendapatkan permintaan mendadak yang saya ajukan. Tampaknya Dee sudah berpikir wacana sajian makan siang.
Hanya Erina yang menggeleng agak sedih.
"Aku sangat meminta maaf. Kondisiku tidak akan bisa mengimbangi, jadi saya akan menjaga rumah. Nikmati hari kalian, semua orang"
"Tidak, kita tidak bisa pergi dan meninggalkan Erina-san sendirian!"
"Ini tidak akan menyenangkan tanpa Erina-san!!"
"Kalian berdua....aku juga ingin pergi, sayangnya diriku hanya akan menjadi beban kalau staminaku habis ditengah jalan"
"Tidak apa-apa, saya sudah mempersiapkan suatu hal"
Aku mengambil sebuah dingklik roda* kayu yang dibentuk untuk dibawa dari belakang rumah. Jika Erina duduk disana, Dee atau saya sanggup mendorongnya. Dia tidak perlu berjalan.
[Entah apakah terjemahanku salah apa enggak. Di versi RAW, itu tertulis dingklik yang dibentuk untuk membawa hal-hal berat. Bukannya dingklik roda. Aku mengubahnya alasannya menurutku lebih jelas]
"....Aku tidak mungkin menolak sesuatu kalau hingga pada titik ini, kan?"
"Kemudian, kita anggap kamu juga sepakat wacana piknik!"
"Yaaay, piknik!!"
"Hei, Reus, jangan terlalu kegirangan. Yah, saya menantikannya juga"
Karena mereka tidak melaksanakan apa-apa kecuali berlatih, ini ialah pertama kalinya bagi kedua bersaudara untuk bermain sehingga mereka lebih senang dari yang diharapkan. Senyum polos belum dewasa itu menembus eksklusif ke hati, saya agak menyesal membuat mereka menghabiskan hari dengan bekerja keras....Dari sekarang, waktu bermain akan sedikit diperbanyak.
"Kemudian, kalian masing-masing diberi kiprah untuk dilakukan. Dee dan Noel akan membuat bekal makan siang, Emilia dan Reus membawa tikar semoga semua orang bisa duduk. Adapun Erina, ia menunggu. Nah itu saja, mengerti?"
""""Mengerti!!!""""
Semua dari mereka tersebar. Aku yang tertinggal, membuat pembiasaan final ke dingklik roda. Sementara itu, orang lain yang tersisa, Erina, melemparkanku pertanyaan.
"Sirius-sama, kenapa mengadakan program menyerupai ini begitu tiba-tiba? Kita hanya mempunyai satu tahun disini"
"Yah, alasannya itulah saya ingin membuat kenangan dengan semua orang"
Seperti yang ia katakan, hanya ada sedikit waktu yang tersisa, hampir tidak ada ketika untuk bersantai. Hanya saja, kesampingkan diriku, apa yang akan terjadi dengan para petugas sehabis satu tahun tidaklah jelas. Oleh alasannya itu, saya ingin meninggalkan lebih dari satu atau dua kenangan. Ide wacana piknik pun datang.
"Ayo tinggalkan topik pembicaran sulit dulu dan bersenang-senang hari ini"
"....Benar juga. Mungkin saya akan merepotkan, namun mohon untuk bantuannya"
"Ya, kamu sanggup mengandalkanku"
Aku berlatih mendorong Erina beberapa kali untuk penyesuaian, dan sekali mengkonfirmasikan bahwa tidak ada masalah, persiapan berakhir. Kami meninggalkan rumah tanpa penundaan.
Tempat yang dituju berada di gunung yang bisa dilihat dari belakang rumah, pada jarak berjalan kaki sekitar 30 menit. Aku terbang sekali di langit untuk mengusut keadaan, tapi hanya melihat tersebarnya lapangan rumput terbuka tanpa satupun monster, tempat yang tepat untuk bersantai.
Reus, yang mempunyai insting tajam memimpin. Aku mengikutinya sambil mendorong Erina. Noel, Emilia, dan Dee berada di belakang. Jika ada monster berbahaya di sekitar daerah, itu hanyalah goblin. Namun, saya menyingkirkan sekawanan dari mereka di lain hari. Sehingga, kemungkinan bertemu harusnya cukup rendah.
Lagipula, saya membawa senjata untuk berjaga-jaga. Kami bertiga* menghadapi tujuan sambil waspada.
[Maksudnya bertiga itu Sirius, Emilia dan Reus]
"Sirius-sama, tidakkah diriku berat?"
"Jangan khawatir, takkan ada persoalan bahkan kalau harus berlari. Daripada itu, apa muncul suatu perubahan pada kondisimu, Erina?"
"Cukup aneh, saya hampir tidak mencicipi beban apapun pada tubuhku bahkan ketika terguncang naik turun"
"Mungkin alasannya langkah yang kuambil sangat berhati-hati. Ini juga merupakan bentuk pelatihan"
"Jika itu pelatihan, maka saya akan melakukannya juga!!"
"Peranmu ialah untuk mengamankan jalur kita, Reus. Dengar, kalau kamu melakukannya dengan tekun, beban Erina-san akan menurun. Kaprikornus bekerja keraslah dan manfaatkan pedangmu itu"
"Oh, benar! Baiklah, serahkan padaku!!"
Anak ini, ia bahwasanya cukup tolol. Menatap sosok kecil yang memotong semak-semak dan cabang, saya merasa cemas wacana masa depannya.
"....Woooah...."
"Wow ....Sungguh menakjubkan "
Pohon-pohon lebat pun menghilang, digantikan oleh hamparan ribuan bunga mekar di hadapan mata. Wilayah ini tidak rata seakan-akan hutan mencekung alasannya tercuil oleh sendok raksasa. Akupun mengusut dengan {Search} dan tak menemukan satupun keberadaan hal-hal yang sanggup mengancam, itu melegakan.
Mengajak bersama petugas yang gemetar dari kegembiraan, saya berbagi tikar di bawah satu-satunya pohon pada sentra taman pelangi.
"Kebun bunganya sangat luas, tapi kenapa hanya ada satu pohon di sini ?"
"Mungkin pohon itu ialah pemilik tempat ini. Lihatlah, sedikit lebih besar dari pohon-pohon lain"
"Begitu, ya. Untuk sekarang, kita akan permisi dan meminjam tanah disekitarnya dulu"
"Aku akan melakukannya juga!"
Noel dan Reus menggenggam kedua tangan didepan dada seakan menghantarkan do'a menuju pohon.
Aku kira pohon ini memonopoli nutrisi di tempat sehingga tumbuhan besar lainnya berhenti tumbuh. Akibatnya, jumlah pohon pun berkurang. Sedangkan sinar matahari yang terus menyinari tanah, menyediakan bunga-bunga dengan nutrisi kecil dan memungkinkan banyak sekali bunga untuk mekar dalam jumlah melimpah....atau sesuatu menyerupai itu.
"Hmm , kita telah tiba. Tapi masih terlalu awal untuk makan siang, kan ?"
"Kemudian, ayo bermain untuk menghabiskan waktu? Aku membawa hal kecil"
""Ayo kita bermain!!""
Dengan indera pendengaran dan ekor mereka menegang, kedua bersaudara berbalik, menatap penuh kilauan ke arahku. Mengingatkan wacana ucapan 'Ingin pergi berjalan-jalan?' yang seseorang biasanya akan sampaikan kepada anjingnya.
Aku mengeluarkan sebuah benda berbentuk cakram tipis dan tepian melengkung, Frisbee. Karena materi plastik tidak ada, saya membuatnya dengan mengukir kayu yang ringan sekaligus kokoh.
"Apa itu? Haruskah saya menyerangnya dengan pedang?"
"Haruskah saya menembaknya dengan sihir?"
"Hei hei, jangan berpikir wacana menghancurkannya. Ini ialah hal berjulukan Frisbee, sebuah objek yang cara memainkannya dengan begini"
Aku mencoba untuk menerbangkannya. Ini buatan tangan sehingga tidak seimbang dan meliuk sedikit. Namun bukan masalah, yang penting ialah gerakannya diudara menyerupai dengan yang sungguhan.
Oh, tidak, tidak, tidak. saya sembarangan melempar kearah tanpa seorangpun disana.
"---!! Yah !!"
....Hanya saja, Noel melesat dan menangkapnya di udara. Lalu menawarkan itu kepadaku.
....Baru saja ia masih melaksanakan persiapan di belakang. Kapan ia datang?
"Apa itu tadi? Aku bereaksi tanpa sengaja "
Dengan tampilan penuh tanda tanya, ia kembali ke posisinya.
Kucing akan bereaksi terhadap objek bergerak. Tampaknya hanya alasannya ia mempunyai indera pendengaran dan ekor kucing, naluri dalam dirinya juga sama.
Sementara itu, kedua bersaudara mengamati Frisbee dengan mata berbinar. Biasanya, orang-orang akan melaksanakan ini dengan saling melempar....aku akan mencoba bermain-main sedikit.
"Tangkap ini!!"
"Tunggu---!!!!"
"Yaaah!!"
Mengayunkan tangan, membuat cakram terbang. Emilia dan Reus pun mulai bersukacita mengejar. Perkiraanku, menangkapnya pada kecepatan itu tidaklah mungkin. Tapi, dengan memaksimalkan ayunan kaki, mereka berhasil menyusul.
Dan dimenangkan oleh si kakak.
"Ooh, kamu menangkapnya. Baiklah, kemudian, lemparkan lagi---"
"Sirius-samaaa!!"
Sebelum sempat menuntaskan untuk memberitahu semoga melemparkan Frisbee kembali, keduanya berlari dan menyerahkannya kepadaku.
"Aniki, cepat dan lemparkan! Kali ini saya yang akan mendapatkannya!!"
"Aku tidak akan kalah juga! Sirius-sama, silakan lemparkan lagi!!"
Sangat berisik. Aku kemudian melemparkannya dengan tenaga lebih. Jika secepat itu, bahkan anjing veteran terlatih akan mempunyai saat-saat yang sulit. Namun, kedua bersaudara ialah siswaku.
Menanggapi dengan respon cepat, Reus melesat dan mempu menangkapnya eksklusif ketika masih di udara. Sekejap kemudian, mereka tiba lagi.
"Aniki! Sekali lagi, lagi!!"
"Yang berikutnya, saya niscaya bisa! Sirius-sama, tolong lemparkan!"
....Ini....Ini aneh, kan? Tidakkah Frisbee dimainkan dengan saling melempar satu sama lain? Aku membuat kalian mengambilnya hanya sebagai lawakan dan kalian malah sangat menikmati itu?! Kalian, bukankah kalian lebih menyerupai anjing?!?!....Tidak....mereka memang anjing....*
[Serigala juga dari keluarga anjing. -_- ]
"Oh, oooh ...."
Di lain sisi, saya menyadari tatapan berbahaya dari Noel yang berdiri mendekat. Itu ialah mata predator di ambang menerkam mangsanya. Aku mencoba melemparkan Frisbee agak ringan di titik tak jauh dari dirinyal sebagai percobaan....dan ia melompat tepat ke sana.
Hmmm. Dia tidak bisa menahan nalurinya, ya.
"Tunggu, Sirius-sama, apa yang---Ahh, jangan lagi ! Yaaaah !"
Ras binatang memang menarik. Kemampuan fisik mereka lebih tinggi dari manusia, namun sebagian besar masyarakatnya berisi orang-orang ramah.
"Melakukannya hanya dengan Noel-nee tidaklah adil! Sekarang giliranku!!"
"Onee-chan memang mempunyai reflek cepat, tapi kami lebih baik darinya!"
"Apa?! Jika kalian pergi sejauh menyampaikan itu, saya tidak akan segan-segan. Lihatlah kekuatan sejati Onee-chan ini!!"
Keramaian sudah meningkat. Akupun dengan sungguh-sungguh melemparkan Frisbee. Ini menyenangkan, jadi tidak ada yang benar-benar keberatan.
"Pemikiran ini terlintas dari tadi....aku tidak perlu melemparkannya sendirian, kan? Kalian hanya harus saling melempar secara bergiliran"
"""Tidak !!!"""
"Baiklah, kenapa?"
Akhirnya, mencapai titik di mana anjing veteran dihidupku sebelumnya berada di jalan buntu. Maksudku, itu alasannya mereka menggunakan {Boost} yang saya ajarkan, tapi tetap saja, mereka terlalu menganggap permainan ini serius*.
[Noel bisa menggunakan Boost ??. Kurasa ia memang sudah berkembang]
"Semua orang, waktu makan siang sudah tiba!"
"""Ya !!!!"""
Para ras binatang kemudian berkumpul pada panggilan Erina, membuatku berpikir wacana belum dewasa Taman Kanak-kanak yang bertamasya dengan ibu mereka.
Kami duduk melingkari bekal makan siang yang Dee atur sementara tertawa gembira. Berkata 'Itadakimasu' secara bersamaan, saya kemudian mendapatkan sandwich dan minuman dari Emilia. Para petugas tidak bisa makan sebelum masternya, sehingga, walaupun saya sempat berpikir itu agak merepotkan, saya mencicipi gigitan pertama.
"Hmm, enak. Sedikit terlalu banyak bumbu, tapi setingkat ini tidaklah buruk"
"Benarkah?!"
Emilia mengibaskan ekornya tertanda hati yang senang. Hmm, menurutku ini terlalu dibentuk kikuk kalau pembuatnya ialah Dee, mungkinkah....
"....Apa kamu yang membuat ini, Emilia?"
"Ya, akulah yang membuatnya!"
"Begitu ya, kamu melakukannya dengan baik untuk kuliner pertamamu....Oleh alasannya itu, kamu harus makan juga. Jangan hanya menatapku"
"Mengerti. Haahh....melegakan"
"Kau benar-benar melaksanakan yang terbaik, Emi-chan "
"Itu bagus"
Setelah dipuji oleh dua orang yang ternyata mengawasi ketika memasak, ia dengan senang hati menggigit pecahan sandwich potongan dagingnya. Meski ada persoalan di mana Reus tersedak alasannya terlalu rakus melahap, momen makan berlangsung aman.
Seusai makan siang, saya berpikir permainan Frisbee akan dimulai kembali, namun waktu hening pun tiba di taman bunga. Hal ini alasannya tiga penyebab utama keributan itu sedang tidur siang berdampingan di bawah naungan pohon. Tentu saja mereka akan mengantuk sehabis mengisi perut dengan semangat tinggi. Dee duduk didekat sebagai penjaga, jadi tidak akan ada persoalan bahkan kalau munculnya monster. Sedangkan diriku memalsukan mereka, berbaring sambil menggunakan bantal pangkuan dari Erina.
"Fufu...."
"Ini menyenangkan, ya"
Dia membelai rambutku dengan wajah penuh kasih sayang. Wajah sama yang ia telah tunjukkan sepanjang waktu semenjak diriku terbangun di dunia ini. Walaupun keriputnya bertambah seiring tahun berlalu, ungkapan itu tidak pernah berubah.
"Ya, sangat menyenangkan. Kau semakin besar, dan keluarga kita telah bertambah banyak juga. Aku sangat bahagia"
"Bahagia....yah. Kau benar, saya ingin membuat lebih banyak kenangan menyenangkan menyerupai hari ini"
Kelopak mataku menjadi semakin berat ketika sedang terbungkus dalam kebaikan hati Erina.
"Jika itu Sirius-sama, kamu akan sanggup membuat sebanyak mungkin kenangan indah. Aku baik-baik saja, jadi jangan sungkan dan ambillah istirahat"
"Hmm....kalau begitu saya akan menerimanya"
Dia menyanyikan lagu tidur yang sudah sering kudengar berkali-kali sebelumnya. Kesadaranku perlahan-lahan mengalir pergi mengikuti arus ritme kenyaman.
"....---sama....Sirius-sama!!"
Membuka mata ke arah panggilan yang membangunkanku, ada Emilia dan Reus disana.
"....Berapa usang saya tidur?"
"Sekitar satu jam"
"Begitu ya. Jadi, ada apa dengan mereka?"
Aku bangun sambil berterima kasih kepada Erina, kemudian menilai keadaan kedua bersaudara ketika merengangkan otot-otot tubuhku. Sampai membangunkan dan membuatku mengira ada yang tidak beres, namun itu tidak menyerupai mereka sedang panik.
"Ketika bangun beberapa waktu yang lalu, kami pergi untuk berjalan-jalan dan menemukan sesuatu yang absurd di jalan. Reus menyampaikan bahwa itu mencurigakan"
"Ya, saya tidak tahu apa itu. Tapi saya mempunyai firasat yang aneh"
"Oleh alasannya itu, kami meminta Onee-chan dan Dee-san semoga mengawasinya sementara kami tiba untuk membicarakannya denganmu, Sirius-sama"
Tampaknya tahap-tahap Horenso dilakukan dengan benar, mereka sudah meninggalkan suatu hal semoga diawasi oleh seseorang.
Ngomong-ngomong, Horenso* ialah singkatan yang mengambil suku kata pertama dari kanji 'Hokoku' (報告 = Melaporkan), 'Renraku' (連絡 = Bekomunikasi/Menghubungi) dan 'Sodan' (相談 = Berkonsultasi/Berdiskusi). Ini sangat dibutuhkan untuk kemajuan efisiensi suatu perusahaan dan banyak sekali aktivitas lainnya. Seorang siswa dari kehidupanku sebelumnya tidak tahu hal ini, jadi saya menjelaskan kepadanya sambil mendesah.
[Yap, itu bukan sayuran Horenso (ホウレンソウ) yang daunnya sanggup dimakan. Melainkan suatu akronim. Intinya merupakan contoh berkomunikasi yang umum di perusahaan-perusahaan Jepang]
Aku ditarik oleh keduanya dan dipandu ke tempat itu....memang ada sesuatu yang absurd disana.
"....Sebuah permata?"
Sebuah permata yang memancarkan sinar keemasan menonjol sekitar dua kepalan tingginya mencuat dari tanah. Aku tidak merasa ingin mengambil kerikil mulia itu alasannya terlalu mencurigakan.
"Begitu indah . Tapi Reu-kun menyampaikan jangan menyentuhnya"
"Intuisi Reus tajam pada ketika menyerupai ini....Namun, Jika itu berada disini...."
"Apakah kita akan mengambilnya?"
"Meskipun sangat mencurigakan, ayo dicoba. Aku akan melakukannya sendiri. Kaprikornus semua orang, mundurlah"
Kami mengemas kembali barang-barang hanya untuk berjaga-jaga. Dengan seluruh petugas yang pergi ke posisi aman, saya melilitkan {String} disekitar permata dan mencoba untuk menariknya sedikit, namun tidak terpengaruh sama sekali.
"Tidak bergerak. Daripada terkubur didalam tanah, ini lebih menyerupai tersangkut pada sesuatu"
Saat saya menempatkan lebih banyak tenaga ke dalam tarikan, tanah di sekitar permata berguncang. Suatu objek yang sangat besar pun muncul perlahan diselimuti awan debu.
"Itu....seekor {Jewel Turtle}"
Itu ialah kura-kura setinggi lima meter. Permata yang saya cari sebelumnya bersinar di puncak tempurungnya. Seluruh badan ditutupi bebatuan, tampak sangat keras. Enam tentakel yang membentang dari tempurung, menggeliat dengan kesan mengancam.
"Kau tahu apa itu, Dee-san?"
"Ya, monster yang sangat keras. Mahkluk ini cukup populer alasannya bisa membuat seseorang mendapatkan setumpuk uang"
"Benarkah ?! Kemudian, tunggu apa lagi!! Ayo kita kalahkan ia !!!"
"Bagamanapun, pertahanannya samgat unggul sekaligus ganas. Orang selain penyihir atau petualang tingkat tinggi akan berakhir kalah sehabis menantangnya"
Dengan klarifikasi Dee, saya teringat suatu informasi dari buku.
{Jewel Turtle}
Monster kura-kura yang mempunyai kulit layaknya batuan dari kepala hingga ujung kaki. Tubuhnya lebih keras dari baja.
Mahkluk ini sangat lambat, membuat seseorang gampang untuk melarikan diri darinya. Jika dilawan, mereka harus cukup siap untuk melaksanakan itu alasannya serangan setengah-setengah tidak akan berpengaruh. Kalau ada yang mendekat tanpa kemampuan, orang itu akan tertangkap dan dicekik oleh tentakel-tentakel yang membentang dari tempurung. Bagian bagusnya, permata disana berharga sangat tinggi. Setelah mendapatkan itu, memperoleh ribuan emas dalam satu langkah bukan lagi mimpi. Hanya saja, mereka yang belum bisa takkan pernah bisa mengalahkan si kura-kura raksasa.
"Jika kita akan lari, sekaranglah saatnya"
Dari sudut pandang Dee yang mempunyai banyak pengalaman tempur, ini bukan lawan yang kami bisa hadapi. Sambil menatap lingkungan, benak-ku mengimajinasikan simulasi pertarungan. Aku kemudian membuat keputusan.
"Tidak, tak perlu takut. Kalian berdua, persiapkan diri untuk pertempuran!"
""Ya!!!""
Menanggapi perintah itu, Emilia berbaris di sampingku. Reus melangkah maju sambil mengunus pedangnya sebagai barisan terdepan. Jewel Turtle-pun mendekat sementara setiap langkahnya agak karam ke tanah. Meskipun lambat, gaya yang ditimbulkan oleh badan raksasa si kura-kura sudah cukup untuk membuat nada Erina dan Noel bergetar.
"Si-Sirius-sama?! A-Apa Kau benar-benar akan melawannya ?"
"Berhenti disana! Tidak cukupkah kalau kita hanya melarikan diri tanpa harus bertarung?!"
"Jangan khawatir, kami bisa menang. Dee, saya mempercayakan keduanya padamu"
"....Dimengerti. Aku akan berdoa untuk kemenangan Sirius-sama"
"Dee-san?!"
Tanpa menduga bahwa orang yang paling berpengalaman, yaitu Dee akan setuju. Noel hanya bisa terkejut. Laki-laki itu kemudian membuka ekspresi sambil meletakkan tangan di atas kepala si perempuan seakan untuk menenangkannya.
"Sirius-sama jauh lebih kuat dariku. Dan ia mengenal dirinya sendiri. Jika orang menyerupai itu berkata bahwa ia bisa menang, maka tidak akan ada masalah"
"Itu....benar. Dia selalu melebihi harapan. Baiklah, kalau begitu. Sirius-sama, Emi-chan, Reu-kun. Lakukan yang terbaik !!!"
"Sirius-sama...."
Terus terang, saya ingin mengirim ketiganya kembali ke rumah. Tapi bahkan kalau permintaan itu disampaikan, mereka mungkin tidak akan mendengarkan. Dalam hal apapun, saya akan meminta mereka menjauh ke lokasi yang aman.
Kami pun berhadapan dengan Jewel Turtle.
"Ayo mulai pertempurannya!!!"
☆☆☆Chapter 18 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis = Kesan 'Hewan peliharaan berupa anjing yang bermain dengan majikannya' lebih penting daripada 'Bersenang-senang dengan Frisbee'. Namun, bermain frisbee alasannya adanya dua anak itu membuatnya dua kali lebih menyenangkan. Sedangkan 'dia' ingin melakukannya dengan kekuatan penuh.
Cerita berakhir terlebih dahulu menjelang pertarungan. Sebenarnya, terdapat banyak hal tambahan. Hanya saja, apa boleh buat. Aku sudah kehabisan kata.
Pokoknya, terima kasih sudah membaca.
>Catatan penerjemah = Agak berbeda ya? Yah alasannya sejujurnya hampir seluruh isinya saya ngambil dari RAW (dari situs syosetu atau orisinil dari jepangnya) sedangkan sisanya....aku tidak seahli itu dbidang Sastra jepang. Kaprikornus ada sedikit kata yang sulit kucari maknanya dicontek dari versi english. Tenang saja. Itu tidak terlalu berpengaruh.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/
Diterjemahkan oleh
Bagian 1
"Haah!!!"
Emilia menghindari ayunan sebuah senjata, kemudian menusukkan pisau menuju leher lawan. Dia eksklusif melepas bilahnya yang tenggelam, dan berbalik untuk melempar. Menembus hingga ke tenggorokan mahkluk lain yang mendatangi punggungnya. Disela-sela itu, ada musuh yang tiba dari samping.
"{Air Slash}!!"
Bersamaan dengan lecutan udara kencang, hempasan angin tajam mengiris leher musuh. Gadis itu memastikan bahwa tidak ada lagi yang mendekat dan bergegas mengambil pisaunya.
"Yaaah!!!"
Di lain pihak, Reus menebaskan pedangnya. Dengan gampang memotong tongkat tebal yang lawan gunakan untuk bertahan. Dia membelahnya tepat di tengah tanpa keraguan.
Menyaksikan serangan itu, musuh gemetaran dan berhenti dilanda ketakutan. Anak ini juga memotongnya dengan sapuan ke pinggir. Satu lagi mendapatkan pukulan lutut dan terpelanting jatuh.
"Makan ini!!!"
Dua mahkluk sekaligus terbelah oleh {Chiyabu}. Lima serangannya mencabik-cabik badan tanpa menawarkan waktu bagi mereka untuk mengeluarkan jeritan.
....Sedangkan diriku....mengamati para bersaudara sambil terduduk di sebuah kerikil tak jauh dari tempat pertarungan berlangsung.
Bukannya tidak peduli, hanya saja ini ialah training untuk keduanya. Aku berniat ikut campur kalau sesuatu hal diluar asumsi terjadi, tapi kelihatannya takkan ada masalah.
Satu tahun telah berlalu semenjak {Sumpah Bulan Perak}. Terlepas dari terikat sumpah atau tidak, caraku bergaul dengan belum dewasa ini tetaplah sama. Bahkan kalau muncul suatu perubahan, itu hanyalah pendidikan yang sudah menjadi lebih intens dari sebelumnya.
Emilia dan Reus semakin berkembang alasannya berlatih dengan sungguh-sungguh. Hingga, bisa dibilang belum dewasa ini cukup matang untuk disebut seorang prajurit.
Adapun kemampuan, menyerupai yang ditunjukkan barusan, goblin tidak sepadan bagi mereka lagi. Yah, saya sadar bahwa mahkluk-makhluk itu memang lemah tapi kekuatan tak ada hubungannya alasannya hari ini ialah jadwal pertarungan kelompok untuk melatih kerjasama tim.
Jumlah musuh setidaknya 30, namun tersingkirkan bagaikan cabang layu yang berantakan di tanah dalam sekejap mata. Pemandangan itu bahwasanya agak menyedihkan.
Akan kujelaskan wacana kedua bersaudara dengan singkat.
Atribut Emilia ialah angin, senjata utamanya merupakan pisau. Dia menggunakan seni administrasi untuk memotong lawan dengan sihir angin dari jarak jauh. Tentu saja, saya mengajarinya melemparkan sihir tanpa mantra.
Ketika didekati oleh banyak goblin, Emilia dengan terampil bergerak ke sekitar untuk melindungi pecahan belakang, kemudian menusuk titik lemah mereka dengan pisau demi mengurangi jumlah. Disaat lawan berada di jarak yang terlalu dekat, gadis ini akan membanting badan mereka menggunakan Aikido* yang juga pernah kuberitahu.
[Beladiri jepang]
Dan kalau musuh menjauh, ia akan memporak-porandakan para mahkluk itu menggunakan sihir angin. Bahkan dari sudut pandang gurunya, yaitu diriku, cara gadis itu mengalahkan mereka dengan semangat dan cepat sangatlah hebat.
Atribut Reus ialah api, tapi ia tidak sering menggunakan sihir dan hanya berfokus menghabisi musuh dengan seni pedang murni.
Gayanya berpedang memalsukan 'Tsuyoshi Yabu Itto' milik Lior. Aku menyiapkan pertemuan dengan si laki-laki bau tanah ketika mendapatkan waktu yang tepat sambil membawa kedua bersaudara. Mereka agak senang. Untuk setengah tahun terakhir, hari-hari diisi dengan belum dewasa itu yang dibantu berlatih oleh Lior dan diriku. Jika harus menilai, keterampilan ketika ini berada di titik di mana Reus bisa memotong goblin menjadi setengah pecahan menggunakan pedang besi normal. Hanya saja, saya mendengar dari Lior 'Itu hanya tingkat pemula!!'. Seberapa hebatnya 'Gaya Tsuyoshi Yabu Itto'?
Saat saya merenungkan itu dengan linglung, goblin terakhir roboh oleh tebasan Reus. Dia sempat terkena sedikit semburan darah dari mahkluk itu, tapi tidak mendapat cedera. Ini jelas-jelas kemenangan yang sempurna.
"Sirius-sama!!"
"Aniki!!"
Ekor mereka berguncang, dua sosok berlarian kemari sambil tersenyum lebar. Tampak menyerupai binatang peliharaan.
"Bagaimana? Aku tidak mempunyai cedera dan bisa mengalahkan mereka tanpa terkena bercak darah. Sedangkan Reus terciprat sedikit"
"Kakak banyak menggunakan sihir. Bukankah Aniki sering mengingatkanmu untuk jangan terlalu mengandalkan sihir? Aku mengalahkan mereka semua tanpa menggunakan sihir. Menakjubkan, ya kan?"
Mereka mulai berdebat di depanku, tapi ini terlihat menyerupai kedua bersaudara hanya ingin dipuji. Aku pun menepuk kepala belum dewasa itu.
""Hehehe""
Walaupun ekspresi senang ketika ditepuk tidak berubah, perbedaan besar telah mulai muncul pada penampilan keduanya dibandingkan dengan setahun yang lalu.
Emilia tidak hanya tumbuh lebih tinggi, tapi ia tampak lebih menyerupai orang sampaumur juga. Rambut* perak yang awalnya hanya mencapai bahu, memanjang hingga pinggul, membuat pesona sebagai seorang perempuan mulai keluar. Untuk beberapa alasan, apa yang paling berkembang ialah dadanya. Itu sudah menonjol sedikit, tubuhnya tampak telah menjawab dengan perilaku keras kepala ketika ia berharap semoga tumbuh. Aku bisa menebak alasannya, namun tidak berani bertanya. Bahkan kalau itu dari motivasi dan niat baik....Ini terlalu cepat untuk delapan tahun, kan? Topiknya mulai melenceng. Dari segala sisi, ia menjadi cantik. Gadis in akan berubah menjadi menjadi seorang perempuan mengagumkan di masa depan.
[Di versi LN. Dia memang belum sepanjang itu]
Dilain pihak, seluruh badan Reus membesar, dan mentalnya menjadi jauh lebih stabil. Dia mencapai titik di mana ia menyebut dirinya sendiri sebagai 'Ore' bukan 'Boku'*. Dia juga sudah berhenti bertindak mengikuti emosi. Setelah tragedi sumpah bulan perak, ia mulai memanggilku Aniki. Aku memperlihatkan bahwa itu absurd untuk tidak memanggil Master seseorang dengan sebutan 'sama', namun tampaknya Aniki ialah sebutan superlatif baginya, sehingga ia diperbolehkan untuk memanggilku begitu kecuali di depan umum. Sayangnya, ia tidak berpengalaman dengan sebutan kehormatan, bahkan kalau saya mengajarinya, ia akan segera melupakan hal itu, jadi saya akan meninggalkan ini hingga ia menjadi sedikit lebih dewasa.
[Yg sering nonton anime niscaya tau. Kalo saya yg bilang, Ore ini merupakan penyebutan 'Aku' yg lebih gaul daripada 'Boku' (lebih informal)]
Sedangkan diriku....baiklah, terus terang, saya agak lebih tinggi. Meski sekilas ini ialah pertumbuhan normal, saya kira diriku akan segera disusul oleh Reus yang pertumbuhannya terlalu cepat. Dia niscaya akan melampauiku dalam setengah tahun. Yah apapun, saya merupakan orang yang meningkat di dalam daripada di luar. Sihir-sihir gres juga berkembang, saya sudah sanggup menggunakan sihir beratribut walaupun masih perlu persiapan sebelum melakukannya.
Siswa-siswaku tumbuh tanpa masalah. Singkatnya, semua berjalan lancar.
"Pertarungan barusan ialah final untuk hari ini?"
"Memang agak lebih awal, namun latihan sudah selesai. Ayo kembali untuk makan siang"
"Aku ingin tahu apa yang dibentuk Dee-nii"
Kami bisa mendapatkan sedikit uang kalau memotong tanduk goblin dan membawanya ke forum yang disebut Serikat Petualang. Hanya saja, harga per-unitnya rendah dan saya belum bisa mendaftar ke Serikat alasannya keterbatasan usia. Alhasil, selama ini kami meninggalkan goblin terbunuh ditempatnya. Beberapa monster liar mungkin akan memakan bangkai mereka di kemudian hari.
Reus berjalan di depan seolah itu wajar. Aku mengikutinya sambil mengawasi. Sedangkan Emilia, mengikuti dari urutan belakang. Sampai akhir-akhir ini, posisi berjalan kami yang kini merupakan sebuah formasi.
Ada satu tahun tersisa sebelum diusir dari rumah dan pergi ke sekolah.
Meski tumbuh dengan baik, saya terus berpikir setiap hari wacana 'Adakah sesuatu yang tersisa untuk dilakukan?'.
Meninggalkan Reus di halaman untuk membersihkan pedang dan mencuci pakaiannya yang terkena semburan darah, kami memasuki rumah.
"Selamat tiba kembali, Sirius-sama"
"Aku pulang, Erina. Ah, tidak apa-apa, duduklah"
Erina mencoba berdiri dari sofa untuk menyambut. Hanya saja tanganku terangkat segera, menghentikannya.
"Aku dengan rendah hati meminta maaf....Kesampingkan itu, saya berharap hari kalian berjalan dengan lancar"
"Keduanya sangat bagus, jadi tentunya begitu....Ngomong-ngomong, bagaimana kondisimu hari ini?"
"Yah, hanya ada persoalan kecil. Jadi, tidak perlu khawatir"
Kondisi fisik Erina telah menurun selama setengah tahun terakhir. Sebelumnya, ia sering tiba ke pintu masuk sehabis mencicipi bahwa kami kembali, tapi akhir-akhir ini, durasi duduknya lebih panjang. Bahkan, berjalan ke pintu terlihat sulit. Oleh alasannya itu, saya membebaskan ia dari menyambut kami, dan membujuknya untuk membuat komitmen semoga mengurangi pekerjaan pelayan seminimum mungkin tanpa melampaui setengah hari.
"Sirius-sama, apa jadwalmu untuk siang hari ini?"
"Aku berencana untuk membawa Reus pergi ke tempat Lior. Emilia sedang bebas, jadi, bagaimana kalau kamu mendidiknya?"
"Kalau begitu, saya akan meminjam dirinya. Emilia, hingga jumpa seusai makan siang"
"Mengerti. Sirius-sama, saya akan ganti baju dulu"
Mata lembut Erina mengikuti sosok gadis, yang kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian petualang dengan setelan pembantu.
"Pertumbuhan gadis itu cepat. Akulah yang membuat pakaian pembantunya, dan sudah menyerupai tidak akan muat lagi"
"Benar juga. Jujur saja, saya percaya bahwa ia akan tumbuh menjadi sosok yang mempesona. Daripada itu, mengurusi ukuran pakaian gadis ini harusnya menjadi pekerjaan keras untukmu, kan?"
"Tidak, sama sekali tidak. Malahan, itu membuatku bahagia. Karena setiap kali diriku melakukannya, saya bisa mengetahui seberapa banyak ia telah tumbuh. Lagipula, Ini merupakan kiprah yang bisa saya lakukan sambil duduk"
Pada ketika itu, matanya seakan berkata 'Tentu saja, kamu salah satunya!' kepadaku, yang saya tanggapi dengan tawa kecil.
Seusai mengenakan pakaian pelayan buatan tangan Erina, Emilia membungkuk manis terhadapku.
"Selamat tiba di rumah, Sirius-sama. Perkenankan saya untuk menjaga barang-barangmu"
Aku membiarkan ia melepas sabuk senjata yang masih kukenakan. Meskipun saya bisa melakukannya sendiri, tampaknya bahwa ini juga merupakan pecahan dari training sebagai petugas jadi saya hanya membisu melihat ia melakukannya.
Bila dibandingkan dengan Reus, Emilia tidak terlalu baik dalam hal bertempur. Dia akan menjadi pelayanku, jadi gadis ini mendapatkan pendidikan petugas dari Erina dalam interval tetap disamping praktek bertarung.
Berlatih secara intensif cukup melelahkan mental, ditambah training petugas. Namun, ia terus melakukannya tanpa mengucapkan keberatan atau keluhan. Semangat dan cara berpikir itu benar-benar menakjubkan.
"....Bagaimana dengan yang barusan?"
"Sempurna. Kau telah berkembang"
"Aku juga sependapat. Kau melepas senjata dengan halus, juga bungkukanmu sangat sempurna"
"Woah! Terima kasih banyak!!"
Dirinya masihlah sangat muda. Ketika dipuji, ekspresi polos itu akan keluar.
"Sepertinya kamu mempunyai lebih banyak talenta daripada Noel. Nah, apa itu berlebihan?"
Setelah Erina mengucapkan itu, sebuah nampan kayu jatuh dengan suara keras dari belakang. Melihat kesana, ada Noel yang bertugas menyiapkan kuliner kami. Dia kaku dengan mata terbuka lebar, seakan-akan berkata 'Aku tidak sanggup mempercayainya'.
Kesunyian kemudian menyelimuti ruang tamu. Ketika melihat tergeletaknya nampan, saya mulai berpikir bahwa membuat troli kuliner dengan piring berbahan kuat akan bagus.
"Ti-Tidak apa-apa, Onee-chan. Hanya bagi Sirius-sama, saya bagus. Kalau untuk orang lain, saya masih kurang berpengalaman dan kalah darimu yang sanggup menangani siapapun"
"....Ha-Hahaha....ha....Ya, itu benar! Onee-chan tidak akan kalah! Aku seorang yang pekerja keras !!"
....Menyedihkan, dihibur oleh seorang gadis muda yang hampir 10 tahun....
"Akan sangat bagus kalau si ceroboh ini tidak di sini, tapi...."
Gumaman Erina tampaknya hanya mencapai telingaku.
☆☆☆
Bagian 2
Sekarang ialah waktu sehabis makan siang, berlokasi ditempat Lior.
Aku mempercayakan Reus kepada si laki-laki bau tanah itu, sedangkan diriku berlatih sihir di sebuah bukit agak jauh dari mereka.
"Wooo!!!!"
"Sialaann!!"
Suara dari pertarungan keduanya bergema hingga kesini ketika saya membidik dengan sihir pistol, mengincar sasaran di depan.
Dalam hidupku dulu, saya sering menghabiskan waktu istirahat untuk memburu 'mangsa tertentu'. Meskipun jarak tembak maksimum pada ketika itu ialah 2000 meter. Sekarang bisa dua kali lipat, yaitu 4000 meter. Dan akan mengenainya bahkan kalau saya membidik sasaran dengan cara yang buruk. Aku, secara alami, membayangkan pistol sebagai senapan sniper. Membidik dengan gaya berdiri di atas satu lutut....dan....kena, walaupun tidak pas di tengah. Biasanya lebih melenceng daripada ini, tapi disini ialah dunia dengan sihir.
"Hahahaha!!! Ada apa, nak?!?!"
"Tunggu!!! Itu terlalu mustahil! Mustahil!!"
Kekuatan dan jarak tembak sihir pistol sangatlah tinggi. Memastikannya, saya menggunakan alat sihir ciptakan sendiri diatas mataku untuk melihat ke kejauhan. Ya, bahkan saya sanggup membuat alat-alat sihir, asalkan itu sederhana.
Apa yang saya lakukan ialah menggambar gugusan bundar sihir air di tengah-tengah kayu berbentuk tabung, dan membuat dua lensa cairan transparan untuk membangun prosedur menyerupai dengan teropong.
Karena tidak ada teropong di dunia fantasi, ini ialah hal pribadi. Sepertinya saya akan bisa berguru banyak sekali bundar sihir kalau pergi ke sekolah, itu sangat dinantikan.
Meneruskan latihan menembak untuk sejenak, hasilnya saya berhasil tepat sasaran di tengah. Selanjutnya, ayo mencoba membidik lagi.
"Sampai disini kamu bisa bertahan, ya. Kemudian, berikutnya ialah ini!!!"
"Tolong akuuuu!!! Anikiiiiii!!!!"
Biasanya, ketika peluru ditembakkan masalahnya ialah kendala udara. Itu mengurangi kecepatan dan bisa menyimpangkan jalurnya. Namun, peluru Mana sebagian besar tidak terpengaruh oleh angin sehingga ini baik-baik saja. Aku bertambah yakin bahwa sihir ialah hal yang menakjubkan.
Oh, tepat sasaran lagi.
"Hahahahahaha!!!!"
"Uwaaaaaaaaaaa!!!!"
Reus tampaknya sudah kewalahan. Jadi, saya akan mengakhiri ini.
"....A....Aniki...."
"Oh, kaukah itu? Dia hasilnya sanggup menahan 30% dari diriku"
Melihat keduanya sehabis kembali ke tempat mereka, Reus babak belur dan runtuh. Di lain sisi, si laki-laki bau tanah tertawa keras. Aku menepuk kepala anak yang berlinang air mata sambil mencoba meraih diriku dan mengambil pedang kayunya yang tergeletak. Lalu berhadapan dengan Lior.
"Kau melakukannya dengan baik, Reus. Dari sini, saya akan menghajar laki-laki bau tanah kekanak-kanakan ini"
"Aniki...."
"Ugh, kekanak-kanakan? Kejamnya. Aku mengeraskan hati demi pelatihan, kamu tahu?"
"Mengatakan itu sementara tersenyum begitu lebar. Apa kamu iblis atau sejenisnya?"
"Karena ini sangat menyenangkan, apa boleh buat! Haha!!"
"....Jangan bicara lagi!!"
Dari permulaan, saya eksklusif melepaskan {Boost} di tingkat penuh dan menerjang.
Adapun hasilnya....aku menang menggunakan serangan dengan cara yang berbeda dari yang biasa. Masih lah, laki-laki bau tanah itu tertawa bangga tanpa peduli apapun.
☆☆☆☆
Bagian 3
Hari berikutnya. Sambil menengok seluruh anggota yang berbaris di meja sarapan, saya mengumumkan.
"Ayo kita pergi piknik!"
Walaupun para petugas rahasia bertukar pandang diantara mereka, Noel mengangkat tangan seakan mewakili semua orang yang kebingungan.
"Bolehkah saya mengajukan pertanyaan ?"
"Ya, silakan"
"Apa itu pi-ke-nik?"
Hah?....Hmmm. Kaprikornus begitu ya? Menatap reaksi semua orang, mereka tampaknya berpikiran sama dan mencari penjelasan. Aku membuat sebuah kesalahan, banyak kosakata yang menyerupai dari duniaku sebelumnya jadi saya mengira istilah 'piknik' juga ada.
"Kita semua akan pergi keluar untuk makan siang dan bersantai. Dengan kata lain, pergi bersenang-senang bersama. Bagaimana?"
"""Setuju !!!"""
Anak-anak dari rumah ini---dengan pemanis si pelayan bertelinga kucing---sepenuh hati mendapatkan permintaan mendadak yang saya ajukan. Tampaknya Dee sudah berpikir wacana sajian makan siang.
Hanya Erina yang menggeleng agak sedih.
"Aku sangat meminta maaf. Kondisiku tidak akan bisa mengimbangi, jadi saya akan menjaga rumah. Nikmati hari kalian, semua orang"
"Tidak, kita tidak bisa pergi dan meninggalkan Erina-san sendirian!"
"Ini tidak akan menyenangkan tanpa Erina-san!!"
"Kalian berdua....aku juga ingin pergi, sayangnya diriku hanya akan menjadi beban kalau staminaku habis ditengah jalan"
"Tidak apa-apa, saya sudah mempersiapkan suatu hal"
Aku mengambil sebuah dingklik roda* kayu yang dibentuk untuk dibawa dari belakang rumah. Jika Erina duduk disana, Dee atau saya sanggup mendorongnya. Dia tidak perlu berjalan.
[Entah apakah terjemahanku salah apa enggak. Di versi RAW, itu tertulis dingklik yang dibentuk untuk membawa hal-hal berat. Bukannya dingklik roda. Aku mengubahnya alasannya menurutku lebih jelas]
"....Aku tidak mungkin menolak sesuatu kalau hingga pada titik ini, kan?"
"Kemudian, kita anggap kamu juga sepakat wacana piknik!"
"Yaaay, piknik!!"
"Hei, Reus, jangan terlalu kegirangan. Yah, saya menantikannya juga"
Karena mereka tidak melaksanakan apa-apa kecuali berlatih, ini ialah pertama kalinya bagi kedua bersaudara untuk bermain sehingga mereka lebih senang dari yang diharapkan. Senyum polos belum dewasa itu menembus eksklusif ke hati, saya agak menyesal membuat mereka menghabiskan hari dengan bekerja keras....Dari sekarang, waktu bermain akan sedikit diperbanyak.
"Kemudian, kalian masing-masing diberi kiprah untuk dilakukan. Dee dan Noel akan membuat bekal makan siang, Emilia dan Reus membawa tikar semoga semua orang bisa duduk. Adapun Erina, ia menunggu. Nah itu saja, mengerti?"
""""Mengerti!!!""""
Semua dari mereka tersebar. Aku yang tertinggal, membuat pembiasaan final ke dingklik roda. Sementara itu, orang lain yang tersisa, Erina, melemparkanku pertanyaan.
"Sirius-sama, kenapa mengadakan program menyerupai ini begitu tiba-tiba? Kita hanya mempunyai satu tahun disini"
"Yah, alasannya itulah saya ingin membuat kenangan dengan semua orang"
Seperti yang ia katakan, hanya ada sedikit waktu yang tersisa, hampir tidak ada ketika untuk bersantai. Hanya saja, kesampingkan diriku, apa yang akan terjadi dengan para petugas sehabis satu tahun tidaklah jelas. Oleh alasannya itu, saya ingin meninggalkan lebih dari satu atau dua kenangan. Ide wacana piknik pun datang.
"Ayo tinggalkan topik pembicaran sulit dulu dan bersenang-senang hari ini"
"....Benar juga. Mungkin saya akan merepotkan, namun mohon untuk bantuannya"
"Ya, kamu sanggup mengandalkanku"
Aku berlatih mendorong Erina beberapa kali untuk penyesuaian, dan sekali mengkonfirmasikan bahwa tidak ada masalah, persiapan berakhir. Kami meninggalkan rumah tanpa penundaan.
Tempat yang dituju berada di gunung yang bisa dilihat dari belakang rumah, pada jarak berjalan kaki sekitar 30 menit. Aku terbang sekali di langit untuk mengusut keadaan, tapi hanya melihat tersebarnya lapangan rumput terbuka tanpa satupun monster, tempat yang tepat untuk bersantai.
Reus, yang mempunyai insting tajam memimpin. Aku mengikutinya sambil mendorong Erina. Noel, Emilia, dan Dee berada di belakang. Jika ada monster berbahaya di sekitar daerah, itu hanyalah goblin. Namun, saya menyingkirkan sekawanan dari mereka di lain hari. Sehingga, kemungkinan bertemu harusnya cukup rendah.
Lagipula, saya membawa senjata untuk berjaga-jaga. Kami bertiga* menghadapi tujuan sambil waspada.
[Maksudnya bertiga itu Sirius, Emilia dan Reus]
"Sirius-sama, tidakkah diriku berat?"
"Jangan khawatir, takkan ada persoalan bahkan kalau harus berlari. Daripada itu, apa muncul suatu perubahan pada kondisimu, Erina?"
"Cukup aneh, saya hampir tidak mencicipi beban apapun pada tubuhku bahkan ketika terguncang naik turun"
"Mungkin alasannya langkah yang kuambil sangat berhati-hati. Ini juga merupakan bentuk pelatihan"
"Jika itu pelatihan, maka saya akan melakukannya juga!!"
"Peranmu ialah untuk mengamankan jalur kita, Reus. Dengar, kalau kamu melakukannya dengan tekun, beban Erina-san akan menurun. Kaprikornus bekerja keraslah dan manfaatkan pedangmu itu"
"Oh, benar! Baiklah, serahkan padaku!!"
Anak ini, ia bahwasanya cukup tolol. Menatap sosok kecil yang memotong semak-semak dan cabang, saya merasa cemas wacana masa depannya.
"....Woooah...."
"Wow ....Sungguh menakjubkan "
Pohon-pohon lebat pun menghilang, digantikan oleh hamparan ribuan bunga mekar di hadapan mata. Wilayah ini tidak rata seakan-akan hutan mencekung alasannya tercuil oleh sendok raksasa. Akupun mengusut dengan {Search} dan tak menemukan satupun keberadaan hal-hal yang sanggup mengancam, itu melegakan.
Mengajak bersama petugas yang gemetar dari kegembiraan, saya berbagi tikar di bawah satu-satunya pohon pada sentra taman pelangi.
"Kebun bunganya sangat luas, tapi kenapa hanya ada satu pohon di sini ?"
"Mungkin pohon itu ialah pemilik tempat ini. Lihatlah, sedikit lebih besar dari pohon-pohon lain"
"Begitu, ya. Untuk sekarang, kita akan permisi dan meminjam tanah disekitarnya dulu"
"Aku akan melakukannya juga!"
Noel dan Reus menggenggam kedua tangan didepan dada seakan menghantarkan do'a menuju pohon.
Aku kira pohon ini memonopoli nutrisi di tempat sehingga tumbuhan besar lainnya berhenti tumbuh. Akibatnya, jumlah pohon pun berkurang. Sedangkan sinar matahari yang terus menyinari tanah, menyediakan bunga-bunga dengan nutrisi kecil dan memungkinkan banyak sekali bunga untuk mekar dalam jumlah melimpah....atau sesuatu menyerupai itu.
"Hmm , kita telah tiba. Tapi masih terlalu awal untuk makan siang, kan ?"
"Kemudian, ayo bermain untuk menghabiskan waktu? Aku membawa hal kecil"
""Ayo kita bermain!!""
Dengan indera pendengaran dan ekor mereka menegang, kedua bersaudara berbalik, menatap penuh kilauan ke arahku. Mengingatkan wacana ucapan 'Ingin pergi berjalan-jalan?' yang seseorang biasanya akan sampaikan kepada anjingnya.
Aku mengeluarkan sebuah benda berbentuk cakram tipis dan tepian melengkung, Frisbee. Karena materi plastik tidak ada, saya membuatnya dengan mengukir kayu yang ringan sekaligus kokoh.
"Apa itu? Haruskah saya menyerangnya dengan pedang?"
"Haruskah saya menembaknya dengan sihir?"
"Hei hei, jangan berpikir wacana menghancurkannya. Ini ialah hal berjulukan Frisbee, sebuah objek yang cara memainkannya dengan begini"
Aku mencoba untuk menerbangkannya. Ini buatan tangan sehingga tidak seimbang dan meliuk sedikit. Namun bukan masalah, yang penting ialah gerakannya diudara menyerupai dengan yang sungguhan.
Oh, tidak, tidak, tidak. saya sembarangan melempar kearah tanpa seorangpun disana.
"---!! Yah !!"
....Hanya saja, Noel melesat dan menangkapnya di udara. Lalu menawarkan itu kepadaku.
....Baru saja ia masih melaksanakan persiapan di belakang. Kapan ia datang?
"Apa itu tadi? Aku bereaksi tanpa sengaja "
Dengan tampilan penuh tanda tanya, ia kembali ke posisinya.
Kucing akan bereaksi terhadap objek bergerak. Tampaknya hanya alasannya ia mempunyai indera pendengaran dan ekor kucing, naluri dalam dirinya juga sama.
Sementara itu, kedua bersaudara mengamati Frisbee dengan mata berbinar. Biasanya, orang-orang akan melaksanakan ini dengan saling melempar....aku akan mencoba bermain-main sedikit.
"Tangkap ini!!"
"Tunggu---!!!!"
"Yaaah!!"
Mengayunkan tangan, membuat cakram terbang. Emilia dan Reus pun mulai bersukacita mengejar. Perkiraanku, menangkapnya pada kecepatan itu tidaklah mungkin. Tapi, dengan memaksimalkan ayunan kaki, mereka berhasil menyusul.
Dan dimenangkan oleh si kakak.
"Ooh, kamu menangkapnya. Baiklah, kemudian, lemparkan lagi---"
"Sirius-samaaa!!"
Sebelum sempat menuntaskan untuk memberitahu semoga melemparkan Frisbee kembali, keduanya berlari dan menyerahkannya kepadaku.
"Aniki, cepat dan lemparkan! Kali ini saya yang akan mendapatkannya!!"
"Aku tidak akan kalah juga! Sirius-sama, silakan lemparkan lagi!!"
Sangat berisik. Aku kemudian melemparkannya dengan tenaga lebih. Jika secepat itu, bahkan anjing veteran terlatih akan mempunyai saat-saat yang sulit. Namun, kedua bersaudara ialah siswaku.
Menanggapi dengan respon cepat, Reus melesat dan mempu menangkapnya eksklusif ketika masih di udara. Sekejap kemudian, mereka tiba lagi.
"Aniki! Sekali lagi, lagi!!"
"Yang berikutnya, saya niscaya bisa! Sirius-sama, tolong lemparkan!"
....Ini....Ini aneh, kan? Tidakkah Frisbee dimainkan dengan saling melempar satu sama lain? Aku membuat kalian mengambilnya hanya sebagai lawakan dan kalian malah sangat menikmati itu?! Kalian, bukankah kalian lebih menyerupai anjing?!?!....Tidak....mereka memang anjing....*
[Serigala juga dari keluarga anjing. -_- ]
"Oh, oooh ...."
Di lain sisi, saya menyadari tatapan berbahaya dari Noel yang berdiri mendekat. Itu ialah mata predator di ambang menerkam mangsanya. Aku mencoba melemparkan Frisbee agak ringan di titik tak jauh dari dirinyal sebagai percobaan....dan ia melompat tepat ke sana.
Hmmm. Dia tidak bisa menahan nalurinya, ya.
"Tunggu, Sirius-sama, apa yang---Ahh, jangan lagi ! Yaaaah !"
Ras binatang memang menarik. Kemampuan fisik mereka lebih tinggi dari manusia, namun sebagian besar masyarakatnya berisi orang-orang ramah.
"Melakukannya hanya dengan Noel-nee tidaklah adil! Sekarang giliranku!!"
"Onee-chan memang mempunyai reflek cepat, tapi kami lebih baik darinya!"
"Apa?! Jika kalian pergi sejauh menyampaikan itu, saya tidak akan segan-segan. Lihatlah kekuatan sejati Onee-chan ini!!"
Keramaian sudah meningkat. Akupun dengan sungguh-sungguh melemparkan Frisbee. Ini menyenangkan, jadi tidak ada yang benar-benar keberatan.
"Pemikiran ini terlintas dari tadi....aku tidak perlu melemparkannya sendirian, kan? Kalian hanya harus saling melempar secara bergiliran"
"""Tidak !!!"""
"Baiklah, kenapa?"
Akhirnya, mencapai titik di mana anjing veteran dihidupku sebelumnya berada di jalan buntu. Maksudku, itu alasannya mereka menggunakan {Boost} yang saya ajarkan, tapi tetap saja, mereka terlalu menganggap permainan ini serius*.
[Noel bisa menggunakan Boost ??. Kurasa ia memang sudah berkembang]
"Semua orang, waktu makan siang sudah tiba!"
"""Ya !!!!"""
Para ras binatang kemudian berkumpul pada panggilan Erina, membuatku berpikir wacana belum dewasa Taman Kanak-kanak yang bertamasya dengan ibu mereka.
Kami duduk melingkari bekal makan siang yang Dee atur sementara tertawa gembira. Berkata 'Itadakimasu' secara bersamaan, saya kemudian mendapatkan sandwich dan minuman dari Emilia. Para petugas tidak bisa makan sebelum masternya, sehingga, walaupun saya sempat berpikir itu agak merepotkan, saya mencicipi gigitan pertama.
"Hmm, enak. Sedikit terlalu banyak bumbu, tapi setingkat ini tidaklah buruk"
"Benarkah?!"
Emilia mengibaskan ekornya tertanda hati yang senang. Hmm, menurutku ini terlalu dibentuk kikuk kalau pembuatnya ialah Dee, mungkinkah....
"....Apa kamu yang membuat ini, Emilia?"
"Ya, akulah yang membuatnya!"
"Begitu ya, kamu melakukannya dengan baik untuk kuliner pertamamu....Oleh alasannya itu, kamu harus makan juga. Jangan hanya menatapku"
"Mengerti. Haahh....melegakan"
"Kau benar-benar melaksanakan yang terbaik, Emi-chan "
"Itu bagus"
Setelah dipuji oleh dua orang yang ternyata mengawasi ketika memasak, ia dengan senang hati menggigit pecahan sandwich potongan dagingnya. Meski ada persoalan di mana Reus tersedak alasannya terlalu rakus melahap, momen makan berlangsung aman.
Seusai makan siang, saya berpikir permainan Frisbee akan dimulai kembali, namun waktu hening pun tiba di taman bunga. Hal ini alasannya tiga penyebab utama keributan itu sedang tidur siang berdampingan di bawah naungan pohon. Tentu saja mereka akan mengantuk sehabis mengisi perut dengan semangat tinggi. Dee duduk didekat sebagai penjaga, jadi tidak akan ada persoalan bahkan kalau munculnya monster. Sedangkan diriku memalsukan mereka, berbaring sambil menggunakan bantal pangkuan dari Erina.
"Fufu...."
"Ini menyenangkan, ya"
Dia membelai rambutku dengan wajah penuh kasih sayang. Wajah sama yang ia telah tunjukkan sepanjang waktu semenjak diriku terbangun di dunia ini. Walaupun keriputnya bertambah seiring tahun berlalu, ungkapan itu tidak pernah berubah.
"Ya, sangat menyenangkan. Kau semakin besar, dan keluarga kita telah bertambah banyak juga. Aku sangat bahagia"
"Bahagia....yah. Kau benar, saya ingin membuat lebih banyak kenangan menyenangkan menyerupai hari ini"
Kelopak mataku menjadi semakin berat ketika sedang terbungkus dalam kebaikan hati Erina.
"Jika itu Sirius-sama, kamu akan sanggup membuat sebanyak mungkin kenangan indah. Aku baik-baik saja, jadi jangan sungkan dan ambillah istirahat"
"Hmm....kalau begitu saya akan menerimanya"
Dia menyanyikan lagu tidur yang sudah sering kudengar berkali-kali sebelumnya. Kesadaranku perlahan-lahan mengalir pergi mengikuti arus ritme kenyaman.
"....---sama....Sirius-sama!!"
Membuka mata ke arah panggilan yang membangunkanku, ada Emilia dan Reus disana.
"....Berapa usang saya tidur?"
"Sekitar satu jam"
"Begitu ya. Jadi, ada apa dengan mereka?"
Aku bangun sambil berterima kasih kepada Erina, kemudian menilai keadaan kedua bersaudara ketika merengangkan otot-otot tubuhku. Sampai membangunkan dan membuatku mengira ada yang tidak beres, namun itu tidak menyerupai mereka sedang panik.
"Ketika bangun beberapa waktu yang lalu, kami pergi untuk berjalan-jalan dan menemukan sesuatu yang absurd di jalan. Reus menyampaikan bahwa itu mencurigakan"
"Ya, saya tidak tahu apa itu. Tapi saya mempunyai firasat yang aneh"
"Oleh alasannya itu, kami meminta Onee-chan dan Dee-san semoga mengawasinya sementara kami tiba untuk membicarakannya denganmu, Sirius-sama"
Tampaknya tahap-tahap Horenso dilakukan dengan benar, mereka sudah meninggalkan suatu hal semoga diawasi oleh seseorang.
Ngomong-ngomong, Horenso* ialah singkatan yang mengambil suku kata pertama dari kanji 'Hokoku' (報告 = Melaporkan), 'Renraku' (連絡 = Bekomunikasi/Menghubungi) dan 'Sodan' (相談 = Berkonsultasi/Berdiskusi). Ini sangat dibutuhkan untuk kemajuan efisiensi suatu perusahaan dan banyak sekali aktivitas lainnya. Seorang siswa dari kehidupanku sebelumnya tidak tahu hal ini, jadi saya menjelaskan kepadanya sambil mendesah.
[Yap, itu bukan sayuran Horenso (ホウレンソウ) yang daunnya sanggup dimakan. Melainkan suatu akronim. Intinya merupakan contoh berkomunikasi yang umum di perusahaan-perusahaan Jepang]
Aku ditarik oleh keduanya dan dipandu ke tempat itu....memang ada sesuatu yang absurd disana.
"....Sebuah permata?"
Sebuah permata yang memancarkan sinar keemasan menonjol sekitar dua kepalan tingginya mencuat dari tanah. Aku tidak merasa ingin mengambil kerikil mulia itu alasannya terlalu mencurigakan.
"Begitu indah . Tapi Reu-kun menyampaikan jangan menyentuhnya"
"Intuisi Reus tajam pada ketika menyerupai ini....Namun, Jika itu berada disini...."
"Apakah kita akan mengambilnya?"
"Meskipun sangat mencurigakan, ayo dicoba. Aku akan melakukannya sendiri. Kaprikornus semua orang, mundurlah"
Kami mengemas kembali barang-barang hanya untuk berjaga-jaga. Dengan seluruh petugas yang pergi ke posisi aman, saya melilitkan {String} disekitar permata dan mencoba untuk menariknya sedikit, namun tidak terpengaruh sama sekali.
"Tidak bergerak. Daripada terkubur didalam tanah, ini lebih menyerupai tersangkut pada sesuatu"
Saat saya menempatkan lebih banyak tenaga ke dalam tarikan, tanah di sekitar permata berguncang. Suatu objek yang sangat besar pun muncul perlahan diselimuti awan debu.
"Itu....seekor {Jewel Turtle}"
Itu ialah kura-kura setinggi lima meter. Permata yang saya cari sebelumnya bersinar di puncak tempurungnya. Seluruh badan ditutupi bebatuan, tampak sangat keras. Enam tentakel yang membentang dari tempurung, menggeliat dengan kesan mengancam.
"Kau tahu apa itu, Dee-san?"
"Ya, monster yang sangat keras. Mahkluk ini cukup populer alasannya bisa membuat seseorang mendapatkan setumpuk uang"
"Benarkah ?! Kemudian, tunggu apa lagi!! Ayo kita kalahkan ia !!!"
"Bagamanapun, pertahanannya samgat unggul sekaligus ganas. Orang selain penyihir atau petualang tingkat tinggi akan berakhir kalah sehabis menantangnya"
Dengan klarifikasi Dee, saya teringat suatu informasi dari buku.
{Jewel Turtle}
Monster kura-kura yang mempunyai kulit layaknya batuan dari kepala hingga ujung kaki. Tubuhnya lebih keras dari baja.
Mahkluk ini sangat lambat, membuat seseorang gampang untuk melarikan diri darinya. Jika dilawan, mereka harus cukup siap untuk melaksanakan itu alasannya serangan setengah-setengah tidak akan berpengaruh. Kalau ada yang mendekat tanpa kemampuan, orang itu akan tertangkap dan dicekik oleh tentakel-tentakel yang membentang dari tempurung. Bagian bagusnya, permata disana berharga sangat tinggi. Setelah mendapatkan itu, memperoleh ribuan emas dalam satu langkah bukan lagi mimpi. Hanya saja, mereka yang belum bisa takkan pernah bisa mengalahkan si kura-kura raksasa.
"Jika kita akan lari, sekaranglah saatnya"
Dari sudut pandang Dee yang mempunyai banyak pengalaman tempur, ini bukan lawan yang kami bisa hadapi. Sambil menatap lingkungan, benak-ku mengimajinasikan simulasi pertarungan. Aku kemudian membuat keputusan.
"Tidak, tak perlu takut. Kalian berdua, persiapkan diri untuk pertempuran!"
""Ya!!!""
Menanggapi perintah itu, Emilia berbaris di sampingku. Reus melangkah maju sambil mengunus pedangnya sebagai barisan terdepan. Jewel Turtle-pun mendekat sementara setiap langkahnya agak karam ke tanah. Meskipun lambat, gaya yang ditimbulkan oleh badan raksasa si kura-kura sudah cukup untuk membuat nada Erina dan Noel bergetar.
"Si-Sirius-sama?! A-Apa Kau benar-benar akan melawannya ?"
"Berhenti disana! Tidak cukupkah kalau kita hanya melarikan diri tanpa harus bertarung?!"
"Jangan khawatir, kami bisa menang. Dee, saya mempercayakan keduanya padamu"
"....Dimengerti. Aku akan berdoa untuk kemenangan Sirius-sama"
"Dee-san?!"
Tanpa menduga bahwa orang yang paling berpengalaman, yaitu Dee akan setuju. Noel hanya bisa terkejut. Laki-laki itu kemudian membuka ekspresi sambil meletakkan tangan di atas kepala si perempuan seakan untuk menenangkannya.
"Sirius-sama jauh lebih kuat dariku. Dan ia mengenal dirinya sendiri. Jika orang menyerupai itu berkata bahwa ia bisa menang, maka tidak akan ada masalah"
"Itu....benar. Dia selalu melebihi harapan. Baiklah, kalau begitu. Sirius-sama, Emi-chan, Reu-kun. Lakukan yang terbaik !!!"
"Sirius-sama...."
Terus terang, saya ingin mengirim ketiganya kembali ke rumah. Tapi bahkan kalau permintaan itu disampaikan, mereka mungkin tidak akan mendengarkan. Dalam hal apapun, saya akan meminta mereka menjauh ke lokasi yang aman.
Kami pun berhadapan dengan Jewel Turtle.
"Ayo mulai pertempurannya!!!"
☆☆☆Chapter 18 berakhir disini☆☆☆
>Catatan penulis = Kesan 'Hewan peliharaan berupa anjing yang bermain dengan majikannya' lebih penting daripada 'Bersenang-senang dengan Frisbee'. Namun, bermain frisbee alasannya adanya dua anak itu membuatnya dua kali lebih menyenangkan. Sedangkan 'dia' ingin melakukannya dengan kekuatan penuh.
Cerita berakhir terlebih dahulu menjelang pertarungan. Sebenarnya, terdapat banyak hal tambahan. Hanya saja, apa boleh buat. Aku sudah kehabisan kata.
Pokoknya, terima kasih sudah membaca.
>Catatan penerjemah = Agak berbeda ya? Yah alasannya sejujurnya hampir seluruh isinya saya ngambil dari RAW (dari situs syosetu atau orisinil dari jepangnya) sedangkan sisanya....aku tidak seahli itu dbidang Sastra jepang. Kaprikornus ada sedikit kata yang sulit kucari maknanya dicontek dari versi english. Tenang saja. Itu tidak terlalu berpengaruh.
Ke Halaman utama World Teacher
Ke Chapter selanjutnya
Sumber http://ifunnovel.blogspot.com/